Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebisingan adalah sumber bunyi atau suara yang tidak dikehendaki, karena bersifat
mengganggu pendengaran. Ini juga merupakan salah satu faktor fisik dilingkungan kerja
yang apabila melebihi nilai ambang batas, akan menyebabkan gangguan pendengaran.
Banyak di pabrik – pabrik besar yang menggunakan mesin untuk membantu produksi
barangnya, dan rata – rata mesin tersebut menghasilkan suara secara terus menerus sampai
terkadang para pekerja harus bersuara lebih kencang dari biasanya atau berkomunikasi
dengan cara berteriak. Hal ini dapat mengganggu pendengaran dan kenyamanan bekerja para
pekerja. Oleh karena itu, ditentukan nilai ambang batas sebagai acuan tingkat kebisingan
agar tidak mengganggu kesehatan pendengar para pekerja

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapa intensitas kebisingan dalan suatu ruangan dalam hal ini ruang workshop dan
ruang perkantoran Jurusan Kesehatan Lingkungan?
2. Apakah nilai kebisingan dalam ruangan tersebut melebihi nilai ambang bata (NAB)?
3. Seperti apakah cara/pengendalian yang dapat dilakukan bila kebisingan dalam ruang
melebihi NAB?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menggunakan alat sound level meter yang bertujuan
mengukur tingkat kebisingan suatu ruangan.
2. Menguasai praktikum kebisingan sebagai kompetensi pembalajaran
3. Untuk memperoleh data (informasi) yang kongkrit dan akurat tentang kebisingan di
sekitar ruangan jurusan kesehatan lingkungan
4. Menganalisis data pengukuran yang di dapat
5. Mampu menarik kesimpulan dari analisis data hasil pengukuran

Page 1
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel(dB).
Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Bunyi yang menimbulkan kebisingan
disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu
keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar.

Pengertian yang paling sederhana dari noise atau kebisingan adalah suara yang tidak
diinginkan. Kita mungkin dapat menikmati musik dari grup band rock favorit kita, akan
tetapi jika suara musik tersebut mengganggu teman kita yang sedang belajar ataupun tidur
maka suara musik dari grup bang favorit kita dapat dikategorikan sebagai suara bising atau
“noise”. Dibawah ini merupakan beberapa pengertian kebisingam, yaitu :

1. JIS Z 8106 [IEC60050-801] (kosa kata elektro-teknik Internasional) Bab 801:


Akustikal dan Elektroakustik
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik, dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit
atau yang menghalangi gaya hidup

2. Kepmenkes Ri No 1405/MENKES/SK/XI/2002
Terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan
kesehatan.

3. Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011


Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

2.2 Sumber Kebisingan

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu


pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat

Page 2
pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber
kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda
gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan


Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan
proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang,
jet, flare boom, dan lain-lain.

2.3 Jenis Dan Penyebab Kebisingan

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai
berikut:

1. Bising Kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-
putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-
turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
2) Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.
2. Bising Intermittent Noise
Bising jenis ini sering disebut juga terputus-putus, yaitu bising yang berlangsung
secara tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu
lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.

Page 3
3. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara
ledakan mercon, meriam.

4. Bising Impulsif Berulang


Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya
mesin tempa.

2.4 Nilai Ambang Batas

Menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 nilai ambang batas


untuk kebisingan adalah:

2.5 Zona Kebisingan

Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan


tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang
ditetapkan oleh berbagai pihak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Page 4
Indonesia No.718/Men/Kes/Per/XI/1987,tentang kebisingan yang berhubungan dengan
kesehatan.

Pembagian Zona Bising Oleh Menteri Kesehatan

Tingkat Kebisingan (dB A)

NO Zona Maksimum yang Maksimum yang


dianjurkan diperbolehkan

1 A 35 45

2 B 45 55

3 C 50 60

4 D 60 70

Keterangan :

1. Zona A diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan atau
sosial dan sejenisnya.
2. Zona B diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.
3. Zona C diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
4. Zona D diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan
sejenisnya.

Page 5
BAB III METODE PENGUKURAN
3.1 Tempat dan Lokasi pengukuran
Pengukuran dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pengukuran kebisingan industry pada
ruang workshop dan pengukuran kebisingan ruangan pada ruang perkantoran Jurusan
Kesehatan Linhkungan. Dilaksanakan pada hari Rabu, 09 November 2013 dari pukul 13.00
WIB hingga selesai.

3.2 Alat dan Bahan


1. Sound Level Meter
2. Stopwatch
3. Buku catatan
4. Alat Tulis

3.3 Cara Kerja


1. Periksa kondisi batu baterai
2. Kalibarasi alat
3.3.1 Pengukuran Umum
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
2. Tentukan lokasi pengukuran
3. Lakukan pengaturan terlebih dahulu pada alat yang digunakan sesuai jenis
kebisingan yang di hasilkan dari sumber.
Filter : C = Mengukur emisi
A = Pada manusia
- Slow = Bunyi kontinyu
- Fast = Bunyi terputu-putus
- Max hold = Ledakam
Pada praktek ini digunakan pengaturan dengan Filter C dan Slow
4. Kemudian lakukan pengukuran dengan posisi alat kira-kira setinggi telinga orang
dewasa dengan mengarah pada sumber bunyi.
5. Pembacaan dan pencatatan pengukuran dilakukan per 10 detik selama 2 menit .
6. Lalu, lakukan dengan cara yang sama pada titik pengukuran yang lainnya.

Page 6
3.3.2 Pengukuran Ruang Kerja/Kantor
1. Tentukan titik tengah ruangan. lakukan pengukuran berulang sebanyak 5 s/d 10 kali
untuk menghindari terjadinya kesalahan atau error pada saat pengukuran.
2. Pegang sound level meter pada ketinggian kurang lebih 1 meter.
3. Arahkan mikrofon ke sumber suara
4. Hidupkan sound level meter dengan menggeser tombol switch On/Off
5. Setiap 10 detik, catat hasil pengukuran yang tertera pada Sound Level Meter.
6. Lakukan hal yang sama pada setiap titik ruang lainnya

Page 7
BAB IV HASIL PENGAMATAN

4.1 Pengukuran Umum


4.1.1 Hasil Pengukuran

TITIK PENGUKURAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

69 69,7 78,5 77,1 67,3 65,6 67,2 63,3 67,9 72,2 85,4 83,6 74,1 76,3 73,7 69,6

72,6 74,5 76,0 70,3 67,8 57,9 67,5 71,7 80,3 64,3 81,9 64,0 72,8 69,1 74,6 75,0

65,4 72,2 65,1 75,0 74,6 72,9 71,1 74,1 83,4 69,8 79,8 68,4 75,5 71,0 75,2 73,5

72,3 69,1 71,6 67,3 68,5 64,8 65,9 73,4 66,9 65,8 68,4 65,8 65,2 70,2 76,8 72,1

78,2 72,1 61,0 79,1 82,0 79,4 92,4 69,7 72,9 66,7 66,3 63,2 63,2 78,1 67,9 77,1

74,5 64,1 52,2 61,8 68,9 71,2 69,6 65,6 70,7 83,9 67,6 70,1 74,6 65,2 78,5 77,7

65,8 60,5 63,8 81,0 67,3 73,7 98,8 72,2 54,7 68,2 70,6 72,4 71,5 70,6 69,0 80,3

68,5 56,4 69,0 73,7 61,7 71,0 75,4 72,6 62,6 63,8 85,9 67,9 68,8 75,1 67,6 79,0

72,0 68,3 65,1 73,1 72,3 69,5 73,6 67,1 62,8 70,0 95,8 68,0 68,9 78,9 68,6 77,8

72,4 73,1 64,1 76,5 58,3 74,9 67,4 71,4 68,2 71,3 87,4 64,4 73,3 73,0 81,2 70,7

Page 8
4.1.2 Perhitungan Hasil Pengukuran

Rata-rata setiap titik : ∑ hasil pengukuran/banyak pengukuran

Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik


pengukuran
Rata rata titik 1 : ∑ hasil pengukuran/banyak pengukur

= 710, 7 / 10

= 71, 07 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 71, 0 / 16

= 4,44

 Rata rata titik 2 : ∑ hasil pengukuran/banyak pengukur


= 680 / 10

= 68 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 68 / 16

= 4,25

 Rata rata titik 3 : ∑ hasil pengukuran/banyak pengukur


= 666,4 / 10

= 66,64 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 66,64 / 16

= 4,16

 Rata rata titik 4 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 734,9 / 10

Page 9
= 73,49 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 73,49 / 16

= 4, 59

 Rata rata titik 5 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 688,7 / 10
= 68,87 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 68,87 / 16
= 4,30
 Rata rata titik 6 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur
= 700,9 / 10

= 70,09 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 70,09 / 16

= 4,38

 Rata rata titik 7 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 748,9 / 10

= 74,89 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 74,89 / 16

= 46,80

 Rata rata titik 8 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 701,1 / 10
= 70,11 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 70,11 / 16

= 4,38

Page
10
 Rata rata titik 9 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur
= 690,4 / 10
= 69,04 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 69,04 / 16

= 4,31

 Rata rata titik 10 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 696 / 10
= 69, 6 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 69,6 / 16

= 4,35

 Rata rata titik 11 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 789,1 / 10
= 78,91 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 78,91 / 16

= 4, 98

 Rata rata titik 12 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 675,2 / 10

= 67,52 dB A

 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran


= 67,52 / 16
= 4,22
 Rata rata titik 13 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur
= 707,9 / 10
= 70,79 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 70,79 / 16

Page
11
= 4,42

 Rata rata titik 14 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 727,5 / 10
= 72,75 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 72,75 / 16
= 4,54
 Rata rata titik 15 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur
= 733,1 / 10
= 73,31 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 73,31 / 16

= 4,58

 Rata rata titik 16 : ∑ hasil pengukuran / banyak pengukur


= 752,8 / 10
= 75,28 dB A
 Intensitas Kebisingan : ∑ rata-rata setiap titik/ titik pengukuran
= 75,28 / 16
= 4,70

4.1.3 Analisis Hasil Pengukuran

Lokasi pengukuran yaitu di workshop Kampus Kesehatan Lingkungan Politeknik


Kesehatan Jakarta II, maka termasuk jenis kegiatan pekerja kasar dan terus menerus.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tingkat kebisingan untuk waktu pemaparan perharian 8 jam
yaitu 85 dB.

Dari pengukuran yang telah kami lakukan didapat hasil 71,27 dB maka kebisingan
di workshop memenuhi syarat karena kurang dari 85 dB. Maka dari itu tidak perlu
pengendalian.

Page
12
4.2 Pengukuran Ruang Kerja/Kantor
4.2.1 Hasil Pengukuran

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4


No.
(R. Prodi D3) (R. Dosen) (R. Sub Unit) (R. Prodi D4)
1 75,4 69,5 56,6 63,0
2 79,9 64,2 52,6 67,1
3 68,1 63,5 61,2 63,9
4 61,2 58,0 62,9 64,7
5 68,3 60,1 68,8 64,3
6 58,0 67,9 60,5 67,7
7 61,2 68,7 64,0 61,6
8 57,3 62,8 69,3 67,2
9 65,8 68,9 65,4 68,4
10 60,3 59,2 61,3 64,1

4.2.2 Perhitungan Hasil Pengukuran

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8 + A9 + A10
Titik 1 = 10
75,4+79,9+68,1+61,2+68,3+58,0+61,2+57,3+65,8+60,3
Titik 1 = 10

Titik 1 = 66,55

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8 + A9 + A10
Titik 2 = 10
69,5+64,2+63,5+58,0+60,1+67,9+68,7+62,8+68,9+59,2
Titik 2 = 10

Titik 2 = 64,28

A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8 + A9 + A10
Titik 3 = 10
56,6+52,6+61,2+62,9+68,8+60,5+64,0+69,3+65,4+61,3
Titik 3 = 10

Titik 3 = 62,26

Page
13
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 + A6 + A7 + A8 + A9 + A10
Titik 4 = 10
63,0+67,1+63,9+64,7+64,3+67,7+61,6+67,2+68,4+64,1
Titik 4 = 10

Titik 4 = 65,19

titik 1+titik,2+titik 3+titik 4


RATA-RATA KEBISINGAN DI WORKSHOP = 4

66,55+64,28+62,26+65,19
= 4

= 64,57
4.2.3 Analisis Data

Dari hasil pengukuran, kebisingan yang di dapatkan tingkat kebisingan di masing-


masing ruangan Jurusan Kesehatan Lingkungan adalah sebesar:
 66,55 untuk ruang prodi D3
 64,28 untuk ruang dosen
 62,26 untuk ruang sub. Unit
 65,19 untuk ruang prodi D4
 64,57 untuk Rata-rata kebisingan ruangan

Menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 nilai ambang


batas untuk kebisingan adalah harus lebih rendah dari NAB itu sendiri. Angka NAB untuk
kebisingan ditempat kerja ditetapkan 85 dBA (dalam waktu kerja terus menerus tidak lebih
dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu).
Jadi, tingkat kebisingan ruang perkantoran Jurusan Kesehatan Lingkungan masih
dibawah nilai ambang batas dan dapat dikatakan memenuhi syarat.

Page
14
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Menurut Keputusan Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di masing-masing Jurusan Kesehatan
Lingkungan masih berada dibawah nilai ambang batas (NAB). Apabila dibandingkan
dengan standar nilai ambang batas (NAB) kebisingan, besar kebisingan di ruangan
Jurusan Kesehatan Lingkungan memenuhi syarat.
2. Ruang kerja terhitung kondusif karena jauh dari sumber bising.

5.2 Saran
1. Menjaga agar tingkat kebisingan tetap berada dibawah ambang batas dengan
meminimalisasi sumber bising.

Page
15

Anda mungkin juga menyukai