2. Bagaimana pendapat anda tentang identi kasi dan penanganan drug related problem (DRP)
mampu menurunkan medication error? Bagaimana upaya yang dilakukan di pelayanan farmasi
untuk mengatasi DRP!
JAWABAN:
DRP berhubungan dengan kebutuhan pasien akan terapi. Dengan adanya identi kasi adanya DRP
sejak awal penerimaan resep dan penanganan yang segera baik dengan dokter dan pasien,
kemungkinan terjadinya ME dapat dicegah.
Upaya yang dilakukan:
• identi kasi DRP aktual&potensial dari pasien
• memecahkan DRP actual
• mencegah DRP potensial agar tidak menjadi problem aktual. dilanjutkan dengan konseling &
follow-up (monitoring).
https://insanpembelajar.com/2017/05/22/pelayanan-farmasi-bag3/ 1/4
3/20/2019 PELAYANAN FARMASI bag3 – Sains Teknologi Bangka Belitung
4. Bagaimana pendapat anda tentang kekuatan mata rantai pelayanan farmasi terletak pada mata
rantai yang terlemah? Jelaskan!
JAWABAN:
1. setiap pemberian obat adalah langkah etrakhir dari 10-15 langkah sebelumnya.
2. setiap langkah mengandung peluang kesalahan.
3. kekuatan suatu rantai sama dengan kekuatan mata rantai terlemah, artinya tahap krusial di mana
pada tahap tersebut terjadinya medication errors paling besar merupakan tahap
yang paling menentukan hasil akhir dari terapi pengobatan. Jika pada mata rantai terlemah tersebut,
farmasis bisa mengatasinya, maka PC akan berjalan baik.
6. SK Menkes RI No.1027 tahun 2004 memuat standar pelayanan kefarmasian (PC) di apotek.
Pertanyaan:
a. Apa yang disebut dengan PC? Apakah praktek PC itu diperlukan oleh apoteker di indonesia saat
in? Terangkan jawaban anda!
b. Tulis dan beri sedikit keterangan tentang aktivitas kontemporer apoteker (farmasis) dalam
melakukan PC!
JAWABAN:
a. PC: sebuah pekerjaan dan tanggung jawab langsung farmasis yang berinteraksi langsung dengan
pasien untuk memberikan pelayanan yang komprehensif tentang pengobatan yang bertujuan untuk
memberiakan outcome terapi yang positif atau meningkatkan kualitas hidup pasien. Pada PC terjadi
perubahan orientasi dari obat ke pasien. PC perlu dilakukan di Indonesia, karena itu merupakan
tanggung jawab moral farmasis.
Paradigma pelayanan obat harus mulai berubah ke arah patient oriented mulai sekarang atau
profesi farmasi akan semakin terpuruk.
b. aktivitas komplementer apoteker dalam melakukan PC:
– farmasi komunitas
– institusi pelayanan pasien
– managed care
– pelayanan kesehatan di rumah
– pelayanan militer dan pemerintah
https://insanpembelajar.com/2017/05/22/pelayanan-farmasi-bag3/ 2/4
3/20/2019 PELAYANAN FARMASI bag3 – Sains Teknologi Bangka Belitung
7. SK Menkes RI No.1027 tahun 2004 memuat standar pelayanan kefarmasian (PC) di apotek
disebutkan bahwa apoteker harus melakukan pelayanan yang komprehensif dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pertanyaan:
a. berikan keterangan tentang pelayanan kefarmasian yang komprehensif tersebut!
b. Pendekatan penyelesaian problem dalam pelayanan kefarmasiaan telah diinfokan dalam kuliah
ada 3 macam, yaitu 5 kebutuhan pasien tentang terapi obat, PWDT, dan SOAP. Berikan keterangan
tentang ketiga hal ini!
JAWABAN:
a. Pelayanan komprehensif adalah berpusat pada pasien, berorientasi pada outcome terapi pasien,
yaitu memberikan pelayanan sampai tujuan terapi tercapai atau sampai memperoleh hasil terapi
yang diharapkan dengan efek samping sekecil-kecilnya sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien.
b. 5 kebutuhan pasien tentang terapi:
– Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan tiap obat yang diberikan
– terapi obat yang efektif (dosis tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar)
– terapi obat yang aman (tidak muncul ADR)
– pasien patuh/ bersesuaian dengan terapi obat dan segala aspek terapi yang diperolehnya (dilihat
dari perkembangan penyakitnya setelah menjalani terapi).
– pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk indikasi penyakit yang belum ditangani.
(dilihat dari tanda dan gejala penyakit pasien yang belum diobati).
PWDT (Pharmacist, Workout, Drug, Therapy)
• Hal/masalah terkait dengan terapi obat pasien
• Daftar problema terapi obat yang spesi k terhadap pasien
• Outcome terapi yang diharapkan
• Daftar alternatif terapi yang bisa digunakan untuk mencapai outcome yang diharapkan
• Rekomendasi yang dilakukan apoteker dan individualisasi pasien
• Menyusun rencana untuk monitoring terapi obat sehingga efek yang tidak diinginkan minimal dan
efek yang diinginkan benar-benar terjadi.
SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Plan)
• Subjective: Informasi yang menjelaskan penyebab problem. Informasi bahwa pasien melaporkan
gejala yang dirasakan, perawatan yang coba dilakukan, pengobatan yang dilakukan/obat yang
https://insanpembelajar.com/2017/05/22/pelayanan-farmasi-bag3/ 3/4
3/20/2019 PELAYANAN FARMASI bag3 – Sains Teknologi Bangka Belitung
digunakan, dan efek samping yang ditemukan. Data bersifat non-reprodusibel karena berdasarkan
interpretasi pasien dan memori akan kejadian yang telah berlalu.
Objective: Informasi dari pemerikasaan sik (tes denyut jantung, bunyi pernafasan, tekanan darah),
hasil laboratorium, tes diagnostik, jumlah pil yang telah digunakan, dan informasi pro l farmasi. Data
dapat diukur dan reprodusibel.
• Assesment: Deskripsi problema yang lengkap namun singkat, termasuk di dalamnya kesimpulan
atau diagnosis yang secara logis didukung oleh data subyektif dan obyektif di atas.
• Plan: Rekomendasi atau deskripsi detail tentang:
– workup (lab, radiologi, konsultasi)
– treatment
– pendidikan pada pasien (tentang merawat diri, perilaku sehat, tujuan terapi, pengawasan dan
penggunaan obat).
– pengawasan dan tindak lanjut yang berhubungan dengan assessment tadi.
https://insanpembelajar.com/2017/05/22/pelayanan-farmasi-bag3/ 4/4