PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan. Pangan
merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat
terjamin.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang semenjak dulu hingga
kini masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagai petani. Namun,
dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan.Pada
Hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan yang sangat banyak
dan subur, maka semestinya ketersediaan pangan surplus. Namun, yang terjadi
kedodoran. Ada banyak faktor, salah satunya konversi lahan pertanian yang tinggi dan
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Adapun penyebab krisis pangan yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut:
dalamproduksi karena lamanya menunggu, mulai dari pembibitan dilakukan sampai pada
waktu memperolaeh hasil. Kalau umur padi mulai dari benih sampai panen mencapai
empat bulan, petani harus menunggu sambil merawat tanaman sedemikian rupa sesuai
teknologi yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani. Sebenarnya bukan waktu
yang menjadi masalah tetapi adalah subfaktor yang berada dalam waktu penantian itu
hara atau pakan, dan apakah ia perlu dipangkas, disiangi atau perlu obat. Hal inilah yang
sering diabaikan oleh petani di Negara kita sehingga hasil panen yang diharapkan tidak
memuaskan.
Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang
dikeluarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya Yang
dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar
keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya
seringakali menjadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana
produksi. Karena kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian
dalam usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani kita sudah
memahami fungsi teknologi yang mereka peroleh dari surat kabar, radio, televise,
penyuluhan, sarasehan, pendidikan tidak formal, selebaran-selebaran, dan atau dari hasil
kendalanya adalah modal. Teknologi yang benar dan tepat menghendaki biaya yang
cukup tinggi dan harus tersedia tepat waktu pula, tetapi masalahnya sebagian besar petani
di Indonesia tidak mampu untuk membiayai usaha pertanian meraka secara maksimal
c. Tekanan Penduduk
Sejarah mencatat salah satu isi buku Malthus (1808), yang membahas tentang
tersebut akan menjadi masalah kalau tidak dilakukan upaya-upaya yang dapat
mengatasi masalah tekanan penduduk, tetapi teori Malthus harus tetap diwaspadai.
d. Sistem Usaha Tani yang Masih Terbelakang
masyarakat yang berkaitan dengan tujuannya. Secara umum, tujuan utama pertanian atau
usaha tani yang diterapkan sebagian petani di Indonesia adalah untuk memenuhi
kebutuhan keluarga (pola subsistence). Hal ini berarti belum sepenuhnya bertujuan untuk
dijual ke pasar (market oriented) seperti halnya usaha tani di Negara-negara yang telah
maju. Dengan pola subsistence tersebut pertanian kita lambat berkembang dan upaya
Kerusakan sumber daya alam akan menjadi pangkal tolak kerusakan sisi
ekonomi saja, tetapi seharusnya juga mengutamakan kepentingan lingkungan dan sosial.
Sekarang ini banyak kita jumpai bahwa areal pertanian mati pada saat musim kering. Hal
ini disebabkan karena tempat penyerapan air hujan yaitu hutan, sudah tidak berfungsi
secara optimal. Hutan di Indonesia sudah banyak yang rusak karena penebangan secara
liar maupun karena kebakaran hutan sehingga cadangan air untuk musim kering menjadi
hilang. Akibatnya lahan pertanian menjadi kering dan berdampak pada krisis pangan.
Tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan
hasil di lapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan
penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani
optimal diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem
pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri. Selain itu juga karena cara
budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan kurang inovatif seperti
dan memakai air irigasi yang tidak efisien. Akibatnya antara lain berdampak pada
rendahnya produktivitas yang mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di
pasaran terus menurun. Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi tanaman
usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi produksi nasional.
nasional antara lain karena pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak seimbang
dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti
produksi padi sebesar 48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih disumbang dari pulau Jawa
(BPS, 2000). Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa keberadaan lahan
pemukiman dan pilihan pada komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
seperti hortikultura. Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas
secara nyata dan/atau membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan
sangat penting dalam hubungannya dengan keberadaan pangan di negeri ini. Sebagai
koperasi yang sehat dan mampu mensejahtrakan anggotanya, koperasi semestinya dapat
memberikan modal untuk pertanian kepada petani dan dapat menyerap hasil pertanian
dengan harga yang sesuai pada musim panen untuk diperoleh lebih lanjut. Namun
adanya uang yang diselewengkan oleh oknum-oknum pengurus koperasi itu sendiri.
penyediaan kredit saja atau perbaikan sisitem penyaluran. Tetapi usaha mendorong
motivasi petani agar berani berusaha dengan menanggung resiko adalah lebih penting.
Seperti kita ketahui petani-petani pada umumnya masih belum berani berusaha dengan
tidak dimanfaatkan. Ketidakberanian petani menanggung resiko ini adalah karena mereka
belum dapat menafsirkan atau memperkirakan sejauh mana keberhasilan usahanya kelak
dengan resiko yang ditanggumg.Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa
Berbeda dengan standar FAO yang menyatakan bahwa rawan pangan terjadi
apabila 30% lebih penduduk mengalami gizi buruk, maka dalam Islam jika ada 1 atau 2
orang saja yang kelaparan, sudah terjadi rawan pangan (Iman, 2008). Dengan
paradigma melayani seluruh kebutuhan pokok (terutama pangan) kepada setiap individu
warga negara, Syariat Islam akan mampu mengatasi bahkan mencegah terjadinya krisis
Dari sektor hulu, berbagai program yang telah dijalankan selama ini akan terus
penuh berupa pelatihan dalam penggunaan teknik-teknik modern dalam bertani, sarana
produksi (saprodi) yang memadai, termasuk penggunaan hasil riset pertanian yang aman
dan produktif. Islam juga melarang terbengkalainya lahan produktif untuk memperluas
Selain itu, upaya konversi lahan pertanian yang sering terjadi selama ini tidak
akan diizinkan. Konversi lahan pertanian adalah salah satu penyebab utama menyusutnya
jumlah produksi pertanian. Menurut Darajat (2007), pada tahun 1990-an, masih tersedia
lahan pertanian seluas 25 juta ha, namun terus menyusut hingga tahun 2004 tersisa 14,2
juta ha yang terdiri dari lahan basah 7,7 juta ha dan lahan kering 6,5 juta ha.
Negara juga akan berlaku adil dan transparan pada setiap pelaku dunia usaha tani,
termasuk pelaku industri pertanian, agar tercipta mekanisme pasar yang sehat. Tidak ada
liberalisasi sektor pangan karena pemerintah memiliki tanggung jawab penuh terhadap
ketersediaan dan ketercukupan pangan setiap individu, selain karena praktik ini hanyalah
alat bagi negara-negara besar untuk mengeruk kekayaan dan mengekalkan penjajahannya
Tidak ada monopoli atau oligopoli, juga tidak ada penetapan harga yang bisa
penawaran dan permintaan untuk mencapai tingkat harga yang didasari rasa keridhaan,
termasuk menerapkan sanksi yang tegas pada setiap tindak kecurangan (seperti penipuan,
penimbunan, dsb).
menyediakan sarana dan prasarana seperti jalan, pasar, bahan baku industri pertanian,
Akhirnya, bukan hanya ketahanan pangan yang akan diraih. Metode seperti ini
sekaligus mengangkat derajat para petani yang kondisinya sangat terpuruk sampai
sekarang.
ketahanan pangan. Sektor pangan seprti pertanian, perkebunan dan peternakan perlu
lapisan sosial. Pemerintah perlu menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama
sumber daya alam (lahan) dan para ahli (teknologi), diharapkan ketahanan pangan dapat
terwujud.
harga produk pangan sehingga masyarakat pada semua lapisan sosial mendapatkan hak
dan kesempatan yang sama dalam akses pemenuhan kebutuhan pangan. Peran pemerintah
dibutuhkan dalam melaksanakan kebijakan yang lebih berpihak pada petani dan kaum
ekonomi lemah dengan transparansi subsidi impor dan prioritas kebijakan impor dalam
kondisi darurat sehingga harga produk pangan relatif stabil dan semua masyarakat
kestabilitan harga pangan. Disaat panen raya, misalnya, pemerintah harus membeli
produk pangan dengan harga yang rasional demi kesejahteraan petani, sedangkan disaat
kebutuhan pangan.
berkembang. Aspek ini yang secara tidak langsung sangat mempengaruhi kinerja dan
semangat hidup petani adalah akses pendidikan dan kesehatan bagi keluarganya sehingga
dukungan terhadap aspek-aspek ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani sebagai
PENUTUP
a. Kesimpulan
warga indonesia masih banyak yang tergolong dalam kemiskinan. Berbagai upaya
Beberapa faktor yang terkait dalam peningkatan ketahanan pangan nasional adalah
3. Konsumsi pangan.
4. Penyuluhan
b. Saran
tetapi hal itu juga harus didukung oleh semua masyarakat bukan hanya pemerintah
saja, akan tetapi jika lebih baik antara masyarakat dengan pemerintah bekerja sama.
DAFTAR PUSTAKA