Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nur Widi Hastuti

NDH : 28

Angkatan : 26

NILAI-NILAI ANEKA:

Akuntabilitas

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai public. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namu pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti
yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggungjawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Aspek-aspek
akuntabilitas:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a relationship)
Ialah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan dan mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Disisi
lain, individu/kelompok/institusi bertanggungjawab untuk memenuhi semua
kewajibannya.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is a results oriented)
Setiap individu/kelompok/institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya untuk
memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang maksimal.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability requires reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan
laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai
oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan
proses yang telah dilakukan.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is meaningless without
consequences)
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa
penghargaan atau sanksi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves performance)
Dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat,
dan evaluasi kinerja. Dalam hal ini proses setiap individu/kelompok/institusi akan diminta
pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus
peningkatan kinerja.
Akuntabilitas public memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi)
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar)
Akuntabilitas memiliki 3 tingkatan:
1. Akuntabilitas personal
Mengacu pada nilai-nilai yang ada pada seseorang, seperti kejujuran, integritas, moral dan
etika.
2. Akuntabilitas individu
Mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dan
instasinya sebagai pemberi kewenangan.
3. Akuntabilitas kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok. Dalam kaitannya
dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat kerjasama
yang tinggi antara berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan
peranan penting dalam tercaapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas organisasi
Mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan
oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. Akuntabilitas stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan dan pembayar
pajak yang memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi,
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan
pelayanan dan kinerja yang adil, responsive dan bermartabat.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:


1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu
sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat,
pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat
kementrian, lembaga maupun daerah).
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel dibutuhkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan pemberian contoh dari pemimpin
kepada orang lain (lead by example).
2. Transparansi
Dengan adanya transparansi maka meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada
pimpinan secara keseluruhan.
3. Integritas
Adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi
semua hukum yang berlaku, Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang
berlaku.
4. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi
setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang telah
dibuat.
5. Keadilan
Keadilan harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan
organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan
kepercayaan dan kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak
optimal.
6. Kepercayaan
Lingkungan akuntabilitas tidak akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan
Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya,
mereka harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan.
9. Konsistensi
Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan
memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat
melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

Nasionalisme

Nasionalisme dalam arti sempit (chauvinisme) adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sedang dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan
negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan
sebagai rasa cinta terhadap tanah air. Nasionalisme dapat muncul karena beragam hal, misalnya
kesamaan geografi, geopolitik, cita-cita, budaya, sejarah, ataupun kesamaan nasib. Nasionalisme
ini wajib dimiliki oleh semua komponen bangsa, terutama oleh ASN sebagai aparatur negara.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Nasionalisme dalam
diri ASN dapat dilihat dari aspek-aspek yang bisa diukur, misalnya terkait simbol dan sikap.
Simbol nasionalisme biasanya berupa monumen, bendera nasional, bahasa nasional, tulisan, lagu,
dan masih banyak lagi. Sedangkan sikap dapat dilihat dari bagaimana ASN menampilkan atau
mencitrakan jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Hal ini karena jati diri terkait
dengan kebanggaan dan nilai-nilai yang dianut oleh individu.
Berikut adalah indikator yang dapat digunakan untuk melihat nasionalisme ASN tersebut:
1. Menghormati bendera nasional, bangga menggunakan bahasa dan lagu nasional, serta
bangga dengan simbol-simbol yang menjadi jati diri seorang PNS (misalnya baju
KORPRI, baju dinas, dll.)
2. Memahami bahwa pelaksanaan tugas sebagai PNS terkait dengan citra pemerintah
dihadapan publik, sehingga menjaga kualitas kinerjanya.
3. Mengutamakan persatuan bangsa dan kepentingan nasional ketimbang kepentingan
individu, golongan ataupun kelompok.
4. Mengutamakan nilai ketuhanan, kemanusian dan musyawarah dalam pelaksanaan
fungsinya.
5. Berpegang pada prinsip adil dan netral dalam melaksanakan kebijakan dan melayani
publik.

Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Definisi ini mencakup
pengertian yang sangat luas. Segala hal yang merupakan tindakan pemerintah maupun diamnya
pemerintah terhadap sesuatu disebut sebagai kebijakan publik. Untuk mewujudkan ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik yang berorientasi pada pelayanan kepentingan publik, berbagai
kelemahan pelayanan publik oleh badan pemerintahan serta persoalan yang umum dijumpai
dalam birokrasi pemerintahan harus dihindari. ASN harus memahami betul tugas pengabdiannya
bukanlah untuk kepentingan atasan atau kelompoknya, melainkan untuk kepentingan publik dan
masyarakat luas yang menjadi pelanggan atau konsumen layanan.

Etika Publik

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan
atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika publik ASN adalah suatu
hasil refleksi kritis tentang standar norma bagi ASN atas baik atau buruk, salah atau benar dalam
melaksanakan tugasnya. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.
Berikut ini merupakan kode etik Aparatur Sipil Negara:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan
efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yakni sebagai
berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya
guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karir.
Dimensi etika public:
1. Dimensi kualitas pelayanan public
2. Dimensi modalitas
3. Dimensi tindakan integritas public

Komitmen Mutu

Komitmen mutu ASN terkait dengan upaya mewujudkan pemerintahan yang baik dan
bersih yang pada akhirnya mampu meningkatkan kepercayaan dan kepuasan stakeholders pada
ASN. Komitmen mutu seringkali diidentikkan dengan efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu dari
seorang ASN.
Seorang ASN dapat dikatakan memiliki komitmen mutu jika:
1. Mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun
mutu hasil kerja (aspek efektifitas).
2. Mampu menentukan penggunaan sumberdaya yang tepat dalam rangka mencapai tujuan,
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan
(aspek efisiensi).
3. Mampu beradaptasi dengan perubahan dan mampu menemukan cara baru yang lebih baik
dalam mencapai tujuan. Inovasi mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter dan
mind-set baru sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin (aspek inovasi).
4. Konsisten menjaga kualitas dan kesesuaian kinerja dalam rangka pencapaian tujuan yaitu
kepuasan masyarakat (aspek mutu).

Lima pilar dalam manajemen mutu terpadu meliputi:


1. Pemimpin
2. Komitmen
3. Organisasi
4. Proses
5. Produk

Nilai dasar orientasi mutu meliputi:


1. Membangun mindset dan komitmen pegawai terhadap budaya mutu;
2. Meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan;
3. Beradaptasi dengan perubahan;
4. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal;
5. Membangun kerjasama kolegial antarpegawai yang dilandasi kepercayaan dan kejujuran;
6. Menampilkan kinerja tanpa cacat (zero-defect) dan tanpa pemborosan (zero-waste), sejak
memulai setiap pekerjaan.

Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan, atau
tidak bermoral. Menurut Transparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik,
politikus, atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengan kekuasaan, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka. Berdasarkan Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat
tindakan yang dikategorikan korupsi, yaitu sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara, yaitu tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri
sendiri atau menyalahgunkan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan
merugikan keuangan negara.
2. Suap-menyuap, yaitu upaya suap-menyuap dari/kepada pejabat penyelenggra negara
karena jabatannya terkait kewenangan yang sedang diembannya.
3. Penggelapan dalam jabatan, yaitu pejabat penyelenggra negara melakukan penggelapan
uang memalsukan dokumen pemeriksaan administrasi, membantu, membiarkan atau diri
sendiri merusak bukti.
4. Pemerasan, yaitu tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
5. Perbuatan curang, yaitu tindakan curang oleh pemborong ahli bangunan, pengawas
proyek, rekanan TNI/Polri yang merugikan negara, serta pejabat penyelenggra negara
menyerobot tanah.
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan, yaitu penyelenggara negara dengan sengaja baik
langsung atau tidak langsung turut serta dalam pengadaan barang yang diurusnya dalam
instansi atau perusahaan.
7. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Anti korupsi menjadi bagian penting dalam nilai-nilai dasar profesi ASN masa ini,
mengingat perilaku korupsi adalah musuh terbesar pemerintah dalam mewujudkan pemerintahan
yang baik dan bersih. Ada sembilan nilai yang dijadikan acuan dalam melawan korupsi, yaitu:
1. Jujur, yaitu kesatuan antara pengetahuan, perkataandan perbuatan.
2. Disiplin, yaitu patuh pada aturan.
3. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa,
negara maupun agama.
4. Adil, yaitu tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu.
5. Berani, yaitu hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi
ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya dan kesulitan.
6. Peduli, yaitu sikap dan tindakan memperhatikandan menghiraukan orang lain,
masyarakat yang membutuhkan, dan lingkungan sekitar.
7. Kerja Keras, yaitu pantang menyerah, terus berjuang dan berusaha.
8. Mandiri, yaitu kemampuan menyelesaikan, mencari dan menemukan solusi dari
masalah yang dihadapi.
9. Sederhana, yaitu menggunakan sesuatu secukupnya, tidak berlebih-lebihan.
Nilai tersebut wajib diterapkan oleh ASN di tempat kerjanya karena korupsi
menghasilkan kerusakan yang sifatnya masif pada sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai