Dokumen ini – Memberikan layanan kesehatan yang bermutu : sebuah kewajiban global untuk
mewujudkan universal health coverage– menggambarkan peran penting penyelenggaraan
layanan kesehatan yang bermutu. Dengan adanya komitmen bangsa-bangsa untuk
mewujudkan universal health coverage pada Tahun 2030, terdapat perkembangan
pengetahuan bahwa layanan kesehatan yang optimal tidak dapat diberikan hanya dengan
menjamin ketersediaan infrastruktur, suplai medis dan penyedia layanan kesehatan. Perbaikan
dalam penyelenggaran layanan kesehatan membutuhkan fokus seksama terhadap mutu
layanan kesehatan, yang meliputi penyelenggaraan layanan yang efektif, aman dan berfokus
pada-pasien serta tepat waktu, adil, terintegrasi dan efisien. Mutu layanan kesehatan adalah
sejauh mana layanan kesehatan untuk individu dan masyarakat dapat meningkatkan
probabilitas outcome kesehatan yang diinginkan, serta tetap konsisten dengan ilmu
pengetahuan profesional saat ini.
Layanan kesehatan bermutu-tinggi meliputi pelayanan yang tepat, pada waktu yang tepat,
sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pengguna layanan, sambil meminimalisir cedera dan
pemborosan sumber daya. Layanan kesehatan yang bermutu meningkatkan probabilitas
outcome kesehatan yang diinginkan, serta konsisten dengan tujuh karakteristik terukur, yaitu :
efektivitas, keamanan, berfokus pada pasien, tepat waktu, keadilan, terintegrasi dan efisiensi.
Contohnya, di Pakistan, peningkatan akses kontak primer dengan petugas kesehatan melalui
Lady Health Worker Programme (Program Kesehatan Pekerja-Wanita) berhasil memperbaiki
manajemen pneumonia dan menurunkan mortalitas neonatal.
Lima elemen dasar yang penting untuk memberikan layanan kesehatan yang bermutu adalah
tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, obat-obatan, peralatan dan teknologi lain, sistem
informasi dan finansial. Untuk menjamin bahwa mutu dimasukkan ke dalam landasan sistem,
maka pemerintah, pembuat-kebijakan, pimpinan sistem layanan kesehatan, pasien dan klinisi
harus bekerja sama untuk :
Mutu adalah konsep yang kompleks dan memiliki berbagai segi yang membutuhkan desain dan
penggunaan bermacam-macam kombinasi intervensi terpisah secara simultan. Penyusunan,
pematangan dan pelaksanaan kebijakan dan strategi mutu nasional merupakan prioritas yang
berkembang ketika negara berupaya untuk meningkatkan performa sistem kesehatan secara
sistematis. Sebagian besar pendekatan untuk membangun strategi mutu nasional melibatkan
satu atau lebih proses sebagai berikut :
Strategi kebijakan mutu dan implementasinya sebagai bagian dari rencana nasional
sektor kesehatan formal;
Dokumen kebijakan mutu yang dirancang sebagai dokumen nasional tersendiri,
biasanya dalam proses dengan berbagai stakeholder, dipimpin atau didukung oleh
Kementerian Kesehatan;
Strategi implementasi mutu nasional – dengan agenda tindakanyang detail – yang juga
meliputi bab tentang area kebijakan esensial;
Menggunakanundang-undang dan peraturan untuk mendukung kebijakan dan strategi.
Tujuh kategori intervensi utama yang dipertimbangkan secara rutin oleh stakeholder sistem
kesehatan, termasuk penyedia layanan, manajer dan pembuat kebijakan, ketika berupaya untuk
meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah :
Pemilihan area dan penggabungan intervensi mutu oleh pemerintah harus dilakukan dengan
mengevaluasi intervensi peningkatan mutu berdasarkan-bukti secara seksama sehubungan
dengan lingkungan sistem; pengurangan cedera; perbaikan layanan klinis; serta pelibatan dan
pemberdayaan pasien, keluarga dan masyarakat.
Berbagai negara telah membuat inovasi untuk meningkatkan berbagai aspek mutu.
Sebagaimana yang diterangkan dalam dokumen ini, banyak negara berpenghasilan rendah dan
menengah memiliki intervensi yang telah terbukti berhasil, tetapi mereka membutuhkan platform
global untuk berbagi pengalaman. Hal ini akan memungkinkan negara lain untuk belajar dari
keberhasilan intervensi tersebut dan mengadaptasikannya ke dalam populasi lokal. Hal ini juga
memungkinkan negara lain menghindari intervensi yang gagal.
Peningkatan mutu layanan kesehatan terbukti menjadi tantangan bagi banyak negara.Meski
demikian, memberikan layanan kesehatan untuk masyarakat di manapun mereka berada tetap
menjadi tanggung jawab dan kesempatan bersama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dunia.Dengan kesadaran penekanan pada mutu, dunia dapat membuat kemajuan yang
signifikan dalam mencapai Sustainable Development Goals dan mewujudkan universal health
coverage.
SERUAN TINDAKAN
Dokumen ini, berdasarkan perspektif tiga institusi global yang peduli pada kesehatan – OECD,
World Bank dan World Health Organization –mengusulkan jalan bagi seluruh pembuat
kebijakan yang sedang mencari cara untuk mencapai sasaran akses ke layanan kesehatan
yang bermutu tinggi dan berfokus pada pasien.
Dibutuhkan sejumlah tindakan tingkat tinggi yang disarankan bagi seluruh pihak yang perlu
bekerja samadengan segera dalam mewujudkan Sustainable Development Goalsguna
menciptakan layanan kesehatan yang lebih baik dan aman
Berpartisipasi dalam pengukuran dan perbaikan mutu bersama dengan para pasien;
Menganut filosofi praktis kerjasama tim;
Menjadikan pasien sebagai mitra dalam memberikan pelayanan;
Berkomitmen terhadap diri sendiri untuk menyediakan dan menggunakan data untuk
menunjukkan efektivitas dan keamanan pelayanan.
Karena tidak ada pemeran tunggal yang dapat melakukan seluruh perubahan ini sendirian,
maka pendekatan terintegrasi dimana pemeran yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk
melakukan perannya akanlebih dapat menunjukkan efek nyatadari mutu layanan kesehatan di
seluruh dunia
BAB 1
Universal health coverag emerupakan tujuan yang penting dan mulia. Sebagaimana tertuang
dalam Sustainable Development Goals (SDGs), universal health coverage bertujuan untuk
menyediakan jaminan kesehatan dan akses global ke layanan kesehatan dasar tanpa
hambatan finansial, bagi individu, keluarga dan masyarakat, sehingga dapat menjadi jembatan
menuju masyarakat dan perekonomian yang lebih produktif dan layak.
Tetapi universal health coverage seharusnya tidak hanya didiskusikan dan direncanakan lalu
dilaksanakan, tanpa berfokus pada mutu. Sangat penting bahwa layanan tersebut harus bersifat
efektif, aman serta sesuai dengan kebutuhan dan pilihan individu dan masyarakat yang dilayani.
Pelaksanaan pelayanan juga harus tepat waktu dan layak bagi masyarakat, terkoordinasi dan
berkesinambungan selama pelayanan dan sepanjang hidup, sambil meminimalisir pemborosan
sumber daya.
Dengan demikian, mutu layanan kesehatan sangat penting dan fundamental bagi universal
health coverage. Jika mutunya tidak terjamin, maka apa artinya penambahan akses ke layanan
kesehatan? Akses ke layanan kesehatan yang tidak bermutu dapat dianggap sebagai janji
kosong universal health coverage.
Mutu bukanlahhak prerogatif negara berpenghasilan tinggi saja.Jika sebuah negara dapat
menyediakan layanan kesehatan – dan bahkan negara termiskin pun bisa dan harus bisa
melakukannya – maka negara tersebut harus menyediakan layanan yang bermutu-tinggi.
Alternatifnya – yaitu layanan bermutu rendah – tidak hanya berbahaya tetapi juga menyia-
nyiakan sumber daya berharga yang seharusnya bisa diinvestasikan dalam pembangunan
sosial ekonomi penting lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Milyaran dolar telah
dihabiskan akibat layanan kesehatan bermutu-rendah – padahal dana tersebut dapat digunakan
untuk membiayai pendidikan, layanan sosial dan infrastruktur. Mutu yang rendah juga dapat
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap manfaat pengobatan modern.Dari sudut
pandang ini, universal health coveragetanpa mutu layanan yang baik hanyalah pekerjaan yang
baru terselesaikan sebagian.
Banyak kemajuan yang telah dicapai dalam beberapa aspek mutu layanan kesehatan di seluruh
dunia, contohnya adalah angka ketahanan hidup penderita kanker dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskuler (1,2). Tetapi di area lain, kemajuannya sangat lambat bahkan tidak
rata. Angka-angka ini dapat menjelaskan hal tersebut :
Layanan kesehatan dengan mutu di bawah standar tidak hanya berkontribusi terhadap
ancaman penyakit global dan kegagalan pemenuhan kebutuhan kesehatan, tetapi juga memiliki
dampak ekonomi yang penting, dengan pertimbangan implikasi biaya untuk sistem kesehatan
dan masyarakat di seluruh dunia.Sekitar 15% pengeluaran rumah sakit di negara
berpenghasilan tinggi digunakan untuk mengatasi komplikasi dan cedera yang seharusnya
dapat dicegahpada pasien. Layanan kesehatan yang buruk secara tidak seimbangakan lebih
mempengaruhi kelompok rentan dalam masyarakat. Biaya ekonomi dan sosial akibat kerugian
pasien yang disebabkan oleh disabilitas, kecacatan dan penurunan produktivitas jangka-
panjang juga semakin besar yaitu sekitar trilyunan dolar tiap tahunnya (14).
Selain itu, layanan berlebihan, layanan yang tidak efektif dan tingkat admisi rumah sakit yang
seharusnya dapat dicegah – yang menjadi sifat kebanyakan sistem kesehatan – merupakan
pemborosan yang signifikan. Seperlima sumber daya rumah sakit telah digunakan dengan cara
yang membawa perbaikan minimal. Sumber daya ini seharusnya dapat digunakan dengan lebih
efektif (3).
1.3 MUTU SEBAGAI FITUR DASARUNIVERSAL HEALTH COVERAGE
Mutu tidak timbul secara otomatis; mutu membutuhkan perencanaan dan harus diidentifikasi
dengan jelas sebagai prioritas universal health coverage, sejalan dengan akses, cakupan dan
perlindungan finansial. Dokumen ini menunjukkan bahwa integrasi mutu ke dalam sistem
kesehatan sangat mungkin dilakukan jika sejumlah langkah dan prinsip dapat diaplikasikan,
sebut saja transparansi, berfokus pada pasien, pengukuran dan penyediaan informasi, investasi
pada tenaga kerja, yang didukung oleh kepemimpinan dan kultur suportif. Dengan dasar-dasar
ini, intervensi dan upaya penjaminan mutu yang sudah terbukti berhasil – seperti cuci tangan,
protokol terapi, checklist, edukasi, pelaporan dan umpan balik – dapat diimplementasikan dan
dipertahankan.
Transparansi adalah hal yang utama. Transparansi juga merupakan landasan dari proses
pembelajaran dan perbaikan yang berkelanjutan. Kesimpulan utama dari 15 tinjauan mutu
sistem kesehatan nasional yang dilakukan OECD pada tahun 2012-2016 adalah diperlukan
transparansi lebih besar dalam hal kinerja, yaitu mutu dan outcome layanan (15).Komponen
kunci transparansi adalah keterbukaan dan kejujuran mengenai hasil, termasuk kegagalan dan
kesalahan. Lingkungan yang dapat menerapkannya akan mendapat kesempatan belajar,
seperti halnya dalam bidang lain, contohnya transportasi udara. Outcome yang baik harus
diapresiasi dan disebarluaskan untuk alasan yang sama.Membangun budaya transparansi ini
tentu butuh waktu, tetapi hal tersebut bisa dan harus diterapkan berulang-ulang dalam seluruh
sistem kesehatan, tanpa memandang sumber daya yang tersedia.
Melibatkan individu dan masyarakat dalam perawatan dan perancangan layanan kesehatan
sekarang dikenal sebagai penentu utama dari outcome yang baik.Individu dan masyarakat
dimana mereka lahir, tumbuh, hidup, bekerja dan bermain adalah hati dari penyelenggaraan
layanan kesehatan yang bermutu.Individu yang aktif terlibat dalam kesehatan dan
perawatannya sendiri menderita komplikasi yang lebih kecil dan menikmati lebih banyak
kesehatan dan kesejahteraan. Dalam level klinis, hal ini memungkinkan pasien untuk menjadi
mitra dalam perawatan dan pengambilan keputusan klinis, dan untuk mengelola kesehatannya
sendiri secara aktif. Layanan yang berfokus pada pasien merupakan “gerbang ke seluruh mutu”
(16). Bahkan, tantangan umum dari kesuksesan cerita yang akan dibahas belakangan dalam
dokumen ini adalah menempatkan kebutuhan dan nilai-nilai pasien sebagai fokus utama. Hal ini
berarti memberikan perawatan dengan rasa hormat dan simpati.
Layanan yang berfokus pada pasienlebih luas darisekedar perawatan individual.Individu dan
masyarakat harus dilibatkan dalam penyusunan prioritas dan kebijakan.Hal ini terutama penting
dalam layanan kesehatan primer dan publik. Layanan ini perlu dirancang dengan memasukkan
input dari masyarakat yang akan dilayani, berdasarkan kebutuhan unik dan pilihan masing-
masing, sebagaimana yang didiskusikan dalam Bab 4 dokumen ini.
Seluruh dimensi mutu harus diukur. Penting untuk mengetahuibagaimana kepatuhan terhadap
protokol dasar serta mutu dari proses dan panduan (contohnya cuci tangan; checklist
keselamatan pembedahan; kepatuhan terhadap pedoman praktik klinis) dan outcome klinis
(contohnya readmisi, angka mortalitas, efek samping obat, angka ketahanan hidup setelah
diagnosis kanker dan kontrol glikemik yang adekuat selama kehamilan). Tetapi penting
diketahui pula informasi tentang outcome dan pengalaman pasien selama perawatan melalui
pengukuran indikator mutu pada pasien, dan masyarakat (17). Seluruh hal ini perlu dilakukan
dengantetap fokus pada hubungan antara pengukuran dan proses perbaikan – karena
pengukuran saja tidak akan dapat meningkatkan mutu.
Tenaga kesehatan yang memiliki keahlian, motivasi dan mendapat dukungan penuh
merupakan hal yang penting.Penyedia layanan kesehatan menginginkan perawatan terbaik
untuk para pasien.Meski demikian, yang sering terjadi adalah sistem dan lingkungan kerja di
mana tenaga kesehatan ini bekerja membuat hal ini sulit dilakukan.Banyak negara menghadapi
kekurangan tenaga kesehatan secara signifikan, baik dalam hal kualitas dan kuantitas.Tentu
saja, tidak seluruh perawatan harus dilakukan oleh dokter.Perawat, petugas kesehatan
masyarakat, koordinator dan manajer pelayanan juga memainkan peran penting dalam
memberikan layanan kesehatan bermutu tinggi di abad ke-21 ini.Menaikkan kemampuan dan
keahlian mereka melalui rantai produksi kesehatan dapat meningkatkan mutu layanan
kesehatan (18).
Dalam menyediakan layanan kesehatan bermutu tinggi, pengetahuan teknis perlu diperkuat
dengan kemampuan komunikasi dan kerja sama sebagai tim dengan tenaga profesional lain,
serta untuk menjadi mitra pasien dan keluarga. Diperlukan pula pelatihan bagi tenaga
kesehatan mengenai prinsip dan praktik peningkatan mutu berkelanjutan, sebagaimana halnya
dengan pengenalan “kurikulum tersembunyi” yang muncul dari kesalahan sistem rancangan-
manusia. Mutu juga mencerminkanseberapa baik pengelolaan dan integrasiupaya perbaikan
dengan sektor lain, dengan memperhatikan pola perilaku, interaksi dan hubungan antar
manusia. Hal ini bergantung pada insentif yang ada, termasuk pendanaan dan remunerasi,
regulasi, pelaporan dan umpan balik, yang butuh dimasukkan secara seksama ke dalam
seluruh proses dan institusi. Pada akhirnya, sistem akan menjadi tanah subur bagi praktik yang
bermutu tinggi dan perbaikan pun dapat berkembang.
Tidak ada satupun hal di atas yang mungkin terjadi tanpa kepemimpinan dan budaya yang
mendukung. Budaya dimana seluruh pihak yang terlibat termotivasi untuk berkolaborasi,
berkomunikasi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk memberikan layanan bermutu-
tinggi dan berfokus pada pasien, tanpa ketakutan atau intimidasi, telah terbukti menghasilkan
outcome yang lebih baik (19). Banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya budaya
peningkatan mutu yang berkelanjutan.Yang pertama dan utama adalah lingkungan yang
transparan harus diupayakan seperti telah dideskripsikan di atas. Penting juga untuk melakukan
pelatihan dan sosialiasi pada para petugas, pengukuran proses perbaikan, umpan balik
terhadap kinerja, dan proses pembelajaran bersama, dan juga faktor hulu seperti insentif
finansial. Tetapi kunci utamanya adalah konsistensi kepemimpinan dari pemerintah, pembuat
kebijakan, pimpinan klinis, manajer sistem kesehatan dan masyarakat sipil.Hal ini tidak
membutuhkan sumber daya tingkat tinggi – yang lebih dibutuhkan adalah investasi pada
perubahan budaya menuju transparansi untuk perbaikan berkelanjutan.
Hal ini akan menjadi tulang punggung kebijakan dan praktik peningkatan mutu layanan
kesehatan secara berkelanjutan. Mutu harus menjadi tanggung jawab seluruh stake holder dan
institusi. Diperlukan pula dukungan berupa arahan strategi nasional yang jelas, dengan tujuan
dan sasaran yang jelas, dan keterlibatan kuat dari stake holder di seluruh sistem kesehatan dan
sektor lain.
1.4 KETERJANGKAUAN MUTU UNTUK SELURUH DUNIA
Walaupun layanan kesehatan bermutu-tinggi untuk seluruh dunia terdengar ambisius, hal ini
dapat dicapai dalam kondisi seperti apapun bila didukung dengan kepemimpinan yang baik,
perencanaan yang matang dan investasi yang jeli.Contohnya, di Uganda model sistem
kesehatan yang melibatkan masyarakat dan komunitas telah meningkatkan capaian indikator,
termasuk penurunan mortalitas anak sebesar 33% (20).KostaRika juga telah berhasil
melakukan perbaikan pada mutu layanan kesehatan primer melalui strategi perbaikan yang
direncanakan, diimplementasikan dan didukung dengan seksama (21). Hal-hal tersebut dan
contoh lain akan disampaikan belakangan dalam dokumen ini.
Tantangannya adalah bagaimana belajar dari pengalaman – baik dari keberhasilan dan juga
(khususnya) kegagalan – sistem kesehatan di negara berpenghasilan tinggi. Pelajaran
utamanya adalah meletakkan mutu secara retrospektif ke dalam sistem kesehatan yang sudah
terbentuk mungkin bisa dilakukan tetapi sangat sulit; akan lebih baik bila mutu dibangun dari
awal bersamaan dengan akses, cakupan dan perlindungan finansial.
Tentu saja, layanan yang bermutu tidak dapat serta merta digratiskan secara keseluruhan – hal
ini membutuhkan investasi modal dan sumber daya lain. Investasi ini bukanlah hal yang di luar
jangkauan, bahkan untuk negara termiskin sekalipun.Biaya layanan bermutu-rendah terhadap
kehidupan individu dan masyarakat serta sistem kesehatan malah sangat besar. Jika
diterapkandengan seksama, investasi pada mutu dapat menghasilkan individu dan masyarakat
yang sehat, dan menghasilkan uang; dengan investasi pada penjaminan layanan kesehatan
bermutu-tinggi, modal investasi akan kembali dalam jumlah berlipat.Outcome yang lebih baik
juga akan mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi; contohnya : orang yang sehat
akan lebih produktif dalam bekerja, dan anak yang lebih sehat akan menunjukkan performa
lebih baik di sekolah. Sehingga, upaya untuk mewujudkan universal health coveragetidak hanya
merupakan investasi untuk kesehatan yang lebih baik – hal tersebut adalah komitmen untuk
membangun masyarakat dan dunia yang lebih sehat.
Mutu Menurut Saya
Ms. Cecilia Rodriguez,
Delapan tahun lalu, ketika didiagnosis artritis rematoid, sebuah penyakit autoimun yang
menyebabkan peradangan, pembengkakan dan nyeri akut di sendi, Cecilia Rodriguez
adalah direktur di sebuah fasilitas kesehatan primer. “Saya menderita artritis rematoid
yang sangat berat dan menghabiskan banyak waktu di tempat tidur,” kata Rodriguez,
yang saat itu berusia tiga puluh tahun saat mengalami gejala nyerinya yang pertama.
“Saya menyadari bahwa apa yang saya berikan sebagai petugas kesehatan sangat
berbeda dengan apa yang saya butuhkan sebagai pasien.”
Artritis rematoid dapat terjadi pada seluruh usia. Penyebab pastinya belum diketahui,
tetapi mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Sekitar 1% populasi
dunia terkena artritis rematoid.1 Di Chile, di mana Rodriguez tinggal, 100.000 orang
hidup dengan kondisi ini seumur hidup.
Untuk masyarakat dengan penyakit kronis, layanan kesehatan yang bermutu dapat
dideskripsikan sebagai “keseimbangan yang tepat antara praktik klinis terbaik dan apa
yang paling baik untuk pasien, yang ditentukan sendiri oleh pasien,” jelas Rodriguez.
“Kami tidak selalu membutuhkan dokter yang punya segala jawaban. Kami
membutuhkan orang yang mengerti bagaimana kami menghadapi kondisi kami.”
Di atas semua hal tersebut, ia percaya bahwa pasien yang mengalami kondisi kronik
yang mempengaruhi kehidupan sehari-harinya perlu memiliki perasaan bahwa mereka
memegang kontrol terapinya. “ Sebagai pasien, saya tahu apa yang ingin saya capai.
Klinisi dapat membantu saya memahami apakah saya dapat mencapainya dan
menolong saya melakukannya. Untuk saya, itulah layanan kesehatan yang terbaik.”
Cecilia Rodriguez dan adiknya Lorena, yang juga didiagnosis artritis rematoid beberapa
tahun lebih awal, mendirikan sebuah yayasan nirlaba untuk mendukung orang-orang
dengan kondisi yang sama dan melakukan advokasi untuk perbaikan perawatanpasien.
“kami menamai yayasan ini ‘Me Muevo’ (artinya ‘Aku Bergerak’) karena kamibelajar
bahwa dalam kondisi ini andaharus tetap menggerakkan tubuh,
dan juga karena ‘Aku Bergerak’ berarti ‘Aku Melakukan Sesuatu’”, katanya.
‘Me Muevo’ merupakan bagian dari perkembangan gerakan organisasi yang dipimpin
pasien di Chile.Rodriguez bertindak sebagai juru bicara untuk aliansi asosiasi yang
telah berhasil melakukan lobi agar resep obat dapat lebih terjangkau.Di tahun 2016,
Chile mengadopsi ‘Hukum Ricarte Soto’ untuk terapi dengan biaya tinggi.“Sekarang
saya hanya perlu membayar 200 USD per tahun untuk seluruh obat saya, dan tidak
perlu lagi membayar 1500 USD per bulan,” kata Rodriguez.
Dia memberi contoh adiknya yang bekerja dan harus mengunjungi tiga lokasi yang
berbeda – sebuah proses yang membutuhkan waktu minimal lima jam – untuk
mendapatkan resep obat bulanannya. “Dalam kasus ini, layanan yang bermutu artinya
dapat mengambil seluruh obatnya dari fasilitas kesehatan primer di dekat rumah, pada
hari Sabtu pagi,” katanya. Rodriguez juga mengusulkan agar pasien dapat
memasukkan catatan ke delam rekam medis mereka di antara waktu perjanjian kontrol
untuk membantu dokter meyesuaikan terapi. “Jika saya bisa menulis bahwa saya
mengalami flare-up dan bagaimana saya harus berkompromi dengan keadaan itu,
dokter akan mengetahuinya ketika saya kontrol tiga atau empat bulan kemudian,
karena hal itu tertulis dalam catatan,” katanya.
1. www.rheumatoidarthritis.org.
BAB 2
2.1 TUJUAN
2.2 CAKUPAN
Dokumen ini diawali dengan bab mengenai latar belakang mutu dalam layanan kesehatan (Bab
1), diikuti dengan deskripsi singkat mengenai dokumen ini (Bab 2). Isi utama terdiri dari tiga bab
dengan tema tentang mutu (Bab 3-5), diikuti seruan tindakan untuk mutu di Bab 6.
Bab 3 : Kondisi global mutu layanan kesehatan. Bab ini memberikan gambaran
umum mengenai mutu layanan kesehatan di seluruh dunia. Terdapat data-data
mengenai mutu layanan kesehatan di beberapa negara, khususnya negara
berpenghasilan rendah dan menengah, yang masih suboptimal, dan mengenai
perbaikan mutu yang berhubungan dengan outcome kesehatan lebih baik.
Bab 4 : Menjadikan mutu sebagai landasan sistem kesehatan. Bab ini menjelaskan
bahwa mekanisme untuk menjamin, mengawasi dan meningkatkan mutu secara
berkelanjutan harus menjadi dasar dari sistem kesehatan, dan harus berfokus pada
masalah utama yang membutuhkan perhatian untuk meningkatkan mutu layanan
kesehatan di tingkat nasional.
Bab 5 : Memahami halhal yang dapat mendongkrak upayapeningkatan mutu. Mutu
adalah konsep yang kompleks dan memiliki berbagai segi yang membutuhkan desain
dan penyebaran kombinasi intervensi terpisah secara simultan. Bab ini menyoroti
tentang pentingnya mengarahkan upaya peningkatan mutu melalui kebijakan dan
strategi nasional serta tersedianya hal-hal yang dapat mendongkrak upaya peningkatan
mutu di berbagai aspek.
Bab 6 : Seruan tindakan untuk mutu. Seruan tindakan untuk mutu ditujukan bagi para
pembuat kebijakan kesehatan yang ingin menyediakan layanan kesehatan bermutu
tinggi dan berfokus pada masyarakat secara merata. Bab ini menyatakan urgensi bahwa
jika kita tidak bertindak sekarang, maka upaya mencapai tujuan kesehatan masyarakat
akan jalan di tempat.
Bab-bab tersebut juga diikuti oleh lampiran, yang menyediakan sejumlah intervensi perbaikan
yang dipilih berdasarkan dampak potensialnya terhadap mutu melalui pengurangan cedera,
perbaikan layanan kesehatan di garis depan dan pembangunan sistem dengan kapasitas-luas
untuk meningkatkan mutu. Ilustrasi dalam intervensi menjabarkan beberapa pilihan dan
kemungkinan yang tersedia bagi para pimpinan, manajer, praktisi atau pembuat kebijakan
sistem kesehatan yang ingin meningkatkan mutu layanan kesehatannya.
BAB 3
“Apa gunanya memberikan perawatan maternal gratis dan mencapai angka yang
tinggi untuk persalinan di fasilitas kesehatan jika mutu layanannya masih di bawah
standar atau bahkan membahayakan?”
Margaret Chan, mantan Direktur Jenderal WHO, World Health Assembly, Mei 2012
Antara tahun 2000 dan 2005, Millennium Development Goals (MDGs) mengalami peningkatan
kemajuan secara global dengantercapainya tujuan kesehatan masyarakat di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global, angka mortalitas anak turun menjadi
53%, angka kematian ibu turun menjadi 43% dan angka infeksi baru HIV turun menjadi 38%
(22). Meski demikian, kemajuannya tidak terlalu seimbang. Di negara miskin, daerah-daerah
pedesaan dan populasi yang sulit dijangkau, angka mortalitas akibat penyakit yang dapat
dicegah masih tinggi. Contohnya, untuk anak usia di bawah 5 tahun di negara berpenghasilan
rendah dan menengah, terdapat perbedaan mortalitas bermakna di antara anak yang tinggal di
keluarga paling miskin dibanding anak yang tinggal di keluarga paling kaya, dan juga pada anak
dari ibudengan tingkat edukasi paling rendah dibanding anak dengan ibu dengan tingkat
edukasi palingtinggi, serta pada anak yang tinggal kota dibanding anak yang tinggal di desa
(Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Median mortalitas anak usia di bawah 5 tahun
Kuintil 1 (termiskin)
Sekolah Dasar
SMP, SMA, ++
Tidak sekolah
Perempuan
Kuintil 5 (terkaya)
Perkotaan
Pedesaan
Laki-laki
Kuintil 2
Kuintil 3
Kuintil 4
Pada tahun 2015, United Nations General Assembly mengadopsi agenda pembangunan baru :
Melakukan transformasi pada dunia kita : Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
SDGs memiliki cakupan sasaran ekonomi, sosial dan lingkungan yang lebih luas daripada
MDGs dan memiliki sasaran kesehatan baru, yaitu untuk “menjamin kehidupan yang sehat dan
mempromosikan kesejahteraan pada segala usia”. Universal health coverage dianggap sebagai
landasan untuk mencapai SDGs. Bila dijelaskan secara sederhana, universal health coverage
berarti menjamin bahwa seluruh komunitas dan masyarakat dapat memanfaatkan layanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif yang dibutuhkan, dengan mutu
yang baik dan efektif, sembari menjamin bahwa layanan-layanan ini tidak menyebabkan
kesulitan finansial bagi para penggunanya. Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan
secara eksplisit berfokus pada mutu layanan kesehatan, dan telah mengidentifikasi adanya
urgensi untuk menyertakan mutu layanan kesehatan dalam desain aksi nasional, regional dan
global demi mencapai kesejahteraan untuk semua.
Sementara perhatian global tertuju pada universal health coverage, di level lokal, terjadi
outbreak virus Ebola yang fatal di Afrika Barat, yang semakin menekankan perlunya layanan
kesehatan yang bermutu. Di Guinea, Liberia dan Sierra Leone, kesenjangan antara layanan
yang diberikan dan rendahnya kepercayaan publik terhadap sistem kesehatan menyebabkan
tantangan besar dalam upaya respon dan pemulihan selama outbreak Ebola. Sebagai contoh,
sebuah kajian atas sistem kesehatan di Sierra Leone menunjukkan rendahnya jumlah tenaga
kesehatan, kurangnya kapasitas surveilans penyakit masyarakat dan buruknya rantai
perbekalan obat-obatan esensial (27). Sejak saat itu, ketiga negara tersebut menekankan fokus
pada akses universal ke pemberian layanan kesehatan yang bermutu untuk memperkuat upaya
pencegahan outbreak wabah skala-besar di masa depan, dan juga menjadikan upaya kontrol
dan pencegahan infeksi serta keselamatan pasien sebagai prioritas utama. Setelah outbreak,
Liberia telah menyusun rencana investasi untuk membangun ketahanan sistem kesehatan dan
mengimplementasikan dana ekuitas kesehatan yang menempatkan mutu sebagai intinya (Kotak
3.1). Respon Afrika Barat terhadap outbreak Ebola menunjukkan hubungan yang kuat dan
nyata antara ketahanan sistem kesehatan, mutu layanan dan keamanan kesehatan global.
Kotak 3.1Liberia : Menanamkan mutu dalam agenda kesehatan pasca Ebola
Sebelum outbreak Ebola pada tahun 2014, Liberia, yang merupakan negara dengan
ketidakstabilan ekonomi dan politik selama bertahun-tahun, telah melakukan kemajuan
dalam peningkatan outcome kesehatan masyarakat, Meskipun demikian, terjadinya
outbreak ini telah menyoroti kelemahan sistem kesehatan yang persisten terjadi di negara
kecil di Afrika Barat ini. Terdapat kekurangan tenaga medis ahli di berbagai fasilitas
kesehatan dan masyarakat; ketiadaan mekanisme finansial yang berkelanjutan; dan
ketiadaan struktur rantai perbekalan yang dibutuhkan dan terintegrasi dengan sistem
informasi kesehatan. Selain itu, upaya kontrol dan pencegahan infeksi sering tidak ada saat
dibutuhkan dan hubungan antara layanan kesehatan dan masyarakat yang tidak adekuat.
Kelemahan-kelemahan ini mengancam pelaksanaan layanan kesehatan yang bermutu dan
menyebabkan epidemik berkembang dengan cepat.
Untuk mencapai target kesehatan SDGs, dibutuhkan investasi keuangan baru, yang naik dari
134 milyar USD per tahun menjadi 371 milyar USD per tahun pada 2030 (28). Layanan yang
bermutu-rendah adalah sesuatu yang tidak efektif, memboroskan sumber daya dan
meningkatkan biaya untuk perluasan cakupan kesehatan. Ketidakefektifan ini dapat
disebabkan oleh layanan yang sebenarnya tidak diperlukan dan tidak memberikan perbedaan
terhadap outcome kesehatan. Contohnya, di negara berpenghasilan rendah dan menengah,
penggunaan antibiotik secara berlebihan untuk terapi infeksi saluran nafas akut telah
menyebabkan penambahan biaya sebesar 36% terhadap biaya perawatan (29). Kesalahan
dalam pemberian layanan juga dapat membahayakan kesehatan dan menjadi sumber biaya
tambahan dalam sistem kesehatan. Analisis terbaru pada negara-negara OECD
mengindikasikan bahwa lebih dari 10% pendapatan rumah sakit digunakan untuk mengatasi
kesalahan medis yang sebenarnya dapat dicegah atau untuk mengatasi infeksi yang didapat
pasien di rumah sakit (3). Pada tahun 2017, dalam Pertemuan Kementerian Kesehatan Negara-
Negara OECD, telah diakui bahwa terdapat interseksi antara mutu dan agenda efisiensi, serta
disetujui bahwa pengukuran dan peningkatan mutu harus menjadi pusat dari upaya realisasi
outcome kesehatan yang bernilai tinggi secara finansial (30).
Mutu layanan kesehatan adalah sampai sejauh mana layanan kesehatan bagi individu dan
masyarakat dapat meningkatkan outcome kesehatan yang diinginkan dan tetap sejalan dengan
ilmu pengetahuan profesional saat ini (31). Definisi ini menunjukkan bahwa mutu layanan dapat
diukur, dan lebih bertujuan untuk meningkatkan kesehatan daripada sekedar menambah input
layanan atau memperbaiki proses sistem, dan harus merefleksikan keinginan stake
holderutama, termasuk pengguna layanan dan masyarakat. Dalam konteks layanan kesehatan
secara umum, definisi mutu layanan kesehatan ini meliputi pelayanan mulai dari preventif
hingga kuratif, dan meliputi fasilitas dan pelayanan berbasis-komunitas bagi individu dan
masyarakat. Ruang lingkup ini khususnya penting bagi negara-negara yang menghadapi
ancaman penyakit tidak menular dan yang sistem kesehatannya harus menyediakan layanan
kesehatan seumur hidup, termasuk reduksi risiko, skrining, manajemen penyakit, dan layanan
rehabilitatif serta paliatif. Karena terdapat perkembangan berbasis-bukti yang nyata mengenai
efektivitas berbagai modalitas untuk kontrol dan pencegahan penyakit, definisi mutu layanan
kesehatan ini juga menekankan pentingnya mekanisme untuk memasukkan bukti-bukti medis
terbaru ke dalamlayanan kesehatan secara sistematik.
Apakah karakteristik yang dapat dijadikan indikator dari mutulayanan kesehatan? Dokumen ini
mengidentifikasi tujuh karakter terukur layanan kesehatan yang dapat meningkatkan outcome
kesehatan yang diinginkan dan tetap sejalan dengan ilmu pengetahuan profesional saat ini.
Gambar 3.2 Elemen mutu layanan kesehatan
Efektivitas
Efisien Keamanan
MUTU
Berfokus
Terintegrasi
pada pasien
Tepat
Adil
waktu
Berbagai elemen mutu telah dideskripsikan selama bertahun-tahun, dan telah diketahui bahwa
layanan kesehatan yang bermutu di seluruh dunia harus efektif, aman dan berfokus pada
pasien. Selain itu, untuk mewujudkan manfaat layanan kesehatan yang bermutu, layanan juga
harus tepat waktu, adil, terintegrasi dan efisien (Gambar 3.2) (32, 33).
Sebagai ilustrasi adalah Fatima, seorang wanita berusia 80 tahun yang tinggal sendiri sejak
pensiun 15 tahun lalu. Fatima menderita diabetes mellitus tipe 2 sejak lama, dan juga
hiperkolesterolemia dan hipertensi esensial. Fatima sehari-hari tinggal di rumah dan tidak sering
bepergian karena penglihatannya telah menurun dan baru-baru ini mengalami nyeri punggung.
Dalam dua tahun terakhir, Fatima telah dua kali menjalani rawat inap di rumah sakit akibat
gagal jantung kongestif. Fatima tidak melakukan pengawasan tekanan darah atau kadar gula
darah sebagaimana nasehat dokter, mengonsumsi makanan non-diet dan melewatkan berbagai
perjanjian kontrol follow-up sejak pulang dari rumah sakit. Hari ini Fatima datang ke klinik
mengeluh sesak nafas, dada terasa seperti diikat dan ia kesulitan berbaring telentang. Fatima
juga kesulitan melacak tagihan bulanannya. Perawat jaga menyadari bahwa Fatima kesulitan
menjabarkan keluhannya dan mengulang-ulang penjelasan. Dalam empat minggu ke depan,
Fatima akan menjalani perawatan dari segudang tenaga kesehatan, termasuk ahli gizi, petugas
fasilitas kesehatan primer, ahli jantung dan pekerja sosial. Poin-poin berikut akan memberikan
ilustrasi tentang bagaimana layanan kesehatan bermutu yang diperlukan Fatima melalui sudut
pandang tujuh elemen mutu.
Kesimpulannya, layanan kesehatan bermutu-tinggi adalah layanan tepat yang diberikan secara
terpadu dan tepat waktu, dengan memperhatikan pilihan dan kebutuhan pengguna layanan,
sambil meminimalisir cedera dan pemborosan sumber daya. Layanan kesehatan bermutu-tinggi
bertujuan untuk meningkatkan probabilitas outcome kesehatan yang diinginkan. Perjalanan
untuk mewujudkan layanan kesehatan bermutu-tinggi adalah proses yang lebih bersifat
berkelanjutan atau dinamis dan bukan bersifat statis. Tanpa bergantung pada tingkat
penghasilan suatu negara, bila masih ada ruang untuk peningkatan outcome kesehatan, maka
mutu layanan kesehatan juga dapat ditingkatkan.
Tinjauan terhadap tren global mutu layanan kesehatan membutuhkan konsensus untuk
menentukan definisi dan pengukuran indikator mutu, agar dapat dibandingkan antar negara.
Meskipun demikian, di seluruh dunia tidak ada set data yang memiliki definisi yang sama
mengenai indikator mutu ini. Tidak ditemukan pula kesepakatan mengenai set minimal indikator
mutu yang terstandar untuk memantau kemajuan pencapaian SDGs terkait-kesehatan antar
negara. Namun, ada perkembangan proyek-proyek tertentu yang bertujuan mengidentifikasi
indikator untuk mendukung upaya peningkatan mutu nasional, regional dan internasional,
termasuk Proyek Indikator Mutu Layanan Kesehatan OECD, Indikator Pelaksanaan Layanan
Kesehatan World Bank, Survei Kesehatan dan Demografi serta Observasi Kesehatan Global
WHO (34-37). Dengan menggunakan data dari sumber-sumber tersebut, survei rumah tangga
yang dilakukan di masing-masing negara, dan juga penelitian empiris, maka berikut disajikan
kondisi mutu layanan kesehatan secara global.
Penjelasan ini terutama berfokus pada pengukuran proses dan outcome mutu layanan
kesehatan – yaitu tindakan-tindakan dalam layanan kesehatan dan dampaknya terhadap
outcome kesehatan yang diinginkan. Pengukuran ini diuji dalam hubungannya dengan tujuh
dimensi mutu layanan kesehatan : efektif, aman, berfokus pada pasien, tepat waktu,
terintegrasi, adil dan efisien. Literatur ilmiah dan kebijakan juga meneliti pengukuran struktur
mutu layanan kesehatan yang berbentuk konteks pelaksanaan layanan kesehatan, termasuk
peralatan, sumber daya manusia, insentif dan karakter organisasi (38). Dokumen ini
mempertimbangkan faktor-faktor struktural tersebut sebagai landasan proses dan outcome
layanan kesehatan yang bermutu-tinggi. Bab 4 membahas mengenai landasan layanan
kesehatan bermutu-tinggi.
Layanan yang tidak efektif, yaitu ketika pelaksanaannya tidak sesuai dengan pedoman
berbasis-bukti, mencerminkan kurangnya pengetahuan mengenai pedoman tersebut atau
kurangnya kepatuhan terhadap pedoman. Efektivitas layanan dapat dikaji melalui telaah rekam
medis, wawancara pasien yang akan pulang, pengamatan langsung interaksi petugas dan
pasien, serta simulasi kasus (standardized patients) atauilustrasi kasus (clinical vignette).
Ilustrasi kasus cenderung menggambarkan pengetahuan petugas kesehatan mengenai protokol
berbasis-bukti untuk kasus-kasus medis tertentu, sementara pengukuran lain lebih
menggambarkan kepatuhan terhadap pedoman. Simulasi kasus khususnyamemberikan
gambaran kasus-kasus penyakit yang sering terjadi bagi petugas kesehatan dan dapat
dijadikan pembanding bagi mutu layanan antar penyedia layanan. Metode pengukuran
efektivitas layanan ini juga bebas bias akibat recalldanobservasi (39). Perbedaan prevalensi
penyakit antar negara dan variasi manifestasi klinis dalam pencegahan penyakit dapat menjadi
penghalang perbandingan sistematik efektivitas layanan antar penyedia layanan dan negara.
Meski demikian, terdapat perkembangan bukti yang mengindikasikan bahwa terdapat
kesenjangan antara pemahaman petugas kesehatan dan kepatuhan terhadap pedoman
berbasis bukti di negara-negara berpenghasilan rendah, menengah dan tinggi. Contohnya, di
Kenya, hanya 16% tenaga kesehatan yang dapat mendiagnosis dengan tepat lima kasus
pasien yang terdapat dalam ilustrasi kasus untuk mengkaji pengetahuan tenaga kesehatan
(Gambar 3.3) (40). Dalam sebuah penelitian pada para dokter di negara eks-Republik
Yugoslavia Makedonia dan Amerika Serikat, persentase rata-rata diagnosis yang tepat untuk
empat ilustrasi kasus adalah 48% dan 67% (41). Terlepas dari metode pengukurannya,
terdapat pula kesenjangan antara pengetahuan petugas kesehatan dan praktik nyatalayanan.
Hal ini terjadi di beberapa negara, termasuk Denmark, India, Kenya, Belanda dan Republik
Persatuan Tanzania (42-45).
Gambar 3.3 Jumlah laporan kasus yang didiagnosis dengan tepat oleh petugas
kesehatan di Kenya (Jumlah total laporan kasus : Lima)
Jumlah Ilustrasi Kasus
(Clinical Vignette)
1 kasus
2 kasus
3 kasus
4 kasus
5 kasus
Cedera pasien adalah kontributor utama ke-14 dalam ancaman penyakit global. Kebanyakan
ancaman ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Gambar 3.4) (14).
Penyebab utama cedera ini berbeda-beda kondisi, termasuk kesalahan medis dan diagnosis di
layanan primer, cedera akibat penekanan lama dan kejadian tidak diharapkan dalam perawatan
jangka panjang, sertahospital-acquired infectionsdan salah posisi-pembedahan di rumah sakit
(46-48). Skala kejadian yang tidak aman dalam layanan kesehatan ini cukup bermakna (14).
Selain membutuhkan biaya tambahan untuk mengatasi kejadian tidak diharapkan ini,
dibutuhkan pulabiaya tambahan akibat turunnya produktivitas rumah sakit dan hilangnya
kepercayaan terhadap sistem kesehatan. Sekitar 15% pendapatan rumah sakit di negara-
negara OECD digunakan untuk mengatasi kesalahan-kesalahan ini. Meski demikian,
sebenarnya banyak kejadian tidak diharapkan yang dapat dicegah. Bukti menunjukkan bahwa
satu di antara tiga kejadian tidak diharapkan di negara berpenghasilan rendah dan menengah
terjadi di kondisi yang simpel dan 83%-nya dapat dicegah (49). Biaya akibat kegagalan
keamanan ini juga melebihi biaya pencegahan. Biaya upaya peningkatan keselamatan pasien
di rumah sakit-rumah sakit Medicare di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 28 milyar USD
pada tahun 2010-2015.
Tingkat integrasi secara sistematik tentang kebutuhan dan pilihan pasien ke dalam perawatan
berbeda-beda antara negara berpenghasilan rendah, menengah dan tinggi. Sistem kesehatan
di negara berpenghasilan tinggi telah memiliki lembaga dan pengukuran tersendiri untuk
mengawasi persepsi dan pengalaman pasien mengenai kondisi medis dan kesehatan umum
mereka. Walaupun pendekatan dan harapan terhadap pelayanan berbasis pasien ini bervariasi
antar negara, sebagian besar pasien di negara-negara OECD memberikan laporan positif
mengenai waktu yang dihabiskan bersama petugas kesehatan, kemudahan memahami
penjelasan, kesempatan untuk bertanya dan terlibat di dalam pelayanan (Gambar 3.5) (50).
Namun, perhatian terhadap rasa hormat, simpati dan fokus pada pasien ini tidak sama di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Contohnya, penelitian yang berkembang
mengenai rasa hormat dalam pelayanan maternitas menunjukkan bahwa wanita mengalami
interaksi yang buruk dengan petugas kesehatan dan tidak dilibatkan dalam pengambilan
keputusan perawatan, serta seringkali tidak mendapat informasi mengenai detail perawatan
(51, 52).
Angka terstandar-umur
per 100 pasien
Waktu tunggu tindakan emergensi dan elektiftelah menjadi salah satu indikator kepuasan
pasien(53-55). Dalam kondisi emergensi, penundaan pelayanan juga dapat mengakibatkan
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah (56). Meski demikian, waktu tunggu dapat berbeda-
beda antar fasilitas kesehatan di negara-negara OECD. Contohnya, pada tahun 2015, waktu
tunggu rata-rata untuk tindakan hip replacement di Belanda adalah sekitar 42 hari, 290 hari di
Estonia, dan lebih dari 400 hari Chile dan Polandia. Tren waktu menunjukkan bahwa penurunan
waktu tunggu terjadi di Finlandia dan New Zealand dan tren ini cenderung menetap di tahun-
tahun terakhir, dan relatif stabil sejak 2008 di beberapa negara seperti Denmark, Inggris dan
Irlandia Utara (Gambar 3.6) (2). Tidak banyak penelitian yang membandingkan penundaan
pelayanan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penelitian empiris dari
masing-masing negara mengindikasikan bahwa waktu tunggunya masih relatif panjang.
Contohnya, pada penelitian di unit gawat darurat di Barbados, rata-rata membutuhkan 10 menit
untuk triase, 213 menit untuk mendapatkan hasil laboratorium dan 178 menit untuk bertemu
dengan dokter (57). Selain itu, di unit rawat jalan di Nigeria, 74% pasien menunggu antara 60-
120 menit untuk pendaftaran dan butuh lebih banyak lagi waktu untuk bertemu petugas
kesehatan (58).
Gambar 3.6 Tren rata-rata waktu tunggu untuk tindakan hip replacement
Hari
Terdapat kesenjangan mutu layanan kesehatan di berbagai belahan dunia, tetapi hal ini bahkan
terjadi lebih serius lagi pada populasi kurang mampu. Laporan Disparitas Layanan Kesehatan
Nasionaldi Amerika Serikat telah menganalisa mutu layanan kesehatan sejak tahun 2010. Pada
tahun 2015, separuh pengukuran mutu menunjukkan bahwa tidak ada perubahan, atau malah
penurunan, pada populasi di pedesaan (59). Di Kanada, pasien dengan infark miokardial dari
kelompok pribumi lebih sedikit mendapat terapi yang direkomendasikan, termasuk angiografi
jantung dan prosedur revaskularisasi (60). Di Kenya, layanan kesehatan maternal paling rendah
mutunya di daerah miskin, di mana hanya 17% wanita yang memiliki akses ke layanan
persalinan dasar yang adekuat (Gambar 3.7) (61). Di India, masyarakat dengan status
sosioekonomi rendah di komunitas miskin lebih sedikit memanfaatkan layanan kesehatan yang
tersedia (62).
Gambar 3.7 Struktur dan proses mutu layanan maternal di daerah miskin di Kenya
Skor mutu
Mutu infrastruktur Mutu Mutu
layanan maternal layananantenatal layananpersalinan
80%+ kemiskinan
60-80% kemiskinan
40-60% kemiskinan
20-40% kemiskinan
0-20% kemiskinan
Dengan berkembangnya penyakit tidak menular dan kronik, banyak orang hidup dengan kondisi
kronik yang kompleks dan multipel yang membutuhkan koordinasi pelayanan pada berbagai
tingkatan dan sepanjang hidupnya. Kesinambungan dan koordinasi layanan dapat memperbaiki
pengalaman perawatan untuk masyarakat yang hidup dengan kondisi tersebut dan
membutuhkan dukungan. Meski demikian, masih ada kesenjangan substansial dalam hal
koordinasi layanan kesehatan, bahkan di negara berpenghasilan tinggi sekalipun. Survei pada
pasien dengan kebutuhan perawatan kompleks di 11 negara berpenghasilan tinggi menemukan
adanya problem koordinasi, seperti : hasil pemeriksaan atau rekam medis tidak tersedia pada
saat kontrol atau order ganda pemeriksaan penunjang, kegagalan tenaga kesehatan untuk
berbagi informasi penting dengan tenaga kesehatan lain, dokter spesialis tidak memiliki
informasi tentang riwayat pengobatan sebelumnya atau dokter keluarga yang tidak mendapat
informasi dari dokter spesialis (63). Sebuah analisis data perawatan primer dan perawatan
sekunder pada populasi dewasa tua (62-82 tahun) dari 200 dokter umum di Inggris
menyebutkan bahwa pasien yang lebih sering mengunjungi satu dokter umum yang sama lebih
jarang mengalami episode admisi ke rumah sakit akibat kondisi sensitif saat rawat jalan.
Laporan Kesehatan Dunia 2010 memperkirakan sekitar 20-40% dari seluruh sumber daya
kesehatan telah disia-siakan (65). Penyebab utama inefisiensi layanan kesehatan ini meliputi
penggunaan obat yang tidak tepat, penggabungan sumber daya manusia yang suboptimal,
penggunaan atau penyediaan alat kesehatan yang berlebihan, korupsi dan penyia-nyiaan
infrastruktur. Variasi geografis dalam intensitas prosedur dan perawatan memberikan perkiraan
tidak langsung tentang penggunaan sumber daya yang berlebihan dan dengan demikian
menyebabkan inefisiensi. Contohnya, di India, angka penggunaan antibiotik untuk diare akut di
fasilitas publik adalah 49%, tetapi naik menjadi 69% di fasilitas swasta. Selain itu, terdapat
variasi sembilan kali lebih banyak dalam intervensi koroner per kutan di tingkat internasional
dan lima kali lebih banyak dalam coronary bypass grafting di antara negara-negara OECD (66).
Perbedaan-perbedaan ini tidak dapat dijelaskan oleh variasi ancaman penyakit kardiovaskular.
Layanan kesehatan yang tidak efisien akibat penggunaan yang berlebihan atau penyebab lain
memiliki dampak negatif terhadap outcome kesehatan masyarakat. Angka harapan hidup saat
lahir dapat ditingkatkan sebanyak lebih dari dua tahun di sebagian besar negara OECDjika
pengeluaran penyedia layanan kesehatan bisa distabilkan, dengan syarat seluruh negara
memiliki tingkat efisiensi yang sama dengan penyedia layanan terbaik (67).
3.4 KESIMPULAN
Walaupun terjadi peningkatan substansial akses ke layanan kesehatan dasar pada era MDGs,
masih terdapat mortalitas dan morbiditas tingkat tinggi yang sebenarnya dapat dicegah melalui
upaya peningkatan mutu. Contohnya, masalah yang masih terjadi dalam bidang mortalitas ibu
dan anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah sebagian besar disebabkan oleh
rendahnya mutu layanan kesehatan. SDGs secara eksplisit menginkorporasikan fokus terhadap
mutu layanan kesehatan ke dalam upaya mewujudkan universal health coverage di seluruh
dunia.
Layanan kesehatan yang bermutu-tinggi adalah layanan tepat yang diberikan secara tepat
waktu, dengan memperhatikan pilihan dan kebutuhan pengguna layanan, sambil meminimalisir
cedera dan pemborosan sumber daya. Mutu layanan kesehatan dapat meningkatkan outcome
kesehatan yang diinginkan dan sejalan dengan tujuh karakter terukur : efektif, aman, berfokus
pada pasien, tepat waktu, adil, terintegrasi dan efisien. Tanpa bergantung pada tingkat
penghasilan suatu negara, bila masih ada ruang untuk peningkatan outcome kesehatan, maka
mutu layanan kesehatan juga dapat ditingkatkan.
Upaya untuk memantau tren mutu layanan kesehatan untuk agenda SDGs tidak akan efektif
tanpa adanya konsensus mengenai indikator kunci yang dapat dibandingkan antar negara dan
dikumpulkan secara rutin. Bukti empiris dari proyek pengukuran mutu mengindikasikan bahwa
terdapat kesenjangan global di seluruh area mutu layanan kesehatan. Kesenjangan ini
menyediakan kesempatan untuk upaya peningkatan mutu layanan kesehatan dan kesehatan
masyarakat.
Mutu Menurut Saya
Mr. Bafana Msibi,
Afrika Selatan
“Dalam setiap sistem kesehatan, perawat adalah tulang punggung sistem,” ujar Bafana
Msibi, Manajer Eksekutif Pemeriksa Kepatuhan di Badan Kepatuhan Standar
Kesehatan Afrika Selatan. “Terutama di negara kami, dan negara-negara lain di Afrika,
layanan kesehatan primer diberikan oleh perawat.”
Di Afrika Selatan, seluruh registered nurse harus menjalani program selama satu tahun
di pelayanan publik setelah menyelesaikan pendidikan empat tahun. Dengan bekerja di
bawah supervisi para pengajar profesional yang berpengalaman, mereka akan
berhadapan dengan berbagai isu medis yang luas. Mereka juga akan mendapatkan
pemahaman yang solid tentang komunitas yang mereka layani. Pengetahuan dan
keahlian perawat muda yang didapat selama peiode ini akan mempersiapkan mereka
dalam memenuhi kebutuhan profesinya.
“Ketika saya masih muda, saya bekerja di sebuah klinik di area pedesaan. Jika ada
pasien yang membutuhkan perawatan tingkat lanjut, kami akan merujuk mereka ke
dokter atau memanggil ambulans untuk membawa mereka ke rumah sakit. Ada banyak
klinik di banyak area; dan bila tidak ada, maka terdapat klinik keliling yang bisa
menyediakan kunjungan. Sebagian besar klinik ini dijalankan oleh perawat,” kata Msibi.
Di Afrika Selatan, beberapa perawat memegang jabatan tingkat tinggi sebagai direktur
rumah sakit atau manajer distrik, kata Msibi, tetapi lebih banyak lagi yang dibutuhkan
untuk posisi kepemimpinan. “Profesi perawat perlu menghasilkan pemimpin untuk
sistem kesehatan. Mereka harus dibentuk melalui sistem, mengerti luar dalamnya, dan
harus bisa memahami proses penyusunan kebijakan di dalamnya.”
Bafana Msibi, yang melakukan penelitian di rumah sakit pemerintah saat mengambil
gelar Master di Kesehatan Masyarakat, menginginkan perawat menikmati kesempatan
serupa untuk melakukan penelitian. Ia percaya, dengan memiliki lebih banyak perawat
yang terlibat dalam pembuatan kebijakan sebagai anggota dewan/panitia/badan
penasihat, dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan mutu di masa
depan.
Badan Kepatuhan Standar Kesehatan dimana Msibi bekerja saat ini sedang melakukan
negosiasi Memorandum of Understanding dengan Konsil Keperawatan Afrika Selatan
dan badan representatif profesi medis lain untuk meningkatkan koordinasi antar
layanan kesehatan. Dengan melaksanakan inspeksi gabungan ke rumah sakit-rumah
sakit contohnya, dapat meningkatkan efisiensi dan mendukung standar tinggi
perawatan. “Ketika kami menyusun model dan kerangka kerja untuk meningkatkan
mutu, kami harus memastikan mereka menyertakan semuanya dan memasukkan nilai-
nilai profesi di lini terdepan,” kata Msibi. “ Pada akhirnya, kami semua ingin
memberikan layanan yang bermutu dan jika anda menginginkan mutu, anda harus
memastikan ada kerjasama tim yang baik.”
BAB 4
Layanan yang bermutu-rendah – walaupun tersedia dengan biaya terjangkau – dapat menjadi
hambatan dalam upaya mewujudkan universal health coverage secara efektif. Hal ini
disebabkan karena masyarakat tidak akan menggunakan layanan yang tidak mereka percaya
dan hanya memberikan sedikit manfaat bagi mereka. Oleh sebab itu, mekanisme untuk
menjamin, mengawasi dan memperbaiki mutu secara berkesinambungan harus dijadikan
landasan dalam sistem layanan kesehatan.
Bab ini mempertimbangkan lima landasan penting bagi setiap sistem layanan kesehatan :
tenaga kesehatan; fasilitas kesehatan; obat-obatan, alat kesehatan dan teknologi lain; sistem
informasi; dan finansial. Ketersediaan sumber daya saja tidak cukup.Diperlukan upaya yang
sadar dan berkelanjutan untuk menjamin bahwa sumber daya ini digunakan dengan efektif,
aman dan disesuaikan secara personal terhadap kebutuhan pasien. Pemerintah, dan juga
sarana, teknik dan aspek ekonomi-politik perubahan, akan dibahas dalam bab selanjutnya.
4.2.1Tenaga kesehatan yang memiliki motivasi dan mendapat dukungan penuh untuk
menyediakan layanan yang bermutu
Dokter, perawat dan tenaga kesehatan profesional lain yang memiliki keahlian merupakan hal
penting dalam memberikan layanan kesehatan bermutu-tinggi bagi pasien, keluarga dan
masyarakat. Dalam estimasi global, saat ini terdapat kekurangan 2.5 juta dokter, 9 juta perawat
dan bidan, dan 6 juta tenaga kesehatan lain. Akibatnya, pelayanan dasar sering tidak tersedia
atau memiliki mutu rendah (69).Hal ini paling berdampak buruk di negara miskin (Gambar
4.1).Bahkan di negara maju, tenaga kesehatan sering terkumpul di kota-kota, dengan
konsekuensi mutu layanan lebih rendah di daerah pedesaan dan terpencil. Bahkan di kota
sekalipun, lokasi-lokasi tertentu – misalnya daerah kumuh –juga terkadang kekurangan tenaga
kesehatan.
Tersedianya tenaga kesehatan tidak serta merta menjamin pelayanan dapat berjalan dengan
baik.Tenaga kesehatan bisa saja hanya menghabiskan waktu sebentar dengan pasien,
kurangmampu membuat diagnosis yang benar, atau memberikan terapi yang tidak tepat
(73).Klinisi di daerah pedesaan di China Selatan menghabiskan rata-rata hanya 1.6 menit untuk
konsultasi dengan pasien dan hanya menanyakan 18% pertanyaan penting.Diagnosis yang
benar-benar tepat hanya ditemukan pada satu dari empat konsultasi (44).
Selain hitungan sederhana mengenai tenaga kesehatan, beberapa hal penting lain meliputi :
Aksesibilitas, atau seberapa mudah pasien dapat mencari atau menemui tenaga
kesehatan dengan keahlian yang tepat, baik melalui pertemuan langsung atau melalui
hubungan video dan telepon;
Aseptabilitas, atau apakah pasien merasa ditangani dengan hormat dan dihargai
pandangannya saat pengambilan keputusan mengenai kesehatan mereka;
Mutu, atau ilmu pengetahuan, keahlian dan sikap tenaga kesehatan terhadap norma-
norma yang berlaku, sebagaimana yang dirasakan oleh pasien;
Penggabungan keahlian dan kerja sama, atau apakah sekelompok tenaga kesehatan
(dan, pada kondisi tertentu, tenaga awam) dapat bekerja sama menggabungkan ilmu
pengetahuan dan keahliannya untuk menangani pola mortalitas dan morbiditas lokal;
Dukungan lingkungan, atau kondisi fisik, legal, finansial, organisasi, politik dan budaya
yang mendukung berjalannya layanan kesehatan yang bermutu-tinggi.
Modernisasi kurikulum untuk pelatihan pra-klinis bagi tenaga kesehatan untuk menjamin bahwa
mereka mendapatkan kompetensi medis dan keperawatan dasar merupakan titik awal yang
jelas dan masih menjadi tantangan di beberapa negara (Kotak 4.1) (74). Prioritas lain adalah
pendidikan profesional berkelanjutan untuk menjamin tenaga kesehatan profesional tetap
menjaga dan meningkatkan pengetahuan dan keahlian – yang meliputi berbagai area
kompetensi – selama mereka bekerja. Saat ini semakin banyak sistem kesehatan yang
mensyaratkan pendidikan profesional berkelanjutan – dan bahkan resertifikasi – sebagai suatu
kewajiban. Bahkan walau pendidikan profesional berkelanjutan ini tidak diwajibkan, pembuat
kebijakan dapat bekerja sama dengan perhimpunan profesi untuk menganjurkan hal ini dan
mengevaluasi dampaknya (75). Pada akkhirnya, memasukkan prinsip mutu dan peningkatan
mutu ke dalam pendidikan pra-klinis dan klinis serta kurikulum dan program pelatihan sangat
penting untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang kompeten dan dapat memberikan layanan
kesehatan bermutu-tinggi.
Kotak 4.1Studi kasus :Melatih dan mempertahankan tenaga kesehatan di area terpencil
di Filipina
Terdapat dua sekolah kedokteran di Filipina yang memiliki fokus utama merekrut,
mendidik dan mempekerjakan siswa-siswa dari daerah terpencil di Filipina. Ateneo de
Zamboanga University School of Medicine dan University of the Philippines Manila School
of Health Sciences merupakan bagian dari Training for Health Equity Network (THENet).
Jaringan sekolah kedokteran internasional ini memutuskan bahwa kebutuhan masyarakat
daerah terpencil harus diintegrasikan dengan seluruh fase dan aspek pendidikan
kedokteran, mulai dari lokasi fisik sekolah hingga isu-isu kesehatan yang mendasari
kurikulum.Selain itu, harus ada hubungan erat dengan praktisi di masyarakat untuk
kegiatan belajar mengajar dan bimbingan.
Ateneo de Zamboanga University School of Medicine yang dibuka pada tahun 1994 di
Zamboanga City, berada di ujung barat daya dari kepulauan di ujung selatan Filipina, telah
membawa harapan akan akses kesehatan yang lebih baik untuk 3.2 juta masyarakat di
sekitarnya. Mulanya, sekolah kedokteran terdekat berjarak sekitar 400 kilometer. Pada
saat itu, 80% daerah di 100 kota area tersebut tidak memiliki dokter. Daerah-daerah ini
memiliki angka mortalitas bayi dan penyakit menular yang tinggi. Pada tahun 2011, sebuah
tinjauan dari total 164 lulusan sekolah ini mendapatkan bahwa 85% di antaranya bekerja di
daerah, dengan setengahnya di pedesaan dan area terpencil; dan secara keseluruhan, 90%
lulusannya tetap bekerja di Filipina, dibanding dengan 32% dari lulusan nasional. Antara
tahun 1994 dan 2008, angka mortalitas bayi di Zamboanga turun sekitar 90%, jauh
melebihi penurunan rata-rata nasional sebesar 50%.Sekolah kedokteran ini terus merekrut
siswa-siswa dari daerah dan mengikuti kurikulum yang diintegrasikan secara mendalam
dengan kebutuhan kesehatan masyarakat lokal.
Terdapat variasi mendasar pada ketersediaan dan kesiapan layanan kesehatan.Di dalam dan
luar negeri, kepadatan rumah sakit dan klinik sangat berbeda.Layanan kesehatan primer bisa
saja berjarak berjam-jam dari daerah pedesaan paling miskin. Di sub-Sahara Afrika, alat
kesehatan dasar seperti termometer dan stetoskop hanya tersedia di separuh fasilitas
kesehatan Etiopia, tetapi di Burkina Faso alat-alat tersebut dapat ditemukan di hampir seluruh
fasilitas (Gambar 4.2). Ketersediaan dan kesiapan operasional layanan kesehatan merupakan
kondisi penting untuk menyediakan layanan yang bermutu.Meski demikian, sebagaimana yang
didiskusikan di seluruh dokumen ini, hal tersebut saja tidak cukup untuk menyediakan layanan
yang bermutu.
Mutu layanan kesehatan mula-mula akan dinilai dari ketersediaan kebutuhan dasar, seperti air
bersih, listrik yang andal, sanitasi yang baik dan pembuangan sampah yang aman. Dalam
survei tahun 2014, kurang dari seperempat fasilitas di Nigeria memiliki air bersih, sanitasi dan
listrik yang andal.Bahkan, WHO memperkirakan bahwa 40% fasilitas kesehatan di negara
berpenghasilan rendah dan menengah kekurangan air dan hampir 20% tidak memiliki sanitasi
yang baik.Kebutuhan dasar ini sangat diperlukan dalam memberikan layanan yang
bermutu.Standar minimal harus dipenuhi dan diwajibkan, dan dibutuhkan pula perbaikan
berkelanjutan. Akreditasi, inspeksi dan bentuk pengkajian eksternal lain serta sertifikasi telah
digunakan secara luas untuk mengevaluasi fasilitas kesehatan melalui pembandingan dengan
standar yang eksplisit.Meski demikian, kekuatan dari bukti yang mendukung satu kali
pengkajian eksternal ini masih terbatas (80, 81).Oleh sebab itu, sistem kesehatan kini semakin
bergerak ke arah evaluasi performa penyedia layanan kesehatan yang lebih berkelanjutan dan
formatif, termasuk pengukuran outcome dan pengalaman pasien (15).
4.2.3Obat-obatan, peralatan dan teknologi dengan desain dan penggunaan yang aman
Jaminan akses terhadap obat-obatan, peralatan dan teknologi yang aman dan efektif, termasuk
transfusi darah, merupakan kebutuhan dasar untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang
efektif.Upaya pembatasan produk yang tidak aman atau tidak efektif secara aktif sangat penting
untuk keselamatan pasien.Akses, dan standar pelayanan minimal untuk, obat-obatan dan
teknologi lain telah membaik tetapi masih terdapat kesenjangan dalam perbekalan dasar.
Masalah yang luas dan serius mengenai produk palsu turut mempersulit masalah.
Standar regulasi untuk hal ini sangat bervariasi.Contohnya, di beberapa negara, antibiotik dapat
dibeli tanpa resep, menyebabkan penggunaan yang sebenarnya tidak diperlukan serta
meningkatkan ancaman resistensi antimikroba (82).Bahkan, ketika penggunaan obat-obatan
sudah diatur dengan layak pun masih terjadi kesalahan pada satu dari 10 resep, sebagian
besar adalah salah dosis (83).Berdasarkan sebuah laporan, hanya 30-40% pasien di negara
berkembang yang mendapat terapi obat-obatan sesuai dengan pedoman klinis (84).Peran
pasien dalam penggunaan obat dan alat kesehatan secara aman dan efektif juga sangat
penting.Sistem kesehatan biasanya tidak memberi cukup perhatian dalam pemberian informasi
dan dukungan pada pasien terkait penggunaan obat-obatannya. Poin ketiga dari WHO Global
Patient Safety Challenge –Medication Without Harm – disampaikan saat Global Ministerial
Summit on Patient Safety kedua di Bonn, Jerman pada Maret 2017 dengan tujuan mengurangi
cedera berat terkait obat-obatan yang sebenarnya dapat dihindari sebesar 50% di tingkat global
untuk jangka waktu lima tahun ke depan.
Alat kesehatan membutuhkan perawatan, pelatihan bagi penggunanya, dukungan backup, dan
akhirnya, pemusnahan.Menyumbangkan peralatan – yang penting di beberapa negara
berpenghasilan rendah – menimbulkan beberapa halyang harus diperhatikan.Kecuali jika suku
cadang, bahan habis pakai dan pelatihan bagi pengguna tersedia, perlatan seperti itu bisa saja
tidak dapat dipakai atau tidak aman. Tiga dari 10 negara tidak memiliki regulasi nasional yang
mengatur teknologi medis seperti apa yang dapat digunakan, dan bagaimana cara
penggunaannya (85). Transfusi darah merupakan kasus tersendiri.Banyak negara
berpenghasilan rendah tidak dapat melakukan skrining darah untuk HIV, hepatitis B, hepatitis C
dan sifilis.Dengan demikian, penerima transfusi memiliki risiko yang sebenarnya tidak dapat
diterima untuk tertular infeksi.
Regulasi nasional tentang obat-obatan dan alat kesehatan dapat membantu menjamin produk
yang digunakan bermutu baik, tersedia dalam jumlah yang cukup dan dengan harga terjangkau.
Standarisasi proses pengkajian teknologi kesehatan didiskusikan pada bab selanjutnya. Sistem
undang-undang dengan kekuatan hukum yang mengatur tentang perancangan dan
pengembangan, penjualan, penggunaan dan pembuangan sangat bermanfaat guna menjamin
mutu dan keamanan di area ini.Pedoman dan checklistdapat mendorong ketepatan
penggunaannya di lapangan.Hal ini juga harus didampingi oleh sistem surveilans untuk
mengawasi ketepatan penggunaan, yang dapat mendeteksi kecelakaan serta efek
samping.Pemberian darah secara sukarela tanpa-bayaran dapat meningkatkan persediaan dan
keamanan darah.Keamanan dapat berubah jika seluruh sistem kesehatan mengadopsi metode
ini untuk donor (86). Risiko transfusi dapat dikurangi melalui pengkajian mutu eksternal tentang
proses pengambilan, penyiapan dan pemberian produk darah.
Pengukuran mutu layanan kesehatan yang akurat dan tepat waktu mengenai pengalaman
pasien dan outcome yang didapatkan masih tetap menjadi tantangan, hal ini menggambarkan
betapa sedikit dana yang digunakan pemerintah untuk sistem informasi kesehatan. Sebagian
besar sistem kesehatan OECD hanya menginvestasikan 2-4% dari total belanja kesehatan
untuk sistem informasi. Akibatnya, data mengenai mutu dan outcome sering tidak bisa
didapatkan sama sekali, atau diambil dengan cara yang tidak dapat dianalisa atau dibandingkan
karena tidak ada standarisasi terminologi. Bahkan setelah datanya terkumpul pun,
penerjemahan data-data ini menjadi informasi yang dapat digunakan untuk kegiatan
peningkatan mutu masih tetap menjadi tantangan besar.
Meski demikian, informasi dengan performa baik sangat bermakna untuk meningkatkan mutu
layanan. Proyek European Health Care Outcomes, Performance and Efficiency (EuroHOPE)
menemukan bahwa angka ketahanan hidup setelah serangan jantung bervariasi hingga dua kali
lipat dalam sebuah sistem kesehatan nasional (88). Agar rumah sakit-rumah sakit dan klinik-
klinik dapat memberikan layanan yang baik dengan level yang sama, dibutuhkan data
perbandingan yang lebih banyak tentang variasi mutu dan outcome, untuk dianalisa dan
disebarkan sebagai best practice dan guna mendukung fasilitas kesehatan dengan performa
buruk. Sebagaimana halnya EuroHOPE, European Collaboration for Healthcare
Optimization(89) dan OECD Health Care Quality Indicators Project(35) juga dapat menjadi
contoh tren penyusunan skema data mutu secara global (Kotak 4.2).
Kotak 4.2 Studi kasus :OECD Health Care Quality Indicators Project
OECD Health Care Quality Indicators Projectdimulai pada tahun 2001 dengan tujuan
mendapatkan perbandingan mutu layanan kesehatan di tingkat international, dan dengan
demikian, mengidentifikasi dan membagikan best practice untuk mengawasi, menjamin dan
meningkatkan mutu. Para pakar dalam proyek ini berasal dari negara-negara OECD maupun
non-OECD, dan juga organisasi internasional seperti WHO, European Commission dan
lembaga-lembaga penelitian.
Sekitar 50 indikator telah dilaporkan (termasuk layanan primer, perawatan di rumah sakit,
layanan kesehatan jiwa, keselamatan pasien dan pengalaman pasien) dari 40 negara.
Indikator mutu layanan kesehatan yang dapat dibandingkan dipublikasikan bersama dengan
data statistik kesehatan OECD lain mengenai pembelanjaan, sumber daya dan utilisasi untuk
menunjang interpretasi.
Sering terjadi, data ditinggalkanbegitu saja untuk diolah dalam sistem paper-based yang tidak
terorganisasi dengan baik, atau terjebak dalam tempat penyimpanan digital yang tidak
kompatibel satu dengan lain. Penggunaan dan pemanfaatan informasi dengan benar dan tepat
waktu sangatlah penting.Health Data Collaborative, sebuah inisiatif global yang dipimpin oleh
WHO, World Bank dan United States Agency for International Development (USAID), mencoba
menjawab tantangan ini. Dengan cara bekerja sama dengan badan internasional dan negara-
negara individual, Health Data Collaborative mencari cara untuk memadukan cara pengambilan
dan pelaporan data sistem kesehatan secara global, yang bertujuan untuk melacak performa
sistem kesehatan dan kemajuannya dalam mencapai target kesehatan SDGs dengan lebih baik
(90). Begitu pula dengan Primary Health Care Performance Initiative(79) yang bertujuan
membagikan hasil-hasil yang bisa dibandingkan secara internasional mengenai performa
sistem kesehatan primer secara global dan menunjang peningkatan performa melalui
penyebarluasan hasil-hasil dan best practice peningkatan performa.
Informasi dasar tentang seluruh kelahiran dan kematian harus dicatat dengan
cermat.Pencatatan sipil yang efektif merupakan tulang punggung infrastruktur informasi sistem
kesehatan.Data kebutuhan, intervensi dan outcome untuk kelompok-kelompok pasien tertentu
(misalnya pasien dengan HIV, kanker atau penyakit jiwa) dapat diambil dari sini.
Pencatatan sipil merupakan penanda pribadi bagi seseorang.Hal ini bisa menghubungkan data
dari berbagai pihak sepanjang waktu dan dapat digunakan untuk melacak performa layanan
kesehatan.Jika undang-undang perlindungan privasi mencegah keterkaitan data anonimtentang
pengalaman kesehatan seseorang di tempat dan waktu yang berbeda secara, maka tidak ada
jalan untuk mengevaluasi keseluruhan perjalanan perawatan (Kotak 4.3).
Kotak 4.3 Studi kasus :Meningkatkan pencatatan sipil dan statistik vital di Uganda
Hanya satu dari lima di antara 1.5 juta kelahiran per tahun di Uganda yang didaftarkan ke
catatan sipil dan sistem statistik vitalnasional. Para keluarga seringkali harus menempuh
jarak jauh untuk mendaftarkan seseorang, dan ini membutuhkan biaya.Sistem paper-based
sering menyebabkan keterlambatan penerbitan akte kelahiran.Bahkan di antara kelahiran
yang sudah didaftarkan pun, separuhnya tidak mendapat akta kelahiran.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan Uganda Telecom melaksanakan Mobile Vital
Records System, yang menghubungkan pengguna telepon genggam dan komputer rumah
sakit ke server pemerintah pusat. Untuk kelahiran di luar fasilitas kesehatan, terdapat
sukarelawan – biasanya kepala desa – untuk mengumpulkan dan mengirim informasi
kelahiran ke pusat data pemerintah melalui layanan gratis dari telepon genggam mereka.
Petugas akan mengkaji informasi tersebut dan jika dianggap terpercaya, maka diterbitkan
akte kelahiran. Sukarelawan komunitas mendapat pemberitahuan melalui pesan
singkat.Penggunaan Mobile Vital Records System telah meningkatkan pencatatan kelahiran
secara substansial, dan hal ini meningkatkan penyebarluasan program ini.Saat ini program ini
juga dilakukan di sekolah-sekolah untuk mencapai anak-anak yang belum terdaftar
sebelumnya.
Perpindahan dari rekam medispaper-based menjadi rekam medis elektronik yang unik dan
dapat digunakan di berbagai seting fasilitas kesehatan akan membantu proses pengawasan
performa layanan kesehatan. Penting juga untuk menyediakan dukungan terhadap klinisi,
manajer dan pembuat-kebijakan dalam menerjemahkan data dan menggunakannya untuk
peningkatan mutu.
Pada akhirnya, di tahun 2017, kementerian kesehatan dari berbagai negara OECD setuju
bahwa sistem kesehatan di negara masing-masing dijadikan pembanding (benchmark)
menggunakan rancangan terbaru indikator mutu yang dilaporkan oleh pasien (30). Sistem
informasi kesehatan yang lebih canggih akan melakukan survei pada pasien secara langsung,
untuk memantau dan membandingkan pandangan para pasien mengenai mutu layanan
kesehatan yang diterima dan memantau outcome kesehatan masing-masing pasien (93).
Strategi ini merupakan perkembangan penting yang mendukung perubahan paradigm dari
sistem pengukuran yang berfokus pada penyedia layanan kesehatan ke sistem yang berfokus
pada pasien, dimana pengukuran didasarkan pada pengalaman dan outcome dari perspektif
pasien (94).
4.2.5Mekanisme finansial yang memungkinkan dan mendorong layanan yang bermutu
Tidaklah mengejutkan bahwa cara pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan dana untuk
pembiayaan layanan kesehatan, dapat berdampak besar terhadap mutu dan outcome layanan
kesehatan. Pertama, tidak ada bukti mutlak bahwa dana harus dibayar dan dikumpulkan
sebelum seseorang membutuhkanperawatan, melalui skema asuransi wajib (dengan kontribusi
subsidi silang bagi masyarakat yang tidak dapat membayar asuransi). Alternatifnya –
membayar tunai langsung saat membutuhkan perawatan – berarti masyarakat tidak mendapat
perawatan saat dibutuhkan dan akhirnya menjadi lebih sakit, atau dapat tiba-tiba menjadi
sangat miskin (65).
Bagaimana pembiayaan mengalir dari badan asuransi ke penggunanya, untuk membayar atau
membayar kembali (reimburse) perawatan, merupakan hal yang sangat penting. Ada beberapa
kemungkinan mekanisme, seperti fee for service, kapitasi, atau dana blok tahunan (ditransfer ke
rumah sakit atau klinik, berdasarkan perkiraan atau pengeluaran sebelumnya). Masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan, ada yang lebih menghargai aktivitas layanan daripada
outcome, ada pula yang memberi insentif lebih banyak pada tindakan preventif daripada
perawatan reaktif. Tidak ada cara yang paling benar, dan pada praktiknya biasanya diterapkan
gabungan dari berbagai mekanisme tersebut. Yang penting dari perspektif mutu layanan adalah
bahwa gabungan mekanisme tersebut dirancang dengan cerdas, sebisa mungkin sesuai
dengan kebutuhan lokal, dapat mengkoordinasikan insentif untuk perawatan pasien dengan
kebutuhan kompleks, memiliki investasi yang baik dalam layanan primer dan preventif, memberi
penghargaan bagi layanan yang bermutu, dan memberi sanksi bagi layanan yang tidak
memenuhi standar. Oleh sebab itu, sistem kesehatan merupakan mekanisme yang terus
mengalami perkembangan rancangan untuk membiayai rangkaian perjalanan perawatan, dan
terus bereksperimen dengan pembayaran berbasis-mutu.
Salah satu yang sejalan dengan inovasi-inovasi tersebut, sebagaimana yang telah diterapkan di
seting masyarakat berpenghasilan rendah, adalah pay for performance (P4P), atau pembiayaan
berbasis-hasil.Program yang dirancang dengan seksama dan dalam waktu terbatas ini,
membayar penyedia layanan kesehatan untuk melaksanakan suatu intervensi spesifik dengan
prioritas tinggi.Hampir dua pertiga negara-negara OECD minimal memiliki satu skema P4P,
umumnya dalam layanan primer.Kajian sistematik secara tentatif menyebutkan dampak positif
P4P dan program pembiayaan berbasis-hasil terhadap mutu di negara-negara OECD (93).Hasil
pembiayaan berbasis-hasil di seting negara berpenghasilan rendah cukup bervariasi, sejauh ini
memiliki dampak sedang terhadap peningkatan mutu, khususnya untuk kondisi yang tidak
menjadi target.Secara keseluruhan, inovasi pembayaran juga dapat digunakan untuk
mendapatkan keuntungan kolateral yang berkesinambungan – misalnya perbaikan protokol
perawatan, peningkatan kolaborasi antar penyedia layanan, dan perbaikan sistem informasi –
terhadap kebutuhan, aktivitas, outcome, dan biaya layanan kesehatan.
Saat pemerintah berencana untuk mewujudkan universal health coverage, terdapat tiga prinsip
dasar rancangan yang harus dipertimbangkan. Pertama, layanan harus dibangun dengan cara
yang memenuhi kebutuhan kesehatan lokal. Walaupun hal ini sudah jelasm banyak sistem
kesehatan yang fokus pada kesehatan masyarakat.Yang terjadi adalah, jaringan layanan
kesehatan saat ini merupakan produk warisan sejarah, atau hasil dari lobi politik atau dari
pembiayaan donor sementara.Masyarakat lokal bisa menjadi saksi dari rancangan sistem yang
diperuntukkan bagi mereka ini.Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah
berhadapan dengan ancaman tingginya kejadian penyakit menular, hal ini menunjukkan bahwa
sistem kesehatan negara-negara tersebut perlu memperkuat fungsi kesehatan masyarakat
pada area-area seperti surveilans, laboratorium dan imunisasi rutin.Negara-negara ini juga
mungkin menerima sumbangan dana dalam bentuk hibah program untuk mengendalikan atau
memusnahkan penyakit tertentu. Meski demikian, karena ancaman penyakit tidak menular yang
juga meningkat, dibutuhkan pula layanan kesehatan yang mampu mendukung para pasien
seumur hidup, dengan perawatan proaktif untuk menangani penyakitnya, mencegah komplikasi
dan meningkatkan kualitas hidup (Kotak 4.4).
Kotak 4.4 Studi kasus :tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan penyakit kronik
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan salah satu faktor risiko paling sering dan
penting bagi kematian dan kelumpuhan dini secara global.Hipertensi yang tidak mendapatkan
terapi dapat menyebabkan penyakit ginjal, penyakit jantung iskemik dan stroke (yang terakhir
adalah dua penyebab utama kematian di seluruh dunia). Hipertensi terjadi pada satu dari tiga
orang dewasa berusia di atas 20 tahun di seluruh dunia, sekarang dengan prevalensi yang
lebih tinggi pada negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada negara
berpenghasilan tinggi (prevalensi dengan usia-terstandar adalah 31.5% dibanding 28.5%). Dari
sekitar 1.5 juta penderita hipertensi, kurang dari setengahnya yang sadar dengan kondisinya;
hanya 36.9% mendapat terapi yang tepat; dan hanya 13.8% yang berhasil mengontrol
tekanan darahnya secara efektif. Kesenjangan signifikan dalam kesadaran dan terapi ini
terjadi sesuai dengan tingkat pendapatan negara : pada negara berpenghasilan tinggi
dibanding negara berpenghasilan rendah dan menengah, angka diagnosis dan terapi dua kali
lipat lebih tinggi dan proporsi pasien dengan tekanan darah terkontrol empat kali lipat lebih
tinggi.
Di Kosta Rika, sektor layanan primer yang inovatif menjadi landasan kuatbagi sistem
perawatan kesehatan sisanya. Klinik komunitas, atau timperawatan kesehatan dasar
terpadu (equipos básicos de atención integral de salud, EBAIS) adalah unit fungsional dari
layanan primer ini. Setiap EBAIS melayani sekitar 1.000 rumah tangga.Masing-masing
terdiri dari minimal satu dokter, satu perawat dan satu tenaga kesehatan asisten. Personil
lain seperti pekerja sosial, dokter gigi, teknisi laboratorium, apoteker dan ahli gizi, juga
dapat mendukung pelayanan klinik.
Kerangka kerja layanan primer yang terperinci mengevaluasi otoritas kesehatan setempat
menggunakan 30 indikator yang meliputi akses, kesinambungan, efektivitas, efisiensi,
kepuasan pasien dan kompetensi organisasi.Untuk setiap indikator, ditetapkan target
nasional dan dasbor hasil lokal dipublikasikan, sehingga para penyedia layanan
kesehatandapat membandingkan kinerja mereka dengan tolok ukur nasional, regional dan
lokal.
Data nasional menunjukkan bahwa 80% presentasi layanan primer dapat diselesaikan di
tingkat tersebut, tanpa perlu dirujuk ke layanan sekunder.Tersedia pedoman rujukan, dan
rumah sakit rujukan dapat mengembalikan jika ada tahapan yang belum diselesaikan di
layanan primer.Dokter rumah sakit juga melatih sejawat yang bekerja di EBAIS untuk
memperkuat manajemen perawatan primer.
Jika kelompok-kelompok pasien dapat didorong untuk terlibat dalam aksi kolektif,
masyarakatakan mendapat manfaat besar dari dukungan orang lain dengan masalah
kesehatan yang sama. Program Patients for Patient Safetydari WHO dapat menggambarkan
hal ini dengan baik.Program ini telah memberdayakan jaringan pendukung pasien global yang
bertujuan untuk mendorong kolaborasi antara pasien,keluarga, masyarakat, penyedia layanan
kesehatan dan pembuat kebijakan agar layanan kesehatan menjadi lebih aman melalui sudut
pandang dan pengalaman pasien itu sendiri (100).
Dalam skala yang lebih luas, kolaborasi dengan lembaga non-pemerintah, kelompok komunitas
akar rumput dan organisasi perwakilan pasien juga menawarkan potensi keuntungan
besar.Organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada masalah kesehatan semakin marak
berkembang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Kotak 4.6).Kelompok-
kelompok ini tidak hanya sekadar menawarkan saran dan dukungan – mereka juga membantu
masyarakat untukmemperjuangkan hak mereka atas layanan yangbermutu tinggi. Sebuah
tinjauan literatur oleh Laverack (101)menggambarkan beberapa caratentang bagaimana
keterlibatan masyarakat dapat memperkuat sistem kesehatan. Termasuk di antaranya adalah
memperkuat jaringan sosial, mengembangkan keterampilan lokal seperti kepemimpinan,
mobilisasi sumber daya, atau hanya cara sederhana dengan bertanya "Kenapa?"
Kotak 4.6 Studi kasus : menggunakan Suara dan Aksi Warga untuk memberdayakan
masyarakat di Uganda
Mereka juga menggunakan kartu skor untuk menilai fasilitas kesehatan berdasarkan
kriteria yang disusun oleh mereka sendiri, serta diadakan pertemuan antara masyarakat
sipil, pemerintah dan penyedia layanan dimana seluruh stakeholder dapat meninjau bukti-
bukti dan komitmen terhadap rencana aksi yang sudah ditetapkan untuk meningkatkan
layanan.
Model The Citizen Voice and Actionini telah berhasil diterapkan di Uganda pada tahun 2004
sebagai jawaban atas buruknya layanan kesehatan di level primer. Tujuan utamanya adalah
untuk memperkuat akuntabilitas penyedia layanan terhadap klien warganya dengan
mengenalkan proses, menggunakan organisasi berbasis-masyarajat sebagai fasilitatornya,
dimana masyarakat harus dapat mengelola dan mempertahankannya sendiri. Satu tahun
setelah penerapannya, fasilitas kesehatan di desa tempat perlakuan (dibandingkan dengan
desa pembandingnya) mengalami penurunan rata-rata waktu tunggu sebesar 12 menit dan
penurunan angka ketidakhadiran pasien sebesar 13%.Desa perlakuan juga mengalami
penurunan angka mortalitas di bawah 5 tahun sebesar 33%; peningkatan proses persalinan
dengan didampingi tenaga kesehatan sebesar 58%; dan peningkatan jumlah pasien yang
mencari layanan prenatal sebesar 19%.Kemajuan ini terus dipertahankan sampai empat
tahun setelah proyek ini dimulai.
Calon ibu dengan tekanan darah tinggi, atau lansia dengan diabetes, arthritis dan kurang
pendengaran, keduanya membutuhkan cakupan pelayanan yang harus dilaksanakan dengan
efektif – tidak hanya dalam sistem kesehatan formal, tetapi juga di masyarakat dimana mereka
akan kembali hidup dan bekerja. Seorang muda dengan skizofrenia membutuhkan perawatan
yang dikoordinasi dengan seksama untuk mengelola problem kesehatan mentalnya, tetapi
harus pula berhadapan dengan deretan problem kesehatan fisik kronik yang dapat menurunkan
angka harapan hidup sampai 25 tahun pada pasien dengan penyakit kejiwaan berat.
Dibutuhkan sistem kesehatan kompleks yang dapat menyediakan seluruh jalur perawatan
(promosi kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis, terapi, manajemen penyakit, rehabilitasi
dan perawatan paliatif) secara konsisten, efektif, aman dan dengan cara yang dihargai oleh
pasien dan keluarga.
Tata kelola sistem kesehatan yang efektif memilikibeberapa tugas, termasuk mempertahankan
pengawasan strategis atas tujuan dan prioritas; mendapatkan informasi dan analisis yang
diperlukan untuk melacak apakah tujuan dapat dipenuhi; merancang aturan, kebijakan dan
proses untuk mengarahkan sistem ke arah yang diinginkan; serta menciptakan dan memelihara
kolaborasi di dalam dan di luar sistem kesehatan.
Memasukkan hak atas perawatan kesehatan, sesuai dengan kebutuhan, ke dalam undang-
undang nasional adalah langkah berharga untuk membuat kemajuan menuju universal health
coverage.Pengalaman menunjukkan bahwa komitmen de jure sering gagal menerjemahkan,
secara de facto, ke dalam akses untuk perawatan bermutu tinggi.Menyiapkan lembaga nasional
yang bertanggung jawab untuk pemantauan dan peningkatan mutu juga merupakan langkah
penting.Idealnya, lembaga tersebut harus independen dari penyedia asuransi dan penyedia
layanan kesehatan, dengan kekuatan pengaturanuntuk mengumpulkan, menganalisa dan
mempublikasikan data mutu dan outcome.Perannya juga dapat mencakup penyebarluasan
pelajaran dari fasilitas dengan performa tinggi dan mendukung fasilitasdengan performa buruk
untuk mengatasi kesenjangan kinerjanya.
Berfokus pada pasien artinya adalah sistem kesehatan harus dapat menjamin :
Sistem kesehatan masih perlu banyak berusaha untuk menyediakan layanan yang berfokus
pada pasien, hal ini disebabkan oleh karena sistem kesehatan masih menitikberatkan kegiatan
pada pengobatan dan terapi penyakit seseorang daripada mencegah penyakit atau
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan.Sistem kesehatan memprioritaskan layanan
spesialis sebagai investasi dan berkonsentrasi pada sumber daya.Layanan primer dapat
dirancang agar dapat menjadi mediator antara kebutuhan masyarakat dan lingkup persyaratan
di sistem kesehatan.Layanan primer dapat memenuhi peningkatan peran koordinasi tersebut
yang membutuhkan perawatan berfokus pada pasien (Gambar 4.3).Langkah penting untuk
menjaga fokus pada pasien ini tetap berada dalam jalur adalah, dengan menjamin
keseimbangan peran layanan primer dan sekunder, melalui publikasi laporan rutin analisa
kinerja sistem kesehatan secara keseluruhan.
Mutu dapat dijadikanlandasan sistem layanan kesehatan, tidak peduli seberapa jauh jalan yang
telah ditempuh untuk mewujudkan universal health coverage.Pendekatan yang berfokus pada
mututerhadaptenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, obat-obatan, alat kesehatandan teknologi
lain, sistem informasi, dan finansial sangat penting dalam semua tahap
pengembangan.Membangun landasan sistem kesehatan yang bermutu perlu menjadi prioritas
dalam pemikiran, perencanaan dan penyusunan kebijakan.Tetapi diperlukanlebih banyak
tindakan yang harus segera dilakukan untuk menciptakan sistem kesehatan yang bermutu.
Sistem kesehatan harus mengubahhierarki top-down dalamkerjasama dan kolaborasi
berdasarkan jalur dan jaringan, dengan layanan primer sebagai landasannya dan pasien di
pusatnya. Transformasi hubungan ini harus disertai dengan mekanisme baru untuk
menggenggam pemerintah dan pimpinan sistem kesehatan untuk mempertanggungjawabkan
dan membangun kepercayaan publik.Kotak 4.7 menguraikan tindakan-tindakan utama yang
dapat diambil untuk manjamin bahwa mutudijadikanlandasan sistem layanan kesehatan.
Bab berikutnya menjelaskan dengan lebih rinci mengenai jenis intervensi yang dapat dilakukan
bersama dan diimplementasikan pada level makro, meso dan mikro untuk meningkatkan mutu
layanan kesehatan.
Kotak 4.7 Aksi penting : menjadikan mutu sebagai landasan distem kesehatan
Untuk menjamin bahwa mutu dijadikan landasan sistem layanan kesehatan untuk
mewujudkan universal health coverage, maka pemerintah, pembuat kebijakan, pimpinan
sistem kesehatan, pasien dan klinisi harus bekerja sama untuk :
Mutu adalah konsep yang kompleks dan memiliki berbagai segi.Perjalanan untuk
mewujudkannya membutuhkan perancangan dan penyebaranberbagai kombinasi intervensi
terpisah secara terus menerus. Sangat penting untuk memahami saling ketergantungan ini
dalam merancang sistem kesehatan di masa depan. Contohnya, menyusun standar perawatan
merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu, tetapi, agar standar tersebut dapat dijalankan
secara reliable, dibutuhkan beberapa upaya tambahan seperti pelatihan dan supervisi,
pengawasan terhadap kepatuhan dan umpan balik pada penyedia layanan kesehatan. Proses
penyusunan standar yang tidak dijalankan bersama dengan dukungan-dukungan lain dan
tindakan yang saling ketergantungan tersebut akansangat kecil nilainya (104, 105).
Bab ini mendeskripsikan sejumlah hal yang dapat mendongkrak upaya peningkatan mutu
layanan kesehatan dan mendiskusikan alasan diperlukannya penyusunan kebijakan dan
strategi nasional terkait-mutu.Dibahas pula mengenai sasaran umum pencapaian mutu melalui
bermacam-macam intervensi, pada seluruh level sistem kesehatan – dari kebijakan dan
regulasi level-nasional hingga ketentuan langsung mengenai perawatan pasien individual. Bab
ini juga menjelaskan tentang saling ketergantungan antar berbagai hal tersebut terhadap
perubahan dan perlunya menghindari pendekatan jalur-tunggal. Hal-hal yang dapat
mendongkrak upaya peningkatan mutu harus disesuaikan untuk masing-masing negara karena
keputusan terkait-kesehatan dapat dibuat pada level subnasional dan masyarakat, dan juga
diperlukan kepekaan terhadap faktor kontekstual yang unik.
Penyusunan, pematangan dan eksekusi kebijakan dan strategi mutu nasional merupakan
prioritas yang terus berkembang ketika sebuah negara berupaya secara sistematis untuk
meningkatkan performa sistem kesehatannya.Kebijakan dan strategi mutu nasional yang
dirancang dengan seksama – sembarimenerapkan pendekatan berbasis informasi – merupakan
salah satu pertimbangan yang penting bagi sebuah negara jika negara tersebut berupaya
mencapai peningkatan akses ke layanan kesehatan guna menghasilkan outcome terbaik yang
dapat diraih.
Tetapi mengapa negara perlu fokus dalam mengarahkan mutu melalui upaya nasional?Setiap
negara memiliki budaya, kebutuhan masyarakat dan warisan sejarah tersendiridalam
membentuk sistem kesehatannya.Meski demikian, kebanyakan negara berbagi sejumlah
sasaran dan kesadaran mengenai konteks strategis untuk layanan kesehatan. Terdapat enam
area utama yang memiliki kesamaan :
Kepercayaan bahwa layanan kesehatan yang bermutu-tinggi, aman dan berfokus pada
pasien merupakan barang publik yang harus dilindungi bagi seluruh warga;
Penerimaan bahwa peningkatan akses layanan kesehatan tanpa memperhatikan mutu
layanan tidak akan menghasilkanoutcome kesehatan masyarakat yang diharapkan;
Pengetahuan bahwa strategi peningkatan efisiensi sistem kesehatan harus dilakukan
dengan kondisi finansial yang semakin sempit;
Kebutuhan untuk menyejajarkan performa layanan kesehatan pemerintah dan swasta di
pasar kesehatan yang terpecah-pecah dan bermacam-macam;
Kesadaran bahwa mutu layanan kesehatan penting bagi ketahanan dalam konteks
politis keamanan kesehatan nasional dan global;
Pemahaman bahwa pemerintahan yang baik berarti memenuhi kebutuhan masyarakat
mengenai transparansi standar perawatan, pilihan terapi, performa danoutcome yang
bervariasi.
Negara menghadapi tantangan untuk membentuk atau mematangkan kebijakan dan strategi
terkait-mutu melalui konsensus nasional. Negara juga harus menyadari bahwa mengarahkan
perubahan menuju visi masa depan mencapai performa yang lebih baik akan selalu dibatasi
oleh realita praktis mengenai bagaimana dan di mana layanan kesehatan yang saat ini tersedia.
Kebijakan nasional mengenai mutu layanan kesehatan disusun melalui berbagai struktur
pemerintahan.Di beberapa negara, hal ini dilakukan melalui pembentukan struktur administratif
dan pemerintahan baru atau memperbaruibentuk sesuatu yangdiwajibkan(misal, registrasi dan
perizinan dokter) atau membuat mekanisme regulasi baru (misalnya, inspeksi dan akreditasi).
Hal ini dapat memicu kebutuhan akan dokumen kebijakan mutu nasional secara nyata. Pada
kondisi lain, implementasi kebijakan dan strategi mutu nasional bisa saja hanya menjadi bagian
dari rencana sektor kesehatan rutin tiap lima tahun atau merupakan dokumen internal dari
kementerian kesehatan. Tidak ada jalan tunggal yang mutlak benar untuk melakukan hal ini,
tetapi sebagian besar pendekatan meliputi satu atau lebih dari beberapa proses berikut :
Kebijakan mutu dan strategi implementasi merupakan bagian dari rencana nasional
sektor kesehatan jangka-panjang yang resmi;
Dokumen kebijakan mutu disusun sebagai dokumen nasional tersendiri, biasanya
melalui proses yang melibatkan berbagai stakeholder, dengan dipimpin atau didukung
oleh kementerian kesehatan;
Strategi implementasi mutu nasional – dengan agenda tindakan yang terperinci – yang
juga mencakup bagian mengenai area kebijakan esensial;
Memberi kesempatan pada peraturan dan undang-undang untuk mendukung kebijakan
dan strategi.
Kotak 5.1 dan 5.2 merupakan studi kasus mengenai implementasi kebijakan dan strategi
mutu nasional sektor kesehatan di Etiopia dan Sudan.
Kotak 5.1 Studi kasus : Etiopia – Strategi Mutu Layanan Kesehatan Nasional 2016-2020
Etiopia berada di urutan kedua negara paling padat penduduk di Afrika, dengan jumlah
populasi sekitar 100 juta.Sejak tahun 1995, sektor kesehatan negara ini mengalami
reformasi signifikan melalui penerapan Health Care Financing Strategy.Health Sector
Transformation Plan telah mengidentifikasi empat agenda prioritas perubahan : menjamin
layanan kesehatan yang bermutu diberikan dengan adil; berfokus pada perubahan level
distrik; memperkuat sistem informasi kesehatan; dan menciptakan tenaga kesehatan yang
simpatik, menghargai dan peduli.
Ethiopian National Health Care Quality Strategy diluncurkan pada Maret 2016.Untuk
melaksanakan strategi tersebut, Direktorat Mutu Layanan Kesehatan telah menyusun
perangkat peningkatan mutu yang dapat digunakan untuk audit klinis layanan kesehatan
dengan prioritas-tinggi di beberapa rumah sakit terpilih. Dilakukan pula pelatihan nasional
mengenai mutu layanan kesehatan dan metode audit bagi para kader terpilih dari seluruh
rumah sakit. Sistem data mutu terbaru memungkinkan integrasi indikator mutu kunci
dengan sistem informasi manajemen kesehatan yang ada (106).
Sejumlah prioritas yang penting bagi implementasi strategi ini meliputi penguatan Komite
Mutu Nasional yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan; mendukung pembentukan unit
mutu di badan kesehatan regional dan fasilitas kesehatan; pembangunan-kapasitas melalui
pelatihan kader dan bimbingan khusus; integrasi mutu dalam kurikulum kesehatan pre-
klinis; meningkatkan mekanisme pengawasan dan evaluasi; serta menciptakan kebutuhan
akan mutu dalam masyarakat, dengan fokus pada pelayanan yang menghargai pasien.
Untuk melaksanakan strategi tersebut, Direktorat Mutu Layanan Kesehatan telah
menyusun perangkat peningkatan mutu yang dapat digunakan untuk audit klinis layanan
kesehatan dengan prioritas-tinggi di beberapa rumah sakit terpilih.
Kotak 5.2 Studi kasus : Sudan – Strategi dan Kebijakan Mutu Layanan Kesehatan Nasional
Kesadaran akan mutu layanan di masyarakat dan tenaga kesehatan masih sporadis.
Walaupun ada penelitian tentang mutu tetapi tidak ada mekanisme yang memadai untuk
menyebarkan hasilnya antar lembaga, sehingga pengambilan keputusan tidak selalu
didukung dengan data dan bukti yang relevan.Meski demikian, dilakukan pengukuran
untuk mengoreksi celah tersebut.Sejalan dengan Rencana Strategis Sektor Kesehatan
ketiga, maka disusunlah Kebijakan dan Strategi Mutu Layanan Kesehatan Nasional pada
tahun 2017, untuk diimplementasikansepanjang tahun 2017-2020. Kebijakan ini memiliki
empat area prioritas utama : memperkuat pemerintah dan akuntabilitas; kepatuhan
terhadap standar mutu nasional, mempromosikan pendekatan yang berfokus pada pasien
dan mengurangi cedera yang dapat dihindari pada pasien. Fokus khusus diberikan untuk
tenaga kesehatan melalui pelatihan terakreditasi, jalur karir, norma-norma pegawai,
sumber daya manusia untuk sistem manajemen kesehatan, dan penilaian kinerja serta
sistem audit untuk membantu pembangunan-kapasitas.Membentuk hubungan formal
dengan pasien dan masyarakat juga merupakan prioritas dalam agenda Kebijakan dan
Strategi Mutu Nasional.
Yang paling efektif adalah strategi mutu menjadi jembatan antara sistem kesehatan yang saat
ini sudah ada dengan level mutu yang ingin dicapai oleh negara. Hal ini dapat membantu
percepatan pencapaian sasaran dan prioritas kesehatan, menggunakan prinsip manajemen
mutu yang menyertakan proses perencanaan, kontrol dan perbaikan (107). Walaupun bentuk
dan isi kebijakan dan strategi nasional tiap negara akan berbeda-beda, delapan komponen
berikut dapat dijadikan pertimbangan universal :
Kotak 5.3 menggambarkan studi kasus mengenai implementasi strategi mutu nasional
Meksiko melalui Kerangka Kerja Manajemen Mutu yang terkoordinasi.
Kotak 5.3 Studi kasus :Meksiko – Strategi Nasional untuk Konsolidasi Mutu di Fasilitas
dan Layanan Kesehatan
Meksiko, dengan sekitar 120 juta penduduknya, memiliki sistem layanan kesehatan
campuran dengan penyedia layanan berasal dari pemerintah dan swasta.Walaupun sudah
mengalami reformasi besar, termasuk menyediakan sistem perlindungan kesehatan gratis
pada tahun 2003, perubahan demografis dan epidemiologis – seperti populasi lansia dan
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular – terus memberikan tekanan hebat bagi
sistem layanan kesehatan.
Intervensi mutu dapat memerikan dampak signifikan terhadap sebuah layanan kesehatan
tertentu dan juga terhadap sistem kesehatan dalam skala besar. Pemahaman terhadap jenis-
jenis intervensi yang biasa digunakan, dan pengetahuan akan bukti-bukti terkait penggunaan
dan keefektifannya, dapat memberikan pilihan yang lebih jelas tentang intervensi seperti apa
yang sebaiknya dipilih suatu negara. Sifat tantangan layanan kesehatan di berbagai sistem
kesehatan di seluruh dunia sebenarnya hampir sama, selain konteks kebutuhan kesehatan
masyarakat yang berbeda-beda, finansial dan kapasitas tenaga kesehatan. Walaupun
prioritasnya berbeda-beda – penyakit menular atau tidak menular, perawatan akhir hayat atau
kesehatan ibu dan anak – sasaran mutu yang selalu dicari di mana-mana adalah :
Kesenjangan antara apa yang dipahami sebagai perawatan efektif (“memahami”) dan apa yang
biasa dilakukan oleh penyedia layanan (“melaksanakan”) telah didokumentasikan dengan baik
di seluruh dunia. Menutup kesenjangan antara “memahami dan melaksanakan” ini
membutuhkan perubahan dengan berbagai cara di praktik klinis setiap level sistem kesehatan,
mulai dari pertemuan individual antara pasien dan tenaga kesehatan hingga merancang ulang
cara pelaksanaan suatu layanan kesehatan. Keahlian, pengetahuan dan sikap tenaga
kesehatan merupakan hal yang fundamental.Pengukuran untuk mendukung penyedia layanan
kesehatan dalam mewujudkan perawatan paling efektif meliputi sistem pendukung keputusan
klinis yang berkisar dari protokol tertulis hingga perangkat pendukung elektronik. Mengurangi
cedera pada pasien merupakan tujuan utamanya – Diperkirakan bahwa di antara 100 pasien
yang dirawat di rumah sakit, 7 di negara maju dan 10 di negara berkembang akan mengalami
setidaknya satu health care-associated infection (111). Selain tentang pasien individual dan
penyedia layanan, model-model terbaru perawatan sedang dikembangkan dan diterapkan agar
dapat menghadapi berbagi dimensi mutu. Model-model ini mendefinisikan best practice terbaru
untuk melaksanakan layanan kesehatan secara umum dan juga berkaitan dengan populasi
khusus (misalnya, pasien dengan penyakit kronik, anak-anak atau lansia). Model baru
perawatan sering berbasis pada masyarakat, yang melebihi dinding-dinding rumah sakit dan
mengintegrasikan kontribusi layanan primer, spesialis dan organisasi sosial (104).
5.3.2Menetapkan standar
Sistem kesehatan perlu dikembangkan lebih jauh dari sekedar program literasi kesehatan untuk
memaksimalkan potensi fokus pada pasien sebagai titik masuk ke perawatan dengan mutu
yang lebih baik.Terdapat bukti-bukti kuat, dalam berbagai konteks negara, bahwa intervensi
yang melibatkan dan memberdayakan pasien, pengasuh dan keluarga dapat menghasilkan
perawatan yang lebih baik, termasuk perilaku yang sehat, pengalaman pasien yang lebih baik,
utilisasi layanan kesehatan yang lebih efektif, pengurangan biaya dan peningkatan
outcome(100). Sebagai contoh, melibatkan kelompok wanita di Nepal dalam identifikasi
masalah utama kesehatan maternal dan neonatal dan strategi perbaikannya telah mengurangi
kematian bayi baru lahir sebesar 30% dan mengurangi mortalitas maternal sebesar 80% (113).
Pemberian informasi, nasihat dan dukungan dapat membantu para pasien mengelola
kesehatannya sendiri, sertabersama-sama menyusunrencana terapi dan pemeliharaan
kesehatannya.Mekanisme pelibatan masyarakat yang sistematik dan berkelanjutan juga dapat
membantu program peningkatan mutu layanan. Tanpanya, akan muncul hambatan besar
dalamhal niat mencari akses kesehatan bahkan saat dibutuhkan sekalipun.
5.3.4Memberikan informasi dan edukasi bagi tenaga kesehatan, manajer dan pembuat
kebijakan
Agar efektif, sistem informasi untuk peningkatan mutu harus dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kesehatan, manajer fasilitas kesehatan, pimpinan sistem kesehatan, pembuat kebijakan
dan regulator.Hal ini membutuhkan metode informasi dan edukasi dengan sasaran masing-
masing audiens.Tenaga kesehatan membutuhkan informasi pembanding tentang kinerja
mereka, khususnya dalam hal pembanding best practice. Pimpinan, manajer, pembuat
kebijakan, regulator dan penyandang dana juga membutuhkan informasi pembanding. Format
dan fokusnya akan bervariasi berdasarkan area mutu yang dikaji, apakah itu merupakan
layanan (contohnya, layanan maternal), kondisi penyakit (contohnya, perawatan pasien
diabetes), kelompok dalam masyarakat (contohnya, lansia), atau intervensi (contohnya, uptake
vaksinasi campak). Salah satu komitmen yang dibutuhkan dari pimpinan adalah jaminan untuk
memberikan investasi yang memadai dalam sistem informasi dan pemeliharannya. Meski
demikian, percepatan dalam aksesibilitas dan utilitas informasi tidak harus bergantung pada
solusi teknologi yang canggih; sebagai contohnya, dukungan bagi pengambilan keputusan klinis
dapat berupa format dalam komputer atau yang sederhana seperti kertas dengan kotak-kotak
untuk dicentang mengenai proses dasar perawatan anak yang efektif.
Peningkatan mutu bukan merupakan konsep yang statis, tetapi lebih bersifat sistem yang
dinamis dan timbul secara terus menerus. Banyak metode yang telah digunakan untuk
memeriksa dan meningkatkan mutu layanan kesehatan secara berkelanjutan, termasuk
mekanisme tata kelola klinis yang luas; kajian oleh sejawat dan audit klinis; umpan balik
individual; supervisi dan pelatihan; perangkat pendukung pengambilan keputusan klinis
berdasarkan pedoman; dan kolaborasi pembelajaran multidisiplin. Doktrin utama yang
melandasi peningkatan mutu berkelanjutan adalah mekanisme pembelajaran aktif
menggunakan siklus perubahan yang berulang-ulang.Selain itu, menghindari “budaya
menyalahkan dan mempermalukan” pentingagar tidak menimbulkan ketakutan dan penolakan,
yang dibutuhkan adalah keterlibatan yang penuh semangatuntuk bersama-sama
menempuhupaya peningkatan mutu.Tidak ada metode tunggal yang efektif. Intervensi multipel
harus digunakan bersama dengan pemahaman mengenai konteks spesifik. Peran budaya
organisasi merupakan pertimbangan penting dalam menentukan campuran spesifik metode
peningkatan mutu berdasarkan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki.
Insentif dapat berupa finansial, seperti honor, atau non-finansial, seperti pengakuan dan
penghargaan.Pendanaan berbasis kinerja merupakan istilah luas bagi pembayaran tenaga
kesehatan berdasarkan sejumlah indikator kinerja, yang semakin banyak digunakan sebagai
pendongkrak mutu.Model ini meliputi pembelian berdasarkan harga terbaik, sanksi bagi kasus
readmisi, penundaan pembayaran bagi kesalahan medis; dan program performa yang berfokus
pada penguatan layanan primer.Besaran jumlah yang bergantung pada kinerja merupakan
subkomponen dari pembayaran penuh, berdasarkan kisaran modalitas finansial.Bukti-bukti
masih bervariasi mengenai dampak program pembiayaan berbasis kinerja terhadap perubahan
outcome kesehatan dengan sendirinya.Meski demikian, insentif – baik pendekatan finansial dan
non finansial yang makin terkenal – dapat menjadi motivasi penting dan memiliki fungsi yang
berkesinambungan jika digunakan sebagai bagian dari program peningkatan mutu yang kuat.
Pada saat yang bersamaan, perlu diperhatikan untuk menghindari penggunaan insentif secara
tidak tepat atas nama mutu (contohnya, sistem yang memperbolehkan penggunaan sisa obat-
obatan).
Kotak 5.4 merupakan studi kasus penggunaan undang-undang dan peraturan untuk
mendukung pencapaian sasaran mutu layanan kesehatan di Ontario, Kanada.
Kotak 5.4 Studi kasus :Ontario, Kanada – Layanan Prima bagi Seluruh Aksi dan Strategi
Dengan jumlah penduduk yang besar dan populasi yang heterogen sekitar 13.5 juta,
termasuk penduduk asli, maka memberikan layanan bermutu-tinggi secara adil di Ontario
merupakan tantangan besar.Sebagaimana provinsi Kanada yang lain, Ontario memiliki
sistem pembiayaan tunggal untuk kesehatan; sekitar dua pertiga pengeluaran kesehatan
dibiayai oleh publik, sementara sepertiganya dibayar langsung oleh pasien atau asuransi
swasta.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara mutu dan pendanaan masih
lemah di Ontario, dan tujuan utama reformasi sistem kesehatan saat ini adalah untuk
memperbaiki hubungan tersebut.Excellent Care for All Act disahkan menjadi undang-
undang pada tahun 2010, dengan Excellent Care for All Strategy menjadi sarana
implementasinya.Undang-undang memberi mandat pada seluruh komite mutu dalam
organisasi sektor kesehatan, dan mewajibkan survei kepuasan pasien, keluarga dan
pegawai.Selain itu, organisasi layanan kesehatan harus membuat dan mempublikasikan
deklarasi nilai-nilai pasien dan rencana peningkatan mutu.Excellent Care for All Act juga
membuat perpanjangan badan mutu daerah, Health Quality Ontario, dengan mandat
melakukan pengawasan mutu layanan kesehatan dan pelaporan publik, mendukung
peningkatan mutu, dan mempromosikan layanan kesehatan bermutu-tinggi. Di level
organisasi, peraturan mengatur tenatang jaminan dan keselamatan di rumah sakit, balai
pengobatan, laboratorium, dan seting kesehatan lain; dan telah tersedia pula jurusan
hukum kesehatan untuk menjamin seluruh tenaga kesehatan profesional memberikan
pelayanan dengan aman, bertanggungjawab dan sesuai etika.
65% penduduk Ontario memiliki status kesehatan prima atau sangat baik, rata-rata ini
menyamarkan variasi geografi dan populasi yang signifikan; contohnya, kuintil paling
miskin dilaporkan mengalami penyakit kronik multipel dua kali lebih banyak daripada
kuintil paling kaya. Oleh sebab itu, fokus pada kepemimpinan, akuntabilitas dan
penyejajaran insentif dengan tujuan perbaikan akan tetap menjadi landasan bagi strategi
Ontario dalam menggapai sistem kesehatan dengan mutu yang lebih baik.
Tujuh kategori tindakan di atas telah memberikan gambaran besar mengenai kondisi
peningkatan mutu, tetapi dibutuhkan pembahasan yang lebih spesifik mengenai intervensi mutu
yang penting.Memilih intervensi yang “benar” jarang bisa dilakukan.Tidak ada intervensi tunggal
yang dapat memunhi segala kebutuhan.Bahkan intervensi yang tidak kontroversial pun, seperti
protokol cuci tangan, tidak akan efektif bila tidak diimplementasikan dengan mempertimbangkan
budaya organisasi serta perilaku dan motivasi pegawai. Hubungan dengan tujuan nasional –
yang dirancang agar dapat bertahan dalam perubahan politik – dipusatkan untuk ketahanan
jangka-panjang.
Intervensi yang digambarkan dalam Tabel 5.1 telah mengidentifikasi ciri-ciri sebagai berikut :
relevan untuk berbagai negara secara global; umum dipertimbangkan sebagai pilihan; memiliki
bukti untuk memandu proses pemilihan dan penggunaannya; dan dapat diimplementasikan
pada berbagai level, mulai dari klinik layanan primer kecil hingga setingkat program nasional.
Konteks dimana intervensi ini diterapkan penting untuk menjaga kredibilitas upaya peningkatan
mutu. Contohnya, penyusunan strategi intervensi mutu multimodalitas untuk fasilitas kesehatan
yang tidak memiliki pasokan air yang memadai bisa memberikan laporannyata dengan
cepatbagi mereka yang sedangmengupayakan mutu – data tentang air, sanitasi dan higiene
dari berbagai fasilitas kesehatan di seluruh dunia memberikan konteks yang jelas bagi tindakan
padastruktur yang dibutuhkan oleh mutu.
Daftar berikut tidaklah lengkap; intervensi-intervensi lain dapat dimasukkan. Daftar intervensi ini
telah dipilih berdasarkan potensi dampaknya terhadap mutu melalui berkurangnya cedera pada
pasien, membaiknya pelaksanaan layanan kesehatan di garis depan, dan pembangunan
kapasitas sistem secara luas untuk peningkatan mutu.Penggambaran intervensi tidak diurutkan
berdasarkan efektivitasnya tetapi mengarah pada beberapa pilihan dan kemungkinan yang
tersedia bagi pimpinan, manajer, praktisi atau pembuat kebijakan sistem kesehatan dalam
mengupayakan layanan yang bermutu.Intervensi-intervensi dijelaskan dengan sesingkat
mungkin, dengan menyoroti isu-isu utama.Meski demikian, tidak ada yang sederhana saat
dilaksanakan.Beberapa intervensi yang dikelompokkan dalam kategori lingkungan sistem
berhubungan dengan tujuh kategori yang telah dijabarkan sebelumnya.
Kategori Intervensi
Lingkungan sistem Registrasi dan perizinandokter dan tenaga kesehatan profesional
lain, dan juga organisasi kesehatan, sering dianggap sebagai
penentu utama dan landasan bagi sistem kesehatan yang baik.
Evaluasi dan akreditasi eksternal adalah pengakuan publik,
melalui lembaga eksternal (sektor publik, profit atau non-profit), atas
level performa organisasi berdasarkan standar-standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Tata kelola klinis adalah konsep yang digunakan untuk
meningkatkan manajemen, akuntabilitas dan ketentuan mutu
layanan kesehatan. Termasuk di dalamnya adalah audit klinis;
manajemen risiko klinis, keterlibatan pasien atau pengguna layanan;
pendidikan dan pengembangan profesional; penelitian dan
pengembangan efektivitas klinis; penggunaan sistem informasi; dan
komite tata kelola klinis organisasi.
Pelaporan publik dan tolak ukur (benchmark)pembanding
adalah strategi yang sering digunakan untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas mengenai isu-isu mutu dan
pembiayaan sistem layanan kesehatan dengan cara menyediakan
data perbandingan performa bagi konsumen, pihak pembayar,
organisasi kesehatan dan penyedia layanan.
Pembiayaan dan kontrak berbasis kinerja adalah istilah luas bagi
pembayaran tenaga kesehatan berdasarkan sejumlah indikator
kinerja, yang semakin banyak digunakan sebagai pendongkrak
mutu. Besaran jumlah yang bergantung pada kinerja merupakan
subkomponen dari pembayaran penuh, yang bisa ditentukan
berdasarkan kisaran modalitas finansial.
Pelatihan dan supervisi tenaga kesehatan merupakan salah satu
intervensi yang paling sering digunakan untuk meningkatkan mutu
layanan kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
Peraturan tentang obat-obatan untuk memastikan jaminan mutu,
keamanan dan efektivitas obat-obatan, vaksin dan alat kesehatan
sangat penting bagi sistem kesehatan yang berfungsi. Peraturan,
termasuk surveilans pasca-pemasaran, diperlukan untuk
mengeliminasi obat-obatan yang tidak sesuai standar dan obat-
obatan palsu berdasarkan norma-norma dan standar internasional.
Pengurangan Pemeriksaan standar keamanan minimal fasilitas
cedera kesehatandapat digunakan sebagai mekanisme untuk memastikan
tersedia kapasitas dan sumberdaya dasar yang diperlukan untuk
memelihara lingkungan klinis yang aman.
Protokol keselamatan, seperti cara cuci tangan, digunakan untuk
menghadapi risiko-risiko yang sebenarnya dapat dihindari, yang
dapat membahayakan keselamatan pasien serta menyebabkan
penderitaan dan cedera.
Daftar tilik (checklist)keselamatan, seperti WHO Surgical Safety
Checklist dan Trauma Care Checklist, memiliki dampak positif
dalam mengurangi komplikasi klinis dan mortalitas.
Pelaporan kejadian tidak diharapkan mendokumentasikan insiden
medis yang tidak diinginkan pada pasien akibat layanan kesehatan
tertentu atau selama perawatan pasien di lingkungan medis, dan
harus dikaitkan dengan sistem pembelajaran.
5.5KESIMPULAN
Strategi mutu nasional yang sukses memiliki berbagai aspek dan menggunakan banyak
intervensi dalam pelaksanaannya (Tabel 5.2), mulai dari menjadikan pasien sebagai pusat
proses perawatan, hingga mendukung tenaga kesehatan dalam menyusun standar dan bekerja
secara efektif dalam tim. Pimpinan, manajer dan pembuat kebijakan memainkan peran penting
dalam mendukung dan menciptakan lingkungan dimana seting standar, insentif berbasis
kinerja, peraturan dan intervensi lain dapat berkembang.
Kategori Intervensi
Pemerintah Perumusan prioritas dan sasaran mutu nasional
Penyediaan infrastuktur mutu dasar, seperti teknologi informasi dan
utilitas
Perbaikan regulasi
Pelaporan data untuk transparansi dan motivasi
Inspeksi dan perizinan penyedia layanan kesehatan
Fasilitas kesehatan Tata kelola klinis
Penyusunan protokol perawatan dan clinical pathway
Penyediaan dukungan bagi pengambilan keputusan klinis
Penggunaan protokol keselamatan
Mekanisme pembelajaran antar-organisasi
Penyedia layanan Standar klinis dan alur perawatan pasien
klinis Pengawasan kepatuhan terhadap standar perawatan
Kajian oleh sejawat dan audit klinis
Pengambilan keputusan bersama
Pasien dan Pelibatan pasien, keluarga dan masyarakat
masyarakat Edukasi dan manajemen-diri bagi pasien
Partisipasi dalam pengelolaan
Umpan balik pasien mengenai pengalaman selama perawatan
Salah satu masalah terbesar dalam peningkatan mutu layanan kesehatan adalah rasa enggan
untuk mengetahui keberadaan masalah (117-119). Masalah lain adalah kesulitan dalam
memilih intervensi yang efektif dan melaksanakannya dengan baik. Pentingnya kepemimpinan
adalah sejenis mantra dalam area peningkatan mutu layanan kesehatan, tetapi tanpanya tidak
ada cara untuk membangkitkan kepercayaan bahwa dapat dilakukan perbaikan untuk
mempercepat tindakan secara kolektif. Salah satu kunci keberhasilan lain adalah bukti bahwa
intervensi ini dapat diterapkan. Maka disinilah peran mutlak pengumpulan data dan pemberian
umpan balik.Meski demikian, tim lokal bisa saja kekurangan pengalaman dalam mengumpulkan
dan menerjemahkan data. Mereka dapat berkutat dengan sistem pengumpulan data yang tidak
dirancang baik untuk mengawasi mutu (120).Pengukuran yang berat dan berlebihan dapat
dianggap sebagai penyia-nyiaan waktu, selain itu indikator yang tidak dipilih dengan baik dapat
mencetuskan pemberian insentif secara sesat dan asal-asalan.maka, penting untuk melakukan
pengawasan dengan benar dari awal, dan ini berarti integrasi sistem pengukuran ke dalam
proses perbaikan dan memastikan hal tersebut memiliki sumberdaya yang memadai (121, 122).
Merumuskan kebijakan dan strategi mutu nasional adalah sebuah prioritas jika peningkatan
mutu merupakan bagian integral dari cara operasional sistem layanan kesehatan. Upaya-upaya
yang diarahkan secara nasional membutuhkan penyusunan dan implementasi pendekatan
mutu yang berbeda-beda, yang menggunakan berbagai pendongkrak untuk menjamin
perubahan positif bagi para penduduk di seluruh dunia.
Kotak 5.5 merangkum tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk memastikan hal-hal
yang dapat mendongkrak upaya peningkatan mutu digunakan dengan baik.
Kotak 5.5 Tindakanpenting : memahami hal-hal yang dapat mendongkrak upaya
peningkatan mutu
Trivandrum, India
Rumah sakit saat ini belum memiliki tempat untuk meninggal. Secara kultural dan klinis
mereka tidak cocok untuk menyediakan perawatan akhir hayat, kata Dr m. R.
Rajagopal, “bapak” perawatan paliatif India.
Minatnya terbentuk saat ia bekerja sebagai ahli anestesi di Calicut Medical College di
utara Kerala pada awal 1990-an. Ia dengan cepat menyadari bahwa mengelola nyeri
dan mendukung pasien akhir hayat tidak dapat dilakukan sendiri oleh staf medis.
Kebutuhannya terlalu besar. Hal tersebut akan bergantung pada pengendalian
komitmen para relawan.
‘Nyeri hanyalah bagian yang terlihat dari gunung es penderitaan.Apa yang terabaikan
adalah bagian di bawah permukaannya – perasaan tidak punya harapan dan putus
asa, kekhawatiran tentang anak, tentang uang. Itulah perawatan paliatif.”
Gerakan tersebut terus berkembang dan saat ini ia memperkirakan terdapat sekitar
300 kelompok relawan di negara bagian (tidak ada data resmi), yang menyediakan
perawatan bagi pasien di rumah mereka sendiri, dan mengidentifikasi kebutuhan
pasien serta membantu mengatasi keterbatasan sumber daya medis dengan hal-hal
terbaik yang bisa mereka lakukan. “Model Kerala” saat ini mendapat perhatian dari
seluruh dunia.
Setelah pindah ke Trivandrum di selatan, pada tahun 2006 ia mendirikan Pallium India,
yang mendukung 11 kelompok relawan dan lima tim medis mobile yang memberikan
perawatan paliatif di area tersebut, dan juga melaksanakan kampanye untuk
meningkatkan perawatan paliatif di seluruh India. Walaupun saat ini sudah berumur 69
tahun, ia masih tetap mengunjungi pasien di rumah dan mengajar sejawat yang lebih
muda tentang cara pendekatan terhadap pasien.
“Jika saya memakai dasi, mengikat diri saya dengan otot yang kaku, dan hanya bicara
tentang nyeri, saya tidak akan menemukan banyak hal.Dengan pendekatan berbeda
yang lebih lembut, dan meletakkan tangan di lengan pasien, maka mereka akan
membicarakan masalah yang lebih dalam.”
Ketika diagnosis dan terapi semakin bergantung pada teknologi, maka akan ada
sesuatu yang hilang, katanya. Pertumbuhan industri kesehatan komersial, yang
didorong oleh keuntungan, telah meningkatkan perasaan terisolasi.Hasilnya adalah
penyakit menjadi lebih penting daripada pasien itu sendiri.Kebanyakan dokter percaya
bahwa tugasnya adalah memperpanjang kehidupan, daripada mempermudah
kematian.Penyembuhan menjadi lebih penting daripada perawatan.
Akses terhadap anti nyeri juga penting untuk pemilihan tersebut tetapi morfin tidak
mudah didapatkan. Perkiraan menyebutkan bahwa India menggunakan 320 kilogram
morfin dalam satu tahun, hanya 1% dari jumlah yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan.
Bukan biaya yang membatasi akses tersebut, tetapi undang-undang. Morfin telah
sangat dibatasi di India sejak tahun 1985 karena ketakutan akan penyalahgunaan obat.
Akibatnya, dua generasi dokter menjadi tidak terbiasa menggunakan morfin, dan
menyebabkan jutaan pasien dengan kondisi terminal mengalami kematian penuh rasa
sakit yang sebetulnya tidak diperlukan.
Di sini, Kerala telah merintis jalan.Sejak 1995, pusat perawatan paliatif di Kerala telah
diizinkan memberikan morfin per oral. Institusi Dr Raj sekarang menjadi WHO
Collaborating Centre Training and Policy on Access to Pain Relief dan menjadi tuan
rumah bagi berbagai tamu internasional.
Kebanyakanupayapeningkatanmutu di masalaludidasarkanpadametodeberbasisproyek.Hal
tersebuthanyasedikitmenjanjikanpeningkatandankeberlanjutan.Dibutuhkanlebihbanyakfokuspad
apembentukanlayanankesehatanbermututinggi di
seluruhaspekperawatan.Menawarkanlayanankesehatanbermututinggijugaberartimenghubungka
nreformasifinansialdenganorientasiulang model yang
sudahdijalankanselamainiuntukmencapaimutupelayanan.Padaakhirnya,
denganmembangunlandasan yang kuat, sistemkesehatan yang
menawarkanperbaikanmutuberkelanjutanharusmenggunakankebijakandanstrategimutunasional
untukmenciptakanlingkungandimanaparapendukunglokal, regional
dannasionaldapatmemperluasdanmengembangkancara-cara yang
dapatdilakukanuntukmeningkatkanpelayanan.Dalamlingkungansepertiitu,
pemerintahdanpenyedialayanankesehatanakanmembuatpilihan yang tepatsecaralokal,
yaituintervensipeningkatanmutuyang memilikidampakpaling
besardalammeningkatkanlingkungansistem, mengurangicedera,
memperbaikilayananklinissertamelibatkandanmemberdayakanpasien, keluargadanmasyarakat.
Karena tidak ada pemeran tunggal yang dapat melakukan seluruh perubahan ini sendirian,
makapendekatanterintegrasidimanapemeran yang berbeda-
bedasalingbekerjasamauntukmelakukanperannyaakanlebihdapatmenunjukkanefeknyatadarimut
ulayanankesehatan di seluruhdunia.
Seluruhpemerintahharus :
memilikikebijkandanstrategimutunasional;
menunjukkanakuntabilitasdalammemberikanlayananbermututinggi yang aman;
memastikanbahwareformasi yang bertujuanuntukmewujudkanuniversal health
coveragemenjadikanmutusebagailandasansistemlayanankesehatan;
memastikanbahwasistemkesehatanmemilikiinfrastrukturinformasidanteknologiinfor
masi yang dapatmendukungpengukurandanpelaporanmutupelayanan;
menutupkesenjanganantarakinerjanyatadan target kinerjadalammutu;
memperkuatkemitraanantarapenyedialayanankesehatandanpenggunalayanankeseha
tanuntukmewujudkanmutulayanankesehatan;
membentukdanmempertahankansatuankerjaprofesionalkesehatanyang
memilikikapasitasdankapabilitasuntukmemenuhipermintaandankebutuhanmasyaraka
takanlayanankesehatan yang bermutu-tinggi;
melakukanpembayaran, pendanaandanpemberianupahberdasarkanprinsipmutu;
membiayaipenelitiantentangpeningkatanmutu.
Seluruhsistemkesehatanharus :
Seluruhmasyarakatdanpasienharus :
Seluruhtenagakesehatanharus :
berpartisipasidalampengukurandanperbaikanmutubersamadenganparapasien;
menganutfilosofipraktiskerjasamatim;
menjadikanpasiensebagaimitradalammemberikanpelayanan;
berkomitmenterhadapdirisendiriuntukmenyediakandanmenggunakan data
untukmenunjukkanefektivitasdankeamananpelayanan.
Lampiran – Intervensi perbaikan
Lampiran ini mendefinisikanserta memberikan beberapa informasi dan penelitian lebih lanjut
mengenai pemilihan intervensi perbaikan.