Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-
orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan
dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis.
Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi pada remaja perempuan
(Proverawati & Misaroh, 2009). Perkembangan tersebut hendaknya disertai
dengan pengetahuan kesehatan reproduksi, dan sebaiknya dilakukan sejak remaja,
karena seseorang akan dapat mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya
sendini mungkin, terutama tentang menstruasi (Kinanti, 2009).
Menstruasi adalah perubahan fisiologis pada wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal
reproduksi, biasanya terjadi dalam setiap bulan antara remaja sampai menopouse
(Joseph, 2010).Menstrurasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan
dengan psikologis-panca indra, korteks cerebri, aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarial, dan endrogen (uterus endometrium dan alat seks sekunder) (Manuaba,
2008).
Bagi remaja putri yang organ reproduksinya berkembang dengan normal
mengalami menstruasi. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang
mempersiapkan wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Walaupaun menstruasi
datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami
ketidaknyamanan fisik atau merasa tersiksa saat menjelang atau selama haid
berlangsung. Terdapat beberapa gangguan menstruasi pada saat, sebelum dan
sesudah menstruasi, diantaranya adalah dysmenorrhea, aminore, dan hipermenore.
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala- gejala pada salah satu waktu haid,
tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (Wiknojosastro,
2007). Ketidaknyamanan fisik saat menstruasi yaitu dismenore.
Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan
adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan risiko berbagai penyakit. Perubahan panjang dan gangguan
keteraturan siklus menstruasi menggambarkan adanya perubahan produksi
hormon reproduksi (Liu et al, 2012). Siklus menstruasi dikatakan normal jika
jarak antara hari pertama keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi
berikutnya terjadi dengan selang waktu 21-35 hari (Wiknjosastro, 2002). Faktor
yang dapat menyebabkan gangguan siklus mentruasi antara lain gangguan
hormonal, pertumbuhan organ reproduksi, status gizi, stress, usia, dan penyakit
metabolik seperti diabetes mellitus (Paath dan Rumdasih, 2005). Berdasarkan
status gizinya, wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko gangguan siklus
menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dengan status gizi normal.

Gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita haid adalah dismenore.
Dismenore dibedakan menjadi dua yaitu dismenore primer dan dismenore
sekunder. Dismenore primer biasanya terjadi dari mulai pertama haid kurang lebih
usia 10-15 tahun (menarche) sampai usia 25 tahun. Nyeri pada dismenore primer
lebih dikarenakan kontraksi uterus. Sedangkan dismenore sekunder
disebabkan oleh kelainan yang didapat di dalam rongga uterus (Hendrik, 2006).
Angka kejadian nyeri menstruasi (dismenorea) di dunia sangat besar yaitu
rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami dismenorea. Di
Amerika angka presentasenya sekitar 90%, 10% - 15% tidak bisa beraktifitas dan
di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55%
perempuan produktif yang mengalami dismenorea. Prevalensi dismenorea
berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Misaroh, 2009). Adapun
pendapat lain tentang nyeri menstruasi yang terjadi di Indonesia sebesar 60-70%
dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktifitas mereka menjadi terbatas
akibat nyeri pada menstruasi. Dismenore dibagi menjadi primer dan sekunder.
Dismenore primer terjadi segera setelah menarche biasanya pada 6 sampai 12
bulan pertama dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi sedangkan
dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan
patologis panggul. Dismenore sering terabaikan karena dokter tidak sepenuhnya
menyadari prevalensi dan morbiditasnya yang tinggi (Marsden et al, 2004). Di
Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25% yang terdiri dari 54.89%
dismenorea primer dan 9.36% dismenorea sekunder (Glasier, 2005).
Dismenore primer dialami oleh 60-75 % wanita muda. Dari tiga perempat
jumlah wanita tersebut mengalami dismenore dengan intensitas ringan atau
sedang. Sedangkan seperempat bagiannya mengalami dismenore intensitas
berat dan terkadang membuat penderitanya tidak dapat menahan rasa nyeri
yang dialami. Hasil angket yang diberikan kepada peserta pelatihan di salah satu
pusat industri di Indonesia dapat menunjukkan keluhan buruh wanita (jumlah
responden 55 orang), antara lain nyeri haid 58,18%, nyeri perut bagian bawah
16,36%, haid yang tidak teratur 41,82% dan nyeri pinggang 34,55%. Gambaran
tersebut sangat jelas menunjukkan adanya buruh yang mengalami beberapa
gejala yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Keluhan itu dialami oleh
buruh wanita usia produksi sehingga kondisi itu pun dikhawatirkan akan
mengganggu produktivitas mereka (Hendrik, 2006).
Peran bidan dalam menangani masalah gangguan reproduksi terutama
pada dismenorea primer difokuskan dalam upaya pencegahan dan penanganan
gangguan reproduksi. Dalam hal ini bidan merupakan fasilitator dalam
mempromosikan kesehatan misalnya adanya penyuluhan mengenai menstruasi
pada remaja dan masalah yang menyertai menstruasi misalnya nyeri yang timbul
saat menstruasi atau disebut juga dismenorea. Bidan memberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, penanganan
dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap
melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia
berada.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan
menggunakan manajemen kebidanan (manajemen 7 langkah Varney) yang
tepat pada remaja dengan dismenorhea primer.

Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
remaja dengan dismenorhea primer
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada remaja
dengan dismenorhea primer
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial
yang mungkin muncul pada remaja dengan dismenorhea primer
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja
dengan dismenorhea primer
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada remaja dengan dismenorhea primer
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada remaja dengan dismenorhea primer
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada
remaja dengan dismenorhea primer

1.3 Manfaat
1. Bagi BPM indah Maharany diharapkan mampu mempertahankan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi khususnya pemeriksaan
deteksi dini terhadap dismenorhea sesuai dengan prosedur dan
manajemen asuhan kebidanan.
2. Sebagai bahan masukan dalam manajemen asuhan kebidanan pada
remaja dengan dismenorhea primer
3. Bagi mahasiswa profesi kebidanan yang praktek diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar dan manajemen
kebidanan dismenorhea sesuai dengan evidence based sehingga
mampu menerapkan teori yang sesuai ke dalam praktik lapangan.

1.4 Ruang Lingkup


Laporan ini berisi pengertian, etiologi, patologi, gambaran klinik, cara
menegakkan diagnosa dan penanganan terhadap dismenorhea terutama
terfokus pada kasus remaja dengan dismenorhea primer

1.5 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang, tujuan,
manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori
Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berhubungan
dengan remaja dan dismenorhea, yang dapat mendukung dan
membantu dalam pembahasan kasus ini.
Bab III Kerangka Konsep Asuhan
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan
yang sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori
yang sudah didapatkan.

Bab IV Tinjauan Kasus


Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan melingkupi 7 langkah Varney meliputi pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang
mencakup semua aspek yang terkait dengan teori kasus,
evidence based practice. Dan membahas tentang keterkaitan
antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan
tinjauan teori yang didapatkan.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang
jawaban dari tujuan penulisan.

Anda mungkin juga menyukai