Anda di halaman 1dari 7

Nama :asnam jailani

No :201757026

SISTEM PRODUKSI

Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi


dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat
berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi
merupakan produk yang dihasilkan berikut hasil sampingannya, sperti limbah, informasi dan lain
sebagainya. Subsistem-subsistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah:
 Perencanaan dan pengendalian produksi
 Pengendalian kualitas
 Perawatan fasilitas produksi
 Penentuan standar-standar operasi
 Penentuan fasilitas produksi
 Dan penentuan harga pokok produksi

Subsistem-subsistem dari sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi.
Keandalan dari konfigurasi sistem produksi ini tergantung dari produk yang dibuat serta
bagaimana cara membuatnya (proses produksinya). Cara membuat produk tersebut dapat berupa
jenis proses produksi menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk, dan
variasi produk yang dihasilkan.

Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output

Proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah
kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin,
bahan baku, dana) yang ada. Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara
ekstrem dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Proses Produksi Kontinyu (continuous process)
2. Proses Produksi Terputus (intermittent process/discrete system)

Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set-up peralatan produksi.
Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses ini memproduksi
secara terus-menerus untuk jenis produk yang sama. Misalnya pada pabrik susu instan.
Sedangkan proses terputus memerlukan total waktu set-up yang lebih lama karena proses ini
memproduksi berbagai proses spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya
pergantian jenis barang yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda.
Misalnya usaha perbengkelan.
Selain dua jenis ekstrem tersebut, beberapa ahli sistem produksi mengidentifikasikan adanya
proses produksi menurut cara menghasilkan output yang cukup penting, yaitu Proses Produksi
Repetitif. Heizer (1988) mendefinisikan proses produksi repetitif sebagai kombinasi antara
proses kontinyu dan proses terputus

Dari gambar tersebut tampak bahwa elemen-elemen utama dalam system produksi adalah: input,
proses dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian system produksi
itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus menerus ( continuous improvement

contoh Sistem produksi jasa dan manufaktur.


No Sistem Input Output

1 Bank Karyawan ,fasilitas gedung dan peralatan kantor Pelayanan finansial bagi nasabah (
,modal,energi,informasi,manajerial dll. deposito,pinjaman,dll)

2 Rumahsakit Dokter ,perawat, karyawan,fasilitas gedung dan Pelyanan medis bagi pasien ,dll.
peralatan medis ,laboratorium, modal, energi,
informasi ,manajerial,dll.

3 Universitas Dosen ,asisten,mahasiswa,karyawan, fasilitas Pelayanan akademik bagi mahasiswa


gedung dan peralatan kulaih untuk menghasilkan
perpustakaan,laboratorium,modal, energi, Sarjana(S1),Magister(S2),Dokter(s3),dll.
informasi, ,manajerial,dll.
4 Transportasi Pilot, pramugari,tenaga mekanik Transportasi udara bagi orang dan
Udara ,karyawan,pesawat terbang,fasilitas,gedung dan barang dari satu lokasi ke lokasi lain.
peralatan kantor ,energi, iformasi,manajerial,dll.

5 Manufaktur Karyawan ,fasilitas gedung dan Barang jadi,dll.


peralatanpabrik,material,modal,energi,informasi
manajerial,dll.

Elemen Input dalam Sistem Produksi


Pada dasarnya input dalam system produksi dapat di klasifikasikan ke dalam dua jenis
yaitu:
1. Input tetap (fixedinput) didefinisikan sebagai suatu input bagi system produksi yang tingkat
penggunaan input itu tidak tergantung pada jumlah output yang akan di produksi.
Bagaimanapun perlu diperhatikan bahwa input tetap hanya dipertimbangkan untuk periode jagka
pendek (short run Period) sedangkan untuk periode angka panjang (long run period) semua input
bagi system produksi dipertimbangkan sebagai input variable.
2. Input variable (variable input) didefinisikan sebagai suatu input bagi system produksi yang
tingkat pengunaan input itu tergantung pada jumlah output yang akan diproduksi.

Tujuan Produksi
Kita dapat melihat bahwa tanpa kegiatan produksi, kebutuhan manusia yang banyak
ragamnya itu tidak dapat dipenuhi. Kemajuan dalam hal melakukan produksi ada hubungannya
dengan standar hidup. Jadi, secara umum tujuan produksi adalah memenuhi kebutuhan manusia
untuk mencapai kemakmuran. Adapun tujuan proses produksi lainya adalah
1. Menghasilkan barang atau jasa
Sangat jelas jika tujuan kegiatan produksi adalah menghasilkan barang atau jasa dengan
menciptakan barang atau jasa baru melalui proses produksi oleh produsen.
2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa
Sebuah perusahaan atau industri memproduksi suatu barang bertujuan untuk meningkatkan nilai
guna barang itu sendiri, di mana sebelumnya barang tersebut belum atau kurang berguna tetapi
sesudah melalui proses produksi nilai guna dari barang tersebut menjadi lebih tinggi.
3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat
Tujuan dari proses produksi diharapkan dapat menghasilkan produk yang nantinya dapat
mendatangkan keuntungan (profit oriented) yang nantinya kemakmuran masyarakat akan
meningkat karena masyarakat akan memperoleh keuntungan dengan memproduksi suatu
barag/jasa.
4. Meningkatkan keuntungan
Dengan memproduksi barang dan jasa diharapkan dapat meningkatkan keuntungan
industri/perusahaan tersebut
5. Memperluas lapangan usaha
Apabila suatu perusahaan sudah memiliki skala produksi yang besar dan diminati atau laku pasar
maka dapatlah dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan semakin besar sehingga dapat
memperluas lapangan usaha.
6. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan
Tujuan berikutnya adalah untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan sehingga perusahaan
tersebut dapat terus berjalan baik dalam memperoleh faktor-faktor produksi, memproduksi
barang dan jasa serta menjualnya ke pasar untuk mendapatkan keuntungan.

PERAMALAN

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan dimasa yang akan datang
yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan
dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Baik tidaknya suatu peramalan yang
disusun, disamping ditentukan oleh metode yang digunakan, juga ditentukan baik tidaknya
informasi yang digunakan. Selama informasi yang digunakan tidak dapat meyakinkan, maka
hasil peramalan yang disusun juga akan sukar dipercaya akan ketepatanya. Oleh karena itu
peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan manajemen.2.4.1. Peramalan dan Horison Waktu
Dalam hubunganya dengan horison waktu peramalan, kita dapat mengklasifikasikan peramalan
tersebut kedalam 3 kelompok, yaitu:
1 .Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk
perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhusus
dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas,
perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.

3.Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan


untuk mengambil keputusan dalam hal perlu-tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan
lain-lain keputusan untuk pengontrolan jangka pendek. Kerja
Konkret (Concrete Labour)
Untuk memahami topik ini, jalan terbaik adalah dengan kembali pulang ke topik
mengenai komoditi. Sebagaimana yang telah kita diskusikan, komoditi selalu dan pasti
mengandung dua aspek ganda: aspek nilai-guna (use-value) dan aspek nilai-tukar
(exchange-value). Nilai-guna eksis pada setiap bentuk sosial produksi, ia diproduksi
untuk dikonsumsi. Sementara nilai-tukar hanya eksis dalam bentuk sosial produksi
tertentu, yakni kapitalisme, dan ia diproduksi untuk dipertukarkan di pasar.
Selanjutnya, dalam pembahasan tentang Nilai, Marx mengatakan, pertukaran di antara
komoditi hanya bisa terjadi jika ada sesuatu yang setara melekat pada komoditi
tersebut, yang ia sebut Nilai. Dan sumber dari nilai itu tidak lain adalah kerja
manusa.Tetapi karena komoditi pasti dan selalu mengandung dua aspek ganda, maka
kerja yang melekat pada komoditi tersebut, ujar Marx, juga mengandung karakter
ganda, yakni kerja konkret (concrete labour) dan kerja abstrak (abstract labour) .

Untuk menjelaskan maksudnya, Marx menggunakan contoh dua komoditi: jaket dan 10
yards linan (linen). Berdasarkan observasinya, jaket dijual dengan harga dua kali lipat
dari harga jual linan. Jadi, jika 10 yards linan = W maka jaket = 2W. Apa yang membuat
harga jaket lebih mahal dua kali lipat dari harga linan? Inilah pertanyaan misterius yang
coba diungkap Marx. Menurutnya, baik jaket maupun linan mengandung nilai-guna
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Agar supaya jaket ini bisa ada, maka sebuah
aktivitas produktif yang khusus dibutuhkan untuk memproduksi jaket tersebut. Aktivitas
ini ditentukan berdasarkan tujuannya, corak kerjanya, alat-alatnya, dan hasil tertentu.

Aktivitas produktif ini, ia sebut sebagai kerja berguna atau useful labor atau concrete
labor, yakni kerja yang kegunaannya tercermin pada nilai-guna produk tersebut, atau
oleh fakta bahwa produk tersebut memiliki nilai-guna (Capital, 132). Pada bagian
lainnya, ia mengatakan, dalam nilai-guna setiap komoditi melekat kerja berguna, yakni
bentuk aktivitas produktif yang pasti, yang menghasilkan tujuan yang jelas (Capital,
132-33). Berdasarkan tafsirannya pada Marx, Kenneth Morrison, mendefinisikan kerja
berguna sebagai kapasitas kerja manusia untuk menghasilkan ‘kegunaan (usefulness)’
dan ‘keperluan (utility)’ dalam sebuah komoditi dan menghasilkan nilai-guna sederhana
(2006:91).

Karena jaket dan linan secara kualitatif berbeda nilai-gunanya, demikian juga bentuk
kerja dimana eksistensi keberadaannya adalah sebagai perantara – menjahit (tailoring)
dan menenun (weaving). Jika nilai-guna secara kualitatif tidak berbeda, maka kerja
berguna pun secara kualitatif tidak berbeda. Konsekuensinya, produk tersebut secara
absolut tidak memiliki kapasitas untuk dipertukarkan satu dengan lainnya sebagai
komoditi. Bagi Marx, hanya produk yang merupakan tindakan independen dari kerja
bersama, yang keberadaannya terisolasi, yang bisa dikonfrontasikan satu sama lainnya
sebagai komoditi.

‘Jaket tidak bisa ditukar untuk jaket, nilai-guna yang satu tidak bisa ditukar dengan nilai-
guna lainnya yang sama’ (Capital,132).[2]

Dan layaknya nilai-guna yang melekat pada komoditi, kerja konkret juga eksis dalam
seluruh bentuk sosial produksi (dari pra kapitalisme, kapitalisme, hingga pasca
kapitalisme), yakni kerja yang didedikasikan untuk memproduksi barang yang berguna,
barang yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia individu, keluarga,
maupun komunitasnya secara langsung. Marx mengatakan, aktivitas manusia membuat
baju telah berlangsung ribuan tahun lamanya di bawah tekanan akan keharusan untuk
berpakaian, tanpa seorang pun menjadi penjahit, karena keberadaan jaket, linan, atau
setiap elemen kekayaan material dalam wujud yang lebih canggih, tidak disediakan
oleh alam. Keberadaannya selalu dimediasi oleh aktivitas produktif yang khusus.

Dengan demikian, nilai-guna seperti jaket, linan, singkatnya, wujud fisik komoditi,
merupakan kombinasi antara dua elemen, yakni alam dan kerja. Pohon di hutan, secara
alamiah berguna untuk mencegah banjir atau mempertahankan kesuburan tanah.
Melalui kerja berguna, pohon di hutan ini diubah menjadi meja, kursi, atau bahan baku
untuk istana raja-raja. Di sini aktivitas produktif manusia adalah mengubah bentuk-
bentuk material yang telah disediakan oleh alam, dan dari sana kerja lantas menjadi
sumber kekayaan material, yakni nilai-guna yang diproduksinya, dan dengan demikian
manusia mengubah dirinya sendiri. Inilah kata Marx:
Maka kerja, sebagai pencipta nilai-guna, sebagai kerja berguna, adalah sebuah kondisi
keberadaan manusia yang terlepas dari seluruh bentuk masyarakat yang ada; ia adalah
kebutuhan alamiah yang abadi, yang memperantarai metabolisme antara manusia dan
alam dan lebih dari itu, kehidupan manusia itu sendiri (Capital,133).[3]

Kesimpulan
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana
produksi memiliki suatu jalingan hubungan timbal balik yang sangat erat dengan teknologi .

Anda mungkin juga menyukai