MODERAT
Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
Bpk. Syafa’at
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana pengertian jihad dan radikalisme umat beragama?
2) Bagaimana landasan dan macam-macam jihad?
3) Bagaimana latar belakang radikalisme umat beragama?
4) Bagaimana bentuk dan dampak radikalisme umat beragama?
5) Bagaimana upaya menanggulangi radikalisme umat beragama?
6) Bagaimana yang dimaksud tentang muslim moderat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata jihad adalah bentuk infinitive dari kata jahada, yang artinya
menggunakan atau mengeluarkan tenaga, daya, usaha, kekuatan
untuk melawan suatu objek yang tercela
Salim (2006:619)
3
Jihad dapat dimaknai sebagai segala usaha yang sungguh-
sungguh untuk melayani maksud Tuhan untuk menyebarluaskan
sesuatu yang bernilai etik yang tinggi, seperti perwujudan nilai-nilai
keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian. Jihad jelas bertentangan
dengan segala tindakan yang mengarah pada tindakan kekerasan
apalagi terorisme (Umar, 2006).
4
pihak luar Islam atau musuh-musuh Islam, tidak boleh melampaui
batas, dan untuk menghindari fitnah, menurut Umar (dalam
Suparno, 2013). Hal ini sesuai firman Allah sebagai berikut :
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika
mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (Q.S
Al-Baqarah: 193)
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut
dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barang siapa
yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan
ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S
Al-Baqarah: 194)
5
Islam diturunkan untuk pedoman manusia dalam
mengemban misis idealnya sebagai Khalifah Allah SWT di bumi.
Artinya, umat islam dituntut untuk selalu menjaga harmonitas hidup
ditengah dua karakter yang ada dalam dirinya; ifsad fil-ardl,
(berkecenderungan membuat kerusakan di muka bumi) dan safk al-
dima’ (potensi konflik antar sesama manusia). (al-Banna, 2006)
6
drastic, atau sikap ekstrem dari kelompok tertentu agar terjadi
pembaruan atau perubahan social dan politik secara drastic (Salim,
t.t:1220). Menurut Gove (1968:1873):
7
“Kami wajibkan manusia (untuk berbuat) kebaikan kepada dua
orang ibu-bapaknya. Jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki
pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya! Hanya kepada-Ku-lah kamu kembali, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S Al-‘Ankabut: 8)
8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. al-
Baqarah:218)
“Tiada dosa atas orang yang buta, orang yang pincang, dan atas
orang yang sakit (apabila tidak ikut berperang). Barang siapa yang
9
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan
memasukkannya ke dalam surge yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. Namun barang siapa yang berpaling dari-Nya,
niscaya akan diazab oleh-Nya dengan azab yang pedih” (Q.S Al-
Fath: 17)
10
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan
orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka
janganlah kamu (mundur) membelakangi mereka” (Q.S Al-Anfal: 15)
11
dan sabar. Sesungguhnya Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S An-Nahl: 110)
12
Meskipun Allah SWT memberi kesempatan kepada
iblis(setan) untuk menyesatkan manusia dengan segala
kemampuannya, tetapi segala tipu daya setan itu tidak akan mampu
menyesatkan manusia yang benar-benar beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.
13
merupakan jihad yang sifatnya kontekstual. Lebih lanjut
Sabirin(2004) mengemukakanm jihad zaman modern lebih bersifat
kontekstual, yakni meliputi jihad di bidang ekonomi,sosial dan ilmu
pengetahuan.
14
2.3 Latar Belakang Radikalisme Umat Beragama
Ada 2 faktor latar belakang radikalisme umat beragama, yakni yang bersifat
umum dan bersifat khusus.
Ketika Rasul Allah SAW membagi fai’ (harta rampasan perang) di daerah
Thaif dan sekitarnya, tiba-tiba salah seorang sahabat yang bernama Dzul
Khuswaishirah dari Bani TaMim mengajukan protes kepada Nabi SAW
dengan mengatakan, “ bersikaplah adil, wahai Muhammad!” Nabi SAW
merespon, “celaka kamu, tidak ada orang yang lebih adil dari aku! Karena
apa yang kulakukan itu berdasarkan petunjuk Allah SWT.” Setelah Dzul
Khuswaishirah pergi, Nabi SAW bersabda, “Suatu saat nanti akan muncul
sekelompok kecil dari umatmu yang membaca al-Qur’an, namun tidak
mendapatkan makna yang sebenarnya” (HR. Muslim).
15
4. Adanya tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Jika tekanan itu melampaui
batas ambang kesabaran, maka muncul gerakan perlawanan dengan
menggunakan segala cara untuk meraih kemerdekaan.
5. Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif terkait dengan
kemakmuran, pemerataan, dan keadilan.
6. Menolak modernitas dan lebih mengukuhkan peran formal agama.
7. Pandangan dunia (world view) dari umat beragama yang berupaya
memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap-
sikap emosional yang menjurus pada kekerasan.
8. Kurangnya kesadaran bermasyarakat dan berbangsa secara pluralistik
sehingga menyebabkan hilangnya rasa toleran, dan sebaliknya timbul
fanatisme atas kebenaran agamanya sendiri
16
2.4.2 Dampak Radikalisme Umat Beragama
17
negeri (bukan umat Islam Indonesia), dan hanya yang dilakukan oleh
sekelompok “kecil” dari umat Islam di Indonesia.
18
rasional, dan demokratis. Islam hadir di muka bumi untuk memenuhi
panggilan kemanusiaan, keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Tugas
seluruh umat islam adalah memberikan citra positif bagi islam yang
memang berwajah humanis, anti kekerasan, sarat cinta kasih, dan moderat.
Kata moderat merupakan sikap yang selalu menghindari perilaku
yang berlebih-lebihan (ekstrem). Moderat merupakan pandangan atau
sikap seseorang yang cenderung kearah pengambilan sikap dengan
menggunakan jalan tengah. (Salim, 2012).
Dengan demikian muslim moderat dapat didefinisikan sebagai
pandangan seorang muslim atau umat islam terhadap suatu persoalan
dengan selalu menghindarkan praktik-praktik yang radikal dan cenderung
menyikapi segala sesuatu dengan mengambil jalan tengah (moderat).
Muslim di Indonesia pada dasarnya adalah moderat atau toleran,
karena latar belakang masuknya Islam ke Indoneia yang damai lewat para
pedagang Gujarat dan Arab. Padahal, saat itu penduduk Indonesia sudah
memiliki keyakinan dan kepercayaan tertentu, seperti: Hindu, Budha,
animism, dan dinamisme. Secara sosial-budaya, muslim di Indonesia
berbeda dengan muslim di belahan dunia lain. Meski demikian, umat islam
di Indonesia tidak dapat dikatakan kurang kental keislamannya disbanding
dengan umat Islam di Negara-negara lain.
Orang islam di Indonesia tetap mengamalkan akidah syariah dan
akhlak secara murni. Keragaman pandangan yang terjadi di kalangan umat
islam di Indonesia hanya berada pada tataran furu’iyah. Di Indonesia, umat
islam yang merupakan populasi mayoritas itu kaya dengan khazanah tradisi
dan budaya, dan memiliki banyak institusi social, budaya, ekonomi, politik,
keamanan, pendidikan, dan kesehatan. Contohnya adalah NU dan
Muhammadiyah, serta beberapa organisasi social-keagamaan lainnya. Hal
itu dilukiskan oleh Azyumardi Azra (2006) dengan sangat indah melalui
pernyataan berikut ini, “Indonesian Islam is very rich, not only in terms of
its culture and social expressions, but also in terms of institutions.”
Dalam lintasan sejarah bangsa ini sejak merdeka, Indonesia bukan
Negara “teoraksi” (ketuhanan atau agama), dan juga bukan Negara
“sekuler”. Indonesia adalah Negara yang memiliki jalan hidup (way of life)
yang tertuang dalam konsepsi Pancasila. Karena itu, Pancasila dapat
diterima oleh organisasi-organisasi dan partai-partai politik tersebut.
Mereka tidak menghendaki bentuk Indonesia sebagai Negara Islam, tetapi
mereka meginginnkan bentuk Negara kesatuan, untuk selanjutnya berjuang
agar umat Islam dapat menjalankan syariat Islam secara simultan.
Partai-partai politik di Indonesia yang berwawasan keislaman,
seperti: PKS, PAN, PKB, PPP, PKNU, PBR, PBB, dan lain-lain, tidak
19
memperjuangkan atau berusaha mendirikan Negara Islam di Indonesia.
Tetapi mereka berjuang dan berusaha mewujudkan pemerintahan yang
bersih, berwibawa, dan “pro-rakyat”, serta berjihad bagi berlakunya syariat
Islam di lingkungan umat Islam di Indonesia menggunakkan azas
keterbukaan terhadap keanggotaan partai tersebut. Dalam arti, walaupun
partai Islam namun anggota bahkan pengurus atau wakilnya di parlemen
dapat datang dari kalangan non-Muslim. Disini tampak jelas moderatisme
partai-partai islam di Indonesia.
Dengan demikian, radikalisme umat Islam di Indonesia bukan
bersumber dari budaya asli umat Islam di Indonesia, sebab pada dasarnya
mereka adalah komunitas yang moderat. Hal itu terjadi lebih karena
pengaruh asing. Maraknya konspirasi politik dan kepentingan pragmatis dari
pihak tertentu, baik dari dalam maupun dari luarnegeri, berpotensi untuk
merusak citra Islam dan citra umat Islam di Indonesia, yang merupakan
Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Mereka tidak menginginkan
terwujudnya masyarakat Islam di Indonesia yang gemah ripah loh jinawi,
yang dalam terminology Al-Qur’an seringkali diistilahkan dengan baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang sejahtera dan dirahmati
Tuhannya).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Jihad hari ini tidaklah mengharuskan kita untuk mati di Jalan Allah, akan
tetapi bagaimana supaya kita bisa tetap hidup di Jalan Allah.
2) Radikalisme umat beragama adalah paham yang menginginkan
pembaruan atau perubahan social, dan politik secara drastic dengan
menggunakan sikap yang ekstrem.
3) Muslim Moderat adalah pandangan seorang muslim atau umat islam
terhadap suatu persoalan dengan selalu menghindarkan praktik-praktik
yang radikal dan cenderung menyikapi segala sesuatu dengan
mengambil jalan tengah (moderat).
3.2 Saran
1) Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca
dalam memaknai arti dan makna jihad, radikalisme umat beragama dan
muslim moderat.
2) Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malibari, Zainuddin Abdul Aziz. 1993. Fath al-Mu’in. Surabaya: Nurul Huda.
Al-Banna, Gamal. 2006. Al-jihad. Terj. Jakarta: Tim Mata Air Publishing.
Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progresif.
Albaki, Munir. 1973. Al-Mawrid: a Modern English-Arabic Dictionary. Bairut: Dar
al-Islam li al-Malayin.
Ali, Maulana Muhammad. 1996. Din al-Islam. Lahore: Ahmadiyah Building.
Azra, Azyumardi. 2006. Moderate Islam and Democracy in Indonesia. Bangkok:
The Embassy of the Republic of Indonesia.
Bahreisj, Salim. 1997. Riyadh al-Shalihin. Terj. Bandung: PT Ma’arif.
Baqi, Fuad Abdul. Al-Lu’lu’ wa al-Marjan. Bairut: Darul Fikr.
Glasse, Cyril. 1998. The Concise Encyclopedia of Islam. New York: Columbia
University.
Gove, Philip Babcock. 1968. Webster’s Third New International Dictionary.
Massachusetts: G&C Merriam Company Springfield.
Kementrian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah, dan Irsyad Kerajaan Saudi
Arabia. 1990. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Madinah: Majma’ Malik
Fahd li Thiba’ah al-Mushaf al-Syarif.
Sabirin, Rahimi. 2004. Jihad Akbar di Dunia Modern. Jakarta: Teras.
Salim, Peter, et. al. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press.
Suparno. 2013. Pendidikan Transformatif: Menuju Pengembangan Pribadi
Berkarakter. Malang: Gunung Samudera.
Tahir. 2004. Meredam Gelombang Radikalisme. Jakarta: CMM Press dan KArsa
Rezeki.
Umar, Nasaruddin. 2006. Jihad. Jakarta: Mata Air Publishing.
22