Anda di halaman 1dari 25

REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR

NIM : D1011141034

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagian besar pekerjaan pembuatan fondasi suatu bangunan meliputi pekerjaan


penggalian. Bangunan sementara yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah di sekitar
daerah penggalian maupun terjadinya perembesan air adalah turap atau bisa juga disebut
bendungan elak sementara. Karena bangunan ini bersifat sementara, maka biayanya harus tidak
boleh mahal, mudah dipasang dan dipindah-pindahkan.

Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan tanah
disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan
penyangganya. Konstruksi turap juga bisa disebut sebagai suatu konstruksi yang banyak
digunakan dalam rekayasa sipil bisa berupa konstruksi sederhana hingga konstruksi sangat
berat. Adapun perbedaan antara turap dan dinding penahan tanah yaitu, anatar lain :

Sedangkan Zainal dan Ir. Sri Respati. N (1955) mengemukakan bahwa turap adalah
bangunan yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah disekitar daerah penggalian maupun
terjadinya rembesan air. Turap berfungsi sebagai bangunan sementara, digunakan sebagai
bangunan permanen untuk dok pada konstruksi pelabuhan. Konstruksi ini terdiri dari dinding
turap dan penyangganya.

1
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

1.1. Turap dan penggunaannya


Suatu turap terdiri dari sheetpiles yang dipancang berdampingan secara kontinu ke
dalam tanah sehingga membentuk suatu dinding vertikal untuk menahan tanah yang berbeda
elevasinya.
Secara umum turap digunakan untuk :
a. Penahan tanah atau dapat juga menahan air (water front structures)
b. Konstruksi penahan sementara
c. Sebagai konstruksi ringan dimana tanah tidak mampu mendukung fondasi dari tembok
penahan
Penggunaannya yang terbanyak adalah sebagai pelindung atau konstruksi penahan di
daerah pantai. Beberapa contoh penggunaan turap diperlihatkan oleh gambar berikut :

Gambar 1.1. Contoh penggunaan turap

2
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

1.2. Macam-macam Turap


Turap terdiri dari bagian-bagian yang dibuat lebih dahulu (prefabricated) atau dicetak
dahulu (precast) yang dipasang vertikal ke dalam tanah untuk membentuk suatu dinding
vertikal yang menerus.
Dari bahan yang digunakan, turap dibedakan menjadi :

a. Turap kayu
Dibuat dari papan ukuran tebal 3,5-5 cm dan lebarnya berkisar 25-30 cm. Umumnya
dipakai sementara, tetapi dapat juga dibuat permanen bila konstruksi berada di bawah muka air
atau diawetkan dengan zat-zat khusus. Kerugiannya ialah :
- Panjangnya terbatas
- Sulit dipancang terutama pada tanah keras
- Tidak tahan lama

Untuk mendapatkan ikatan antara bagian yang berdampingan, dibuat hubungan lidah dan alur.

Gambar 1.2. Hubungan alur dan lidah pada turap kayu

b. Turap beton
Turap beton jarang dipakai karena kesulitan pembawaan dan pemancangannya.
Umumnya dicetak terlebih dahulu berupa plat lebar dengan tepi-tepinya dibentuk sebagai alur
dan lidah.

3
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Dalam merencanakan dimensi maupun penulangannya , tidak saja diperhitungkan


terhadap gaya lateral tanah tetapi turap beton juga harus mampu menahan tegangan yang terjadi
pada waktu diangkut (kurang lebih mendatar) maupun waktu dipancang. Untuk cetakan beton
yang panjang, titik angkatnya bias dua atau lebih dan harus diberi tanda sesuai dengan
perhitungan yang direncanakan.

c. Turap baja
Turap jenis ini paling umum dipakai karena banyak segi keuntungannya, antara lain :
- Mudah dipancang sekalipun pada tanah yang keras
- Relatif ringan
- Lebih awet
- Mudah disambung (dapat dibuat panjang sesuai kebutuhan)
- Dapat digunakan berkali-kali

Hubungan antara bagian yang berdampingan dapat berupa :

- Finger and thumb type


- Ball and socket type

4
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Gambar 1.3. Hubungan-hubungan pada turap baja


1.3. Cara penurapan
Dari cara penggunaannya, turap dibedakan menjadi :
a. Turap kantilever
Turap dipancang sampai kedalaman tertentu sehingga berfungsi sebagai kantilever
vertikal untuk menahan gaya lateral tanah. Turap jenis ini hanya dapat digunakan untuk
perbedaan elevasi yang tidak begitu besar dan kestabilannya semata-mata tergantung pada
kedalaman pemancangan.
Momen lentur yang bekerja berbanding lurus dengan pangkat tiga tinggi dinding di atas
dredge line. Defleksi lateral cukup besar. Erosi pada daerah di muka dinding harus diperhatikan
.

Gambar 1.4. Turap kantilever dan turap berjangkar

5
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

b. Turap berjangkar
Bila turap kantilever terlalu dalam pemancangannya menjadi tidak ekonomis, untuk itu
dipasang penjangkaran di dekat muka tanah. Kestabilan turap berjangkar selain didukung oleh
pemancangan ke dalam tanah juga oleh jangkar. Turap jenis ini dapat digunakan untuk menahan
tanah setinggi sampai 10 m, tetapi bila ketinggiannya melebihi 10 m dianjurkan untuk
menggunakan dua buah jangkar untuk mengurangi kedalaman pemancangan.
Pada dasarnya penggunaan jangkar disamping mengurangi dalamnya pemancangan, juga
memperkecil momen lentur dan defleksi lateral.
c. Turap yang menahan plat
Umumnya digunakan bila ada sepur atau rel dari crane di dekat daerah penurapan.
d. Anak bendungan (Cofferdam)
Turap dipancang dalam susunan berbentuk sel yang diisi dengan bahan tanah berbutir
kasar (pasir atau kerikil) dan menjadi suatu struktur yang memberi kestabilan oleh dirinya
sendiri oleh sebab gaya gravitasi .
1.4. Gaya-gaya yang bekerja pada turap
Gaya-gaya yang diperhitungkan dalam perencanaan turap ialah :
a. Tekanan tanah lateral (Tekanan aktif dan tekanan pasif)
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan akibat dorongan tanah di belakang
struktur penahan tanah. Bagian bangunan yang menahan tanah harus direncanakan untuk dapat
menahan tekanan tanah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Besarnya tekanan tanah dalam arah lateral ditentukan oleh :
- Besarnya koefisien tekanan tanah aktif, pasif dan keadaan diam
- Besarnya kohesi tanah
- Besarnya beban yang bekerja pada permukaan tanah timbunan

Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis besarnya tekanan-tekanan
tanah lateral tersebut. Antara lain teori Rankine (1857) dan teori Coulomb (1776). Dalam
laporan ini digunakan teori Rankine (1857), beberapa anggapan dalam analisis tekanan tanah
cara Rankine (1857) adalah :

- Tanah adalah bahan yang isotropis, homogen dan tak berkohesi.


- Permukaan bidang longsor bersudut 90° dengan horisontal (dasar dinding penahan tanah).
- Tanah yang longsor (yang berbentuk baji) merupakan satu kesatuan (rigid body).

6
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

- Sudut tanah timbunan dengan horisontal (β) sama dengan sudut tekanan tanah aktif dengan
normalnya.
- Keruntuhan pada struktur penahan tanah dianggap sebagai masalah dua dimensi dengan
memperhatikan panjang satuan dari dinding penahan yang panjangnya tak terhingga.

Teori dari Rankine (1857) tentang koefisien tekanan tanah aktif dan pasif dapat ditulis
dengan persamaan sebagai berikut :

cos 𝛼 − √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1


𝐾𝑎 = . cos 𝛼
cos 𝛼 + √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1

cos 𝛼 + √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1


𝐾𝑝 = . cos 𝛼
cos 𝛼 − √𝑐𝑜𝑠 2 𝛼 − 𝑐𝑜𝑠 2 ɸ1

Dimana :

Ka : koefisien tekanan tanah aktif

Kp : koefisien tekanan tanah pasif

ɸ1 : sudut kemiringan tanah timbunan

α : sudut geser dalam tanah

b. Tekanan Tanah Lateral akibat permukaan (surcharge)


c. Tekanan Hidrostatis
d. Gaya tumbukan kapal waktu bertambat (untuk konstruksi dermaga)
e. Gaya gempa

1.5. Metode konstruksi


Metode konstruksi dinding turap terdapat beberapa cara, yaitu pertama dengan
meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu digali lalu kemudian diisi kembali dengan
tanah isian dan yang kedua dengan memancangkannya ke dalam tanah, kemudian tanah di
depannya digali. Atau dalam hal konstruksi dermaga, tiang turap dipancangkan dalam air
hingga mencapai tanah, kemudian tanah isian diberikan di belakangnya. Dalam banyak kasus
tanah isian yang diletakkan di belakang dinding turap biasanya adalah tanah granular.
Sementara tanah di bawah garis penggalian bias tanah pasir atau lempung. Permukaan tanah

7
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian (dredge line). Berdasarkan
hal ini terdapat dua macam metode konstruksi dinding turap, yaitu :
a. Struktur urugan (backfilled structure)
b. Struktur galian (dredged structure)

Langkah-langkah pelaksanaan struktur urugan dan struktur galian diperlihatkan pada


gambar di bawah ini :

8
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

1.5.1. Turap sebagai dinding fleksibel


Berbeda dengan dinding penahan tanah, turap umumnya terdiri dari bahan yang
kekakuannya kecil (low flexural rigidity) dan adanya jangkar menyebabkan turap melentur
tidak sebagai garis lurus. Akibat lenturan tersebut tekanan tanah yang bekerja pada dinding
turap beralih dari aktif ke pasif dan sebaliknya.
Sesungguhnya tekanan tanah yang bekerja pada dinding yang fleksibel tidak saja
tergantung pada jenis dan sifat tanah yang ditahannya tetapi juga pada urutan pelaksanaan
konstruksinya (pengangkatan dan pemancangan). Distribusi tekanan tanah itu dipengaruhi oleh
hubungan kedalaman dimana turap dipancang. Jadi gaya-gaya yang digunakan dalam
perhitungan perencanaan tidak dapat ditentukan dari teori saja berhubung dipengaruhi oleh cara
kontraktor mengerjakan penurapan. Perencanaan dan perhitungannya sebaiknya dimodifikasi
berdasarkan pengalaman dan hasil-hasil pengamatan dan pengukuran pada keseluruhan
konstruksi.
Teori tekanan tanah klasik dari Rankine dan Coulomb yang didasarkan pada keadaan
gerakan menyeluruh (full mobilization) dari kekuatan geser tanah akibat beralihnya dinding
secara lateral, tak dapat diterapkan begitu saja. Tekanan tanah pada turap harus ditentukan
dengan melihat keadaan pelenturan dinding turap (Brinch, Hansen). Pada prakteknya cara-cara
empiris atau semi empiris dikembangkan semuanya menggunakan teori tekanan tanah klasik.

1.5.2. Prinsip umum perhitungan pada perencanaan turap


Sebagai ilustrasi digunakan kasus sederhana sebagai berikut

Gambar 1.5. Prinsip perhitungan turap


Turap dianggap kaku sehingga bila sebuah gaya horisontal P dikenakan pada bagian atas
turap, bagian tersebut bergerak kearah P sedangkan bagian bawahnya bergerak berlawanan
dengan suatu putaran pada titik stasioner b.
Bagian tanah ob menerima tekanan tanah pasif oleh tanah sebelah kiri turap sedang bagian
eb juga mengalami tekanan pasif dari bagian tanah disebelah kanannya.

9
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Pada diagram, posisi titik d adalah sedemikian rupa sehingga turap dalam keadaan
setimbang akibat gaya P, diagram odf dan ecf. Posisi D ini ditentukan dengan cara trial and
error.
Dari diskusi di atas dapat kita simpulkan bahwa turap kantilever memperoleh
kestabilannya akibat tekanan pasif di kedua pihak. Namun demikian, distribusi tekanan tanah
pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus berbeda. Untuk itu analisa pada kedua jenis
tanah ini kita pisahkan. Adapun prinsip perhitungan turap yaitu antara lain :
1. Menentukan kedalaman penanaman turap
a. Jumlah momen ke titik putar sama dengan NOL
b. Menggunakan metode Blumn
c. Berdasarkan zona tekanan aktif dan tekanan pasif dari buku Braja M. Das.
2. Menentukan Momen Maksimum yang terjadi pada turap
3. Menentukan profil turap yang dipakai

10
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

BAB II
DINDING TURAP BERJANGKAR

Bilamana pemancangan terlalu dalam maka tidak ekonomis. Jika tinggi material
timbunan di belakang turap kantilever lebih dari 6 m maka lebih ekonomis jika di bagian atas
turap kantilever diberi anchor plates, anchor walls atau anchor piles. Adanya anchor akan
mengurangi kedalaman penetrasi sheet pile dan mengurangi luas permukaan dan tinggi sheet
pile yang diperlukan konstruksi, tetapi tie rod dan anchor harus didesain dengan sangat hati-
hati. Adapun perencanaan turap berjangkar meliputi :

1. Menentukan dalamnya pemancangan


2. Menentukan besarnya gaya pada jangkar
3. Merencanakan profil turap yang ekonomis

Cara analisa adalah berdasarkan keadaaan dan sifat tumpuan pada bagian bawah
pemancangan yang dapat bersifat jepit atau tumpuan. Oleh sebab itu terdapat dua metode :

1. Free earth support method


2. Fixed earth support method
3.1. Metode perletakan bebas (free earth support)

11
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Gambar 3.1. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar dengan metode
perletakan bebas

2.1.1 Metode perletakan bebas (free earth support) pada pasir


Gambar 3.2. menunjukkan sebuah dinding turap berjangkar dengan tanah di belakang
turap adalah pasir dan juga tiang turap disorong ke dalam tanah pasir. Batang penguat (tie rod)
menghubungkan dinding turap dengan jangkar ditempatkan pada kedalaman L1 di bawah
puncak turap.

12
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Gambar 3.2. Dinding turap berjangkar pada pasir

Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan sama seperti yang
ditunjukkan pada materi dinding turap kantilever dengan muka air tanah pada pasir.

Pada kedalaman z = L1, p1 = γ.L1.Ka (1)

dan pada z = L1 + L2, p2 = (γ.L1 + γ’.L2)Ka (2)

Di bawah garis galian, tekanan bersih akan sama dengan nol pada kedalaman z = (L1 +
L2 + L3). Hubungan untuk L3 dapat diberikan dengan persamaan :

p2 – γ’(z – L).(Kp – Ka) = 0

atau

(z – L) = L3 =

Pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3 + L4), tekanan bersih dapat diberikan sebagai : p8


= γ’ (Kp – Ka) L4 (4)

Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal ke γ’(Kp – Ka) horisontal.

13
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Untuk kesetimbangan dinding turap,

Σ gaya-gaya horisontal = 0, dan Σ momen di titik O’ = 0.

(Catatan: Titik O’ terletak pada batang penguat jangkar)

Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horisontal (per satuan panjang dinding), Luas
diagram tekanan ACDE – luas EBF – F = 0

Dimana F = gaya tarik pada batang penguat per satuan panjang dinding turap, atau P –
½ L4 – F = 0 Atau F = P – ½ [γ’(Kp – Ka)] L42 (5)

Dimana P = luas diagram tekanan ACDE

Dengan momen pada titik O’, maka :

– P[(L1 + L2 + L3) – ( z + l1)] + ½ [ ’(Kp – Ka)].L42.(l2 + L2 + L3 + 2/3 L4) = 0

Atau

(6)

Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan cara trial and error untuk mendapatkan kedalaman
teoretis (L4).

Maka kedalaman teoretis penetrasi sama dengan Dteori = L3 + L4

Kedalaman teoretis dinaikkan sekitar 30% – 40% untuk mendapatkan kedalaman yang
diaktualkan pada pekerjaan konstruksi.

Daktual = 1,30 sampai 1,40 Dteori. (7)

Langkah demi langkah pada prosedur yang diajukan sebelumnya, faktor keamanan dapat
dipakaikan pada Kp pada permulaan perhitungan yaitu, Kp(rencana) = Kp/FK. Jika ini dipakai,
maka tidak perlu penambahan kedalaman teoritis.

Momen maksimum pada turap akan terjadi pada kedalaman diantara z = L1 ke z = L1 + L2.
Kedalaman z ini merupakan kedalaman pada gaya geser sama dengan nol, sehingga momen
maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut :

14
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

(8)

Kalau nilai z telah ditentukan, maka besaran momen maksimum dapat dengan mudah diperoleh.

2.1.2. Metode perletakan bebas (free earth support) pada tanah lempung
Gambar 3.3. menunjukkan sebuah turap berjangkar yang ditanamkan pada lapisan
lempung, sedangkan tanah dibelakang turap adalah tanah granular. Diagram distribusi tekanan
di atas garis galian adalah mirip dengan dinding turap kantilever dengan muka air tanah pada
tanah lempung.

Gambar 3.3. Dinding turap berjangkar pada tanah lempung

Distribusi tekanan bersih di bawah garis galian dapat diberikan sebagai :

p6 = 4c – (γ.L1 + γ’.L2) (9)

Untuk kesetimbangan statik, penjumlahan gaya-gaya dalam arah horisontal adalah:

F = P1 – p6 . D (10)

Dimana:

P1 = luas diagram tekanan ACD

F = gaya jangkar per satuan panjang dinding turap.

Kembali dengan mengambil momen di titik O’

15
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

P1.(L1 + L2 – l1 – z1 ) – p6.D.(l2 + L2 + D/2) = 0

Dengan menyederhanakan persamaan di atas maka persamaan berikut dapat diturunkan,

(11)

Kedalaman teoretis penetrasi, D dapat ditentukan dari persamaan di atas.

Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, momen maksimum dalam kasus ini akan terjadi pada
kedalaman L1 < z < L1 + L2.

Kedalaman dimana gaya geser sama dengan nol (berarti momen akan menjadi maksimum)
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

2.2. Metode perletakan jepit (fixed earth support)


Asumsi-asumsi yang digunakan :
a. Karena diasumsikan ujung bawah dinding turap terjepit sempurna, kurva perpindahan dinding
turap berbelok pada titik I dan lurus pada titik B.
Dinding turap dipancang cukup dalam sehingga tersedia cukup tanah dibawah galian dasar
(dredge line) yang memberikan kekangan pada ujung bawah dinding turap.

Gambar 3.4. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar dengan metode
perletakan jepit

16
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

2.2.1 Metode perletakan jepit (fixed earth support) pada pasir

Dalam menggunakan metode perletakan jepit (fixed earth support), diasumsikan bahwa
kaki dinding turap tidak diperbolehkan mengalami rotasi (terjepit), seperti diperlihatkan pada
Gambar 3.4.

Diagram distribusi tekanan lateral bersih untuk kondisi ini juga diperlihatkan pada
gambar yang sama. Di dalam solusi metode ini, bagian bawah dari diagram distribusi tekanan
yaitu HFH’GB digantikan oleh sebuah beban terpusat P’. Untuk menghitung L4, sebuah
penyelesaian sederhana yang disebut dengan solusi balok ekivalen (equivalent beam solution)
umumnya digunakan. Untuk memahami solusi balok ekivalen ini, perhatikanlah titik I, yang
merupakan titik perubahan bentuk defleksi dinding turap. Pada titik ini, kepala tiang dapat
diasumsikan sebagai sendi sehingga momen lentur menjadi nol. Jarak vertikal antara titik I dan
garis galian adalah sama dengan L5. Blum (1931) telah memberikan solusi matematis antara
L5 dan L1 + L2. [Gambar 3.5(d)] adalah hasil plot L5/(L1+L2) vs. sudut geser tanah (ϕ).

17
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Gambar 3.5. Dinding turap berjangkar dengan metode perletakan jepit (fixed earth spport)
pada pasir

Dengan mengetahui nilai ϕ dan L1 + L2, maka besar L5 dapat ditentukan. Bagian turap
[Gambar 3.5(c)] di atas titik I dapat diperlakukan sebagai sebuah balok yang menahan tekanan
lateral tanah melalui gaya jangkar F (kN/m) dan gaya geser P’’ (kN/m). Gaya geser P’’ dapat
dihitung dengan mengambil momen di titik O’ (yaitu tepat di kedudukan jangkar). Sekali nilai
P’’ diketahui, maka panjang L4 dapat diperoleh dengan mengambil momen di titik H (lihat
diagram bawah dari [Gambar 3.5(c)]). Kedalaman penetrasi D, kemudian dapat ditentukan
sebagai 1.2 sampai 1.4 (L3+L4).

2.2.2. Prosedur menentukan kedalaman pemancangan


Berikut ini langkah-langkah untuk menghitung kedalaman pemancangan dinding turap
akan diberikan seperti halnya langkah-langkah yang sudah diterangkan sebelumnya.
1. Menentukan Ka dan Kp
2. Menghitung p1 dan p2
3. Menghitung L3
4. Menentukan L5 dengan menggunakan [Gambar 3.5(d)]
5. Menghitung p2’’ [Gambar 3.5(c)]
6. Menggambarkan distribusi tekanan untuk bagian turap yang berada diatas I, seperti
diperlihatkan pada [Gambar 3.5(c)].

18
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Untuk diagram yang digambar pada Langkah 6, ambil momen di titik O’ untuk menghitung P’’.

7. Dengan mengetahui P’’, gambarkan diagram distribusi tekanan untuk bagian turap yang
berada di antara titik I dan H, seperti pada [Gambar 3.5(c)]. Perlu dicatat bahwa dalam
diagram ini p2’’’ adalah sama dengan γ' (Kp – Ka)(L4).
8. Untuk diagram pada Langkah 8, ambillah momen di titik H untuk menghitung L4.
9. Menghitung D = 1,2 hingga 1,4 Dteori.
2.3. Macam – macam penjangkaran
Jangkar yang digunakan pada turap secara umum dapat di bagi sebagai berikut :
1. Plat dan balok (balok berat) jangkar
2. Batang penguat di belakang turap (tie backs)
3. Tiang jangkar vertikal
4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang-tiang miring (tekan dan tarik)

Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi [Gambar3.6.a]. Jangkar
dihubungkan ke turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah waling wale
ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan penempatan batang
penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat berkarat, biasanya batang ini
dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.

Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau kabel
ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu [Gambar 3.6.b], lalu digruting
dengan beton (kabel biasanya berkekuatan tinggi atau tendon baja prategang). Gambar 3.6.c
dan 3.6.d menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar dengan tiang-tiang miring.

19
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

20
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

2.4. Langkah-langkah prosedur dalam menghitung turap berjangkar


Adapun langkah-langkah prosedur dalam perhitungan turap kantilever adalah sebagai
berikut :
1. Kedalaman pemancangan (Do)
2. Dimensi dinding turap
- Dicari Mmax
- Dianggap sheet pile di tumpu pada dua titik perletakan

rol (kondisi1), sendi (kondisi 2 Metoda Free Earth Support ) dan jepit (kondisi 3
Metoda Fix Earth Support )

3. Menentukan letak tumpuan jangkar (a)


-Diasumsikan a = 0.3 – 0.45 (H + Dteori) dari ujung atas turap
Bila dijumpai mat maka letak jangkar ditempatkan lebih kurang 0.30 m di atas muka air rata-
rata. Hal ini agar spy konstruksi jangkar tdk cepat rusak akibat karat dan jangkar umumnya
menderita beban tarik.
4. Dimensi batang jangkar (tie rod)
Umumnya tie rod dibuat dari baja sehingga diperlukan luas tie rod (As). Gaya jangkar sama
dengan rekasi tumpuan di A (F). Beban pada batang jangkar (F) = Fa x b (jarak).

21
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

5. Letak papan jangkar


- Umumnya berada diluar daerah longsoran aktif
- Kedalaman papan angker berada dibwh top-soil & tidak dipengaruhi cuaca
- Kedalaman papan angker minimum 0.80 m
6. Konstruksi penjangkaran

22
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

23
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

BAB IV
DIMENSI TURAP

Untuk menentukan dimensi turap kita harus terlebih dahulu mencari momen maksimum
(Mmax). Kemudian dengan rumus dibawah ini kita akan mendapatkan nilai section modulus (s).

𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑠=
𝜎̅

Dimana : 𝜎̅ = tegangan ijin baja.

Berdasarkan nilai section modulus kita dapat menentukan profil baja yang akan
digunakan untuk dinding turap yang kita desain. Dibawah ini merupakan contoh table profil
baja tipe Z beserta tegangan ijinnya (𝜎̅) .

Type of Steel Allowable stress

ASTM A-328 170 MN/m2

ASTM A-572 210 MN/m2

ASTM A-690 210 MN/m2

Tabel 4.1. Tegangan ijin baja (𝜎̅)

24
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034

Tabel 4.2. Dimensi profil turap baja

25

Anda mungkin juga menyukai