Referat Luka Bakar
Referat Luka Bakar
LUKA BAKAR
Oleh:
Pembimbing:
dr. Pirma Hutauruk, Sp.B(K) Trauma
Luka bakar merupakan cedrea yang cukup sering dihadapi oleh para dokter. Luka
bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang cukup tinggi
dibandingan cidera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penangananya
pun cukup tinggi. Di amerika serikat, kurang lebih 250 orang mengalami luka
bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 menderita luka bakar
membutuhkan tindakan emergency dan 210 penderita luka bakar meninggal dunia
di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar tetapi dengan
bertambahnya jumalah penduduk dan industri, angka luka bakar tersebut terus
meningkat.
Luka bakar menyebabakan hilangnya intergritas kulit dan juga menimbulkan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat
yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada
dalam, luas, dan letak luka selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan sehatan
penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya
sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai
0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
A. ANATOMI KULIT
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan
luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan
ikat.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasaya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak kulit tipis
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar
yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen- filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap
efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan
lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum
disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung
jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.
Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).
Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler
Mengandung jaringan ikat jarang, tipis
2. Lapisan retikuler
Mengandung jaringan ikat padat, tebal
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali
dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan
dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit
terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respons inflamasi.
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
B. VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis
dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini
memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh
darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
C. FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam
merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah
bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat,
insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit
dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang
kemudian akan mempertahankan panas.
A. ETIOLOGI
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
1. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,
dan lain-lain)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grow.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury )
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radias
B. PATOFISIOLOGI
1. Cedera termal menyebabkan nekrosis koagulasi pada kulit dan jaringan
di bawahnya dengan kedalaman yang bervariasi. Luka bakar juga
memberikan efek merusak pada semua sistem organ lainnya.
2. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Bila luas luka
bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah delapan jam
3. Keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu
lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila
lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
4. Hemodinamik - pada 24 jam pertama setelah luka bakar ditandai dengan
penurunan volume darah, meningkatnya viskositas darah, dan
penurunan cardiac output. Permeabilitas mikrovaskuler akan meningkat
secara langsung oleh panas dan secara tidak langsung oleh mediator
endogen. Berkurangnya volume darah dan curah jantung menyebabkan
oliguria, yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal akut. Sejumlah
faktor telah dilaporkan dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh
darah dan infiltrasi leukosit yaitu :
a. Histamin
b. Metabolit asam arakidonat (Tromboksan A2 dan Leukotrien)
c. Substansi P
d. Hasil degradasi fibrin
e. Protease aktif
f. Platelet-activating factor (PAF)
g. Sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) dan tumor nekrosis faktor
(TNF)
5. Sistem imun – humoral maupun seluler keduanya terganggu
menyebabkan berkurangnya kadar imunoglobulin, berkurangnya
aktivasi komplemen, dan berkurangnya stimulasi proliferasi dan respon
limfosit.
6. Hematologi – terdapat penghancuran cepat sel darah merah pada daerah
yang mengalami luka bakar, khususnya luka bakar derajat tiga. Cedera
endotel dapat menyebabkan pelepasan thromboplastin dan paparan
kolagen; yang kemudian akan menginisiasi adhesi platelet, agregasi, dan
aktivasi faktor XII. Luka bakar dengan ketebalan penuh yang parah akan
menginduksi penggunaan faktor koagulasi di lokasi luka bakar, yang
dapat menyebabkan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Selain itu menyebabkan kerusakan sel darah yang ada didalamnya
sehingga bisa menyebabkan terjadi anemia.
7. Gastrointestinal – Ileus bersifat universal pada pasien dengan luka bakar
lebih dari 25% total luas permukaan tubuh (TBSA). Kerusakan lambung
dan mukosa duodenum, yang timbul sekunder akibat iskemia fokal,
dapat diamati sedini mungkin pada 3-5 jam setelah luka bakar. Stres
atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini
dikenal sebagai tukak Curling. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling
ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis
dan/atau melena.
8. Endokrin – Pada periode postburn awal setelah luka bakar, pola
katabolisme endokrin berkembang yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukagon, kortisol, dan katekolamin dengan penurunan kadar
insulin dan triiodothyronine. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
laju metabolisme, aliran glukosa, dan keseimbangan nitrogen negatif.
Besarnya tingkat katabolisme berkorelasi dengan besarnya luka bakar.
1. Manajemen Awal
a. Indikasi masuk rumah sakit: Berikut ini adalah kriteria penerimaan
untuk semua pasien dengan luka bakar menurut American Burn
Association.
Luka bakar derajat dua dan derajat tiga yang melebihi 10 %
total luas permukaan tubuh pada pasien usia dibawah 10 tahun
atau lebih dari 50 tahun
Luka bakar derajat dua yang melebihi 20 % total luas
permukaan tubuh pada pasien usia 10 hingga 50 tahun
Luka bakar derajat 3 yang melebihi 5 % total luas permukaan
tubuh pada semua usia
Luka bakar yang signifikan pada wajah, tangan, kaki, genitalia,
atau perineum
Cedera listrik/petir yang signifikan
Luka bakar kimiawi yang signifikan
Cedera Terkait inhalasi, trauma mekanik yang bersamaan, atau
adanya penyakit medis yang signifikan yang sudah ada
sebelumnya
Luka bakar yang memerlukan dukungan sosial, emosional,
atau rehabilitasi jangka panjang, termasuk kasus dugaan atau
aktual pelecehan anak
b. Perawatan awal: ABCDEF (A=airway, B=breathing,
C=circulation, D=disability, E=expose, F=fluids). Seperti halnya
pada semua pasien trauma, prioritas pertama adalah pemeliharaan
jalan napas.
c. Evaluasi pada luka bakar meliputi:
d. Derajat luka bakar: Meskipun tidak akurat "Rule of 9" klasik masih
digunakan di banyak senter. Grafik Lund dan Browder lebih
mudah digunakan dan dikoreksi sesuai usia
e. Kedalaman luka bakar umumnya sulit untuk dinilai dengan cepat.
Yang penting pada pemeriksaan awal harus dapat membedakan
antara eritema dan kerusakan kulit yang sebenarnya.
f. Luka bakar derajat Pertama – merupakan luka bakar dangkal
dengan hanya kerusakan epidermis. Daerah ini eritem, lembut, dan
biasanya sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari.
g. Luka bakar derajat kedua – merupakan luka bakar dengan
kerusakan epidermis dan lapisan kulit bagian atas. Kulit berwarna
merah, melepuh, dan terdapat kerusakan saraf sensorik yang
menyebabkan rasa sakit yang hebat.
h. Luka bakar derajat Ketiga – merupakan luka bakar dengan
kerusakan epidermis dan dermis. Daerah putih, kasar, hangus, dan
rasa sakit tidak ada rasa sakit karena kerusakan saraf sensorik
i. Luka bakar derajat Keempat – merupakan luka bakar dengan
kerusakan kulit, otot, dan tulang.
j. Resusitasi cairan:
Resusitasi cairan harus dimulai pada semua pasien dengan luka
bakar dengan TBSA> 15%. Tujuannya adalah untuk memulihkan
dan mempertahankan perfusi jaringan yang memadai dan
mencegah iskemia organ. Formula resusitasi yang digunakan
sebagai guideline adalah formula Baxter atau formula Parkland (4
ml Ringer laktat / kg /% TBSA selama 24 jam pertama) banyak
digunakan di Amerika Serikat. Setengah volume diinfuskan dalam
8 jam pertama pasca luka bakar, dan setengah sisanya selama 16
jam berikutnya. Koloid biasanya diberikan pada 24 jam kedua,
setelah pergeseran masif cairan terjadi.
Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada
hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan
hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan
penghitungan diuresis.
Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung
dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama
terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena
terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
k. Darah – diberikan pada luka bakar ketebalan penuh yang lebih dari
10% TBSA, kebutuhan darah diperkirakan sebanding dengan 1%
dari volume darah pasien normal untuk setiap 1% luka bakar yang
dalam.
l. Pemantauan resusitasi cairan – urine output 0,5-1 cc / kg / jam
adalah parameter yang paling akurat untuk resusitasi. Teknik
pengukuran invasif (tekanan vena sentral) harus dihindari sebisa
mungkin.
m. Pengobatan: Obat penghilan gnyeri golongan narkotik diberikan
secara intravena untuk luka bakar yang berat. Patient-controlled
analgesia (PCA) dapat disarankan bila pasien sadar dan
berorientasi.
n. Profilaksis tetanus rutin diberikan namun tidak ada manfaat dalam
pemberian antibiotik profilaksis.
o. Escharotomi dan fasciotomi mungkin diperlukan pada luka bakar
konstriksi yang melingkar. Keduanya bermanfaat untuk
mengurangi iskemia distal pada ekstremitas. Escharotomy
digunakan di dada untuk mencegah eksisi eschar luka bakar yang
cepat dan pencangkokan kulit.
3. Perawatan Pendukung
A. Respon metabolik yang mengikuti cedera luka bakar meningkat
sesuai besarnya tingkat luka bakar. hipermetabolisme pasca luka
bakar dimanifestasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen,
peningkatan curah jantung dan ventilasi per menit, peningkatan
suhu inti, pengurangan massa tubuh, dan meningkatkan ekskresi
nitrogen urin. Kebutuhan kalori harian diperkirakan dengan rumus
Curreri:
Dewasa: (25 kcal/kg)+(40 kcal/% TBSA)
Anak-anak: (60 kcal/kg)+(35 kcal/% TBSA)
B. Manajemen luka bakar meliputi beberapa disiplin ilmu lainnya,
seperti terapi fisik dan pekerjaan, pelayanan sosial, dan psikologi.
4. Perawatan Rawat Jalan
a. Melakukan perhatian segera terhadap semua luka bakar minor
b. Pencucian daerah luka bakar, dan debridement, diterapkan secara
rutin. Pasien dianjurkan kontrol teratur di klinik bakar untuk
memantau kemajuan penyembuhan.
c. Semua luka bakar ketebalan penuh yang lebih besar dari satu inci
persegi harus dicangkokkan.
d. Penerapan Unna kompresi untuk cangkok kulit ekstremitas
memberikan perlindungan yang sangat baik dan memungkinkan
ambulasi dan jangkauan gerak segera.
E. KOMPLIKASI
Penyebab kematian yang paling umum adalah bronkopneumonia (2%).
Sepsis bertanggung jawab untuk 0,7%; memadai resusitasi cairan, 1%;
cedera inhalasi, 1%; dan GI perdarahan, 0,1%.
A. Infeksi Luka Bakar
1. Infeksi luka bakar dapat diklasifikasikan atas dasar organisme
penyebab, kedalaman invasi, dan respon jaringan. luka bakar sepsis
didefinisikan sebagai > 105 organisme per gram jaringan. Biopsi
untuk bakteriologi kuantitatif dan kualitatif secara rutin diperoleh.
Pemeriksaan histologis dari spesimen biopsi, yang memungkinkan
pementasan proses invasif, adalah satu-satunya cara yang dapat
diandalkan untuk membedakan kolonisasi luka dari infeksi invasif.
antibiotik spektrum luas yang sesuai diberikan untuk mengobati
infeksi.
Tanda-tanda klinis luka bakar sepsis adalah:
Konversi luka bakar derajat dua menjadi fullthickness nekrosis
Perubahan warna focal yang bewarna hitam atau coklat tua
Degenerasi luka dengan pembentukan eschar baru
Perubahan warna hemoragis lemak subeschar
Tepi luka yang eritematous dan edematous
2. Infeksi Candida (jamur) dan noncandidal (filamen) pada luka bakar
menjadi semakin penting terkait morbiditas dan mortalitas.
3. Pneumonia-situs yang paling umum infeksi pada pasien luka bakar
adalah paru-paru. Pneumonia dianggap menjadi penyebab utama
kematian di lebih dari setengah dari luka bakar yang fatal.
Bronkopneumonia umumnya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan bakteri oportunistik Gramnegative.
4. tromboflebitis supuratif dapat terjadi di setiap vena perifer atau
bahkan sentral yang terpasang kanulasi. Keterbatasan yang ketat
dari kanula menjadi 3 hari atau kurang pada pasien luka bakar telah
dikaitkan dengan penurunan kejadian komplikasi ini dari 4,3%
menjadi 2,5%. Pengobatan melibatkan bedah eksisi seluruh vena
yang terlibat dalam proses supuratif dan administrasi sistemik
antibiotik.
5. akut endokarditis-Identifikasi karakteristik murmur sulit dilakukan
pada pasien luka bakar karena sirkulasi hiperdinamik mereka.
Pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi dapat mendeteksi lesi
katup, namun vegetasi kecil mungkin tetap tidak terdeteksi.
Staphylococcus aureus adalah agen penyebab paling umum. Terapi
antibiotik maksimum dosis sistemik diresepkan untuk setidaknya 3
minggu.
6. sinusitis supuratif yang paling mungkin terjadi pada pasien yang
membutuhkan transnasal intubasi jangka panjang, terutama yang
dengan tabung baik di saluran napas dan saluran pencernaan. CT
scan berguna sebagai tes diagnostik. Terapi dimulai dengan
antibiotik spektrum luas, tetapi drainase bedah sinus yang terlibat
mungkin diperlukan.Bakteremia dan septikemia-Untuk
meminimalkan perkembangan bakteri resisten antibiotik, antibiotik
sistemik tidak harus diberikan secara profilaksis. Mereka diberikan
hanya atas dasar diagnosis klinis atau laboratorium Antibiotik
biasanya diberikan perioperatif untuk pasien yang mengalami luka
bakar.
7. Pada pasien luka bakar dengan septikemia, terapi antibiotik awal
harus berdasarkan hasil dari program lembaga pengawasan
mikroba dan temuan histologis pada spesimen biopsi luka bakar
atau pewarnaan Gram dari sekresi dan bahan yang terinfeksi
lainnya.
B. Gastrointestinal
1. ulserasi dari saluran pencernaan-ulserasi akut lambung dan
duodenum (ulkus Curling’) kini secara efektif dikendalikan oleh
antasida profilaksis atau terapi antagonis H2-reseptor.
2. Acalculous kolesistitis
3. Pankreatitis
4. dilatasi akut usus besar (sindrom Ogilvie) dapat terjadi pada pasien
luka bakar yang menjadi sepsis.
5. Pemberiann awal makanan enteral meningkatkan aliran darah
mukosa, mengurangi atrofi mukosa dan translokasi bakte.
C. Parut Hipertropik/Keloid
1. Bekas luka ini bewarna merah, tebal, keras, gatal, dan kering.
2. Perawatan dimulai secara konservatif dengan pijat, pelembab,
antihistamin, pakaian bertekanan, dan terapi lembaran silikon.
3. suntikan intralesi dari triamsinolon juga digunakan.
4. revisi Scar dengan Z-plasty, VY plasty, atau W-plasty mungkin
diperlukan.
D. Kontraktur
1. Setiap upaya dilakukan dalam perawatan awal pasien luka bakar
adalah untuk mencegah kontraktur. Ketika kontraktur terbentuk,
kontraktur dilepaskan dan direkonstruksi dengan cangkokan kulit
atau flaps tergantung pada kebutuhan estetika dan fungsional
2. ekspander Jaringan dapat digunakan untuk menyediakan jaringan
dengan kecocokan terdekat.
3. Kadang-kadang, transfer jaringan bebas telah digunakan untuk
menutupi cacat yang besar.
E. Formasi Tulang Heterotopik
1. Hal ini dapat terjadi di sekitar sendi dan jaringan lunak, biasanya di
daerah luka bakar.
2. Hal ini tampaknya terjadi sekunder atas imobilisasi yang terjadi,
atau sekunder terhadap rasa sakit, atau kontraktur.
F. Ulkus Marjolin’s
1. Karsinoma sel skuamosa muncul di bekas luka bakar kronis setelah
masa laten sekitar 35 tahun.
2. Tumor ini sangat invasif, dan metastasis nodus regional yang
tampak dalam 35% kasus.
A. DEFINISI
Penyembuhan luka atau wound healing adalah suatu proses biologi yang
jaringan. Hasil akhir dari proses perbaikan tersebut adalah fibrosis dan
luka pada sistem organ, kecuali pada tulang dan kondisi tertentu dari
perlukaan hepar.
primer yaitu pada luka bersih dan teraproksimasi baik dan sembuh tanpa
kemudian tertutup oleh jaringan granulasi dan akhirnya tertutup oleh sel-
sel epitel. Luka terinfeksi dan luka bakar sembuh dengan cara ini.
terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka sekitar 5 hari dan
biasanya mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada
Inflmamatory
Remodeling
Fibrosis
Lymphocyte
Cellular influx s
Macrophage
s
Neutrophils
akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi
plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan
tersebut asidosis.
asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan
digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding
Sintesa kolagen
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau
dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang
b. Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki
darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat
Proliferasi
Migrasi
Kontraksi luka
hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan
Factors).
mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen
sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai
serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses
1. Usia
pertuumbuhan sel dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada
2. Nutrisi
Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan
3. Oksigenasi
4. Infeksi
enzim yang dapat merusak jaringan. Resiko infeksi lebih besar jika
6. Diabetes Melitus
7. Sirkulasi
penyembuhan
9. Steroid
10. Antibiotik
dalam tubuh (endogen) atau dari luar tubuh (eksogen), penyebab tersebut
antara lain kontaminasi bakteri atau benda asing, kekebalan tubuh yang
adalah yang paling sedikit pada tubuh dan suplai darah pada wajah serta
tangan cukup tinggi. Usia pasien yang tua juga memperpanjang proses
penyembuhan.
regresi. Keloid ini lebih sering terjadi pada pasien dengan kulit gelap
masih dalam batas luka awal dan biasanya sembuh secara spontan.
pada kasus luka bakar. Pada luka bakar, akan terjadi perpanjangan
b. Luka Kronis
c. PENANGANAN LUKA
pemeriksaan fisik. Pastikan juga tidak ada bahaya lain yang lebih
diketahui.
benda asing dan bakteri. Lihat warna kulit sekitar, apabila pucat
pada kulit.
America.
3. Galiano RD, Mustoe TA, 2007. Wound Care. Dalam: Thorne CH,
Thorne CH, penyunting. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. Edisi ke-6.
Health Sciences.
9. William C. Grabb, James W. Smith. Thermal Burn In: Plastic Surgery.
J.B. Lynch.