Miokardium
Oleh :
SGD 7
Ni Putu Maitra Pratiwi (1002105004)
Ni Putu Marlina (1002105047)
I Gusti Bagus Jelantik Darma Putra (1002105050)
Putu Youdandari Sujata (1002105052)
I Ketut Eri Darmawan (1002105066)
Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070)
Ni Made Candra Yundarini (1002105074)
Putu Pamela Kenwa (1002105081)
Ni Luh Putu Dian Yunita Sari (1002105083)
Ni Wayan Lisnayanti (1002105084)
Ni Putu Ayu Jayanti (1002105089)
1. Infark adalah area nekrosis koagulasi pada jaringan akibat iskemia lokal, disebabkan oleh
obstruksi sirkulasi ke daerah itu, paling sering karena trombus atau embolus (Dorland, 2002).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Infark Myokardial
adalah serangan jantung yang disebabkan oleh kurangnya pasokan darah ke otot jantung
(Payne, 1995). IMA adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu
(Harun, 1996). Infark miokardial, atau serangan jantung, terjadi saat aliran darah ke otot
jantung terhenti atau berkurang cukup banyak untuk waktu yang lama dan cukup untuk
menyebabkan kematian sel. Pada banyak kasus, infark miokardial terjadi karna sumbatan di
arteri coronaria karena trombosis (WHO,1998). Menurut laporan WHO, pada tahun 2004,
2. Ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah, yaitu usia, jenis
kelamin, ras, dan riwayat keluarga.
a. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko infark miokard akut terkait dengan
terjadinya aterosklerosis yang akan menjadi infark miokard akut. Hal ini bisa tetrjadi
pada individu yang memiliki pola makan yang tidak sehat seperti tinggi kandungan
lemak, kolesterol, karbohidrat, yang umumnya terdapat pada makanan siap saji dan
gorengan. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fungsi fraksi lipid dalam plasma. Fraksi lipid ini
berupa kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida.
b. Merokok. Peran rokok dalam patogenesis PJK merupakan hal yang kompleks,
diantaranya :
Penyebab timbulnya aterosklerosis.
Peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi (termasuk spasme arteri koroner)
Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Provokasi aritmia jantung.
Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Penurunan kapasitas pengangkutan oksigen.
Tiga penelitian secara acak tentang kebiasaan merokok telah dilakukan pada
program prevensi primer dan membuktikan adanya penurunan kejadian vaskuler
sebanyak 7-47% pada golongan yang mampu menghentikan kebiasaan merokoknya
dibandingkan dengan yang tidak. Oleh karena itu saran penghentian kebiasaan
merokok merupakan komponen utama pada program rehabilitasi jantung koroner.
c. Obesitas. Peningkatan berat badan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah, mengurangi sensitivitas insulin, mengurangi pembakaran glukosa dan
meningkatkan risiko terjadinya dislipidemia.
d. Geografi . Data dari Eropa menunjukkan bahwa negara-negara yang konsumsi lemak
jenuhnya tetap tinggi selama Perang Dunia II, mortalitas akibat Penyakit Jantung
e. Iskemik tinggi. Hasil penelitian pada orang-orang Jepang yang tetap tinggal di
Jepang dan yang tinggal di Hawaii maupun California menunjukkan bahwa kadar
kolesterol, glukosa, asam urat dan trigliserid pada orang-orang yang tetap tinggal di
Jepang lebih rendah daripada yang tinggal di Hawaii maupun California. Insiden
3. Myocardial Infarction sering terjadi pada pria usia 35-55 tahun dan pada wanita yang sudah
menopause.
Myocardial Infarction lebih banyak terjadi pada pria dibanding perempuan. Menurut Anand
(2008), wanita mengalami kejadian infark miokard pertama kali 9 tahun lebih lama daripada
laki-laki. Perbedaan onset infark miokard pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko
tinggi yang mulai muncul pada wanita dan laki-laki ketika berusia muda. Wanita agaknya
relatif kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya
seperti pria. Hal diduga karena adanya efek perlindungan estrogen (Santoso, 2005).
Belum diketahui secara pasti bagaimana faktor keturunan berperan didalamnya. Tapi yang
pastinya ada empat faktor resiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah, yaitu usia,
jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40
tahun. Faktor resiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat
proses aterogenik (Santoso, 2005). Faktor- faktor tersebut adalah abnormalitas kadar serum
lipid, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, faktor psikososial, konsumsi buah-buahan, diet
dan alkohol, dan aktivitas fisik (Ramrakha, 2006).
4. Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.
Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan
sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume)
dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25
mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal
6. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal infark yaitu adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah
adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Daerah Iskemia : inversi gelombang T, karena perubahan repolarisasi
Daerah Luka : elevasi segmen ST, karena iskemia berat
Daerah infark : gelombang Q abnormal/ patologis karena tidak ada depolarisasi
pada jaringan mati/ nekrosis.
Perubahan elektrokardiografi (EKG) pada infark
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal miokard infark akut, EKG
pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi segmen ST.
Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang
Q. Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Ketika trombus tidak
menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST. Pasien dengan gambaran
EKG tanpa elevasi segmen ST digolongkan ke dalam unstable angina atau Non STEMI
(Cannon, 2005).
Segment ST merupakan interval yang terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel
(gelombang P) dan repolarisasi ventrikel (gelombang T). Pada tahap awal repolarisasi
ventrikel terjadi selama vase ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pad
EKG. Penurunan abnormal segment ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan
peningkatan segment ST dikaitkan dengan infark. Pengguanaan digitalis akan menurunkan
segmen ST.
8. Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa infark miokard ini
diantaranya yaitu dengan :
a. EKG. Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan
perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh
dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST
yang menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi
listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, hal tersebut akan mengakibatkan
elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik
disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut
yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan
gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai
dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya,
gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap
dan segmen ST kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark Perubahan EKG
Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal
(depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama
gelombang R pada V1 – V2.
10. Tindakan pencegahan perlu dilakukan dan edukasi yang perlu diberikan kepada pasien dan
keluarganya
Menghindari aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, kelelahan yang berlebihan
Menghindari panas dan dingin yang berlebihan
Menurunkan berat badan bila perlu
Berhenti merokok
Aktivitas harus diselingi dengan istirahat yang cukup. Kelelahan yang ringan itu
normal dan biasa dijumpai pada proses penyembuhan.
Mengembangkan pola makan yang teratur
Menghindari makan besar dan tergesa-gesa.
Membatasi minuman yang mengandung kafein, karena kafein mempengaruhi
frekuensi jantung, irama, dan tekanan darah
Mematuhi jam meminum obat.
Pasien menjalani program yang teratur dalam meningkatkan aktifitas dan latihan
untuk rehabilitasi jangka panjang seperti melakukan penyesuaian fisik dengan
peningkatan bertahap tingkat aktivitas sesuai peraturan.jalan-jalan
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam rangka menegakkan diagnosa infark miokard ini
diantaranya yaitu dengan :
a. EKG. Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan
perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari
jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST yang
menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan
gagal untuk repolarisasi secara normal, hal tersebut akan mengakibatkan elevasi segmen
ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik,
gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara
elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat
iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T
tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai
dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark Perubahan EKG
Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal
(depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama
gelombang R pada V1 – V2.
17. Pemberian oksigen pada pasien dengan infark miokard harus diberikan bersamaan dengan
terapi medis untuk menjamin penghilangan nyeri secara maksimal. Menghirup oksigen
meskipun dengan dosis rendah mampu meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi dan
mengurangi nyeri berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen dalam sirkulasi. Cara
pemberian biasanya melalui kanula hidung dan kecepatan aliran oksigen ini harus dicatat.
Apabila tidak terjadi proses penyakit lain yang menyertai, kecepatan aliran 2 sampai 4 liter
permenit biasanya dapat mempertahankan kadar saturasi oksigen 96% sampai 100% secara
adekuat. Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen dapat dilepas ketika kecepatan
dan irama pertukaran pasien normal, pasien dapat bernapas dengan mudah serta saturasi
oksigen klien normal (>95%) ketika diukur dengan pulsa oksimetri.
18. Monitoring seksama pada tanda vital, simtom, dan ECG disarankan untuk 48-72 jam pertama
setelah uncomplicated MI. Monitoring lanjutan setelah 72 jam disarankan jika pasien tidak
stabil secara hemodinamik, mempunyai iskemi yang bertahan, atau mempunyai cardiac
aritmia yang signifikan secara hemodinamik. ECG harus dimonitor dengan seksama untuk
iskemi berulang, bahkan jika pasien tidak merasakan rasa sakit pada dada.
19. Perlu. Karena Tn.C diharapkan untuk tidak melakukan aktivitas yang berat selama dirawat di
ruang intensive jantung untuk menghindari bertambah parahnya penyakit yang diderita
apalagi Tn. C mengalami nyeri dada dan sesak nafas yang tentunya sangat mengganggu ADL
pasien. ADL yang perlu dibantu terutama perawatan diri pada Tn. C, seperti personal hygiene
dan oral hygiene.
21. Pada pasien dengan infark miokard harus diberikan pembatasan asupan makanan harus
makanan cair, agar dapat meringankan kerja jantung dengan cara mengurangi aliran darah
yang diperlukan untuk mencerna makanan padat. Selain itu, pasien dianjurkan untuk
membatasi minuman yang mengandung kafein, karena kafein dapat mempengaruhi frekuensi
jantung, irama, dan tekanan darah. Diet rendah garam juga dapat mengurangi volume
ekstraselular, sehingga mengurangi preload dan afterload, dan juga konsumsi oksigen
jantung. Pembatasan jumlah kalori yang diberikan pada pasien juga harus diperhatikan
22. Pada pasien yang mengalami infark miokard yang terpenting adalah pembatasan aktivitas
dan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan kerja jantung meningkat. Jika pasien
sudah memperlihatkan perbaikan yang baik, maka dapat dipindahkan ke ruangan biasa
dengan tetap memperhatikan terapi yang diberikan. perbaikan pasien ini di dapat dari:
Perbaikan menunjukkan kondisi hemodinamik stabil
Tidak ada nyeri dada
Tidak ada tanda-tanda gagal jantung yang tidak terkompensasi ( sesak pada saat
istirahat dengan ronki didasar paru bilateral)
Tidak ada perubahan signifikan yang baru pada EKG dalam 8 jam terakhir
23. Kehadiran dan dukungan anggota keluarga sangat penting untuk mengurangi tingkat
kecemasan klien. Keluarga dapat mengingatkan kepada klien dalam meminum obat setiap
hari, membantu pelaksanaan diet yang diberikan kepada klien, saling mendiskusikan
mengenai kecemasan yang dirasakan klien maupun keluarga bersama dengan tenaga
kesehatan, serta berusaha untuk mengurangi atau mencegah stress pada klien dengan cara
pengungkapan stress yang dirasakan klien dan memodifikasi situasi yang dapat
meningkatkan kenyamanan klien.
24. Terapi music yang diberikan pada pasien dengan infark miokard umumnya efektif untuk
mengurangi kecemasan pada klien. Sesuai dalam jurnal effect of relaxing music on Cardiac
Autonomic Balance and anxiety after Acute Miocard Infarction mengatakan bahwa dengan
pemberian music yang menenangkan dapat menurunkan heart rate, menurunkan respiratory
rate, dan penurunan jumlah oksigen miokardial yang dibutuhkan serta dapat mengurangi
tingkat kecemasan dari klien akibat menderita infark miokard setelah 1 jam pemberian music
penenang tersebut.
25. Untuk mengurangi kecemasan pada klien dapat dilakukan dengan membina hubungan saling
percaya dalam perawatan pasien. Beri kesempatan pada pasien sesering mungkin untuk
berbagi rasa mengenai keprihatinan dan ketakutan. Rasa diterima akan membantu pasien
mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan normal.
Edukasi yang dapat diberikan kepada klien dapat berupa :
Daftar istilah
a. ACE inhibitors adalah obat-obat yang memperlambat (menghalangi) aktivitas dari enzim
ACE, yang mengurangi produksi dari angiotensin II. Sebagai hasilnya, pembuluh-
pembuluh darah melebar atau membesar dan tekanan darah berkurang. Tekanan darah
yang lebih rendah ini membuat jantung lebih mudah untuk memompa darah dan dapat
memperbaiki fungsi dari jantung yang gagal.
b. Sindrom serangan jantung akut (Acute Coronary Syndrome/ACS) adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menguraikan suatu kelompok gejala akibat dari iskemia
myocardial akut (darah tidak cukup mengalir ke otot jantung) dan berkisar antara angina
tidak stabil (terus meningkat, nyeri dada yang tidak dapat diramalkan) ke myocardial
infarction (serangan jantung). Kondisi-kondisi tersebut berhubungan dengan berbagai
derajat tinggi penyempitan atau terbuntunya dari satu atau beberapa arteri koronaria yang
menyediakan darah, oksigen dan bahan gizi kepada jantung. Gangguan yang mengancam
jiwa ini adalah suatu penyebab utama dari kegawatdaruratan medic dan rawat inap.
c. Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskemik miokard dan bersifat
sementara atau reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993)
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
h. Operasi bypass jantung disebut juga sebagai operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG). Operasi bypass jantung merupakan salah satu penanganan operatif pada
i. Berbagai enzim dilepaskan ke dalam darah pada periode yang berbeda setelah infark
miokard, maka perlu dilakukan evaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan waktu
awitan nyeri dada ayau gejala lainnya. Kreatinin kinase (CK) dan isoenzimnya (CK-MB)
adalah enzim paling spesifik yang dianalisa untuk mendiagnosa infark miokard akut,
danmerupakan enzim yang pertama kali meningkat.
Creatine Kinase (CK), juga dikenal sebagai Creatine Phosphokinase (CPK) atau Fosfo-
Creatine Kinase adalah enzim diekspresikan oleh berbagai jaringan dan jenis sel. Enzim
ini merupakan enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot
rangka, dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak. Phosphocreatine berfungsi
sebagai reservoir energi yang cepat untuk buffering dan regenerasi ATP , serta untuk
transportasi energi intraselular oleh phosphocreatine shuttle atau sirkuit. Jadi creatine
kinase adalah enzim yang penting dalam jaringan tersebut. Secara klinis, creatine kinase
yang diuji dalam tes darah digunakan sebagai penanda infark miokard (serangan jantung),
rhabdomyolysis (pemecahan otot parah), distrofi otot, dan gagal ginjal akut.
CPK tes darah dilakukan untuk mengukur phosphokinase creatine, suatu enzim yang
sebagian besar ditemukan di jantung, otak, dan otot rangka. Tingkat normal enzim ini
s. Sudden Cardiac Death adalah kematian tidak terduga karena penyakit jantung, yang
didahului dengan gejala maupun tanpa gejala yang terjadi 1 jam sebelumnya (Chung,
1995). Korban mungkin saja dan mungkin juga tidak, terdiagnosa dengan penyakit
jantung. Waktu dan bentuk kematian tidak dapat diperkirakan. Kematian muncul dalam
hitungan menit setelah gejala muncul. Alasan mendasar yang paling mungkin bagi pasien
yang meninggal tiba-tiba karena henti jantung adalah penyakit jantung koroner
(terbentuknya lemak pada dinding arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Pasien
yang memiliki resiko untuk terjadinya kematian jantung mendadak bisa jadi memiliki
gejala prodromal seperti nyeri dada, fatigue, palpitasi dan keluhan nonspesifik lainnya.
t. Trombus adalah bekuan darah yang menempel di dinding vaskuler, yang terjadi karena
permukaan tempat darah mengalir yaitu endothel maupun jantung mengalami kerusakan
(disfungsi endothel) atau endothel injured. Adanya difungsi endothel ini akan
mengundang thrombosit untuk melakukan adhesi dan selanjutnya dengan bantuan faktor-
faktor pembekuan darah akan terjadi agregasi trombosit dan terbentuklah bekuan darah
yang komponen utamanya adalah trombosit. Adanya trombus yang masih melekat pada
dinding ini akan mengakibatkan gangguan aliran karena trombus tersebut berpotensi
untuk membesar dan kemungkinan thrombus tersebut akan berpotensi untuk lepas dan
beredar di dalam aliran darah yang disebut sebagai embolus.
Nic Label :
NIC label :
medication
medication
management
management
11. 1. Tentukan dan
5. 1. Medikasi yang
berikan obat yang
tepat penting untuk
diperlukan sesuai
penyembuhan
resep.
pasien.
12. 2. Ajarkan pasien
6. 2. Untuk mencegah
mengenai cara dan
kesalahpahaman
jumlah
pasien mengenai
pengonsumsian obat
medikasi yang
dan efek samping
dikonsumsi.
pengobatan. 7. 3. Untuk mengetahui
13. 3. Monitor respon
mengungkapkan berikan
Dengan
gejala cemas
mengetahui
Mengidentifikasi, Jelaskan semua
prosedur
mengungkapkan prosedur dan apa
pengobatan
dan menunjukkan yang dirasakan
diharapkan
tehnik untuk selama prosedur
akan
mengontol cemas Temani pasien mengurangi
Vital sign dalam untuk kecemasan
batas normal memberikan pasien
Postur tubuh, keamanan dan Dengan
ekspresi wajah, mengurangi takut mengetahui
Smeltzer, Suzanne C.,2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth, Edisi
8, Vol.2. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. 1995. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Harun S., 2000, Infark miokard akut dalam Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA. et. al (eds),
Buku ajar Ilmu penyakit dalam, p.1098, Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Eisenberg P. dan Reiss C., 1995, Infark Myokard dalam Woodley M & Whelan A (eds) Pedoman
Pengobatan, pp. 143, Andi Offset, Yogyakarta
Link Internet:
Anonym.2011.http://www.scribd.com/doc/66368720/farmakologi-vasokonstriktor-2 (diakses
tanggal 22 Juni 2012)
Anonim.2010. www.scribd.com/doc/6240099/Angina-Pektoris (diakses tanggal 22 Juni 2012)
Soeparman & Waspadi(1990),Ilmu Penyakir Dalam,BP FKUI,Jakarta
http://nezfine.wordpress.com/2010/12/07/prinsip-rehabilitasi-jantung/
(semuanya diakses pada tanggal 22 Juni 2012)
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=25664
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/atheroma
http://www.uptodate.com/contents/coronary-collateral-circulation
http://stroke.ahajournals.org/content/34/9/2279.full
http://cvpharmacology.com/vasodilator/vasodilators.htm
http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure-medication/HI00057
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=TERAPI+INFARK+MIOKARD+AKUT+DENGAN+ST+ELEVASI+%28STEMI
%29+PADA+LAKI-LAKI+USIA+54+TAHUN