Sveinbjornsson &
Thorhallsson, 2013
Setelah pemboran selesai, pengujian sumur yang
umum dilakukan adalah :
Pengujian Sumur
• Pengukuran dan pengujian sumur dapat
dilakukan baik pada waktu pemboran maupun
setelah pemboran selesai, yaitu setelah
pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan
atau setelah sumur diproduksikan.
• Teknik pemboran sumur, sumur panas bumi
maupun sumur minyak pada prinsipnya sama,
• Perbedaan :
– Salah satu perbedaannya adalah pada pengeboran
sumur panas bumi digunakan cooling tower untuk
mendinginkan fluida pemboran sebelum disirkulasi
• Pada waktu pengeboran sumur panas bumi
ditembusnya zona bertemperatur tinggi yang
disertai atau diikuti dengan terjadinya loss of
circulation sangat diharapkan, karena
merupakan indikasi telah ditembusnya
rekahan-rekahan, yang diharapkan merupakan
zona produksi/reservoir.
• Apabila terjadi loss of circulation biasanya
lumpur pemboran langsung diganti dengan air.
Diameter Sumur Panas Bumi
• Sumur panasbumi umumnya menggunakan
serangkaian casing berukuran 20”, 13 3/8”, 9 5/8” dan
liner 7”
• Beberapa tahun terakhir ini banyak sumur yang dibor
dengan diameter lebih besar (big hole), casing yang
digunakan berukuran 30”, 20”, 13 3/8” dan 9 5/8”.
• Biaya pemboran sumur berdiameter besar kira-kira
25% lebih mahal dari sumur standard, tetapi
produksinya bisa 50% lebih besar. Hal tersebut
tentunya tergantung dari besarnya permeabilitas
batuan
Bagian Zona Produksi
• Perbedaan lainnya adalah sumur panas bumi
tidak menggunakan tubing. Bagian sumur di
muka zona produksi bisa dibiarkan terbuka
(open hole) bila formasinya tidak mudah
runtuh, tetapi umumnya diselesaikan dengan
memasang liner.
• Pipa selubung (casing) sumur panas bumi
umumnya disemen hingga ke permukaan,
karena adanya rongga-rongga dapat
menyebabkan kerusakan casing pada waktu
terjadi pemuaian selubung yang diakibatkan
karena tingginya temperatur. Liner biasanya
tidak disemen, hanya digantung.
Pengujian Sumur
Pengukuran dan pengujian untuk mendapatkan data
atau informasi mengenai :
1. Kedalaman zona bertemperatur tinggi, zona produksi dan
pusat-pusat rekahan (feed points).
2. Jenis fluida produksi.
3. Jenis reservoir.
4. Tekanan dan temperatur di dalam sumur dan di reservoir.
5. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi
dan enthalpy fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
6. Karakteristik fluida dan kandungan gas.
7. Karakteristik reservoir di sekitar sumur.
8. Kondisi lubang sumur, casing liner.
• Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik
pada waktu pengeboran maupun setelah pemboran
selesai, yaitu setelah pemboran mancapai kedalaman
yang diinginkan atau setelah sumur diproduksikan
• Pengukuran yang dilakukan pada waktu pengeboran,
pada umumnya pengukuran tekanan dan temperatur.
Selain itu juga dilakukan pengukuran :
– temperatur lumpur yang masuk dan keluar.
– komposisinya.
– peningkatan temperatur lumpur merupakan suatu indikasi
bahwa lumpur kontak dengan zona bertemperatur lebih
tinggi.
– peningkatan kandungan Chlorida merupakan suatu indikasi
adanya rekahan.
1. UJI KOMPLESI
• Uji komplesi atau completion test adalah pengujian sumur
yang dilakukan untuk mengetahui:
– kedalaman zona produksi
– kedalaman pusat-pusat rekahan (feed zone)
– produktivitasnya.
• Uji komplesi dilakukan setelah pemboran mencapai target
(sesuai dengan kedalaman yang diinginkan) dan liner dipasang
di dalam sumur,
• test juga dapat dilakukan sebelum liner diturunkan atau pada
saat pemboran dihentikan untuk sementara waktu.
• Cara yang disebutkan terakhir ini akan memperlambat
kegiatan pemboran tetapi cara tersebut merupakan cara yang
tepat dan termudah untuk mendapatkan gambaran mengenai
keadaan reservoir.
Langkah uji komplesi
• Uji komplesi dilakukan dengan menginjeksi air
dingin dengan laju tetap dan mengukur besarnya
tekanan dan temperatur di dalam sumur guna
mengetahui profil (landaian) tekanan dan
temperatur pada waktu dilakukan injeksi.
• Uji komplesi umumnya dilakukan beberapa kali
dengan laju pemompaan yang berbeda-beda.
• Dengan menganalisa landaian tekanan dan
temperatur, lokasi dari zona produksi, pusat-
pusat rekahan dan produktivitasnya dapat
ditentukan.
Ada dua jenis pengujian dilakukan pada waktu
uji komplesi, yaitu :
1. Uji hilang air atau water loss test.
– Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat
dimana terjadi hilang air atau tempat-tempat dimana
fluida formasi masuk ke dalam sumur, karena hal
tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat
rekahan. Hal ini dapat ditentukan dari landaian tekanan,
temperatur dan aliran pada waktu air dipompakan
dengan laju konstant.
2. Uji permeabilitas total atau gross permeability test.
– Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui
transien tekanan setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan
menganalisa data tersebut besarnya permeabilitas total
dapat ditentukan.
Untuk mendapatkan gambaran, berikut prosedur uji komplesi
yang umum dilakukan pada waktu menguji sumur-sumur panas
bumi di New Zealand :
1. Turunkan slotted liner.
2. Bersihkan sumur dengan memompakan air dengan laju
injeksi sekitar 20 liter/detik.
3. Lakukan uji hilang air yang pertama dengan memompakan
air dengan rate 10 liter/detik.
4. Lakukan uji permeabilitas dengan memompakan air dengan
rate 10, 20 liter/detik.
5. Lakukan uji hilang air yang kedua dengan memompakan air
dengan rate 20 liter/detik.
6. Bila dianggap perlu lakukan kembali uji hilang air
untuk mengetahui dengan lebih pasti lokasi zona
produksi dan kedalaman pusat-pusat rekahan.
7. Matikan pompa (warm-up).
Analisa data dari hasil uji hilang air dan uji permeabilitas