Anda di halaman 1dari 54

Produksi Panas Bumi

Sumur Panas Bumi di Proyek Pengeboran sumur dalam Iceland -


IDDP-2, mencapai kedalaman 4.659 meter, menjangkau zona uap
superkritis
Sumur
Geotermal
Jenis sumur panas bumi
1. Sumur gradien suhu atau landaian temperatur: 50 – 700 meter, untuk
mengetahui gradien termal dan perkiraan aliran panas.
2. Sumur Eksplorasi : sumur lebih dalam ditargetkan sampai menjangkau ke
dalam sistem panas bumi daerah yang dieksplorasi. Sumur bisa untuk
mengestimasi kapasisats produksi sumur dan selanjutnya dapat
dikonversi menjadi sumur produksi.
3. Sumur Produksi: sumur yang dibor untuk mengalirkan fluida panas bumi
dari bawah permukaan hingga permukaan.
4. Sumur Step-out (step-out wells) : baik sumur eksplorasi maupun sumur
produksi, untuk mengetahui sejauh mana reservoir panas bumi sudah
dikonfirmasi. Sumur dapat dibor mendekati tepi atau batas reservoir atau
dibor di luar reservoir.
5. Sumur Make-up (make-up wells) : sumur yang dibor di dalam area
reservoir untuk digunakan sebagai sumur produksi menggantikan sumur
yang mengalami penurunan produksi, bai karena penurunan tekanan
reservoir, atau ada kerusakan, atau di dalamnya terbentuk endapan
scalling.
lanjutan

6. Sumur reinjeksi : sumur yang digunakan untuk mengembalikan air dari


separator (brine water) dan kondensat kembali ke bawah permukaan.
Reinjeksi dapat diletakkan di dalam reservoir, pinggiran, atau luar
reservoir.
7. Sumur Monitor : sumur yang digunakan untuk memantau perubahan
sistem geotermal, terurtama setelah pemanfaatan dimulai, khususnya
perubahan tekanan dan temperatur. Sumur monitoring umumnya
menggunakan sumur yang sudah ada, seperti sumur eksplorasi atau
sumur produksi yang tidak produktif. Sumur produksi dapat digunakan
juga untuk memantau perubahan kandungan kimia, suhu, dan tekanan.
8. Sumur Tidak Konvensional (unconventinal wells) : sumur yang desainnya
tidak biasa, dibor ke beberapa bagian, dibor ke dalam sistem panas
bumi, umumnya untuk produksi energi. Contohnya sumur yang dibor
lebih dalam dari sumur geotermal pada umumnya, sumur yang dibor ke
dalam magma atau sumur yang di bor ke dalam kondisi superkritis.
Unconventional well, menjangkau suhu >450oC, zona
supercritical steam
Peta Temperatur pada kedalaman 1000 meter

Titik biru (kepala


sumur) dan garis
biru (arah lintasan
lubang sumur).
Bintang merah zona
perpotongan di
kedalaman 1000 m.

Sveinbjornsson &
Thorhallsson, 2013
Setelah pemboran selesai, pengujian sumur yang
umum dilakukan adalah :
Pengujian Sumur
• Pengukuran dan pengujian sumur dapat
dilakukan baik pada waktu pemboran maupun
setelah pemboran selesai, yaitu setelah
pemboran mencapai kedalaman yang diinginkan
atau setelah sumur diproduksikan.
• Teknik pemboran sumur, sumur panas bumi
maupun sumur minyak pada prinsipnya sama,
• Perbedaan :
– Salah satu perbedaannya adalah pada pengeboran
sumur panas bumi digunakan cooling tower untuk
mendinginkan fluida pemboran sebelum disirkulasi
• Pada waktu pengeboran sumur panas bumi
ditembusnya zona bertemperatur tinggi yang
disertai atau diikuti dengan terjadinya loss of
circulation sangat diharapkan, karena
merupakan indikasi telah ditembusnya
rekahan-rekahan, yang diharapkan merupakan
zona produksi/reservoir.
• Apabila terjadi loss of circulation biasanya
lumpur pemboran langsung diganti dengan air.
Diameter Sumur Panas Bumi
• Sumur panasbumi umumnya menggunakan
serangkaian casing berukuran 20”, 13 3/8”, 9 5/8” dan
liner 7”
• Beberapa tahun terakhir ini banyak sumur yang dibor
dengan diameter lebih besar (big hole), casing yang
digunakan berukuran 30”, 20”, 13 3/8” dan 9 5/8”.
• Biaya pemboran sumur berdiameter besar kira-kira
25% lebih mahal dari sumur standard, tetapi
produksinya bisa 50% lebih besar. Hal tersebut
tentunya tergantung dari besarnya permeabilitas
batuan
Bagian Zona Produksi
• Perbedaan lainnya adalah sumur panas bumi
tidak menggunakan tubing. Bagian sumur di
muka zona produksi bisa dibiarkan terbuka
(open hole) bila formasinya tidak mudah
runtuh, tetapi umumnya diselesaikan dengan
memasang liner.
• Pipa selubung (casing) sumur panas bumi
umumnya disemen hingga ke permukaan,
karena adanya rongga-rongga dapat
menyebabkan kerusakan casing pada waktu
terjadi pemuaian selubung yang diakibatkan
karena tingginya temperatur. Liner biasanya
tidak disemen, hanya digantung.
Pengujian Sumur
Pengukuran dan pengujian untuk mendapatkan data
atau informasi mengenai :
1. Kedalaman zona bertemperatur tinggi, zona produksi dan
pusat-pusat rekahan (feed points).
2. Jenis fluida produksi.
3. Jenis reservoir.
4. Tekanan dan temperatur di dalam sumur dan di reservoir.
5. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi
dan enthalpy fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
6. Karakteristik fluida dan kandungan gas.
7. Karakteristik reservoir di sekitar sumur.
8. Kondisi lubang sumur, casing liner.
• Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik
pada waktu pengeboran maupun setelah pemboran
selesai, yaitu setelah pemboran mancapai kedalaman
yang diinginkan atau setelah sumur diproduksikan
• Pengukuran yang dilakukan pada waktu pengeboran,
pada umumnya pengukuran tekanan dan temperatur.
Selain itu juga dilakukan pengukuran :
– temperatur lumpur yang masuk dan keluar.
– komposisinya.
– peningkatan temperatur lumpur merupakan suatu indikasi
bahwa lumpur kontak dengan zona bertemperatur lebih
tinggi.
– peningkatan kandungan Chlorida merupakan suatu indikasi
adanya rekahan.
1. UJI KOMPLESI
• Uji komplesi atau completion test adalah pengujian sumur
yang dilakukan untuk mengetahui:
– kedalaman zona produksi
– kedalaman pusat-pusat rekahan (feed zone)
– produktivitasnya.
• Uji komplesi dilakukan setelah pemboran mencapai target
(sesuai dengan kedalaman yang diinginkan) dan liner dipasang
di dalam sumur,
• test juga dapat dilakukan sebelum liner diturunkan atau pada
saat pemboran dihentikan untuk sementara waktu.
• Cara yang disebutkan terakhir ini akan memperlambat
kegiatan pemboran tetapi cara tersebut merupakan cara yang
tepat dan termudah untuk mendapatkan gambaran mengenai
keadaan reservoir.
Langkah uji komplesi
• Uji komplesi dilakukan dengan menginjeksi air
dingin dengan laju tetap dan mengukur besarnya
tekanan dan temperatur di dalam sumur guna
mengetahui profil (landaian) tekanan dan
temperatur pada waktu dilakukan injeksi.
• Uji komplesi umumnya dilakukan beberapa kali
dengan laju pemompaan yang berbeda-beda.
• Dengan menganalisa landaian tekanan dan
temperatur, lokasi dari zona produksi, pusat-
pusat rekahan dan produktivitasnya dapat
ditentukan.
Ada dua jenis pengujian dilakukan pada waktu
uji komplesi, yaitu :
1. Uji hilang air atau water loss test.
– Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat
dimana terjadi hilang air atau tempat-tempat dimana
fluida formasi masuk ke dalam sumur, karena hal
tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat
rekahan. Hal ini dapat ditentukan dari landaian tekanan,
temperatur dan aliran pada waktu air dipompakan
dengan laju konstant.
2. Uji permeabilitas total atau gross permeability test.
– Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui
transien tekanan setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan
menganalisa data tersebut besarnya permeabilitas total
dapat ditentukan.
Untuk mendapatkan gambaran, berikut prosedur uji komplesi
yang umum dilakukan pada waktu menguji sumur-sumur panas
bumi di New Zealand :
1. Turunkan slotted liner.
2. Bersihkan sumur dengan memompakan air dengan laju
injeksi sekitar 20 liter/detik.
3. Lakukan uji hilang air yang pertama dengan memompakan
air dengan rate 10 liter/detik.
4. Lakukan uji permeabilitas dengan memompakan air dengan
rate 10, 20 liter/detik.
5. Lakukan uji hilang air yang kedua dengan memompakan air
dengan rate 20 liter/detik.
6. Bila dianggap perlu lakukan kembali uji hilang air
untuk mengetahui dengan lebih pasti lokasi zona
produksi dan kedalaman pusat-pusat rekahan.
7. Matikan pompa (warm-up).
Analisa data dari hasil uji hilang air dan uji permeabilitas

• Lokasi dari pusat rekahan (feed point) ditentukan


dengan menganalisa data tekanan dan temperatur di
dalam sumur, yaitu dengan membandingkan dengan
besarnya tekanan formasi, serta melihat perubahan
temperatur yang terjadi di dalam sumur.
Perbandingan landaian tekanan di dalam sumur dan di formasi
• Untuk memahami
Perbandingan landaian
tekanan di dalam sumur
dan di formasi dilihat
landaian tekanan di dalam
sumur dan landaian
tekanan formasi.
D • Pada Gambar (a) dapat
dilihat bahwa hingga
kedalaman D, besarnya
tekanan formasi lebih
besar dari tekanan di
dalam sumur. Ini berarti
di atas kedalaman
tersebut terjadi inflow,
yaitu fluida formasi
masuk ke dalam sumur.
• Di bawah kedalaman D, besarnya tekanan lebih kecil dari
tekanan di dalam sumur. Ini berarti di bawah kedalaman D
terjadi outflow, yaitu fluida dari sumur keluar dan masuk ke
dalam formasi.
• Pada Gambar (b). besarnya tekanan di dalam sumur lebih
besar dari tekanan formasi. Ini berarti terjadi outflow, yaitu
fluida dari sumur keluar dan masuk kedalam formasi.
• Untuk mengetahui kedalaman pusat-pusat
rekahan kita perlu menganalisa tidak hanya
landaian tekanan tetapi juga landaian
temperatur.
• Landaian temperatur hasil dari suatu
pengujian mungkin seperti salah satu landaian
temperatur yang diperlihatkan pada Gambar
berikut
(a) Landaian temperatur di dalam sumur
(b) Profil aliran pada waktu injeksi air dingin
• Landaian temperatur yang paling sederhana adalah
landaian A, dimana temperatur naik secara perlahan-
lahan dengan mengalirnya air ke dasar sumur.
• Pada gambar dapat dilihat bahwa kenaikan temperatur sangat
kecil sekali hingga sampai suatu kedalaman tiba-tiba terjadi
kenaikan temperatur yang sangat besar.
• Di daerah dimana kenaikan temperatur relatif kecil,
perubahan temperatur disebabkan karena perpindahan panas
secara konduksi (melalui batuan) dari formasi disekitarnya.
• Di bawah daerah tersebut temperatur naik secara tiba-tiba.
Hal ini menunjukkan bahwa air tidak turun ke bawah menuju
dasar sumur, tetapi masuk ke dalam formasi pada kedalaman
tersebut.
• Landaian temperatur B merupakan landaian yang
terjadi bila sebagian dari air yang diinjeksikan hilang di
zone bagian atas (terjadi outflow).
• Ini menyebabkan laju aliran air yang turun ke bawah
berkurang dengan kedalaman, mengakibatkan
temperatur naik lebih cepat.
• Perubahan temperatur gradien secara tiba-tiba
disebabkan karena penurunan laju aliran air yang turun
ke dasar sumur.
• Sedang landaian temperatur C merupakan landaian
temperatur bila terjadi inflow pada bagian atas dan
outflow pada bagian yang lebih dalam.
• Perubahan temperatur secara bertingkat
menunjukkan adanya inflow, yaitu fluida formasi
masuk kedalam sumur, di zone atas.
• Landaian temperatur di sumur East Mesa. Landaian
temperatur di sumur BRI-14, Broadlands
• Sebagai contoh pada Gambar, diperlihatkan landaian
temperatur di sebuah sumur di East Mesa pada waktu
injeksi air dilakukan, dimana landaian temperaturnya
serupa dengan landaian temperatur B pada Gambar
(a).
• Gambar (b) memperlihatkan landaian di sumur BRI14,
Broadlands (New Zealand). Perubahan gradien
temperatur secara tiba-tiba pada kedalaman 900 m
merupakan indikasi terjadinya hilang air pada
kedalaman tersebut.
Profil temperatur dan
kecepatan fluida yang
menggambarkan
bercampurnya feed
zone. Panah
menunjukkan sebaran
feed zone
Profil temperatur dan
kecepatan fluida yang
menunjukkan feed zone
yang tajam/tipis. Panah
menunjukkan lokasi
feed zone
Profil temperatur
pada sumur RK27
selama injeksi.
• Consider the following example. Figure 7.8 shows temperature profiles
measured during completion testing at well RK27. There is an inflow near
1100 m, and detailed examination of the temperature profiles locates the
inflow zone at 1114 m, and fluid is lost from the wellbore over the interval
between 1830e2000 m.
• The lower loss zone is marked by the change in temperature gradient,
which starts at 1830 m, and the clear gradient change at 2000 m marks
the bottom of the loss zone.
• There is a little permeability below 2000 m because the temperature
decreases slightly with time, but there is no permeability at all below 2400
m because the temperature here does not change.
• Pressure measurements were made at 1114 m, so this depth was used for
the inflow calculation. The inflow rate at 1114 m can be calculated
assuming a temperature for the inflow.
• In this case the inflow temperature was assumed to be 225C, which was
the temperature measured at this depth 1.5 hours after stopping
injection. The inflow at 1114 m is calculated in Table 7.1.
Productivity of upper
zone.
Source: Rotokawa Joint
Venture, Personal
Communication.
Heat flow dan gradien temperatur, dan
aliran lateral pada reservoir
• Contoh lain diberikan pada Gambar,
memperlihatkan landaian temperatur
dari empat pengujian yang dilakukan
di sumur KA-17, Kawerau.
• Landaian temperatur T-2, T-13 dan T-
17 merupakan hasil pengukuran saat
kedalaman sumur adalah 1000 meter.
• Landaian temperatur T-1 dan T-17
memberikan indikasi adanya pusat-
pusat rekahan pada kedalaman 650
dan 950 meter.
• Sedangkan landaian temperatur hasil
pengujian yang keempat (T-18), yang
dilakukan setelah sumur diperdalam
hingga memberikan indikasi adanya
pusat-pusat rekahan pada kedalaman
950 meter dan 1390 meter.
• Semua landaian temperatur
menunjukkan bahwa di bagian bawah
ada aliran fluida keluar dari sumur
(out flow).
• Menarik untuk diperhatikan
pengaruh dari perubahan laju injeksi
terhadap landaian temperatur.
• Pada pengujian T-13, laju injeksi air
lebih besar. Laju injeksi yang lebih
besar ternyata menyebabkan
hilangnya ‘temperatur step’, yaitu
kurva dimana terjadi perubahan
temperatur secara tiba-tiba, di zona
permeabel bagian atas (650 m).
• Ini menunjukkan bahwa pada laju
injeksi yang lebih besar, tekanan
pada kedalaman 650 m cukup tinggi
sehingga menghentikan aliran masuk
fluida kedalam sumur. Dari kenaikan
gradien temperatur diperkirakan
bahwa aliran fluida keluar pada
kedalaman 650 meter.
Contoh landaian temperatur dalam sumur menembus
formasi permeabilitas tinggi
• Landaian temperatur di dalam sumur sangat dipengaruhi banyak faktor,
antara lainnya adalah sangat dipengaruhi oleh besarnya permeabilitas
batuan.
• Landaian temperatur di dalam sumur yang menembus batuan dengan
permeabilitas tinggi berbeda dengan yang menembus batuan dengan
permeabilitas rendah.
• Gambar merupakan salah satu contoh landaian temperatur di dalam sumur
yang menembus formasi dengan permeabilitas tinggi.

• Pada gambar dapat dilihat


bahwa pada kedalaman
dimana terjadi perubahan
temperatur secara tiba-
tiba merupakan lokasi dari
pusat-pusat rekahan (feed
points).
Gambar berikut merupakan
salah satu contoh landaian
temperatur di dalam sumur yang
menembus formasi dengan
permeabilitas rendah.

• Contoh landaian temperatur di dalam


sumur yang menembus formasi dengan
permeabilitas rendah
Penentuan Produktivitas Pusat-Pusat
Rekahan
• Produktivitas pusat-pusat rekahan dapat
ditentukan dengan menggunakan prinsip
kesetimbangan panas (heat balance) dan konsep
Productivity Index.
• Dengan menggunakan prinsip tersebut, besarnya
inflow rate dapat dihitung bila inflow temperatur,
laju injeksi, temperatur injeksi, dan temperatur di
atas dan di bawah kedalaman dimana terjadi
inflow dapat diketahui.
• Perhatikan Gambar suatu uji
komplesi dilakukan dengan
laju injeksi Wi dan
temperatur Ti.
• Hasil analisa landaian tekanan
dan temperatur menunjukkan
bahwa terjadi inflow pada
bagian atas (upper zone),
dengan laju alir Wfu dan
temperatur Tfu, dan outflow
pada bagian bawah (lower
zone), dengan laju alir Wfl.
• Pada zona bagian atas dimana terjadi inflow,
kesetimbangan panas dengan asumsi
kapasitas fluida tetap, adalah
Wi Ti + Wfu Tfu = Wm Tm (1)
Kesetimbangan masa :
Wm = Wi + Wfu (2)
substitusi persamaan (2) ke (1) memberikan
• Setelah laju aliran masa dari formasi diketahui
maka besarnya tekanan formasi atau besarnya
Productivity Index dari masing-masing feed
points dapat diketahui dengan cara sebagai
berikut :
• Produktivitas upper zone

• Produktivitas lower zone


• Sumur NG4 pada waktu ditutup memperlihatkan adanya aliran
fluida ke arah dasar sumur (downflow) dari upper feed zone yang
terdapat pada kedalaman 750 meter dengan temperatur 226oC.
• Kedalaman sumur adalah 1200 meter.
• Dari empat kali pengujian, yaitu dengan menginjeksikan air
kedalam sumur dengan rate yang berbeda-beda, diperoleh data
seperti diperlihatka pada Tabel di bawah.
• Dari hasil pengukuran diketahui bahwa
tekanan formasi di upper zone (Pfu) adalah 74
barg dan di lower zone adalah 108,3 barg.
• Hitung produktivitas dan injektivitas pada
kedua zone tersebut!
• Bila laju injeksi berubah dari 14 sampai 82 kg/detik, laju aliran
total di dalam sumur akan berubah dari 32 hingga 87 kg/detik.
• Bila injektivitasnya dihitung, maka overall well injectivity pada
kedalaman 750 meter adalah = (82-14)/(72,8-70,5) = 30
kg/detik.bar
• dan pada kedalaman 1200 meter besarnya adalah = (82-
14)/(110,8- 109,7) = 62 kg/detik.bar.
• Hasil analisa tersebut di atas menunjukkan bahwa pusat-pusat
rekahan (feed zone) utama ada pada kedalaman 1200 meter.
2. UJI PERMEABILITAS TOTAL

Anda mungkin juga menyukai