Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA BERENCANA


(F3)
“MASTITIS”

Pendamping:
dr. Riyono
NIP. 197110132010011001

Disusun oleh:
dr. Mega Putri Kusuma Dewi

PUSKESMAS SALAMAN I
KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
PERIODE JANUARI 2019 – MEI 2019
2

Berita acara presentasi portofolio

Pada hari Selasa, tanggal 23 April 2019 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama : dr. Mega Putri Kusuma Dewi


Judul/ topik : F3. KIA dan KB (topik : Mastitis)
Nama Pendamping : dr. Riyono
Nama Wahana : Puskesmas Salaman I

Nama Peserta Presentasi Tanda tangan


1. dr. Bagus Indra Cahya …………….
2. dr. Isnaini Fatmawati …………….
3. dr. Santika Afrianingtyas Putri …………….
4. dr. Isfahan Dwi Putra …………….
5. dr. Faiz Alam Rasyid …………….

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Riyono
NIP.197110132010011001
3

BORANG PORTOFOLIO
F.5. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular/ Tidak Menular

Nama Wahana: Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Topik : Mastitis

Tanggal : 16 Februari 2019

Nama Pasien : Ny. SH

Tanggal Presentasi : 23 April 2019

Tempat Presentasi : Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi

±2 hari sebelum masuk puskesmas pasien mengeluh payudara sebelah kirinya

nyeri.

 Tujuan

Mengobati mastitis

Bahan bahasan :  Tinjauan  Riset  Kasus   Audit

Pustaka

Cara membahas :  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos

diskusi 
4

Data pasien Nama : Ny. SH

Nama Klinik : Puskesmas Salaman I Terdaftar sejak Desember 2017

Data Utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis
±2 hari sebelum masuk puskesmas pasien mengeluh payudara sebelah kirinya
nyeri. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan semakin memberat. Selain itu pasien
juga merasa demam dan payudara sebelah kiri nampak membengkak disertai
kemerahan. 2 minggu sebelum masuk puskesmas pasien melahirkan anak yang
pertama secara normal di bidan.
2. Riwayat Pengobatan
Pasien belum mendapatkan pengobatan untuk keluhan saat ini.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Pasien belum pernah mengalami sakit serupa sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa.
5. Riwayat Pekerjaan
-
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik (RUMAH, LINGKUNGAN,
PEKERJAAN)
Pasien tinggal di rumah bersama suami. Suami adalah seorang guru.
Pembiayaan menggunakan BPJS.
7. Lain-lain :
Tanda vital : Nadi: 98 x/ menit, RR : 20x/menit, Suhu : 38,3 C, BB : 63kg, TB
: 160 cm
Hasil Pembelajaran
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui.
Diperkirakan sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat
dua hal penting yang mendasari kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena
mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu untuk
berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi
vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).
5

Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir
(paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi
sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.
Definisi:
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini
dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi.
Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat
atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga
dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis
tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:
 Demam dengan suhu lebih dari 38 C
 Menggigil
 Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
 Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat
nyeri.
 Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak
menyusu karena ASI terasa asin
 Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
Faktor risiko:
1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya
2. Putinglecet
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan
ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya
minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna

5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap
puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi
atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
6

6. Ibu atau bayi sakit.


7. Frenulum pendek.
8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk
pengaman pada mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI,
jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.
13. Ibu stres atau kelelahan.
14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan


memperhatikan faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak
(engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena
permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan
sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa
ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan
punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang
menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan
tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan
tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan
menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera
ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang
menghambat penyaluran ASI.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian
yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera
memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan.
Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui
terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan
kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu
yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada
7

peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti
atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada
tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind
milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak
ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga
kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga
mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui
membutuhkan lebih banyak bantuan.
Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena
Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di
rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah
sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui
teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi
sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah
digunakan.
Tatalaksana:
Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat
anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan
gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau
asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada
ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam,
maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah
cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau
jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik
8

yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6


jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat
dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara
intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin
biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk
kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu
menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal
ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat
bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko
terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.
Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian
antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat
penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja.
Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian
Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan
kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik.

Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik
cepat dan respon klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam
beberapa hari dengan terapi yang adekuat termasuk antibiotik, harus
dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin
diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses
atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal
atau limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali
pada tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor,
kista atau galaktokel.

Komplikasi
Penghentian menyusui dini
9

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang


ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara
mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga
khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka.
Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan
dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.
Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba
keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan
kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis
berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan
dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi,
bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang
sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini
dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga
perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan
dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang
karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg
sekali sehari) selama masa menyusui
Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa
rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Di antara waktu
menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak
kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles
nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap
10

selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang
sama.
Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahir. Diagnosis mastitis ditegakkan bila ditemukan gejala
demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi kemerahan,
tegang, panas dan bengkak. Beberapa faktor risiko utama timbulnya mastitis
adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi yang
kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata laksana
mastitis. Selain itu ibu perlu beristirahat, banyak minum, mengkonsumsi nutrisi
berimbang dan bila perlu mendapat analgesik dan antibiotik.
Daftar Pustaka:

1. Pudjiadi H. Antonius et.al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak


Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009.
2. IDAI.2013. Mastitis pencegahan dan penanganan.Diakses dari
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-
penanganan
3. Krisnadi R. Sosie. Obstetri Patologi. 2005. EGC. Jakarta
4. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Jakarta
5. Price, A. Sylvia. Patofisiologi Jilid I. 2006. EGC. Jakarta
6. WHO, Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya mastitis. 2003.
Perpustakaan Nasional
11

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. SUBYEKTIF
±2 hari sebelum masuk puskesmas pasien mengeluh payudara sebelah kirinya nyeri.
Nyeri dirasakan sepanjang hari dan semakin memberat. Selain itu pasien juga
merasa demam dan payudara sebelah kiri nampak membengkak disertai
kemerahan. 2 minggu sebelum masuk puskesmas pasien melahirkan anak yang
pertama secara normal di bidan.

2. OBYEKTIF
a. Gejala klinis
1. Nyeri di payudara kiri.
2. Payudara kiri membengkak
3. Demam.
b. Tanda vital
Nadi : 98 kali/menit.
RR : 20 kali/menit.
Suhu : 38,3 C.
c. Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
d. Status lokalis
Payudara kiri tampak membengkak, dengan permukaan kulit tampak
lebih merah dari sekitar, perabaan hangat, nyeri tekan (+), perabaan
lebih keras dan padat dari pada payudara kanan, lesi (-), pus (-).
3.ASSESSMENT
Mastitis akut mamae sinistra
PLAN
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik maka diagnosis pasien ini
adalah Mastitis.
Pengobatan.
 Terapi kausatif
Amoxicillin 500mg 3x1 selama minimal 10 hari
 Terapi suportif :
Na diclofenac 2x1 bila nyeri
12

Edukasi
Memberikan pengertian kepada ibu mengenai teknik menyusui ibu. Aliran ASI
yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI
merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu
dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.
Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara
yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah,
bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan
bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada
pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan
ASI dari daerah tersebut.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat,
mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga
yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres
hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah
menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi
nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang
membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat
ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih
tergantung pada kenyamanan ibu.

Magelang, 23 April 2019

Dokter Internsip DokterPendamping

dr. Mega Putri Kusuma Dewi dr. Riyono


NIP. 197110132010011001

Anda mungkin juga menyukai