Anda di halaman 1dari 8

Bekisting

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi tanggung jawab dari pihak
pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus
ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang
mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi :

 Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah
konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.
 Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan
berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-
geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut.
 Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.

Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang ada pasti
terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari masing-masing metode. Dalam kenyataan di
lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini juga tergantung dari
pengalaman dan jam terbang dari pemborong kerja tersebut. Ada 3 tujuan penting yang harus
dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk,
ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang
diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai sehingga
sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau
berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan dan
jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode
bekisting yang akan dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama
keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan dalam bestek.
Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan
efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus
perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama
untuk penentuan berapa kali siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh
material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-
time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah
melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambil keputusan
mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.
Pada pekerjaan kontruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :

 Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari
sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana.
 Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan
berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-
geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tersebut.
 Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan, dan dipindahkan.
 Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
 Memberikan isolasi termis.

Jenis-Jenis Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan
dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan, maka berikut ini adalah jenis-jenis bekisting.

 Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini
dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan.
Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton
mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu
kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan
kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.

 Bekisting Knock Down

Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah sistem
bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini
memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih
awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal
sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah. Gambar 1.1.
merupakan contoh dari bekisting knock down pada pekerjaan pile cap. Gambar 1.2. merupakan contoh
dari bekisting knock down pada pekerjaan tie beam. Gambar 1.3. merupakan contoh dari bekisting
knock down pada pekerjaan kolom. Gambar 1.4. merupakan contoh dari bekisting knock down pada
pekerjaan balok.
Gambar 1.1 Bekisting knock down pada pekerjaan pile cap

Gambar 1.2 Bekisting knock down pada pekerjaan tie beam


Gambar 1.3 Bekisting knock down pada pekerjaan kolom

Gambar 1.4 Bekisting knock down pada pekerjaan balok

 Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan karena
fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan pelestarian
lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:

1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk;


2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting;
3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
4. Tidak berkarat;
5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan
berair;
6. Efisien secara biaya;
7. Kualitas hasil yang lebih baik;
8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;
9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000
kali;
10. Tahan panas;
11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang untuk
dibersihkan;
15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan cuaca;
16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat ramah
lingkungan.

Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya,
dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi
kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas,
bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam
pelestarian lingkungan.
Gambar Bekisting fiberglass

Gambar Bekisting fiberglass


Bekisting Konvensional
Formwork atau bekisting merupakan salah satu faktor penting yang harus direncanakan secara matang
dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah
cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan
dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.

Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam
suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah :

1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta sesuai
dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang akan
digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.
2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup
kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja
sekitarnya.
3. Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis
mungkin.

Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material utama beton, adalah
metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting konvensional diantaranya kayu,
multiplex, papan, dan paku yang mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek dikarenakan
penyusutan yang besar. Ini mengharuskan pembelian material berulang kali. Selain itu dalam
pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau dibuat pada setiap elemen struktur yang
membutuhkan tenaga kerja yang kurang terampil. Sehingga pengerjaan dengan metode ini memerlukan
waktu dan biaya pengerjaan yang cukup besar.
Pada awalnya bekisting yang dipakai pada pekerjaan konstruksi, biasanya terbuat dari kayu dengan
kadar kelembaban antara 15%-20%. Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dapat
dipakai hampir pada semua struktur jenis bangunan, misalnya: pondasi, kolom, balok, pelat lantai,
dinding, dan sebagainya.
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan
dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan
melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi
bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material
kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen
struktur yang lain.
Hasil akhir permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan bekisting material kayu ini tidak
terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dikatakan tinggi,
karena bekisting tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur bangunan dengan bentuk yang
bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya terdapat jenis material bekisting baru
yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting, biasanya tetap mengkombinasikan pemakaian
bekisting tradisional dengan bekisting yang modern untuk pekerjaan-pekerjaan struktur yang kecil.
Dengan menggunakan bekisting metode konvensional kekurangannya adalah:

1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali;


2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama;
3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor;
4. Bentuknya tidak presisi.

Berikut ini adalah contoh bekisting konvensional

Gambar Bekisting Konvensional

Anda mungkin juga menyukai