Anda di halaman 1dari 7

Nama : Gin Gin Ginanjar

NPM : 140310180001

A. Efek Dopler
1. Pengertian Efek Dopler
Fenomena efek doppler merupakan peristiwa terjadinya perbedaan frekuensi yang
di dengar atau ditangkap pengamat dengan frekuensi yang dipancarkan oleh sumber bunyi
yang bergerak. Untuk tambahan pengetahuan sobat, Efek doppler pertama kali diamati oleh
fisikawan bernamaChristian Doppler. Doppler adalah seorang fisikawan asal Australia
yang sempat mengalami kelemahan fisik di masa mudanya. Ia mengamati ketika sumber
bunyi bergerak akan terjadi perubahan frekuensi relatif bunyi yang di dengar oleh
pengamat. Misalnya, sebuah mobil pemadam kebakaran dengan sirine berbunyi mendekati
sobat (pengamat), maka frekuensi bunyi sirine yang sobat dengar akan lebih tinggi dari
frekuensi yang dipancarkan oleh sirine pemadam kebakaran. Selama mendekati pengamat
maka frekuensi yang didengar pengamat akan lebih tinggi dan sebaliknya, ketika sumber
bunyi menjauhi pengamat maka frekuensi yang di dengar pengamat akan lebih rendah dari
frekuensi aslinya.

2. Penyebab Efek Dopler


Pada efek doppler, ketika sumber bunyi mendekat, berarti masing-masing puncak
gelombang yang dipancarkan akan menempuh jarak yang semakin dekat dengan pengamat.
Misal gelombang 1 menempuh 100 m, maka gelombang 2 akan menempuh jarak kurang
dari 100 m untuk sampai ke pengamat. Oleh karena itu selang waktu kedatangan
gelombang satu dengan gelombang berikutnya akan semakin pendek dan panjang
gelombanpun (λ) akan semaki kecil. Inilah yang menyebabkan peningkatan frekuensi yang
didengar menjadi lebih tinggi. Berlaku juga sebaliknya, ketika sumber bunyi bergerak
setiap gelombang secara berurutan akan menempuh jarak yang lebih jauh, selang waktu
kedatangan gelombang akan semakin besar, panjang gelombang semakin besar (λ)
sehingga frekuensi menjadi lebih rendah.
3. Perumusan Efek Dopler
B. Proses Perekaman Audio Secara Digital

Proses perekaman suara secara digital sangat berbeda dengan perekaman analog.
Perekaman secara digital memiliki fitur yang lebih banyak dibandingkan dengan proses
perekaman sinyal secara analog. Contoh perekaman digital adalah saat kita merekam
menggunakan software audio recorder pada komputer.

Hasil perekaman digital dapat digunakan secara langsung di komputer. Selain itu,
file suara digital dapat disalin dalam jumlah yang banyak tanpa mengalami penurunan
kualitas. File suara digital juga dapat dikirim melalui internet atau dengan menggunakan
Audio CD. Selain itu file suara digital dapat diedit dengan mudah dibandingkan dengan
file suara analog.
Peralatan utama yang digunakan untuk perekaman digital adalah Analog-to-Digital
Converter atau disingkat ADC. Ketika merekam, ADC menangkap nilai voltase atau
amplitudo sinyal audio listrik dari jalur audio, kemudian mengubahnya menjadi nomor-
nomor biner yang selanjutnya kemudian disimpan ke komputer. Dengan melakukan
penangkapan nilai tegangan secara cepat seperti ini, kita dapat memprediksi bahwa kualitas
file audio yang dihasilkan oleh perekaman suara digital akan lebih tinggi dibandingkan
dengan perekaman suara analog.
Dalam proses perekaman suara secara digital, ada 2 hal yang menentukan kualitas dari
format sebuah file audio digital, yaitu :
 Sample Rate, yaitu tingkatan dimana sample ditangkap atau dimainkan. Satuannya
adalah Hertz atau Sample per Second. Sebuah audio CD memiliki sample rate 44.100 Hz
atau biasa disebut 44 KHz. Format ini merupakan yang paling banyak digunakan termasuk
pada audio CD mengingat keunggulannya dibandingkan dengan format lainnya.
 Sample Format atau sample size, yaitu jumlah angka pada saat representasi digital dari
setiap sampel. Analoginya, sample rate merupakan sebuah tingkat keakuratan horisontal
dari bentuk gelombang digital, sedangkan sample format merupakan ketelitian sisi
vertikalnya. Sample size dinyatakan dalam jumlah bit, semakin banyak jumlah bit maka
semakin presisi representasi amplitudo sebuah sinyal digital dan akan semakin mendekati
bentuk sinyal analog aslinya. Pada CD Audio memiliki jumlah bit atau tingkat kepresisian
16 bit, atau sekitar 5 digit desimal.

Berikut ini ilustrasi dari sample rate dan sample size pada proses perekaman suara audio
secara digital :
Sampling rate yang lebih tinggi memungkinkan dapat dilakukannya perekaman
pada frekuensi audio yang lebih tinggi. Nilai ideal dari sampling rate adalah minimal 2 kali
dari frekuensi terbesar suara yang akan direkam (disampling). Frekuensi sampling yang
lazim digunakan adalah 44.100 Hz, hal itu mengacu pada frekuensi tertinggi yang dapat
didengar oleh telinga manusia yaitu 20.000 Hz. Meskipun sekarang mulai banyak
digunakan sampling rate 96 KHz dan 192 KHz pada perekaman DVD, namun sekilas kita
tidak akan dapat membedakannya dengan perekaman audio dengan sample rate 44.100 Hz.
Sedangkan pada sample size, semakin tinggi sample size yang digunakan, maka jangkauan
dinamis dari suara akan semakin lebar dengan output pada suara keras akan terdengar lebih
keras dan suara lembut terdengar semakin lembut. Secara teori, jangkauan suara dinamis
dari Audio CD adalah sekitar 90 dB.
Dari gambar di atas terlihat sekali bahwa pada hasil sampling sinyal audio akan
lebih bagus hasilnya (menghasilkan sample lebih banyak) pada frekuensi yang lebih
rendah.
Dalam proses perekaman sinyal audio suara secara digital, pada frekuensi audio lebih
rendah, jumlah sample lebih sedikit dan ini akan berakibat pada kualitas keluaran ADC.
Sedangkan pada sample size (gambar bawah), jumlah bit pada perangkat berpengaruh pada
hasil representasi sinyal keluaran. Idealnya, semakin tinggi jumlah bit maka semakin bagus
hasil representasi sinyal nya, namun pembatasan jumlah bit pada representasi sinyal ini
dapat dikompensasi dengan adanya filter sinyal audio untuk mengembalikan pada bentuk
sinyal aslinya (analog).

C. Proses Perekaman Audio Filem


Aplikasi lain yang menarik dari suara digital adalah soundtrack dalam sebuah film.
Film-film awal abad kedua puluh merekam suara pada rekaman fonograf, yang
disinkronkan
dengan aksi di layar. Dimulai dengan film newsreel awal, variabel- area soundtrack proses
optik diperkenalkan, di mana suara direkam pada optik melacak di film. Lebar bagian
transparan lintasan bervariasi sesuai ke gelombang suara yang direkam. Fotosel
mendeteksi cahaya yang melewati trek mengkonversi intensitas cahaya yang bervariasi ke
gelombang suara. Seperti dengan rekaman fonograf, ada beberapa kesulitan dengan sistem
rekaman ini. Misalnya, kotoran atau sidik jari pada film menyebabkan fluktuasi intensitas.
Rekaman digital pada film pertama kali muncul dengan Dick Tracy (1990), menggunakan
Cinema Sistem Suara Digital (CDS). Sistem ini kurang karena kurangnya sistem cadangan
analog dalam hal kegagalan peralatan dan tidak lagi digunakan dalam industri film. Namun
demikian, memperkenalkan penggunaan 5.1 saluran suara — Kiri, Tengah, Kanan,
Surround Kanan, Surround Kiri, dan Efek Frekuensi Rendah (LFE). Saluran LFE, yang
merupakan "saluran 0,1" dari 5.1, membawa frekuensi yang sangat rendah untuk suara
dramatis dari ledakan, gempa bumi, dan sejenisnya. Gambar bergerak saat ini diproduksi
dengan tiga sistem perekaman suara digital: Dolby Digital; Dalam format ini, 5.1 saluran
suara digital disimpan secara optis antara lubang sproket film. Ada cadangan optik analog
jika
sistem digital gagal. Film pertama yang menggunakan teknik ini adalah Batman Returns
(1992).
DTS (Suara Teater Digital); 5.1 saluran suara disimpan pada CDROM yang
terpisah
yang disinkronkan ke cetak film dengan kode waktu pada film. Ada sebuah cadangan optik
analog jika sistem digital gagal. Film pertama yang menggunakan teknik ini adalah Jurassic
Park (1993).
SDDS (Sony Dynamic Digital Sound); Delapan saluran penuh suara digital secara
optik disimpan di luar lubang sproket di kedua sisi film. Ada optik analog cadangan jika
sistem digital gagal. Film pertama yang menggunakan teknik ini adalah Last Action Hero
(1993). Keberadaan informasi di kedua sisi rekaman itu adalah suatu sistem redundansi —
jika salah satu sisi rusak, sistem akan tetap beroperasi. SDDS mempekerjakan saluran LFE
spektrum penuh dan dua saluran tambahan (kiri tengah dan kanan tengah di belakang
layar).

Suara yang berlangsung didalam sebuah film, baik dari sisi penggunaan musik, sound
effect ataupun dialog yang dapat memberikan informasi kepada penonton tentang hal apa
yang akan terjadi di dalam adegan atau dilayar.

Terdapat tiga jenis sumber suara yang dapat di dengar dalam sebuah film, yaitu :

1. On screen

Suara jenis ini berasal dari sumber suara yang dilihat penonton di layar lalu, yang
termasuk ke dalam tipe suara ini yaitu foleysound effect, hard sound effects dan dialog.
Contoh dari suara ini adalah dialog dengan lip sync, langkah kahi, suara ombak, suara
mobil, suara pintu tertutup dengan keras, suara anak-anak sedang bermain. Suara yang
terjadi bisa tanpa visualisasi gambar, tetapi suara dalam kategori ini memerlukan
sinkronisasi atau penyesuaian antara suara dan gambar.

2. Off screen

Suara jenis ini adalah sumber suara ataupun karakter yang tidak dilihat maupun
didengar oleh penonton secara langsung di layar. Jenis yang termasuk ke dalam tipe suara
ini yaitu backgrounds effect contohnya adalah suara kemacetan di luar sebuah ruangan,
suara petir, suara kicauan burung (ambient sound), suara karakter yang bersumber di luar
frame adegan filmyang memanggil karakter di dalam frame film, musik dari radio yang
tidak terlihat di kamera, dan lain sebagainya.

Suara off screen terbagi atas dua jenis yaitu aktif dan pasif. Suara off screen aktif
merupakan suara yang menimbulkan sebuah pertanyaan dan keingintahuan akan penyebab
dari bunyi yang timbul tersebut. Sedangkan suara off screen pasif merupakan suara yang
berperan dalam menciptakan atmosfer dan lingkungan hingga terkesan realistis dan
memiliki kesatuan gambar yang estetis.
3. Nondiegetic

Suara jenis ini merupakan suara yang tidak dapat didengar oleh karakter atau di hasilkan
dari aktivitas suara yang berada dalam cerita di film tersebut, contoh suara jenis ini adalah
suara narator dalam bernarasi. Fungsi dari suara ini adalah menginterpretasikan perasaan
tertentu kepada para penonton.

Anda mungkin juga menyukai