BAB 1
PENDAHULUAN
dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap
dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi
tertentu. Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui melalui
rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu sendiri
terdiri dari beberapa bagian, yaitu: gambaran diri (body Image), ideal diri,
harga diri, peran dan identitas (Rusniati, 2008).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat mengetahui dan
memahami tentang konsep bagaimana penanganan pasien dengan gangguan jiwa
pada suatu komunitas.
1.4 Manfaat
Setelah penulisan makalah ini, diharapkan penulis :
1. Mampu mengetahui konsep gangguan jiwa
2. Mampu mengetahui pelaksanaan metode penanganan pasien dengan gangguan
jiwa di komunitas
3. Mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada gangguan
jiwa
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,
gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan
onset masa kanak dan remaja.
1. Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun
demikian pengetahuan kita tentang penyebab dan patogenisanya sangat kurang
(Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan
realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini
bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan.
Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati
biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ”cacat” (Ingram et al.,1995).
2. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa
dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi
adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood
mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan
kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak
berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada
bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan
perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya
kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan
kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana
5
karena adanya kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis harja, 2007).
Empat faktor penyebab kekambuhan dan yang memerlukan perawatan, menurut
Sullinger (1988) adalah sebagai berikut :
1. Klien: ketidakteraturan mengkonsumsi obat mempunyai kecenderungan untuk
kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25%-50% klien yang
pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur.
2. Dokter (pemberi resep): pengguanaan obat yang teratur dapat mengurangi
kambuh, namun penggunaan obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan
efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial
seperti gerakan yang tidak terkontrol.
3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang, maka perawat puskesmas tetap
bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah.
4. Keluarga: Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan
ekspresi emosi tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan
dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga ekspresi emosi
tinggi dan 17% dari keluarga ekspresi emosi keluarga rendah. Selain itu, klien
juga mudah dipengaruhi oleh stress menyenangkan (naik pangkat, menikah)
maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga,
klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress. Cara terapi bisanya:
mengumpulkan anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan
perasaan. Memberi kesempatan menambah ilmu dan wawasan kepada klien
ganguan jiwa, memfasilitasi untuk menemukan situasi dan pengalaman baru.
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarga,
adalah sebagai berikut :
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Tidak ada minat
6. Depresi dan menarik diri
Setelah klien kembali ke keluarga, sebaiknya klien melakukan perawatan
lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa.
8
Perawat komunitas yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai
“ruangan perawatan”. Perawat, klien dan keluarga bekerjasama untuk membantu
proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat
kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan dan after care di puskesmas.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan
“perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau
asuhan yang diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit
dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien
harus dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga meningkatkan kemampuan
keluarga merawat klien di rumah sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang
dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan tempat dimana individu memulai
hubungan interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi”
pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai,
keyakinan, sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Individu menguji
coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga mempengaruhi
individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan
individu untuk berperan di masyarakat. Jika keluarga dipandang sebagai suatu
sistem maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota merupakan dapat
mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga merupakan salah
satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah sakit maka akan mempengaruhi
perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga lainnya. Salah satu faktor penyebab
kambuh gangguan jiwa adalah; keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku
klien di rumah (Sullinger, 1988). Klien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan
akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada
tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena perlakuan yang salah selama
di rumah atau di masyarakat.
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, contohnya
dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih buruk keadaannya.
3. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti kalau orang
memberi pinjaman uang kepada orang itu.Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi beban individu karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi.
4. Dukungan Informatif
Dukungan informatif mencakup memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran atau umpan balik. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
5. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan
sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah
kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan
jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah
menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan
ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam
bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali
traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian,
klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap
bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah
disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan
komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2) Interpersonal ( Sullivan, peplau).
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini
perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalh
Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien),
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan
yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam
terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-
apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship
(perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang
mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
18
2.3.7 Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada (anak, remaja dan lansia)
1. Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada Anak
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa
mencapai 11,6 % dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun.
Hal ini menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi Kementerian
Kesehatan karena merupakan tantangan yang besar dengan kompleksitas tinggi
di berbagai lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak dapat menderita gangguan
jiwa, sebagai berikut :
a. Gangguan kecemasan : Anak dengan gangguan kecemasan menanggapi hal-
hal tertentu atau situasi dengan rasa takut dan ketakutan, serta dengan tanda
fisik kecemasan (gugup), seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat.
b. Gangguan perilaku : Anak dengan gangguan ini cenderung menentang
aturan dan sering mengganggu di lingkungan terstruktur, seperti sekolah.
c. Gangguan perkembangan : Anak dengan gangguan ini memiliki masalah
dalam memahami dunia di sekitar mereka.
d. Gangguan makan : Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap,
serta perilaku tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.
e. Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi perilaku yang terkait
dengan pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).
f. Gangguan Afektif : Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus menerus
bahkan berubahnya suasana hati dengan cepat.
g. Skizofrenia : gangguan serius melibatkan persepsi terdistorsi dan pikiran.
h. Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan seseorang melakukan aktifitas
yang sama serta berulang, gerakan tiba-tiba dan tak terkendali serta sering.
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS JIWA MASYARAKAT
Patimuan terdapat 5 RW, dan setiap RW ada 5 RT, dan setiap RT terdapat
28 Kepala Keluarga.
b. Agama : Islam
c. Budaya : Jawa
2. Data Delapan subsistem
a. Lingkungan fisik
Kualitas udara di Kelurahan Patimuan cukup bersih tidak ada polusi udara,
karena Kelurahan tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang. Di
Kelurahan Patimuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air
sumur jadi selama pohon-pohon itu masih mampu menampung air,
ketersediaan air bersih akan terpenuhi.
Tingkat kebisingan di Kelurahan Patimuan masih diambang batas normal,
karena di Kelurahan tersebut tidak terdapat pabrik ataupun industri. Selain
itu kendaraan bermotor yang bisa menjadi sumber kebisingan juga jarang
berlalu-lalang di Kelurahan tersebut, karena warga di Kelurahan Patimuan
lebih banyak menggunakan sepeda untuk beraktifitas sehari-hari.
Jarak antar rumah di Kelurahan Patimuan sangan dekat, hampir tak ada
pagar pembatas untuk tiap-tiap rumah. Kepadatan penduduk di Kelurahan
Patimuan sangat padat. Faktor pengganggu seperti hewan buas ataupun
hewan pemangsa tidak ada. Sebagian besar pendidikan warga masyarakat
Kelurahan Patimuan lulusan SD, urutan yang kedua lulusan SMP dan
sisanya lulusan SMA. Untuk yang sekolah sampai sarjana masih bisa di
hitung dengan jari. Sarana pendidikan belum begitu terpenuhi, apalagi
terkait sarana pendidikan jiwa, belum ada. Terkait sarana pendidikan formal
terdapat 5 SD di Kelurahan Patimuan, untuk sekolah SMP ada satu dan
SMA juga ada satu.
b. Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Kelurahan Patimuan sistemnya digilir. Jadi setiap
malam ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling Kelurahan,
untuk pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung jawab keamanan di
Kelurahan tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
32
warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada
saat berkumpul di lingkungan rumah.
3.3 Perencanan
1. Tujuan jangka panjang
Koping komunitas di kelurahan Patimuan menjadi efektif dalam menjalani
masalah.
2. Tujuan jangka pendek
a. Orangtua di kelurahan patimuan dapat mengatasi stres.
b. Tidak terjadi kekerasan pada remaja di kelurahan patimuan.
c. Remaja di kelurahan patimuan tidak lagi takut dengan orangtuanya.
d. Percaya diri paa remaja di kelurahan patimuan meningkat.
e. Kedekatan orang tua dan remaja menjadi lebih baik.
36
3.3 Implementasi
Kriteri
Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Standar Evaluasi Evaluator
a
.I Setelah dilakukan Setelah dilakukan Proses 1. Pembentukan 1. Kader Aula Setiap Respon 1. Warga Mahasiswa
tind.keperawatan tind. keperawatan kelompok kelompok kerja kesehatan Kelurahan hari verbal mengikuti Kader
selama 3 minggu selama 1 minggu: kesehatan jiwa di 2. Tokoh Patimuan minggu, kelompok kerja kesehatan
diharapkan Warga Kelurahan desa masy. dilakukan kesehatan jiwa
orangtua bisa Patimuan dapat 2. Pembentukan 3. Maha 2 kali/ di desa
melakukan membentuk kelompok siswa minggu. 2. Warga
tindakan koping kelompok kerja pendukung seperti 4. Materi ttg mengikuti
yang efektif. kesehatan jiwa di kelompok kesehatan kelompok
desa dan pengajian, jiwa pengajian
kelompok kelompok diskusi
pendukung . kesehatan jiwa.
Setelah dilakukan Pedidikan 3. Latihan 1. kader Aula Setiap Respon 1. Warga Mahasiswa
tind keperawatan kesehatan kepemimpinan kesehatan Kelurahan hari verbal mengikuti Kader
selama 2 minggu Jiwa (mengadakan 2. Tokoh Patimuan minggu, training motivasi kesehatan
warga kelurahan melalui training motivasi) masy. dilakukan 2. Warga bisa
37
Setelah dilakukan Pemberda 1. Pembinaan 1. Kader Aula Setiap Respon 1. Warga aktif Mahasiswa
tind. keperawatan yaan dan keluarga sehat dan kesehatan Kelurahan hari Psikom diskusi terkait Kader
selama 3 minggu kemitraan anggota keluarga 2. Tokoh Patimuan minggu, otor kasus yang ada kesehatan
warga kelurahan resiko gang. jiwa masy. dilakukan 2. Warga
patimuan dapat membahas kasus 3. Maha 2 kali/ 1 terkontrol
melakukan studi terkait manajemen siswa minggu emosinya
kasus tentang stress dan di 4. Materi dengan
masalah yang diskusikan. tentang kelompok
sering dihadapi 2. Pembinaan kesehatan Respon diskusi tersebut
kelompok & jiwa Afektif 3. Masyarakat
masy. melalui lebih mampu
38
Setelah dilakukan Intervensi 1. Terapi modalitas 4. Perawat Aula Setiap 2 Respon 1. Warga merasa Mahasiswa
tind.keperawatan profesiona keperawatan 5. Tokoh Kelurahan hari verbal lebih tenang dan kader
selama 4 minggu l berupa pemberian masy. Patimuan sekali/min 2. Warga merasa kesehatan
warga kelurahan teknik relaksasi 6. Tokoh ggu lebih semangat
39
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan 40aladaptive40 didasarkan
pada ilmu perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respon psiko-sosial yang 40aladaptive yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi
keperawatan jiwa (komunikasi terapetik dan dan terapi modalitas keperawatan
kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa. Klien,
(individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung
pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar
dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya
sehari-hari sebagaimana mestinya, Dalam mengembangkan upaya pelayanan
keperawatan jiwa, perawat sangat penting untuk mengetahui dan meyakini akan
peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yangf berhubungan
denga asuhan keperawatan jiwa.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa mengenai asuhan keperawatan
jiwa di komunitas manusia serta pencegahanya
2. Bagi Institusi
Sebagai acuan wawasan pengetahuan dalam praktek pengajaran
41
DAFTAR PUSTAKA