Anda di halaman 1dari 6

Vektor

Banyak besaran kita jumpai dalam sains (misalnya panjang, massa, volume, dan muatan listrik) dapat
dirinci dengan memberikan satu bilangan. Besaran-besaran ini (dan bilangan yang mengukurnya)
dinamakan skala. Besaran lain, misalnya percepatan, gaya, torque dan pergeseran, memerlukan besaran
dan arah untuk rician lengkap. Kita sebut besar seperti ini vektor dan menyatakan dengan anak panas
(ruas garis berarah). Panjang panah adalah magnitude, atau panjang vektor; arahnya adalah arah vektor.
Vektor pada gambar 1 panjangnya adalah 2,3 satuan dan arahnyaadalah 30° ke arah utara dari timur
(atau 30° dari sumbu -x positif).

Anak panah yang kita gambarkan, seperti yang diluncurkan dari busur,
mempunyai dua ujung. Terdapat ujung bulu (titik awal), disebut pangkal, dan ujung tertunjuk (titik
akhir), disebut kepala, atau ujung (Gambar 2). Dua vektor dipandang ekuivalen jika keduanya
mempunyai besar dan arah Sama (Gambar 3). Kita akan melambangkan vektor dengan huruf tebal,
misalnya u dan v. Oleh karena ini agak sulit dilakukan dalam penulisan normal, Anda dapat
menggunakan u dan v. Besaran atau panjang vektor u dilambangkan ‖𝑢‖.

Umumnya, kita memikirkan vektor sebagai tiga-dimensi; yakni titik-titik awal dan ujungnya berada di
ruang-tiga. Namun terdapat banyak terapan dimana vektor adalah dua-demensi atau tiga-dimensi.

Operasi pada vektor untuk mencari jumlah, atau resultan, vektor u dan v. Gerakkanlah v tanpa
mengubah besarnya atau arahnya sehingga pangkalnya berhimpitan dengan kepala u. Maka u+v adalah
vektor yang menghubungkan pangkal u dengan kepala v. Cara ini (disebut hukum segitiga) diilustrasikan
pada bagian kiri Gambar 4.
Sebagai cara lain mencari u+v ialah menggerakkan v sehingga pangkalnya berimpit dengan pangkal u.
Maka u + v adalah vektor yang sepangkal dengan u dan yang berimpit dengan diagonal jajaran genjang
yang sisanya adalah u dan v. Cara ini (disebut hukum Jajaran Genjang) diilustrasikan pada paruhan kanan
Gambar 4.

Dua metode ini adalah cara ekuivalen untuk mendefinisikan apa yang kita maksudkan dengan jumlah
dua vektor. Anda seharusnya meyakinkan diri anda sendiri bahwa penambahan vektor adalah komutatif
dan asosiatif, yaitu

u+v=v+u

(u + v) + w = u (v + w)

Jika vektor, maka 3u adalah vektor yang searah dengan u tetapi


panjangnya tiga kali panjang u; vektor -2u dua kali panjang u tetapi arahnya berlawanan (Gambar 5).
Umumnya, cu disebut kelipatan skalar vektor u, memiliki besar |c| kali panjang u dan searah dengan u
jika c positif dan berlawanan arah jika c negatif. Khususnya , (-1) u (biasanya dituliskan -u) memiliki
panjang sama seperti u, tetapi arahnya berlawanan. Vektor ini disebut negatif u sebab apabila
ditambahkan pada u, hasilnya adalah vektor yang menciut menjadi titik.
Vektor yang terakhir ini (satu-satunya vektor tanpa arah tertentu), dimanakan vektor nol dan
dilambangkan dengan 0. Vektor ini adalah unsur satuan untuk menambahkan yaitu; u + 0 = 0 + u = u.
Akhirnya, pengurangan didefinisikan oleh

u - v = u + (-v)

CONTOH

Pendekatan aljabar terhadap vektor untuk vektor u yang diketahui di bidang kita pilih sebagai
perwakilan anak panah yang pangkalnya di titik asal (gambar 11). Panah ini secara unik ditentukan oleh
koordinat koordinat 𝑢1 dan 𝑢2 dari kepalanya; yaitu vektor secara lengkap diuraikan oleh pasangan
berurutan (𝑢1 , 𝑢2 ) bilangan 𝑢1 dan 𝑢2 disebut komponen vektor u. Kita Tuliskan (𝑢1 , 𝑢2 ) ketimbang
(𝑢1 , 𝑢2 ) untuk membedakan vektor yang berasal di titik asal dan berakhir pada titik dengan koordinat 𝑢1
dan 𝑢2 dari titik yang mempunyai koordinat 𝑢1 dan 𝑢2 .

Untuk vektor di ruang-tiga, generalisasinya cukup mudah. Kita Nyatakan vektor dengan anak panah yang
di kemudian dari titik asal dan berakhir pada titik dengan koordinat 𝑢1 , 𝑢2 dan 𝑢3 , yang kita Nyatakan
vektor ini adalah (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) (gambar 12). Dalam sisa subbab ini, kita kembangkan sifat-sifat vektor di
tiga dimensi; hasil untuk satu ini dua dimensi seharusnya sudah jelas.

Vektor -vektor u = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dan v = (𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 ) sama jika dan hanya jika komponen yang berpadanan
sama; yakni 𝑢1 = 𝑣1 , 𝑢2 = 𝑣2 , dan 𝑢3 = 𝑣3 . Untuk mengalihkan vektor u dengan skala c, kita kalikan
masing-masing komponen dengan c; yakni

cu + uc = ( 𝑐𝑢1 , 𝑐𝑢2 , 𝑐𝑢3 )

Notasi -u menunjukkan vektor (-1)u = (−𝑢1 , −𝑢2 , − 𝑢3 ). Vektor dengan semua komponen sama dengan
nol disebut vektor nol; yakni 0 = (0, 0, 0). Jumlah dua vektor u dan v adalah
u + v = (𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 , 𝑢3 + 𝑣3 )

vektor u – v didefinisikan menjadi

u - v = (𝑢1 − 𝑣1 , 𝑢2 − 𝑣2 , 𝑢3 − 𝑣3 )

Gambar 13 menunjukkan bahwa definisi-definisi ini ekuivalen dengan definisi-definisi geometri yang
diberikan sebelumnya dalam subbab ini.

Tiga vektor khas di ruang-tiga adalah i = (1, 0, 0), j = (0, 1, 0), dan k = (0, 0, 1). Ini disebut vektor satuan
baku atau vektor basis. Setiap vektor u = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) dapat dituliskan dalam bentuk I, j, dan k sebagai
berikut:

u = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) = 𝑢1 𝑖, 𝑢2 𝑗, 𝑢3 𝑘

Magnitude vektor adlah panjang anak panah yang menyatakan. Jika panah mulai pada titik asal dan
berakhir pada (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), maka panjang dapat ditentukan dari rumus jarak:

‖𝑢‖ = √(𝑢1 − 0)2 + (𝑢2 − 0)2 + (𝑢3 − 0)2 = √𝑢1 2 + 𝑢2 2 + 𝑢3 2

Sama halnya seperti |𝑐| memberikan jarak dari titik asal ke titik c pada garis bilangan ‖𝑢‖ memberikan
jarak dari titik asal ke titik diruang yang tripel terurutnya dalah u = (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) (Gambar 14). Dengan
menggunakan interpretasi aljabar tentang vektor ini, aturan-aturan berikut untuk melakukan dengan
vektor dapat dibangun.
Teorema A

Untuk sebarang vektor u, v, dan w dan sebarang scalar a dan b, berlaku hubungan berikut.

1. u+v=v+u
2. (u + v) + w = u + ( v + w )
3. u+0=0+u=u
4. u + (-u) = 0
5. a(bu) = (ab)u
6. a(u + v) = au + av
7. (ab + b)u = au + bu
8. lu=u
9. ‖𝑎𝑢‖ = |𝑎| ‖𝑢‖

Bukti Kita ilustrasikan pembuktian dengan memperagakan Aturan 6 dan 9 untuk kasus vector tiga-
demensi.

𝑎(𝑣 + 𝑣) = 𝑎 (〈𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 〉 + 〈𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 〉)

= 𝑎 (〈𝑢1 + 𝑣1 , 𝑢2 + 𝑣2 , 𝑢3 + 𝑣3 〉)

= 〈𝑎(𝑢1 + 𝑣1 ), 𝑎(𝑢2 + 𝑣2 ), 𝑎 (𝑢3 + 𝑣3 )〉

= 〈𝑎𝑢1 + 𝑎𝑣1 , 𝑎𝑢2 + 𝑎𝑣2 , 𝑎 𝑢3 + 𝑎𝑣3 〉

= 〈𝑎𝑢1 , 𝑎𝑢2 , 𝑎𝑢3 〉 + 〈𝑎𝑣1 , 𝑎𝑣2 , 𝑎𝑣3 〉

= 𝑎〈𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 〉 + 𝑎〈𝑣1 , 𝑣2 , 𝑣3 〉
= 𝑎𝑢 + 𝑎𝑣

Ini membuktikan Aturan 6. Sekarang untuk aturan 9,

‖𝑎𝑢‖ = ‖〈𝑎𝑢1 , 𝑎𝑢2 , 𝑎𝑢3 〉‖

= √(𝑎𝑢1 )2 + (𝑎𝑢2 )2 + (𝑎𝑢3 )2

= √𝑎2 (𝑢1 2 + 𝑢2 2 + 𝑢3 2 )

= √𝑎2 √𝑢1 2 + 𝑢2 2 + 𝑢3 2 = |𝑎|‖𝑢‖

Anda mungkin juga menyukai