Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KATA SULIT

1. KMS
Singkatan dari kartu menuju sehat untuk mengetahui status gizi anak.
2. Bercak Bitot
Endapan kering berbusa di balik kornea mata disebabkan kekurangan vitamin A.
3. Schuffner
Pemeriksaan limpa dengan cara ditarik garis schuffner dibagi 8 bagian untuk
mengukur adanya pembengkakan pada limpa.
4. Pretibial
Bagian di depan tulang kering.
5. Pitting Edema Dorsum Pedis
Menekan daerah tapi tidak kembali ke keadaan semula pada dorsum pedis.
6. Mantoux Test
Uji adanya tuberculosis.
7. Ascites
Penumpukan cairan pada rongga perut berupa cairan serosa.
8. Ampicilin
Termasuk golongan penicillin (antibiotic).
9. Infus Plug
Diberi cairan infus.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa perut anak tersebut membesar secara berangsur-angsur selama 1 bulan


terakhir?
2. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
3. Bagaimana interpretasi dari hasil cek darah lengkap?
4. Mengapa diusulkan pemeriksaan lanjutan?
5. Apa tujuan diberikan diet peroral?
6. Apa yang membuktikan bahwa TBC disangkal?
7. Apa kemungkinan penyakit yang ditunjukkan gejala-gejala tersebut?
8. Mengapa gejala-gejala tersebut muncul?
BAB III

BRAINSTORMING

1. Kekurangan gizi, karbohidrat, lemak, dan protein sehingga yang digunakan untuk
mengikat cairan tidak ada maka cairan keluar ke vaskuler. Organ juga membesar,
sehingga perut terlihat besar
2. 10 Kg pada usia 4 tahun = underweight, LLA mengecil, mata anemis (pucat, bercak
di dalam mata, kurang sel darah merah), paru (normal). Lemak subkutan hilang
(habis) , lemah (kurang karbo), BB (dibawah normal), atrofi(otot mengecil karena
digunakan untuk metabolisme), wajah tua(kekurangan vitamin). Indikasi gizi buruk,
ekstremitas : akral dingin(metabolisme turun), pitting edema (pembentukan cairan
pada kaki), abdomen: limfa membesar(teraba schuffner I), hepatomegali.
3. Hb (turun), leukoit (N), trombosit (N), LED (naik).
4. SGOT/SGPT : hepatomegaly, albumin (kekurangan protein), Mantoux test (tes TB,
serologis), konsul mata (pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada mata), foto
thorax (kemungkinan infeksi kronis yg sering yaitu TB).
5. Diet peroral digunakan untuk menggantikan/memperbaiki gizi pada anak tersebut.
6. Pengakuan pasien tidak kontak dengan penderita tetapi kemungkinan mengalami
infeksi, maka dari itu perlu diberikan ampicillin dan dilakukan tes Mantoux.
7. Gizi buruk.
8. Kurus (cadangan lemak pada lemak subkutan hilang (ciri2 : kulit tipis, keriput, wajah
tua)), rambut kemerahan dan mudah rontok (protein pada rambut habis, mikronutrien
hilang karena kompensasi dari kehilangan makronutrien  rambut kurang vitamin),
pitting edema (kekurangan vitamin B), buta senja (karena bercak bitot dan
kekurangan vit A), sulit makan dan cengeng (gizi kurang mempengaruhi keadaan
psikologi)
keluarga kurang mampu  tidak ada makanan  sulit makan  kelaparan 
cengeng.
BAB IV

PETA MASALAH
BAB VI

PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan klasifikasi


malnutrisi

Secara sederhana gizi buruk adalah kondisi terparah saat tubuh


mengalami kekurangan nutrisi. Gizi buruk merupakan salah satu spektrum dari
kelainan yang disebut malanutrisi energi protein (MEP). MEP merupakan salah
satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia. Prevelensi yang tinggi terdapat
pada anak di bawah 5 tahun (balita) serta pada ibu hamil dan menyusui. Pada
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat 17,9% balita gizi kurang dan
5,7% gizi buruk. Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu:

1. Kwashiorkor: Pengertian kwashiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi


protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau
tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Pada pemeriksaan fisiknya
ditemukan ciri-ciri berupa perubahan mental sampai apatis, anemia,
perubahan warna dan tekstur rambut menjadi mudah dicabut dan rontok,
gangguan sistem pencernaan, hepatomegali, dermatosis, atrofi otot, edema
simetris pada kedua punggung kaki atau seluruh tubuh.
2. Marasmus: Sedangkan marasmus dapat dibedakan dengan kwashiorkor yang
disebabkan oleh kurangnya asupan energi atau gabungan antara asupan energi
dan asupan protein. Pada pemeriksaan fisiknya dapat ditemukan ciri-ciri
berupa penampilan wajah seperti orang tua dan terlihat sangat kurus,
perubahan mental menjadi cengeng, kulit kering-dingin dan mengendor,
lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang, otot atrofi hingga
kontur tulang terlihat, kadang-kadang disertai brakikardia, tekanan darah
rendah.
3. Marasmiks-kwashiorkor: Marasmiks-kwashiorkor adalah gabungan dari
kwashiorkor dengan marasmus yang disertai dengan edema. Pada penderita
ditemukan gejala klinis marasmus dan kwashiorkor secara bersamaan.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko
malnutrisi
1. Etiologi
a. Asupan makanan yang kurang
Hal ini disebabkan berbagai faktor. Pertama, tidak tersedianya makanan
secara adekuat yang terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi.
Kedua, anak tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua. Ketiga,
pola makan yang salah.
b. Sering sakit (frequent infection)
Hal ini merupakan penyebab kedua gizi buruk terutama di negara
terbelakang dan negara berkembang dimana kesadaran akan kebersihan
masih kurang dan endemisitas penyakit tertentu masih tinggi. Kondisi
infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi ini akan
berdampak buruk pada pertahanan tubuh sehingga mudah terinfeksi.
2. Faktor resiko
a. Anak dengan asupan makanan yang kurang
Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti pola makan
yang salah, tidak tersedianya makanan secara cukup, dan anak tidak
cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang. Balita dengan gizi
buruk sebagian besar memiliki pola makan dengan makanan yang tidak
bergizi seimbang.
Kebutuhan nutrisi balita sendiri meliputi air, energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Adapun distribusi kalori dalam
makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35%
dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.
b. Status sosial ekonomi rendah
Penyebab langsung dari gizi buruk itu sendiri adalah rendahnya
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Status sosial ekonomi keluarga
yang rendah akan merendahkan daya beli pada keluarga tersebut. Selain
itu, keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah akan mengalami
kesulitan dalam mengurusi masalah kesehatan yang menimpa
anggotanya akibat ketidakmampuan dan ketidaktahuan.
c. Pemberian ASI yang kurang eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sejak bayi berperan langsung terhadap
status gizi balita. ASI merupakan makanan natural yang mengandung
nutrien lengkap dengan komposisi yang sesuai dengan pertumbuhan
bayi. Selain itu, kandungan ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan
bayi sehingga zat gizi cepat terserap.
Pemberian susu formula yang sulit diserap bayi akan membuat
bayi tersebut sulit buang air besar. Bila pembuatan susu formula tidak
steril, bayi akan rawan diare.
d. Pendidikan dan pengetahuan ibu
Tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada kualitas pengasuhan
anak. Tingkat pendidikan seseorang yang tinggi membuat seseorang
mudah untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, tingkat pendidikan yang tinggi
kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan
daya beli makanan yang selanjutnya meningkatkan kualitas dan kuantitas
konsumsi pangan.
Pengetahuan ibu berpengaruh pada pola konsumsi makanan
keluarga khususnya pada anak balita karena kurangnya pengetahuan ibu
akan mengurangi kemampuan ibu untuk menerapkan informasi tentang
gizi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Penyakit penyerta
Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan
daya tahan sehingga rentan terhadap penyakit-penyakit seperti
tuberculosis, diare persisten, dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan
meningkatnya zat-zat gizi esensial tubuh.
f. Beran Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi (periode waktu antara pembuahan
dan kelahiran)
Salah satu penyebab dari BBLR adalah gizi ibu yang kurang baik
sehingga bayi mengalami hambatan pertumbuhan saat berada dalam
kandungan. Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang
karena pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga anak
mudah terkena penyakit infeksi. Penyakit ini dapat menyebabkan balita
kurang nafsu makan sehingga asupan makan yang masuk ke dalam tubuh
menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.
g. Imunisasi yang tidak lengkap
Imunisasi penting bagi bayi dan balita karena mereka tidak
memiliki sistem kekebalan tubuh sebaik orang dewasa. Tidak
diberikannya imunisasi pada balita akan berdampak secara tidak
langsung pada status gizi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi malnutrisi

Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan buku


Saku Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016 bahwa proporsi balita
berusia 0 hingga 59 bulan dengan gizi buruk dan gizi kurang pada 2013 mencapai
19,6 persen. Angka ini meningkat dari 17,9 persen pada 2010. Peningkatan
terlihat pada proporsi balita dengan kategori gizi kurang. Pada 2007, tercatat ada
13 persen anak berusia 0-59 bulan yang kekurangan gizi. Porsinya meningkat
mencapai 14,9 persen pada 2015. Hingga, di 2016, berkurang 0,5 persen menjadi
14,4 persen balita yang dikategorikan sebagai gizi kurang. Porsi balita pada usia
yang sama dengan gizi buruk cenderung mengalami penurunan. Pada 2007,
tercatat ada 5,4 persen anak berusia 0-59 bulan yang mengalami masalah ini.
Porsinya berkurang menjadi 3,4 persen pada 2016.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi malnutrisi
A. Patofisiologi Marasmus

Diketahui bahwa anak berasal dari keluarga yang kurang mampu atau
kondisi ekonomi rendah. Kondisi ini memungkinkan tidak terpenuhinya nutrisi
anak. Tidak terpenuhinya nutrisi menyebabkan terjadinya defisiensi
karbohidrat. Defisiensi karbohidrat menyebabkan terjadinya glikogenolisis
pada simpanan glikogen di otot. Akhirnya dapat menyebabkan otot menjadi
atrofi atau mengecil. Setelah cadangan karbohidrat menipis maka tubuh
menggunakan lemak untuk sumber energi. Tubuh melakukan kompensasi
dengan glukoneogenesis melalui lipolisis untuk memperoleh energi dari lemak.
Hal ini mengakibatkan cadangan lemak menipis. Cadangan lemak yang menipis
mengakibatkan turunnya sekresi hormon leptin. Hormon leptin merupakan
hormon yang mengatur rasa kenyang. Ketika sekresi hormon leptin menurun
mengakibatkan anak merasa lapar dan akhirnya cengeng. Selanjutnya terjadi
penipisan cadangan lemak subkutan akhirnya anak mengalami penurunan berat
badan atau kurus. Tubuh anak yang kurus menyebabkan ia cenderung
hipotermia atau kedinginan. Tubuh anak yang kurus dan menipisnya lemak
mengakibatkan perut menjadi cekung dan iga nampak gambang. Vitamin
A,D,E,K merupakan vitamin yang larut pada lemak. Karena lemak mengalami
penipisan, maka vitamin A,D,E,K tersebut tidak dapat diserap oleh tubuh.
Akibatnya terjadi defisiensi pada vitamin-vitamin tersebut. Terjadinya
defisiensi vitamin A menyebabkan rodopsin mengalami penurunan dan
mengakibatkan rabun senja. Selain itu defisiensi vitamin A menyebabkan
menurunnya diferensiasi sel epitel yang selanjutnya merangsang terjadinya
metaplasi epitel dan keratinisasi. Perubahan pada mata mengakibatkan
terjadinya xeroftalmia (mata kering). Mula – mula, terjadinya kekeringan
konjungtiva (xerosis conjuntivae) sebab epitel yang mensekresikan mukus dan
kelenjar lakrimal normal digantikan oleh epitel yang mengalami keratinisasi.
Hal ini diikuti oleh tumpukan oleh tumpukan debris keratin dalam bentuk plak
opak kecil atau bercak bitot.

B. Patofisiologi Kwashiorkor

Anak yang mengalami defisiensi protein akan mengalami beberapa kondisi.


Kondisi pertama adalah terjadinya penurunan hemoglobin. Penurunan
hemoglobin mengakibatkan anak mengalami anemia yang ditandai oleh mata
anemis. Kondisi kedua, anak yang mengalami defisiensi protein akan
mengalami gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan yang terjadi
adalah gangguan perkembangan otak yang mengakibatkan anak menajadi
rewel. Kondisi ketiga, asam amino mengalami penurunan karena defisiensi
protein. Asam amino yang berkurang mengakibatkan keratin yang merupakan
protein pada rambut juga akan mengalami penurunan akhirnya rambut menjadi
kemerahan dan mudah rontok. Kondisi keempat yang diakibatkan defisiensi
protein adalah menurunnya kadar lipoprotein. Lipoprotein merupakan
pengangkut dari lemak. Apabila lipoprotein mengalami penurunan maka lemak
akan tertumpuk di hati dan mengakibatkan hepatomegali. Selain itu defisiensi
protein mengakibatkan penurunan protein plasma yaitu albumin dan globulin.
Penurunan albumin menyebabkan hipoalbuminemia. Albumin memiliki fungsi
sebagai mempertahankan tekanan osmotik darah. Apabila albumin telah
menipis maka terjadi ekstravasasi cairan ke interstitial dan berakibat terjadinya
pitting edema dan ascites. Globulin merupakan penyusun dari immunoglobulin.
Apabila terjadi penurunan globulin, maka otomatis imunitas anak akan
mengalami penurunan dan mudah terjangkit infeksi. Infeksi diakibatkan oleh
stimulasi sel imun oleh pirogen eksigen yang mengakibatkan dikeluarkannya
pengeluaran pirogen endogen seperti IL-1, IL-6, TNF alfa, dan IFN gama.
Pirogen endogen ini merangsang hipotalamus membentuk prostaglandin.
Prostaglandin akan menaikkan termostat di pusat termoregulasi di hipotalamus
dan akhirnya terjadilah demam dann LED naik.

C. Patofisiologi Marasmus-Kwashiorkor

Patofisiologi marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan daripada


patofisiologi marasmus dan patofisiologi kwashiorkor. Marasmus-kwashiorkor
dapat terjadi akibat defisiensi karbohidrat dan protein juga bisa diakibatkan oleh
kejadian marasmus yang berkelanjutan. Gambaran klinis merupakan campuran
dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis malnutrisi

Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya
deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan karena adanya
kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk
ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang
kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi
buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan
tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar.

Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier menurun


atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya
menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun sehingga tebal lipat kulit normal
atau mengurang. Karena kebanyakan orang yang kekurangan gizi akan kehilangan
berat badan, namun mungkin juga terjadi pada berat badan yang sehat atau bahkan
kelebihan berat badan tetapi masih kurang gizi. Seseorang bisa kekurangan gizi
jika:

 mereka secara tidak sengaja kehilangan 5-10% berat badan mereka dalam
waktu tiga hingga enam bulan
 indeks massa tubuh (BMI) mereka di bawah 18,5 (meskipun seseorang
dengan BMI di bawah 20 juga berisiko) - gunakan kalkulator BMI untuk
mengetahui BMI seseorang.
 pakaian, ikat pinggang dan perhiasan tampaknya menjadi lebih longgar
seiring berjalannya waktu.

Tanda-tanda lain malnutrisi meliputi: maturase tulang terlambat, rasio


berat terhadap tinggi normal atau menurun, tidak tumbuh pada tingkat yang
diharapkan atau tidak menambah berat badan seperti yang biasanya diharapkan
(pertumbuhan yang goyah), anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika
dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut.
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari
dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk, mengurangi
nafsu makan, kurang tertarik pada makanan dan minuman, lambat atau cemas,
tingkat energi rendah dan merasa lebih mudah lelah daripada anak-anak lain,
perubahan perilaku seperti menjadi mudah marah, membutuhkan waktu lama
untuk sembuh dari luka, konsentrasi yang buruk, merasa kedinginan hampir
sepanjang waktu dan suasana hati rendah atau depresi.

Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe
marasmik-kwashiorkor. Tipe kwashiorkor ditandai dengan gejala tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh, perubahan
status mental, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu,
pembesaran hati, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, cengeng dan rewel. Tipe
marasmus ditandai dengan gejala tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua,
cengeng, rewel, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang
iga tampak jelas, pantat kendur dan keriput. Tipe marasmik-kwashiorkor
merupakan gabungan beberapa gejala klinik kwashiorkor – marasmus.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan fisik malnutrisi

Anamnesis :

a. Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


b. Lama dan frekuensi muntah atau diare, serta tampilan dari bahan muntah
atau diare
c. Saat terakhir kencing
d. Sejak kapan kaki dan tangan teraba dingin
e. Kebiasaan makan sebelum sakit
f. Makan / minum/ menyusui pada saat sakit
g. Jumlah makanan dan cairan yang didapat dalam beberapa hari terakhir
h. Berat badan lahir
i. Tumbuh kembang, misalnya : duduk,berdiri,dan lain-lain
j. Riwayat Imunisasi
k. Apakah ditimbang setiap bulan di posyandu

Pemeriksaan Fisik :

a. Apakah anak tampak sangat kurus/edema/ terdapat pembengkakan kedua


kaki
b. Suhu tubuh : hipotermia atau demam
c. Kehausan
d. Frekuensi pernafasan dan tipe pernafasan : gejala pneumonia atau gejala
gagal jantung
e. Berat badan,Tinggi badan,atau panjang badan
f. Pembesaran hati dan adanya kekuningan (ikterus) pada bagian conjungtiva
g. Aadanya perut kembung,suara usus,dan adanya suara seperti pukulan pada
permukaan air ( abdominal splash)
h. Pucat yang sangat berat terutama pada telapak tangan (bandingkan dengan
telapak tangan ibu). Pastikan Ibu tidak menderita anemia
i. Gejala pada mata : kelainan pada kornea dan konjungtiva sebagai tanda
kekurangan vitamin A
j. Telinga, mulut, dan tenggorokan : tanda-tanda infeksi
k. Kulit : tanda- tanda infeksi atau adanya purpura
l. Konsistensi dari tinja.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
malnutrisi
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pada pemeriksaan lab, anemia sering di jumpai terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan system eritropoisis akibat
hypoplasia kronis sumsum tulang akibat asuan zat besi yang kurang,
kerusakan hati, dan gangguan absorbsi. Berikut beberapa pemeriksaan
yang termasuk pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan darah yang meliputi Hb, albumin, globulin, protein
total, elektrolit serum, biakan darah.
b. Profil lipid (lipid total, trigliserida,kolesterol,LDL,HDL)
c. pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status
nutrisi berupa kadar albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0
gr/dl
d. transferrin serum dengan nilai normal > 200 mg/dl
e. fungsi imunitas berupa hitung limfosit total (%limfosit x sel darah
putih)/100 dengan nilai normal diatas 1500 sel/mm2
2. Pemeriksaan Urine Lengkap
 Pemeriksaan Makroskopis Urine
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih, warna,
kejernihan, pH, dan berat jenis.
a. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.
Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500
ml/24 jam. Volume urine masing-masing orang bervariasi
tergantung pada luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan
kelembapan udara/penguapan.
b. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal
disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah
menguap.
c. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih,
menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein.
Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal
tersebut disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam
urine.
d. Warna urine
Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan
kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna,
terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal
disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada,
tetapi sekarangada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat
warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi
mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan.
e. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih,
agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam
kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi
keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut
nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang
lambat laun mengendap.Sebab –sebab urine keruh dari mula-mula
:Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi
sesudah orang makan banyak.Bakteri.Unsur sedimen dalam jumlah
besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel.Cylus dan
lemak. Benda-benda koloid.Sebab –sebab urine keruh menjadi
keruh setelah dibiarkan :Nubecula.Urat-urat amorf.Fosfat amorf
dan karbonat.Bakteri.
f. pH
Selain pada keadaan tadi pemeriksaan pHurine segar dapat member
petunjuk kea rah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli
biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus
yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine
menjadi basa.

• PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Pemeriksaan mikroskopik adalah bagian paling standart dan membutuhkan
banyak waktu. Pemeriksaan mikroskopik bertujuan untuk menentukan jumlah
eritrosit,leukosit dan epitel dapat dilaporkan sebagai jumlah rata2 dalam
pembacaan 10-15 LPB (400X)

• PENGHITUNGAN LEUKOSIT
Leukosit dapat di temukan pada orang yang sehat dalam jumlah tertentu. Salah
satu cara penghitungannya adalah dengan cara manual secara mikroskopik dan
dihitung sebanyal 10 LPB kemudian diambil rata2 masing2 jumlah/LPB. Pada
kondisi normal jumlah leukosit yang ditemukan antara 0-8/LPB atau kurang dari
10 sel per mikro liter.
Jika urinalisis yang mendeteksi keberadaan leukosit dalam urin tanpa nitrat, itu
bisa menjadi indikasi bahwa pasien menderita infeksi dari sistem urin. Leukosit
adalah sel darah putih yang memerangi infeksi dalam tubuh, tetapi kehadiran
mereka dalam urin paling sering mengarah ke infeksi bakteri.
Sejumlah kecil leukosit dikeluarkan melalui urine dimana biasanya sel tua dan
yang rusak. Tingkat normal leukosit dalam urin adalah suatu tempat sekitar 0-10
lev / vl tetapi jika tingkat melebihi 20 lev / vl, lebih baik untuk mendapatkan
urinalisis untuk menghindari komplikasi lebih lanjut
3. UJI FAAL HATI
Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3 besar yaitu :
a. Penilaian fungsi hati
Pada penilaian fungsi hati terdapat 3 test sebagai berikut :
1. Albumin
Apabila terdapat gangguan fungsi sintesis sel hati maka kadar albumin
serum akan menurun (hipoalbumin) terutama apabila terjadi lesi sel hati
yang luas dan kronik. Penyebab lain hipoalbumin diantaranya terdapat
kebocoran albumin di tempat lain seperti ginjal pada kasus gagal ginjal,
usus akibat malabsorbsi protein, dan kebocoran melalui kulit pada kasus
luka bakar yang luas. Hipoalbumin juga dapat disebabkan intake kurang,
peradangan, atau infeksi.
2. Globulin
Peningkatan globulin terutama gamadapat disebabkan peningkatan
sintesis antibodi, sedangkan penurunan kadar globulin dapat dijumpai
pada penurunan imunitas tubuh, malnutrisi, malababsorbsi, penyakit hati,
atau penyakit ginjal.
3. Elektroforesis protein
Pemeriksaan elektroforesis protein adalah uji untuk mengukur kadar
protein terlihat.Fraksi alpha 1 globlin hampir 90% terdiri dari alpha 1
antitrypsin sisanya tersusun atas alpha 1 acid glycoprotein, alpha 1
antichymotrypsin, alpha fetoprotein, dan protein pengangkut seperti
cortisol binding protein dan thyroxine-binding globulin.Alpha 1 globulin
merupakan protein reaksi fase akut sehingga kadarnya akan meningkat
pada penyakit inflamasi, penyakit degenerative, dan kehamilan
diakibatkan penyimpanan serum terlalu lama, karena hilangnya beta 2,
sedangkan peningkatan pita beta dapat disebabkan hiperkolesterolemia
LDL dan hipertransferinemia pada anemia.Peningkatan pada pita beta
yang menyeluruh dihubungkan dengan kejadian sirosis hati
alkoholik.Pada pita gamma globulin tersusun atas IgA, IgM (85%), IgG,
hemopexin, dan komplemen C3.Hipogamaglobulinemia fisiologis dapat
dijumpai pada neonates.Penurunan pita gamma globulin dapat
disebabkan imunodefisiensi, pengobatan artinya kemungkinan terdapat
obstruksi bilier
4. CHOLINTERASE (CHE)
Pengukuran aktivitas enzim cholinesterase serum membantu menilai
fungsi sintesis hati. Aktivitas cholinesterase serum menurun pada
gangguan fungsi sintesis hati, penyakit hati kronik, dan hipoalbumin
karena albumin berperan sebagai protein pengangkut cholinesterase.
Penurunan cholinesterase lebih spesifik dibandingkan albumin untuk
menilai fungsi sintesis hati karena kurang dipengaruhi faktor-faktor di
luar hati.2 Pada hepatitis akut dan kronik cholinesterasemenurun sekitar
30%- 50%.Penurunan cholinesterase50%-70% dapat dijumpai pada
sirosis dan karsinoma yang metastasis ke hati. Pengukuran cholinesterase
serial dapat membantu untuk menilai prognosis pasien penyakit hati dan
monitoring fungsi hati setelah trasplantasi hati.
b. Mengukur aktivitas enzim
1. kadar bilirubin dan asam empedu
2. uji detoksifikasi dapat digunakan pemeriksaan ammonia serum.
3. Pengukuran aktivitas enzim hepatoseluler seperti SGPT dan SGOT
digunakan untuk menilai integritas sel hati sedangkan ALP dan GGT
lebih mengarah ke kolestasis.
c. Mencari etiologi
1. Penentuan etiologi penyakit hati dapat digunakan penanda untuk hepatitis
autoimun, keganasan sel hati, atau penanda hepatitis virus.

4. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Foto X paru
Untuk mengetahui apabila adanya kelainan pada paru

5. PEMERIKSAAN ANTROPOMETRIS
 Tujuan dari pengukuran kesehatan atau antropometris adalah untuk mengetahui
kondisi pertumbuhan dan gizi anak. Penilaian pertumbuhan pada anak sebaiknya
dilakukan dengan jarak yang teratur disertai dengan pemeriksaan serta
pengamatan fisik. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengukur
pertumbuhan secara umum atau menyeluruh. Sedangkan tinggi badan digunakan
untuk mengukur pertumbuhan linier.
6. MANTOUX TEST
Test mantoux dilakukan untuk mengetahui apakah pasien menderita TBC atau
tidak.Tata caranya adalah petugas layanan kesehatan Anda akan menggunakan
sebuah jarum kecil untuk menyuntikkan cairan tes yang tidak berbahaya (yang
disebut "tuberculin") di bawah kulit lengan Anda. Petugas layanan kesehatan
HARUS memeriksa lengan Anda 2 atau 3 hari setelah tes kulit TBC, walaupun
lengan Anda tampak baik-baik saja. Jika Anda bereaksi terhadap tes ini,
reaksinya akan tampak seperti sebuah benjolan. Petugas layanan kesehatan akan
mengukur ukuran reaksi. Jika ada benjolan, akan hilang dalam beberapa minggu.

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kriteria diagnosis


malnutrisi
Menurut Priantono dan Prawitasari (2014), kriteria diagnosis daripada gizi buruk
adalah sebagai berikut
a. Terlihat sangat kurus
b. Edema yang simetris
c. BB/TB < -3 SD
d. LLA < 11,5 cm
9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding
malnutrisi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-
ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.

1. Marasmus
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena
diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka y
ang hubungan orangtua-
anak terganggu, atau karena kelainan metabolic atau malformasi congenital. Gan
gguan berat setiap system tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang tim
bul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemeraha
n, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan seba
gainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan
, karena masih merasa lapar.

2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana di
etnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagi
an tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kuru
s dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh. Walaupun def
isiensi kalori dan nutrien lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala uta
ma malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup
bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti p
ada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pda proteinuria (nefrosis),
infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada
penyakit hati kronik.
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan m
asukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, a
kibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-
tanda dan gejala -
gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di duni
a saat ini terutama berada di daerah industri belum bekembang.
Bentuk klinik awal malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis ata
u iritabilitas. Bila terus berlanjut, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kura
ng stamuna, kehilangan jaringan muskuler, meningkatnya kerentanan terhadap in
feksi, dan udem. Imunodefisiensi sekunder merupakan salah satu dari manifestasi
yang paling serius dan konstan. Pada anak dapat terjadi anoreksia, kekenduran ja
ringan subkutan dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat terjadi awal ata
u lambat, sering terdapat infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi awal, penurunan
berat badan mungkin ditutupi oleh udem, yang sering ada dalam organ dalam seb
elum dapat dikenali pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, laju filtrasi glo
merulus, dan fungsi tubuler ginjal menurun. Jantung mungkin kecil pada awal sta
dium penyakit tetapi biasanya kemudian membesar. Pada kasus ini sering terdapa
t dermatitis. Penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi tetapi tidak ada
pada daerah yang terpapar sinar matahari. Dispigmentasi dapat terjadi pada daera
h ini sesudah deskuamasi atau dapat generalisata. Rambut sering jarang dan tipis
dan kehilangan sifat elastisnya. Pada anak yang berambut hitam, dispigmentasi m
enghasilkan corak merah atau abu-abu pada warna rambut (hipokromotrichia) .
Infeksi dan infestasi parasit sering ada, sebagaimana halnya anoreksia, mual, mun
tah, dan diare terus menerus. Otot menjadi lemah, tiois, dan atrofi, tetapi kadang-
kadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental, terutama irita
bilitas dan apati sering ada. Stupor, koma dan meninggal dapat menyertai.

3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor d
an marasmus. Makanan sehari -
hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang n
ormal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari
normal memperlihatkan tanda-
tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit.
Untuk kwashiorkor sendiri dapat digunakan sindroma nefrotik sebagai diagnosis
banding dari kwashiorkor. Sindroma nefrotik adalah gangguan ginjal yang
menyebabkan tubuh manusia kehilangan terlalu banyak protein yang dibuang
melalui urine. Meski jarang terjadi, sindrom nefrotik dapat dialami oleh siapa
saja. Sindrom nefrotik umumnya terdeteksi pertama kali pada anak-anak,
terutama yang berusia antara 2 sampai 5 tahun. Sindroma nefrotik memiliki
gejala yang sama dengan kwashiorkor yaitu gejala hipoalbuminuria.

10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi malnutrisi

Pada pasien malnutrisi energi protein (MEP) atau kekurangan energi protein (KEP)
diikuti juga oleh mal nutrisi mikronutrien seperti kekurangan vitamin A. disisi lain,
fungsi vitamin A adalah

1. Mempertahankan penglihatan normal pada keadaan kurang cahaya


2. Memperkuat diferensiasi sel epitel khusus, terutama sel yang mensekresi mucus
3. Meningkatkan imunitas terhadap infeksi, terutama pada anak dengan campak.

Sehingga pada pasien KEP yang mengalami defisiensi vitamin A biasanya mengalami
rabun senja, dan rentan terhadap penyakit karena melemahnya system imun. Komplikasi
yang bisa terjadi pada pasien KEP antara lain:

1. Kebutaan, karena pada pasien KEP mengalami rabun senja sehingga jika hal ini
terjadi berkepanjangan bisa menyebabkan kebutaan
2. Infeksi paru, karena defisiensi vitamin A bisa menghilangkan epitel mukosillia
pada paru sehingga bisa menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi paru-
paru seperti pneumoni dan tuberkolusis
3. Batu ginjal, defisiensi vitamin A juga menyebabkan penggantian epitel
permukaan saluran kemih oleh sel skuamosa yang mengalami keratinisasi
sehingga deskuamisi debris keratin di saluran kemih yang mempermuadan
terbentuknya batu di ginjal.

11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tata laksana malnutrisi


Menurut Priantono dan Prawitasari (2014), tata laksana terhadap gizi buruk dapat
dilakukan dalam 3 fase.
a. Fase Inisial
Fase ini dapat juga disebut dengan fase stabilisasi dan transisi. Dalam
fase ini segala hal yang mengancam nyawa penderita gizi buruk
diidentifikasi dan ditatalaksana sehingga defisiensi spesifik dan
abnormalitas metabolik dapat pulih kembali
b. Fase Rehabilitasi
Setelah normalisasi seluruh abnormalitas dalam tubuh, saatnya pemberian
makanan dimulai dalam rangka mengembalikan berat badan yang hilang,
dan meningkatkan stimulasi emosional dan fisis. Ibu penderita akan juga
dididik untuk melanjutkan perawatan di rumah.
c. Fase Pemantauan
Setelah keluar dari RS, dilakukan pemantauan pasien dan keluarga agar
terhindar dari kejadian malnutrisi berulang dan memastikan
perkembangan fisik, mental, dan emosional pasien. Pasien dikatakan
sembuh apabila BB/TB >-2.
Menurut Kemenkes RI pada pasien gizi buruk tata laksana harus dilakukan dalam
4 fase yaitu stabilisasi (hari 1-7), transisi (8-14 hari), fase rehabilitasi (minggu ke-
3-6), fase tindak lanjut (minggu ke-7-26). Keempat fase tersebut
diimplementasikan dalam 10 tindakan pelayanan
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia (stabilisasi hari ke-1-7)
b. Mencegah dan mengatasi hipotermia (stabilisasi hari ke-1-7)
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi (stabilisasi hari ke-1-7)
d. Memperbaiki gangguan elektrolit (fase stabilisasi hingga rehabilitasi)
e. Mengobati infeksi (fase stabilisasi hingga fase tindak lanjut)
f. Memperbaiki zat gizi mikro (tanpa Fe dari fase stabilisasi hingga transisi, dan
dengan Fe dari fase rehabilitasi hingga tindak lanjut)
g. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
i. Memberikan stimulasi tumbuh kembang (semua fase)
j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah (fase transisi hingga fase
rehabilitasi)

12. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prognosis malnutrisi

Jika diberikan tata laksana yang baik dan tepat pasien akan menjadi sehat yang berarti
prognosis baik. Jika tidak mendapat perawatan yang intensif dan segera akan timbul
berbagai macam komplikasi yang dapat menjurus kepada kematian (prognosis buruk)

13. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pencegahan malnutrisi

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya


tidak dapat dilaksanakan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja,
sehingga memerlukan dukungan lintas sektor. Mengingat penyebabnya sangat
kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari
semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak
orang tua, keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Upaya
mengatasi prevalensi balita gizi buruk dilakukan antara lain melalui: (1)
Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat
kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; (2)
pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi; (3) pemberian
subsidi pangan bagi penduduk miskin; (4) peningkatan partisipasi masyarakat melalui
revitalisasi pelayanan Posyandu; dan (5) pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet
besi) dan balita (berupa makanan pendamping ASI) dari keluarga miskin.
Keberhasilan kebijakan dan program ini di samping peran pemerintah juga tidak
terlepas dari peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung perbaikan
gizi buruk pada masyarakat miskin, sedangkan untuk lintas program Puskesmas
selain melibatkan ahli gizi juga melibatkan medis, paramedis, kesehatan lingkungan
dan PKM.

14. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan integrasi Islam malnutrisi

ً ‫ط ِيِّبا‬ ِ ‫اس ُكلُواْ مِ َّما فِي األ َ ْر‬


َ ً‫ض َحالَال‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi”. (Q.S. Al Baqarah 168)

Dalam menafsirkan ayat diatas Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat Al
Baqarah ayat 168 maksudnya adalah Allah swt telah membolehkan (menghalalkan)
seluruh manusia agar memakan apa saja yang ada dimuka bumi, yaitu makanan yang
halal, baik, dan bermanfaat bagi dirinya sendiri yang tidak membahayakan bagi tubuh dan
akal pikiranya.
BAB VII

PETA KONSEP
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K., Aster, J.C., & Kumar, Vinay, 2015, Buku Ajar Patologi Robbin Edisi 9,
Elsevier Saunders, Singapura.
Arvin, B. K., 2000, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 3, EGC, Jakarta.
Krisnansari, Diah 2010, ’Nutrisi dan Gizi Buruk’, Mandala of Health, Vol. 4, No. 1,
pp. 60-68.
Hernawati, Ina, 2007, Pencegahan & Penanggulangan Gizi Buruk, Dirjen Gizi
Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Pakaya, Rahma Edy, Kandarina, Istiti, & Akhmadi 2008,’Upaya Penanggulangan Gizi
Buruk pada Balita’, Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 2, pp. 70-71.
Tanto, Chris, Liwang, Frans, Dkk., 2014, Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Vol. I,
Media Aesculapius, Jakarta.
Sherwood, Lauralee, 2014, Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta.
_______, 2011, Bagan Tata Laksana Anak Gizi Buruk Buku I, Dirjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
_______, 2011, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, Dirjen Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai