Anda di halaman 1dari 8

WAWANCARA DIREKSI

1. Rencana anggaran
Renstra 2016 – 2021  Pemaparan Direksi tentang Strategi dan Kebijakan utk tahun
depan (dilaksanakan dalam rapat)  Persetujuan atas Strategi dan Kebijakan tahun
depan (dilaksanakan dalam rapat)  Pemaparan strategi dan kebijakan oleh direksi
kepada jajaran structural  Penyusunan Program Kerja Unit Kerja dengan mengacu
strategi dan kebijakan (termasuk di dalamnya analisis beban kerja, pola ketenagaan,
perencanaan diklat, program mutu dan keselamatan dan program pencegahan dan
pengendalian infeksi)  Penyusunan anggaran  review oleh Tim Anggaran bersama
direktur bidang terkait  Review oleh Tim Anggaran dan jajaran direksi  Pengajuan dan
permohonan persetujuan BPH  Penetapan RAPB

2. Perencanaan SDM
Renstra 2016 – 2021  Pemaparan Direksi tentang Strategi dan Kebijakan utk tahun
depan (dilaksanakan dalam rapat)  Persetujuan atas Strategi dan Kebijakan tahun
depan (dilaksanakan dalam rapat)  Pemaparan strategi dan kebijakan oleh direksi
kepada jajaran structural  Penyusunan Program SDM di bawah koordinasi Direktur SDI
 1) membuat pola ketenagaan, 2) melakukan analisis beban kerja, 3) menyusun
kebutuhan SDM (perawat dengan Depkes, SDM lainnya dengan workload indicator staff
need (WISN)), 4) menyusun rencana pendidikan formal dan non degree training, 5)
mengatur penugasan dan penugasan kembali

3. Evaluasi staf klinis


Evaluasi staf klinis dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun dengan menggunakan on-going
professional practice evaluation (OPPE). Evaluasi OPPE untuk staf medis, dikoordinir oleh
Komite Medis. Evaluasi OPPE untuk staf perawat, dikoordinir oleh Komite Keperawatan.
Sedangkan evaluasi OPPE untuk staf/tenaga kesehatan lainnya (apoteker, perawat gigi,
radiographer, analis laborat, fisioterapis, nutrisionis), dikoordinir oleh Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya.

4. Rekrutmen staf medis


Proses rekrutmen staf medis :
a. Analisis kebutuhan pelayanan bidang spesialisasi atau dokter umum
b. Melakukan seleksi administrative atas lamaran dokter yang masuk
c. Melakukan verifikasi data, yaitu memeriksa validitas dan kelengkapan kredensial dari
sumber yang mengeluarkan. Misalnya verifikasi ijazah ke fakultas atau perhimpunan
atau organisasi profesi.
d. Direktur meminta Komite Medis untuk melakukan proses kredensial. Proses
kredensial meliputi memeriksa dokumen pelamar dan melakukan wawancara.
Kredensial meliputi STR, SIP, ada/tidaknya riwayat pelanggaran etik-disiplin profesi,
kesehatan fisik dan mental)
e. Komite Medis memberikan rekomendasi Rincian Kewenangan Klinis yang akan
diberikan kepada staf medis yang melamar, kepada direktur
f. Direktur memberikan Clinical Appointment - Surat Penugasan Klinis (SPK), yang
dilampiri dengan Clinical Privilege - Rincian Kewenangan Klinis (RKK)

5. Manajemen fasilitas dan lingkungan


a. Keselamatan dan keamanan (gedung, lantai, peralatan RS, perlindungan kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan
b. Bahan berbahaya dan beracun (pengelolaan B3) serta limbahnya
c. Manajemen penganggulangan bencana
d. Sistem proteksi kebakaran
e. Peralatan medis
f. Sistem penunjang (ketersediaan listrik, air dan system pendukungnya)
g. Asesmen risiko pra-kontruksi (Pra-Construction Risk Assessment)  kualitas udara,
pengendalian infeksi, utilitas, kebisingan, getaran, bahan berbahaya, layanan darurat,
bahan lain yang mempengaruhi palayanan/pengobatan

6. Pemilihan dan penetapan area prioritas


Pemilihan dan penetapan area prioritas ditentukan bersama dengan direksi, manajer,
komite medic dan bagian atau unit kerja
a. Rapat yang dikoordinir oleh PMKP untuk menggali area prioritas
b. Penetapan area prioritas oleh direktur : Pelayanan Maternal Perinatal
c. Penentuan indicator mutu area prioritas
d. Indikator yang ditetapkan : respon time untuk SC emergency, penyediaan darah untuk
kasus maternal, penggunaan antibiotic profilaksis, ASI eksklusif, rawat gabung, Inisiasi
menyusu dini, dan angka kematian ibu
e. Penyusunan profil indicator mutu area prioritas
f. Penetapan indicator mutu area prioritas
g. Pengukuran indicator mutu dilakukan rutin setiap bulan dan dianalisis per 3 bulan
h. Indikator yang belum tercapai, dilakukan perbaikan dengan cara Plan – Do – Study –
Action (PDSA)

7. Indikator mutu unit kerja


a. Di bawah koordinasi PMKP, setiap unit kerja menyusun indicator mutu unit kerja.
b. Petugas pengumpul data (yang telah dilatih), melakukan pengukuran mutu unit kerja
setiap bulan.
c. Komite PMKP melaporkan kepada direktur, pencapaian indicator unit kerja secara
periodic (setiap 3 bulan sekali)

8. Pelaksanaan benchmark indicator mutu


Benchmark indicator mutu dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan dengan standar
b. Membandingkan pencapaian dari waktu ke waktu
c. Membandingkan dengan RS lain yang setipe
d. Membandingkan dengan best practice
9. Laporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien
a. Direktur penetapkan definisi dan jenis insiden keselamatan pasien yang harus
dilaporkan
b. Insiden yang harus dilaporkan, meliputi kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan
(KTD) dan kejadian nyaris cidera (KNC)
c. Bila terjadi insiden, dibuat laporan kepada Tim Keselamatan Pasien
d. Setiap insiden dilakukan investigasi sederhana oleh unit kerja bersangkutan dan
dilaporkan kepada Tim Keselamatan Pasien
e. Secara periodic (tiap 3 bulan), Tim Keselamatan Pasien membuat analisis Insiden
Keselamatan Pasien dengan membuat Matrix Grading. Apabila dalam matrix grading
tersebut masuk dalam area kuning atau merah. Tim Keselamatan Pasien bersama
dengan Komite PMKP melakukan Root Cause Analysis (RCA).
f. Tim Keselamatan Pasien melaporkan kepada Direksi dan Direksi memberikan
feedback dan rekomendasi untuk perbaikan
g. Direktur melaporkan analisis insiden keselamatan pasien kepada BPH
h. Khusus untuk kejadian sentinel, Tim Keselamatan Pasien harus melaporkan kepada
Direksi dalam waktu 1x24 jam

10. Hasil pengukuran budaya keselamatan pasien


a. Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien dengan menggunakan Hospital Survey on
Patient Safety Culture (HSOPSC) :
o Kerjasama tim dalam unit kerja
o Upaya mempromosikan keselamatan pasien
o Organisasi pembelajar dan perbaikan secara kontinyu
o Dukungan manajemen dalam keselamatan pasien
o Persepsi umum terhadap keselamatan pasien
o Umpan balik dan komunikasi tentang insiden
o Keterbukaan komunikasi
o Frekuensi pelaporan insiden
o Kerjasama antar unit
o Staffing
o Serah terima dan transisi
o Respon tanpa hukuman atas insiden
b. Terjemahan dalam bentuk kuesioner

11. Analisis FMEA : e-prescribing


FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) merupakan salah satu bentuk manajemen risiko.
Tulisan dokter yang tidak jelas, berisiko menimbulkan insiden keselamatan pasien.
Dengan melalui FMEA dipilih e-prescribing sebagai solusi untuk mengurangi risiko insiden
keselamatan pasien akibat kesalahan penyiapan/penyediaan obat. FMEA disusun
bersama dengan unit yang terkait dengan alur peresepan : dokter dan farmasi, yang
dikoordinir oleh Komite PMKP.

12. Hak pasien dan keluarga


Berdasarkan
a. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2014 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien

Hak Pasien :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Kewajiban pasien :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab;
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit ;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di rumah
sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

13. Keterlibatan dalam program nasional : PONEK, HIV/AIDS, DOTS TB, PPRA, Geriatri
Pimpinan RS terlibat secara aktif dalam program nasional dengan Tim atau Komite untuk
pengelolaan program nasional tersebut
14. Skema PMKP

Anda mungkin juga menyukai