Anda di halaman 1dari 19

Analisis Puisi

Cinta Karya Wiwit dan Gugur Karya Ws. Rendra

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

Oleh :

1. Aditya Adie Nugraha


2. Arika Sari
3. Arya Perdana
4. As’ad Muhammad Nashrullah

Kelas XII IPA 4

SMA NEGERI 2 CIMAHI

Jl. KPAD Sriwijaya IX No. 45A Kota Cimahi

Tahun Ajaran 2012-2013


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan analisis puisi yang berjudul Cinta karya Wiwit dan Gugur
karya W.S. Rendra. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Cimahi, 30 September 2012,

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................................3

I. Analisis Puisi I
a. Naskah Puisi ................................................................................................4
b. Unsur Intrinsik .............................................................................................5
c. Unsur Ekstrinsik ..........................................................................................6

II. Analisis Puisi II


a. Naskah Puisi ...............................................................................................9
b. Unsur Intrinsik ...........................................................................................10
c. Unsur Ekstrinsik .........................................................................................14

Penutup ..............................................................................................................................19

3
Analisis Puisi I

a. Naskah Puisi
Cinta
Karya Wiwit

Tuhan ...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan ...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Tuhan ...
Jika aku mesti mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

Tuhan ...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu

Tuhan ...
Ketika aku berucap ‘Aku cinta padamu’
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh cinta dalam cinta yang bukan karena-Mu

Sebagaimana orang bijak berucap ...


Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya

4
b. Unsur Intrinsik
a. Tema
Rasa cinta seseorang atau penulis kepada Tuhan

Tuhan ...

Ketika aku sedang jatuh cinta

Jagalah cinta itu

Agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu

b. Diksi

Tiap baris pada puisi tersebut mudah untuk dipahami.Padi bait pertama baris keempat
yang dimaksud dari Yang Tidak Pernah Berakhir adalah Tuhan Yang Tidak Pernah
Berakhir, tidak seperti ada akhir dengan temannya.

c. Rasa/Emosional/Suasana
Kesyahduan dan kekhusukan berdoa.

Tuhan ...

Jika aku mesti mencintai seseorang

Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu

Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

d. Rima
1. Pada bait pertama terdapat rima kembar (a-a-i-i)

Tuhan ...

Saat aku menyukai seorang teman

Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir

Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

2. Pada bait kedua terdapat rima merdeka (tidak berpola)

5
Tuhan ...

Ketika aku merindukan seorang kekasih

Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu

Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

3. Pada bait ketiga terdapat rima kembar (a-a-u-u)

Tuhan ...

Jika aku mesti mencintai seseorang

Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu

Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

4. Pada bait keempat terdapat rima kembar (a-a-u-u)

Tuhan ...

Ketika aku sedang jatuh cinta

Jagalah cinta itu

Agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu

5. Pada bait kelima terdapat rima patah (a-u-u-u)

Tuhan ...

Ketika aku berucap ‘Aku cinta padamu’

Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu

Agar aku tak jatuh cinta dalam cinta yang bukan karena-Mu

6. Pada bait keenam terdapat rima merdeka (tidak berpola)

6
Sebagaimana orang bijak berucap ...

Mencintai seseorang bukanlah apa-apa

Dicintai seseorang adalah sesuatu

Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti

Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya

e. Majas

Terdapat majas Paralelisme, yakni majas yang menggunakan perulangan kata.


Perulangan kata ‘Tuhan’ dari bait pertama hingga kelima terdapat pada awal bait atau
disebut anapora.

Tuhan ...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan ...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Tuhan ...
Jika aku mesti mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

f. Amanat

Penulis menyampaikan, agar kita semua jangan sampai melupakan Tuhan

7
C . Unsur Ektrinsik

a. Unsur Religi
Rasa cinta seorang hambanya/penulis kepada Tuhan

b. Parafase

Dia termenung akan semua perasaan yang dia rasakan sepanjang hidupnya. Saat
ketika ia menyukai seorang temannya, saat ketika ia teringat kekasihnya. Saat ketika ia
dicintai seseorang dan mencintai seseorang. Tak lama ia tersadar dari lamunannya dan dia
pun berdo'a kepada Tuhannya: Tuhan ingatkanlah aku bahwa pertemanan mereka akan
berakhir sehingga ia tetap bersama-Mu yang tidak akan pernah berakhir. Tuhan, ketika aku
merindukan seorang kekasih, rindukanlah aku kepadaMu agar aku semakin rindu kepadaMu.
Tuhan, ketika aku mencintai seseorang, pertemukanlah aku dengan seseorang yang
mencintai-Mu, agar rasa cintaku padaMu semakin kuat. Tuhan, ketika aku mengucapkan cinta
pada seseorang, tetapkanlah hatinya pada-Mu agar aku tak jatuh cinta bukan karena-
Mu.Selepas do'anya ia teringat pada ucapan seorang bijak bahwa mencintai seseorang
bukanlah apa-apa tetapi dicintai oleh seseorang adalah sesuatu. Dicintai oleh orang yang kau
cintai sangatlah berarti. Tapi dicintai oleh Tuhan adalah segalanya.

c. Kesimpulan

Puisi ini menggambarkan rasa cinta seorang penulis yang tak ingin digantikan
oleh apapun yang ada di dunia ini, meskipun itu temannya, kekasihnya, dan bahkan
ketika ia sedang jatuh cinta, sang penulis tidak ingin cintanya itu melebihi cintanya
kepada Tuhannya. Hal itu tergambarkan dalam tiap baris puisinya. Selain itu, penulis
juga ingin menyampaikan kepada kita supaya kita jangan sampai teralihkan oleh cinta
kita kepada hal-hal duniawi, kita harus lebih mencintai Allah SWT dibandingkan
cinta kita kepada yang lainnya.

8
Analisis Puisi II

a. Naskah Puisi

Gugur

Karya W.S. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua


susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu


lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belumlagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.

9
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
” Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah


Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.”

Hari pun berangkat malam


Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata :


“Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur

10
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :

Alangkah gemburnya tanah di sini!”

Hari pun lengkap malam


ketika menutup matanya

b. Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema dalam puisi “Gugur” karya W.S Rendra adalah perjuangan seorang pahlawan. Ini bisa
dilihat pada bait pertama pada puisi.

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

2. Diksi

Diksi, digambarkan dengan kata – seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar
dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan
pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Atau kemampuan membedakan
secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar. Diksi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

11
a. Makna Denotatif

Makna denotasi menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna denotasi
berhubungan dengan bahasa ilmiah. Makna denotasi dapat dibedakan atas dua macam relasi,
pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua
relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.

b. Makna Konotatif

Makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah
kata.

Makna Denotatif Makna Konotatif


Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Makna : tidak bisa bertahan lagi
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
Ia sudah tua di atas bumi yang dicintainya
luka-luka di badannya Makna : tetap berjalan tertatih tatih

Bagai harimau tua


menatap musuh pergi dari kotanya
susah payah maut menjeratnya
Makna :pahlawan yang sudah tua renta

Matanya bagai saga


menatap musuh pergi dari kotanya
menuju kota kesayangannya
Makna :Tatapannya tajam

Sesudah pertempuran yang gemilang itu


lima pemuda mengangkatnya
Ketika anaknya memegang tangannya
Makna :Pertempuran yang luar biasa atau
ia berkata
sempurna

dan tetap merangkak


menuju kota kesayangannya
Karena kita punya bumi kecintaan
Makna : tetap berjalan walaupun tertatih tatih

Belumlagi selusin tindak


mautpun menghadangnya.
Karena api menyala di kota Ambarawa
Makna : Belum melakukan apa – apa atau
seluruhnya
"Lihatlah, hari telah fajar ! Kita bukanlah anak jadah
Wahai bumi yang indah, Karena kita punya bumi kecintaan.

12
Makna : kita bukan anak haram

Bumi yang menyusui kita


kemudian akan ditanamnya benih
dengan mata airnya
dan tumbuh dengan subur
Makna :Bumi yang telah membesarkan kita

Bumi berpeluh dan terbakar


Kerna api menyala di kota Ambarawa
Makna : panas dan mengeluarkan asap

Wahai bumi yang indah,


kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Makna : selalu bersama – sama

Nanti sekali waktu


seorang cucuku
akan menacapkan bajak
Makna : batu nisan
Hari pun lengkap malam
Makna : Larut malam

ketika menutup matanya


Makna : meninggal

3. Rasa

Rasa yang terdapat dalam puisi “Gugur” adalah penyair sangat menghormati
sejarah dimana, terlihat penyair ingin jasa para pahlawan bisa dinikmati oleh generasi
berikutnya diluapkan dengan semangat dan khidmat.

4. Nada
Nada yang terdapat dalam puisi “Gugur” adalah meninggikan perjuangan para
pahlawan.

5. Citraan

Citraan yang dipakai dalam puisi “Gugur” karya WS Rendra adalah

a. Citraan penglihatan (visual imegery)

13
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata).
Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi
rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi
seolah-olah terlihat.

Nanti sekali waktu


seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

b. Citraan intelektual

Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh atau dengan asosiasi-asosiasi
intelektual.

tanah Ambarawa yang kucinta


Kita bukanlah anak jadah
Karena kita punya bumi kecintaan.

6. Suasana

Ketika pembaca menyelesaikan pembacaanya, suasana yang didapatkan adalah


suasana sedih dan mengharukan dalam kegigihan sang pejuang untuk kembali ke kota
kelahirannya, hal ini tergambarkan melalui penggunaan kata/pilih kata oleh
pengarang.Nada dalam puisi “Gugur” adalah kita akan merasakan sedih karena ada
pejuang yang sudah tua tetap mempertahankan tanah air tecinta demi generasi berikutnya.

14
7. Rima

a. rima terus atau rima sempurna [a-a-a-a],

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya

b. rima patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a]

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya

c. rima merdeka (tidak berpola)

Orang tua itu kembali berkata :

“Lihatlah, hari telah fajar !

Wahai bumi yang indah,

kita akan berpelukan buat selama-lamanya !

Nanti sekali waktu

seorang cucuku

akan menacapkan bajak

di bumi tempatku berkubur

kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata :

15
Alangkah gemburnya tanah di sini!”

8. Majas

Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam
suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si pengarang.

a. Majas Metafora : majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan


langsung

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya

b. Majas Paralelisme : Majas perulangan kata kata sebagai penegasan.

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak

di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

luka-luka di badannya

16
c. Majas Personifikasi :

Bagai harimau tua

susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

menatap musuh pergi dari kotanya

9. Amanat

Penulis menghimbau agar menghargai semua kemerdekaan dan tanah tempat kita lahir
atau memijak, karena pahlawan memperjuangkan tanah air kita dengan seluruh jiwa raga
mereka.

c. Unsur Ekstrinsik

a. Nilai Moral
Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua

b. Nilai Sosial
Menghargai dan tenggang rasa kepada pahlawan

c. Parafase
Sesosok tubuh tua renta penuh dengan luka-luka berjalan dengan langkah
rentanya menjejaki muka bumi. Pahlawan tua itu susah payah menjejaki bumi
yang dipijakinya. Sekali dia teringat akan masa lalunya di tanah kelahirannya
tersebut, Ambarawa. Saat ketika ia dengan gagah berhasil mengusir para penjajah
dari bumi Ambarawa, melihat bagaimana mereka melarikan diri dari bumi
Ambarawa. Sekarang yang sang harimau itu sudah termakan oleh usia, menikmati
saat-saat tuanya di bumi tempat ia dilahirkan itu. Meskipun ia berusaha dibantu
oleh anaknya dan yanglainnya, tetapi pahlawan itu menolak dan tetap berdiri
dengan kakinya yang sudah goyah. Dia menunggu saat-saat dia akan kembali

17
menyatu bersama tanah kelahirannya tersebut, menanti cucunya yang akan
menancapkan nisan di atas kuburnya.

d. Kesimpulan
Puisi ini menggambarkan bagaimana perjuangan seorang pahlawan yang
berjuang demi tanah airnya dan daerahnya yaitu Ambarawa. Menggambarkan
ketika sang pahlawan berjuang mengusir penjajah dan pulang dengan penuh luka
sisa perjuangan. Meski dia penuh luka dan berhasil memperjuangkan daerahnya,
dia tidak menjadi sombong akan prestasinya tersebut. Di puisi ini penulis ingin
menyampaikan bahwa kita harus menghargai jasa-jas pahlawan yang telah
mempertaruhkan harta bahkan jiwa mereka untuk kemerdekaan Indonesia dan
juga meskipun kita seorang pahlawan, kita juga jangna menjadi tinggi hati
karenamya.

18
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

19

Anda mungkin juga menyukai