*Neonatus lanjut
Pada neonatus lanjut kapasitas lambung masih terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Saputra, 2014).
a. Pola Aktivitas: *Neonatus dini dan Neonatus lanjut
Kebutuhan istirahat pada bayi bru lahir kurang lebih sebayank 14 jam/hari (Saifudin,
2010).
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum *Harus dilakukan pada neonatus dini maupun neonatus lanjut
Keadaan umum : Normalnya baik
Kesadaran : bayi menangis, gerakan aktif simetris
2. Pemeriksaan TTV :
Suhu : Normalnya 36,5-37,50 C pada pengukuran suhu axilla. Pengukuran
ini untuk mendeteksi keadaan hipotermia atau hipertermia.
Pernafasan : Normalnya 40-60 kali per menit. Pengukuran ini untuk mendeteksi
gangguan pernafasan
Nadi : Normalnya 120-160 kali per menit. Pengukuran ini untuk mendeteksi
gangguan sirkulasi darah dan kinerja jantung.
Tekanan darah : Normalnya 80/64 mmHg (Hanya dipantau bila ada indikasi).
Pengukuran ini untuk mendeteksi gangguan sirkulasi darah.
(Hidayat, 2008)
3. Pemeriksaan Fisik *Harus dilakukan pada neonatus dini maupun neonatus lanjut
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh bayi melalui teknik inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi menunjukkan bayi dalam keadaan normal dan tidak ada tanda-
tanda kelainan pada bayi.
a) Kulit : umumnya pada bayi normal berwarna kemerahan di seluruh tubuh terdapat
verniks di permukaan kulit. Milia juga ada tidak terlalu banyak di daerah hidung dan
dahi. Rambut lanugo sedikit untuk bayi postmatur sedangkan bayi dismatur rambut
lanugo lebih banyak dan vernik kaseosa lebih banyak
b) Kepala : umumnya normal atau ada caput succedaneum pada persalinan dengan
vacum atau forceps atau partus lama. Untuk mengetahui adanya dehidrasi neonatus
pada ubun-ubun atau tekanan intracranial
c) Wajah : kemerahan, tidak ada oedema dan kelainan
d) Mata : umumnya pada bayi normal conjungtiva merah muda dan sclera putih
e) Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung
f) Mulut : mukosa mulut atau bibir dari berwarna merah muda
g) Telinga : umumnya pada bayi normal tulang rawan telah terbentuk sempurna dan
kembali cepat jika ditekuk, keadaan tulang rawan menentukan maturitas bayi
(normal). Puncak pina telinga juga sejajar dengan epicantus mata.
122
h) Leher : ukuran fisik leher proposional dengan panjang badan bayi, tidak ada
pembesaran kel. thyroid, kel.limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis
i) Dada : Kadang-kadang terdengar ronkhi pada kedua paru karena fungsi paru masih
dalam proses maturasi fungsi, tidak adanya retraksi dada
j) Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada
garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya ascites atau tumor,
tidak ada hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah asfiksia
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Track belum sempurna dan
bertambah apabila ketuban meconial dan keruh
k) Umbilikus : Perhatikan ada pendarahan atau tidak, dan apakah adanya tanda-tanda
infeksi pada tali pusat. Umumnya pada bayi baru lahir normal tidak ada tanda-tanda
infeksi pada tali pusat
l) Genetalia : Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak uretra
pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adakah sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan . Pada bayi prematur testis belum
turun pada laki-laki dan labia mayora belum menutupi labia minora bagi bayi yang
belum aterm
m) Anus : Tidak ada atresia ani
n) Ekstremitas : Warna kemerahan, gerakan aktif, akral hangat, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya
o) Refleks : Reflek moro dan rooting-sucking-swalowwing baik. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan saraf pusat atau adanya patah tulang
(Dwienda, 2014)
4. Pemeriksaan Penunjang *Harus dilakukan pada neonatus dini maupun neonatus lanjut
Pemeriksaan Antropometri
PB : normal 48-52 cm
LD : sesuai dengan berat badan, normalnya 30-38 cm
LK : bisa normal antara 33-35 cm, bila terjadi anomali atau trauma jalan
lahir bisa < 33cm (Dwienda, 2014)
5. Eliminasi *Harus dilakukan identifikasi pada neonatus dini maupun neonatus lanjut
BAK à periksa frekuensi dan warna, cek apakah ada perdarahan sebagai efek dari
perlukaan saat lahir atau apakah ada gangguan system renal
BAB à periksa frekuensi dan warna dan konsistensi, cek apakah ada perdarahan
sebagai efek dari gangguan sistem GIT atau apakah konsistensi feses terlalu cair yang
dapat dipengaruhi oleh dehidrasi dan warna keputihan yang dapat dipengaruhi oleh
gangguan pada sistem biliaris
(Hidayat, 2008)
123
- Masalah : Masalah yang timbul pada bayi baru lahir normal adalah hipotermia, resiko
infeksi, nutrisi dan lapar
- Kebutuhan : kebutuhan bayi baru lahir normal yaitu menjaga kehangatan dan
pemberian ASI pada bayi baru lahir
V. Intervensi
Intervensi pada Neonatus dini
1. Lakukan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL (cuci tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; pakai sarung tangan bersih; alat
resusitasi yang steril; pakaian, handuk, selimut, alat timbangan, stetoskop,
termometer, pita pengukur bersih)
R/ Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir.
2. Lakukan pencegahan kehilangan panas (keringkan bayi dengan seksama; selimuti
bayi dengan selimut atau kain hangat; selimuti bagian kepala bayi; anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayinya; jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir; tempatkan bayi di lingkungan hangat)
R/ mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi
sempurna. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah
atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat.
3. Lakukan perawatan tali pusat
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
4. Lakukan pemberian ASI pertama kali (Inisiasi Menyusui Dini)
R/ prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus
mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir.
5. Berikan salep mata bayi tetrasiklin 0.1% di kedua mata bayi
R/ Mencegah dari infeksi mata selama melewati jalan lahir
6. Berikan injeksi Vitamin K yang diberikan secara intramuscular sebanyak 1 mg di 1/3
paha kiri atas bagian luar.
R/ Vitamin K mencegah defisiensi vit K yang dapat menyebabkan perdarahan pada
otak
7. Diskusikan dan berikan KIE pada ibu mengenai perawatan tali pusat, personal
hygiene, cara menjaga kehangatan bayi, cara menyusui yang benar, asi eksklusif, dan
tanda bahaya bayi baru lahir.
125
R/ Ibu mengerti mengenai segala hal yang berhubungan dengan bayi baru lahir akan
membuat ibu kooperatif untuk melakukan KIE yang diberikan
8. Berikan injeksi vaksin Hepatitis B yang diberikan secara intramuscular 1-2 jam
setelah pemberian injeksi vitamin K, dberikan di paha kanan atas bagian luar.
R/ Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi
yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
9. Mandikan bayi setelah 6 jam
R/ Bayi rentan terkena hipotermi
10. Anjurkan ibu untuk kontrol pada hari ke 6 untuk pemeriksaan bayi
R/ Diharapkan ibu akan datang untuk kontrol/ kunjungan ulang tepat waktu.
VI. Implementasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien berdasarkan
rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani diagnosa / masalah yang
telah terindentifikasi.
VII. Evaluasi
126
Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah diberikan apakah
telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien.