Anda di halaman 1dari 2

KEBAIKAN SAAT HUJAN Amel dan Puput pergi kesekolah bersama

membelah curahan air hujan yang semakin


Pagi yang masih terasa dingin membuat
deras.
Amel terpaksa beranjak dari tempat tidurnya
karena alarem di HP nya menjerit sudah Namun. Tak berapa lama Amel mendengar
berulang kali. Kaki kecilnya menyeret sandal suara anak kucing. Semula Amel tidak
jepit yang semalam diam di samping tempat menghiraukan suara itu. Tapi semakin lama
tidurnya. Sambil mengucek kedua matanya semakin terdengar jelas.
ia melangkahkan kakinya menuju kamar
“Put, sepertinya ada suara anak kucing di
mandi. Ia melihat sesosok wanita yang sibuk
sekitar sini. Kamu dengarkan?” Tanya Amel
didapur ketika hendak melewati tiba
langsung memandangm Puput yang
didepan pintu kamar mandi. “Bunda selalu
mencoba mendengarkan sesuatu.
bangun lebih awal untuk menyiapkan
sarapan pagi’ guman Amel sepintas “Ia. Anak kucing. Tapi dimana ya?” Puput
menanatp kesibukan bundanya. meyakinkan Amel bahwa suara itu benar
suara anak kucing.
Setelah sholat Subuh, Amel membereskan
kamar tidurnya, menyapu ruang tamu dan “Kita cari yuk? Kasihan anak kucing itu minta
ruang keluarga kemudian mandi dan tolong,” ajak Amel sambil menoleh kekiri
menyiapkan diri untuk kesekolah. Namun dan kekanan.
hati Amel mulai gelisah karena cuaca mulai
“ Aku takut terlambat. Kamu saja kali ya,
gelap. Tampaknya pagi ini akan terjadi hujan.
Mel. Aku kesekolah duluan,” Puput berjalan
“ Jangan khawatir anak bunda. Bunda dulu meninggalkan Amel yang sibuk mencari
sering kehujanan kalau kesekolah. Banyak sumber suara.
pengalaman yang kita dapatkan saat hujan.
Ternyata memang benar. Seekor anak kucing
Coba saja kalau belum yakin,” bunda
berwarna coklat ada di dalam saluran air dfi
memberikan semangat kepada Amel.
pinggir jalan. Amel bergegas meraih anak
Perlahan hujan turun kebumi diikuti kucing itu dan segera membawanya ke
gemuruh di angkasa. Amel makin gelisah. tempat yang teduh. Amel melihat pos ronda
Tapi, ia ingat akan suport bundanya tadi. yang tak jauh. Ia berlari kecil sambil
Amel mencoba tersenyum saat pamitan memeluk anak kucing.
kepada bundanya.
“ Kasihan kau meong. Basah kuyup. Kemana
“Bunda memang wanita yang super. Tanpa ibumu sehingga kau terpisah,” Amel
kehadiran ayah karena kerja di luar pulau, mengelapi bulu-bulu anak kucing
bunda bisa mengatur apa saja tentangku dan menggunakan kaos olah raga yang akan ia
adikku yang masih sekolah TK. Bundaku pakai nanti saat jam olah raga.
pahlawanku,” guman Amel dalam hati.
Sepertinya Amel tidak tega melihat anak
Jas hujan dan payung menemani perjalanan kucing itu sendiri walau bulunya sudah agak
Amel menuju kesekolah. Tak jauh kesekolah, kering. Namun ia harus kesekolah takut
cuma 2 km. “Bundaku malah 5 km waktu itu terlambat. Amel melirik jam tangannya.
untuk menempuh sekolahnya,” terngiang “Masih 30 menit lagi,” ujar Amel sambil
cerita bunda saat Amel dan bunda duduk mempercepat langkanya menuju sekolah.
santai sambil mengasuh sibungsu.
Dari kejauhan, Amel melihat seorang ibu
Baru kira-kira 200m aku meninggalkan mengendarai sepedanya dengan membawa
rumah, tiba-tiba terdengar suara memanggil beberapa belanjaan. Sepertinya ibu itu dari
Amel. pasar. Amel terus memperhatikan
melajunya sepeda itu. Namun,” Ya Allah!”
“Ameeelll,” samar-samar Amel mendengar
Amel tersentak sejenak melihat
suara memanggilnya. Namun lambat laun
p[emandangan ibu itu jatuh dari sepeda.
suara itu makin jelas. Ternyata temanku
Amel berlari cepat menghampiri ibu itu.
Puput yang memanggiku dari belakang.
“Ibu saya bantu, ya?” Amel langsung
membantu dengan cekatan. Ia standarkan
sepeda lalu memungut sayuran yang “Trimakasih kasih mang Agus yang baik hati
berceceran di dekatnya. “Ibu luka?” Tanya dan tidak sombong,” kata Amel dan Rahma
Amel berbarengan.
“Tidak apa-apa anak. Ibu masih bisa Benar saja. Kelas masih berisik karena ibu
mengendarai sepeda, kok. Terimakasih atas Jamilah belum datang. Hari ini pelajaran ibu
bantuannya dan sudah membuat baju Jamilah ulangan IPA. Bersyukur karena aku
seragam sekolahnya basah,” suara ibu itu tidak terlambat dan bisa mengikuti ulangan.
terdengar lirih karena bercampur suara air
Panas yang yang tidak terlalu menyengat.
hujan.
Matahri seolah-olah malu menampakkan
Amel menatap sejenak kepergian ibu itu. Ia sinarnya karena udara masih dingin sejak
hanya bisa tersenyum. Namun rasa was-was pagi hujan. Namun di tas langit saja di siang
Amel semakin berlebihan. Ia takut terlambat ini, terlihat warna putih dan sedikit biru.
tiba di sekolah. Amel melangkahkan kakinya bersama-
teman -temanya pulang kerumah. Sesampai
“Piyyaaarrr,” suara cipratan air hujan dari
di rumah, Amel disambut bunda dan adiknya
genangan membasahi sepatuku dan
edi teras rumah. Ternyata ayah sudah
sebagian seragam sekolah.
pulang. Wajh Amel terlihat cerah dan
“Astafirullah,” guman Amel hanya bisa gembira karena keluarganya lengkap
meredam emosinya sambil menatap basah menyambut kedatanganya pulang sekolah.
seragamnya. Sekan-akan ia adalah pahlawan baru pulang
dari medan perang.
Dengan gontai sambil bersandung kecil,
Amel melangkahkan kakinya tanpa beban. “Benar, apa yang dikatakan bunda. Dalam
Tak seberapa jauh dari gerbang sekolah, hujan ada pengalaman yang membuat kita
Amel melihat Rahma berdiri di emperan bisa belajar. Amel mengalami hal itu pagi
warung. tadi. Terimakasih bunda sudah mensuport
Amel kesekolah tadi pagi,” ujar Amel sambil
“Rahma. Mengapa kamu berdiri disitu,”
memeluk bundanya.
tegur Amel sambil mendekati Rahma.
Ayah dan adik Amel hanya bisa menatap tak
“Aku kehujanan. Payungku rusak di terpa
mengerti drama apa yang sedang di
angin kencang,” Rahma memperlihatkan
perankan Amel dan bundanya. Ayah dan
payungnya.
adik Amel hanya bisa tersenyum karena
“Bersama aku saja. Payungku cukup besar. merasa senang menyaksikan drama tanpa
Ayo!” Ajak Amel. sekenario ini.

Amel dan Rahma pergi berdua. Mereka (LTC/27/2/2019/@yah odie)


seperti senang dan gembira. Sesekali mereka
bercanda saling mendorong kecil. Tawa lirih
menyertai perjalanan mereka menuju
sekolah.
Gerbang sekolah sudah terlihat. Namun
suasana sepi terlihat karena hujan masih
mengguyur sekolahanku. Amel melihat
sesososk leaki yang akan menutup gerbang.
“ Mang Aguuuuuussss!” Teriak Amel sambil
berlari. “mang Agus. Jangan tutup dulu, kami
sudah datang dan belum terlambat kan?”
Amel memohon agar mang Agus
mempersilahkan masuk.
“ Ia-ia. Ayo segera masuk. 5 menit lagi bel
tanda masuk berbunyi,” perintah mang
Agus.

Anda mungkin juga menyukai