Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI LINGKUNGAN LAUT

Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters yang
menyimpan berjuta misteri kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang hingga sekarang masih
belum banyak tersingkap. Lingkungan yang dinamakan Lingkungan Laut (Marine Environment)
cakupannya dimulai dari bagian pantai (coastal) dan daerah muara (estuarine) hingga ke
tengah samudra, dimulai dari bagian permukaan air hingga dasar perairan yang bermacam-
macam tipe kedalamannya dan bentuk morfologisnya.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelautan, baik itu
Biologi Kelautan (Marine Biology) maupun Oseanografi, membuat tabir yang seolah menutupi
lautan dengan segala misteri yang dikandungnya sedikit demi sedikit dapat tersingkap. Salah
satunya adalah pengetahuan mengenai Lingkungan laut.
Membahas mengenai lingkungan laut, ada 2 hal yang esensial darinya. Yang pertama
adalah Zona kolom air, atau Zona Pelagik adalah bagian perairan dimana terdapat massa air,
dan yang kedua adalah Zona dasar perairan, atau disebut juga Zona Bentik yang merupakan
dasar / platform dari perairan itu sendiri. Dari pembagian atas kedua hal tersebut, dapat
dikembangkan lagi menjadi zona-zona atau wilayah-wilayah dengan karakteristik yang lebih
khusus lagi. Pembagian wilayah atau Zonasi tersebut dinamakan Pemintakatan Lingkungan
Laut, dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Disini akan dibahas mengenai pembagian lingkungan laut berdasarkan pada Lingkungan
Pelagik dan Lingkungan Bentik.
LINGKUNGAN PELAGIK
Semua biota yang hidup di lingkungan laut tetapi tidak hidup di dasar laut dinamakan
biota pelagik. Lingkungan dimana biota ini hidup dinamakan lingkunagn pelagik. Lingkungan ini
mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut sampai paras laut. Lingkungan pelagik ini
mempunyai batas wilayah atau mintakat yang meluas mulai dari garis pantai sampai wilayah
laut jeluk. Secara horizontal lingkungan pelagik dibagi menjadi neritik dan oseanik. Sedangkan
secara vertikal lingkungan ini dibagi menjadi epipelagik, mesopelagik, batipelagik, dan
abisopelagik.

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
1
 Secara horizontal
1. Mintakat Neritik
Mintakat neritik merupakan laut yang terletak pada kedalaman 0 – 200 m. Ciri-ciri mintakat
neritik diantaranya :
a. Sinar matahari masih menembus dasar laut
b. Kedalamannya ±200 m
c. Bagian paling banyak terdapat ikan dan tumbuhan laut
Mintakat neritik berada di paparan benua yang dihuni oleh biota laut yang berbeda dengan
mintakat oseanik karena :
a. Kandungan zat hara di mintakat neritik melimpah
b. Sifat kimiawi perairan neritik berbeda dengan perairan oseanik karena berbeda-bedanya
zat-zat terlarut yang dibawa ke laut dari daratan
c. Perairan neritik sangat berubah-ubah, baik dalam waktu maupun dalam ruang, jika
dibandingkan dengan perairan oseanik. Hal ini dapat terjadi karena dekatnya mintakat
ini dengan daratan dan adanya tumpahan berbagai zat terlarut dari darat ke laut
d. Penembusan cahaya, kandungan sedimen dan energi fisik dalam kolom air berbeda
antara mintakat neritik dan mintakat oseanik
2. Mintakat Oseanik
Mintakat oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat
ditembus cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap.
Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya,
karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin,
pada daerah ini banyak ikannya. Mintakat oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan
yang terletak di luar lempeng benua. Pada mintakat ini kandungan unsur hara kurang,
kandungan sedimen relative lebih sedikit sehingga daya tembus cahaya hanya kuat sampai
dengan 200 m.
 Secara Vertikal
1. Mintakat Epipelagik
Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Mintakat epipelagik disebut
juga sebagai mintakat Fotik dengan kedalaman 200 m. Di beberapa daerah, terutama di
paparan benua, penembusan cahaya di lapisan tersebut lebih jauh berkurang daripada di
lapisan yang sama dari perairan oseanik, karena tingginya kandungan sedimen tersuspensi di
paparan benua.
Mintakat ini dibadi manjadi tiga bagian, yakni pertama adalah mintakat pada dan dekat
permukaan, tempat terjadinya penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi
fitoplankton. Penyinara ini juga terlalu tinggi bagi zooplankton. Yang kedua adalah mintakat
yang dinamakan mintakat bawah permukaan, tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif
sampai perairan yang agak jeluk, di mana fitoplankton yang tidak terbiak aktif masih dapat

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
2
berlimpah. Mintakat yang ketiga atau mintakat terbawah termasuk lapisan perairan, tempat
zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari, berada pada siang hari.
2. Mintakat Mesopelagik
Mintakat ini terletak di bawah mintakat epipelagik. Mintakat ini memiliki kedalaman dari
200 m - 1000 m. Karena letaknya di bawah mintakat fotik maka tidak terdapat kegiatan yang
menghasilkan produksi primer yang memanfaatkan detritus yang turun dari lapisan yang lebih
dangkal. Pada mintakat ini dan seterusnya produksi oksigen lebih rendah daripada yang
dimanfaatkan. Tumbuh-tumbuhan dapat hidup di lapisan bawah ini, tetapi mereka akan lebih
banyak kehilangan zat organik yang dihasilkan daripada mendapatkannya.
3. Mintakat Batipelagik
Zona batipelagik memiliki kedalaman antara 1001 m sampai 4000 m atau sama dengan
dasar laut. Sifat-sifat fisiknya seragam. Ikan-ikan dan biota yang hidup di lingkungan ini
biasanya merupakan organisme bioluminesen, yaitu organisme yang dapat memancarkan
cahaya sendiri. Karakteristik bioluminesen ini merupakan adaptasi organisme terhadap
lingkungannya yang gelap dan tidak tertembus cahaya. Hewan-hewan yang hidup di zona ini
biasanya merupakan Cumi-cumi raksasa dan jenis yang lebih kecil, Gurita Dumbo, dan ikan-
ikan laut dalam dengan bentuk dan karakteristik yang sama sekali berbeda dengan ikan di zona
fotik, termasuk berbagai jenis Lantern Fish / ikan lentera dan Hagfish. Paus yang diketahui
hidup di zona ini biasanya merupakan Paus Sperma atau Sperm Whale yang mengkonsumsi
cumi-cumi raksasa.
Dengan minimnya pasokan energi karena tidak adanya cahaya, kebanyakan hewan disini
bergantung dari detritus atau sisa-sisa organisme yang jatuh dari zona atas, yang biasa disebut
sebagai salju laut atau marine snow. Yang lainnya hidup sebagai predator.
4. Mintakat abisopelagik
Mintakat ini memiliki kedalaman lebih dari 2000 m. Mintakat ini meluas ke bagian-bagian
terjeluk dari samudra atau disebut mintakat palung. Wilayah ini merupakan wilayak yang tidak
ada cahaya sama sekali, suhu dingin, dan tekanan air tinggi. Mintakat ini merupakan
lingkungan hidup atau habitat yang paling sederhana. Di perairan abisal ini cahaya yang
dihasilkan adalah dari hewan-hewan yang hidup di mintakat ini atau bioluminesensi atau
biopendar cahaya. Di mintakat ini tidak terjadi fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan-perubahan suhu, salinitas, dan kondisi-
kondisi serupa tidak terjadi atau kalaupun ada dapat diabaikan dilihat dari segi ekologik.
Kandungan karbondioksida (CO2) dalam air tinggi sehingga kapur (CaCO3) mudah terlarut
dalam air. Hal ini ditunjukkan olah pembentukan cangkang dan kerangka kapur lemah di
mintakat ini. tekanan air di mintakat abisopelagik ini sangat tinggi sehingga hewan yang hidup
di daerah ini mengalami perubahan-perubahan morfologik dan fisiologik. Seperti lebih
besarnya gelembung renang pada ikan agar dapat mengambang di kolom air seperti yang
dikehendaki. Gelembung renang tersebut terperas oleh tekanan sehingga sedikit ruang untuk

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
3
gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air di sekitarnya, karena susah untuk
mengapung. Untuk dapat mengapung, gelembung renang tersebut harus dikembangkan.
Rendahnya suhu juga memperlambat berbagai reaksi kimiawi dan perubahan gejala-gejala
fisiologik lain.
Sumber makanan organisme di daerah ini adalah sebagian berasal dari lapisan atas yang
berupa bangkai atau sisa-sisa berbagai biota laut yang mati dan tenggelam ke dasar laut.
 Berdasarkan Intensitas Cahaya
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
1. Daerah fotik, merupakan daerah laut yang dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman
maksimum 200m. Merupakan daerah produktivitas primer di laut

2. Daerah Twilight, daerahnya remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis,


kedalaman antara 200 - 2000m.

3. Daerah afotik, daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.

LINGKUNGAN BENTIK
Selain lingkungan neritik, pembagian lingkungan laut juga dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan dasar perairan atau bentiknya. Di zona pelagis, biota yang biasa hidup adalah ikan,
cumi-cumi, dan makhluk perenang lainnya. Pada zona bentik, biota yang hidup merupakan
benthos atau biota yang hidup di dasar perairan seperti jenis-jenis bivalvia, arthropoda,
echinodermata, hewan-hewan karang, coelenterata, dan spon. Dominasi biota penghuninya
adalah filter feeder, yang berarti biota mendapatkan makanan dengan cara menyaring air atau
sedimen melalui organ makannya. Karena sifat dan karakteristiknya yang merupakan filter
feeder, maka biota yang hidup di lingkungan bentik atau benthos sangat bergantung pada
sedimen yang terdapat di dasar laut. Zonasi Lingkungan Laut berdasarkan lingkungan bentik
dapat dikelompokkan menjadi beberapa zona yang memiliki karakteristik biota dan sedimen
yang berbeda-beda:

A. Zona Littoral
Zona littoral merupakan bagian dari perairan laut yang paling dekat dengan pantai. Pada
lingkungan perairan pantai, wilayah zona littoral memanjang dari garis batas pasang tertinggi
hingga area pantai yang tenggelam permanen. Ketinggian air pada zona littoral memberikan
lingkungan perairan littoral memiliki banyak karakteristik yang unik. Kekuatan erosif dari arus
menghasilkan landform yang unik seperti estuaria. Perairan littoral juga memiliki variasi
tumbuhan dan hewan yang tinggi karena letaknya yang berbatasan dengan daratan. Dalam
oseanografi dan biologi laut, zona littoral memanjang hingga ke tepian continental shelf. Dari
letaknya, zona littoral dapat dibagi menjadi 3 sub-zona:
a. Zona Supralittoral
Zona supralittoral atau disebut juga sebagai zona supratidal, adalah area yang berada
diatas batas pasang, secara reguler terkena atau terciprat oleh air laut, namun tidak tenggelam
dalam air. Air laut hanya menggenangi wilayah ini pada saat pasang tinggi pada saat badai.
Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada
28 September pukul 17:47
4
Zone ini dibagi dengan melihat kondisi alamiah pantai tersebut, yang mana diawali oleh
tumbuhnya beberapa vegetasi pantai berlumpur dan badan pasir. Storm-Driven di daerah
supratidal ikut serta di dalam mensuplai sedimen sehingga menciptakan lapisan sedimen
hanya dalam beberapa jam. Lapisan ini yang terbentuk akibat badai akan terjadi pengkayaan
karbon oleh ganggang organik, yang berkembang biak saat terjadi badai. Pada bagian lain dari
daerah supralittoral dominasi ganggang hijau biru berfilamen menjerat dan mengikat sedimen
berbutir halus lewat alga yang ada di daerah subtidal. Pengikatan sedimen oleh alga di daerah
subtidal sehingga terjadi penumpukan sedimen di muara sungai, disamping itupula banyaknya
sedimen diakibatkan oleh banjir. Dominasi pasang surut, mengakibatkan pelumpuran sehingga
pada waktu penggenangan akan terbentuk beting-beting lumpur sedangkan pada saat surut
akan mengalami pengeringan.
Organisme yang hidup di zona supralittoral harus menghadapi kondisi tertentu, seperti
terekspos dengan udara, air tawar dari hujan, hawa panas dan dingin, serta predasi dari
hewan darat dan burung laut. Bagian atas dari supralittoral biasa dihuni oleh dark lichen yang
terlihat sebagai kerak pada batuan. Beberapa Neritidae dan Isopod yang memakan detritus
menghuni supralittoral bagian bawah.
b. Zona Eulittorial / Intertidal
Zona Eulitorrial, biasa disebut sebagai zona intertidal adalah zona littoral yang secara
reguler terkena pasang surut air laut, tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang
terendah. Didalam wilayah intertidal terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang
merupakan habitat yang sangat mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona
intertidal ini mencakup tebing berbatu, pantai pasir, dan tanah basah / wetlands.
Organisme yang terdapat pada zona intertidal ini telah beradaptasi terhadap lingkungan
yang ekstrem. Pasokan air secara reguler tercukupi dari pasang-surut air laut, namun air yang
didapat bervariasi dari air salin dari laut, air tawar dari hujan, hingga garam kering yang
tertinggal dari inundasi pasang surut, membuat biota yang berada di zona ini harus
beradaptasi dengan kondisi salinitas yang variatif. Suhu di zona intertidal bervariasi, dari suhu
yang panas menyengat saat wilayah terekspos sinar matahari langsung, hingga suhu yang
amat rendah saat iklim dingin. Zona intertidal memiliki kekayaan nutrien yang tinggi dari laut
yang dibawa oleh ombak.
Lingkungan ekologis yang terlihat di zona intertidal adalah lingkungan ekosistem mangrove
yang didominasi oleh vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove memiliki tingkat adaptasi yang
sangat tinggi terhadap keadaan yang ekstrim di wilayah intertidal. Biota yang berada di zona
intertidal memiliki mekanisme adaptasi khusus yang memungkinkan mereka untuk hidup.
Contohnya siput Littorina yang akan terus berada dalam cangkangnya yang tertutup rapat
apabila air surut, melindunginya dari panas ekstrim dan mencegah penguapan berlebih.
Adaptasi morfologis pada beberapa spesies dapat dilihat dari beberapa jenis mollusca seperti
teritip limpet dan polyplacophora memiliki cangkang hidrodinamik. Adaptasi lainnya adalah

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
5
penempelan terhadap substrat untuk melawan kekuatan ombak dan arus agar biota tidak ikut
terseret, contohnya bentuk suction tube pada bintang laut agar ia bisa menempel kuat pada
substrat, isopoda yang memiliki organ mirip kait yang memungkinkannya untuk bisa
bergantung pada rumput laut seperti laminariles/kelp, dan beberapa kerang-kerangan
(mussel) yang menempel pada substratnya dengan byssusnya (filamen yang berfungsi
merekatkan bivalvia pada substrat).
Pada bagian bawah wilayah intertidal terdapat subzona yang hampir permanen terendam
oleh air dan kondisi lingkungannya tidak seekstrim subzona diatasnya, yang biasa disebut
sebagai Lower Littoral. Pada subzona lower littoral, terjangan ombak tidak besar dan juga tidak
terjadi perubahan suhu yang sangat ekstrem karena jarang sekali zona ini terekspos langsung
oleh sinar matahari. Pada subzona ini dapat ditemukan berbagai jenis biota, seperti abalon,
anemon, rumput laut coklat, teritip, chiton, kepiting, alga hijau, hidroid, isopoda, mussel,
sculpin, timun laut, lettuce laut, palem laut, bintang laut, bulu babi, udang, siput laut, spon,
cacing tuba, dan sebagainya. Biota pada wilayah ini dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik, selain karena keadaan lingkungannya yang cukup stabil, juga karena wilayah ini terjaga
dari predator seperti ikan karena ketinggian airnya yang cukup dangkal, dan vegetasi perairan
dapat melakukan fotosintesis dengan efektif karena mendapat banyak sinar matahari.
c. Zona Sublittoral
Zona sublittoral merupakan bagian terdalam dari zona littoral, dimana dalam zona ini dasar
perairan tergenang air secara permanen, dan biasanya memanjang hingga ujung continental
shelf, pada kedalaman 200 meter.
Pada biologi laut, sublittorial merujuk kepada area dimana sinar matahari tembus hingga ke
dasar lautan, dimana perairan tidak terlalu dalam dan masih merupakan zona fotik. Area
bentik pada zona sublittoral lebih stabil daripada zona intertidal dengan temperatur, tekanan
air, dan jumlah pencahayaan matahari relatif konstan. Hewan karang / koral lebih banyak
hidup pada zona sublittorial dibanding pada zona intertidal.
Ada beberapa subzonasi pada zona sublittorial, yaitu zona infralittoral dimana alga
mendominasi kehidupan dibawah batas kedalaman zonasi dan zona sirkalittoral dibawah
infralittoral, didominasi oleh hewan-hewan sessile seperti tiram-tiraman. Bagian yang lebih
dangkal dari zona sublittoral yang tidak jauh dari pantai terkadang diistilahkan sebagai zona
subtidal.
B. Zona Bathyal
Zona bathyal merupakan zona perairan remang-remang, biasanya dengan kedalaman
antara 200 – 1000 meter. Keadaan bentik zona bathyal umumnya merupakan lereng-lereng
curam yang merupakan dinding laut dalam dan sebagai bagian pinggiran kontinen. Zona
bathyal juga diistilahkan sebagai Continental Slope. Pada Continental slope sering ditemui
canyon/ ngarai / submarine canyon, yang umumnya merupakan kelanjutan dari muara sungai
– sungai besar di pesisir.

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
6
Tipe sedimen utama sedimen pada zona bathyal merupakan lempung biru, lempung gelap
dengan butiran halus dan memiliki kandungan karbonat kurang dari 30%. Sedimen-
sedimennya memiliki jenis sedimen terrestrial, pelagis, atau autigenik (terbentuk ditempat).
Sedimen Terrestrial (terbentuk dari daratan) lebih banyak merupakan lempung dan lanau,
berwarna biru disebabkan karena akumulasi sisa-sisa bahan organik dan senyawa ferro besi
sulfida yang diproduksi oleh bakteri, Sedimen terrestrial juga merupakan tipe sedimen yang
paling mendominasi. Sedimen terrigenous terbawa hingga ke zona bathyal melalui arus
sporadik turbiditi yang berasal dari wilayah yang lebih dangkal. Saat material terrigenous
langka, cangkang mikroskopis dari fitoplankton dan zooplankton akan terakumulasi di dasar
membentuk sedimen authigenik.
Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spon, brachiopod, bintang
laut, echinoid, dan populasi pemakan sedimen lainnya yang terdapat pada bagian sedimen
terrigenous. Biasanya biota yang hidup di zona ini memiliki metabolisme yang lamban karena
kebutuhan konservasi energi pada lingkungan yang minim nutrisi.
Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal memanjang hingga ke zona bentik pada
dasar laut yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di kedalaman 1000
hingga 4000 meter.
C. Zona Abyssal
Zona abisal meluas dari pinggir paparan benua hingga ke bagian dasar laut terdalam dari
samudera. Kebanyakan lingkungan abisal ini menyerupai bahan lumpur. Dasar samudera
biasanya terdiri dari endapan kapur, terutama kerangka foraminifera, endapan silica, terutama
kerangka diatom dan lempung merah dasar laut yang lebih dalam dengan tekanan yang tinggi
sehingga membuat zat-zat lain mudah sekali larut. Zona abisal ini 82 % berkedalaman dari
2000 m sampai 6000 m dengan suhu yang relative stabi antara 40C hingga 1,20C.
D. Zona Hadal
Zona hadal merupakan zona laut terdalam, lebih dari kedalaman 6000 m. Zona ini termasuk
kedalam zona afotik( aphotic zone ) karena merupakan daerah laut dalam yang tidak terdapat
cahaya karena cahaya matahari tidak dapat menembus pada daerah tersebut.Substrat yang
ada biasanya berupa kalsium karbonat dan sisa-sisa zat renik atau organisme yang telah mati
tenggelam sampai ke dasar. Salinitas air dalam zona ini (salinitas = 34-35 ppt) tetap mirip
dengan salinitas khas abyssal dan tidak terpengaruh oleh tekanan.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi bagaimana tedapat hal tersebut karena adanya
hewan-hewan mati yang berada pada daerah atasnya mati dan mengendap di dasar
dari daerah hadal tersebut sehingga banyak ditemukan zat-zat kapur atau mineral-mineral
yang dikandung organisme yang mati tersebut dapat terendapkan.
Ditinjau dari tekanan di daerah tersebut,pressure bagi organisme yang terdapat pada
daerah tersebut sangatlah tinggi sehingga membutuhkan bentuk morfologi,anatomi yang
harus mendukung daya adaptasi yang akan dipergunakannya dalam bertahan hidup.Biasanya

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
7
organisme yang hidup pada daerah tersebut mempunyai cara yang unik untuk
beradaptasi,seperti mempunyai bentuk yang aneh,mempunyai simbiosis dengan organisme
lain semisal bakteri.
Karakteristik lain dari zona hadal adalah mempunyai sumber panas bumi alami bernama
corong hidrotermal (hidrotermal vents).Hal ini pulalah yang membuat mengapa terdapat
organisme tertentu dapat hidup dalam lingkungan ekstrim,dapat dikatakan begitu karena
dengan kondisi minim oksigen,tekanan yang tinggi dan cahaya yang hampir tidak ada. Ada
penurunan umum dalam kelimpahan dan biomassa organisme dengan meningkatnya
kedalaman. Meskipun demikian, sampling dalam zona Hadal telah mengungkapkan beragam
organisme metazoan terutama fauna bentik, seperti ikan, holothurians, polychaetes, kerang,
isopoda, actinians, amphipods dan gastropoda. Kekayaan zona ini, diperkirakan berasal dari
dataran abyssal, juga dan menurun denganmeningkatnya kedalaman, meskipun peran relatif
peningkatan tekanan versus berkorelasi lingkungan lainnya tetap belum terpecahkan. Mereka
kebanyakan mendapat makanan dari bantuan bakteri Chemosynthetic yang menguraikan
jasad-jasad dari biota yang mati pada lapisan diatasnya.

Diposkan oleh Muadz Izharudin di 18.52


Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada
28 September pukul 17:47

Sumber : http://muadzizharudin.blogspot.co.id/2011/11/klasifikasi-lingkungan-laut.html diunduh pada


28 September pukul 17:47
8

Anda mungkin juga menyukai