Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Penelitian Saintek, Vol.

16, Nomor 2, Oktober 2011

BIOPLASTIK NATA DE CASSAVA SEBAGAI BAHAN EDIBLE FILM


RAMAH LINGKUNGAN

Heru Pratomo dan Eli Rohaeti


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281

Abstrak
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mensintesis plastik ramah lingkungan dengan
memanfaatkan limbah. Limbah berasal dari air bekas parutan singkong dibuat nata
menggunakan bakteri acetobacter xylinum. Karakterisasi bioplastik meliputi penentuan
gugus fungsi menggunakan Infra Red (IR), sifat termal menggunakan Differential
Thermal Analysis, kristalinitas menggunakan X-Ray Diffractometry, sifat mekanik berupa
kuat putus dan perpanjangan, pengamatan permukaan menggunakan Scanning Electron
Microscopy, serta uji biodegradasi menggunakan lumpur aktif. Komponen utama
penyusun nata de cassava adalah polimer selulosa. Hal ini ditunjukkan oleh gugus fungsi
karakteristik yaitu gugus-OH bebas, C-H alifatik, C-O, struktur cincin piran, dan ikatan
ȕ-1,4-glikosidik. Keberadaan selulosa yang menyusun film bioplastik nata diperkuat oleh
difraktogram XRD film nata yang menunjukkan adanya fase kristalin 1D dan 1E pada 15°
dan 22,5°. Keberadaan pelikel selulosa diperkuat juga oleh foto SEM. Nata de cassava
merupakan film yang stabil secara termal ditunjukkan oleh pengurangan massa sebesar
20%. pada temperatur 400°C. Proses biodegradasi menyebabkan pemutusan ikatan ȕ-1,4-
glikosidik sehingga molekul selulosa terurai kembali menjadi molekul-molekul glukosa.
Kata kunci: biodegradasi, bioplastik, nata de cassava, selulosa

Abstract
This research aimed to synthesize friendly plastic by using waste. Waste from cassava is
made nata with using acetobacter xylinum. Characterizations of bioplastics were
functional groups using IR, thermal properties using Differential Thermal Analysis,
crystallinity using X-Ray Diffractometry, mechanical properties i.e. strength at break and
strain at break, surface observing by using Scanning Electron Microscopy and
biodegradation test using activated sludge. The primary component of nata de cassava
was cellulose polymer. That is showed by functional groups i.e. –OH free, C-H allifatic,
C-O, structure of piran ring, and ȕ-1,4-glikosidik link. That cellulose is supported by
XRD diffractogram for film, film of nata de cassava had crystalline phase 1D and 1E at
15° dan 22,5°. The pellicle of cellulose is also supported SEM photo. Nata de cassava
was stable film thermally, is showed by 20% of mass loss at 400°C. The biodegradation
caused breaking of ȕ-1,4-glikosidik link until cellulose molecule dissociated to glucose
molecules.
Key words: biodegradation, bioplastic, nata de cassava, cellulose

PENDAHULUAN pembungkus minyak goreng dan langsung


Telah banyak berita di media televisi digunakan bersama minyak goreng untuk
dan surat kabar tentang penggunaan kantong menggoreng bahan makanan. Bahan
plastik berbasis minyak bumi sebagai makanan yang digoreng dengan minyak
74
172
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

goreng dan pembungkus plastiknya meng- yang diakibatkan oleh limbah plastik (Ang-
hasilkan bahan makanan lebih renyah dan gara, 2001 dan Averous, 2002), di antaranya
elastis. Padahal pembungkus plastik tersebut adalah penanggulangan limbah plastik
bukan edible film melainkan terbuat dari dengan cara reduce, reuse, recycle, burn dan
minyak bumi sehingga dengan pemanasan biodegradation (Budi Santoso, 2006; Eli
akan menghasilkan zat yang membahayakan Rohaeti dkk, 2003; Eli Rohaeti dkk, 2004).
kesehatan. Dengan demikian sudah saatnya Reduce merupakan cara penanganan limbah
mulai memikirkan penggunaan plastik pem- dengan cara membatasi penggunaan plastik
bungkus makanan yang edible dan ramah untuk mengurangi jumlah limbah yang dapat
lingkungan serta aman bagi kesehatan. ditimbulkan. Reuse merupakan penanganan
Selain itu, penggunaan plastik setiap limbah plastik dengan cara pemakaian ulang
tahunnya juga mengalami peningkatan limbah plastik tanpa merubah bentuk mau-
terutama digunakan sebagai pembungkus pun fungsinya. Recycle merupakan pendaur-
makanan maupun non makanan, misalnya ulangan limbah plastik menjadi barang baru.
dalam bidang pertanian. Dalam bidang Burn merupakan cara penanggulangan
pertanian, plastik digunakan sebagai media limbah plastik dengan cara pembakaran dan
tanam, media pembibitan dan tempat pe- biodegradation yang menggunakan mikroba
nyemaian serta sebagai kantong penampung secara biologis atau alami. Metode atau cara
hasil panen. Peningkatan penggunaan plastik penanggulangan limbah plastik yang paling
karena plastik lebih praktis dan ekonomis. Di aman dan bersahabat terhadap lingkungan
samping manfaat yang bisa didapatkan, adalah metode biodegradation atau bio-
penggunaan plastik ternyata memiliki efek degradasi. Metode biodegradasi sifatnya
negatif. Masalah yang dapat ditimbulkan alami dan tidak menimbulkan zat baru yang
akibat peningkatan penggunaan plastik dapat membahayakan lingkungan (Schnabel,
adalah semakin meningkatnya jumlah limbah 1981).
plastik yang dihasilkan. Limbah plastik Jika dilihat dari sudut pandang
merupakan salah satu limbah yang sukar kebutuhan manusia akan plastik yang sukar
terurai secara alamiah, terutama plastik yang untuk dikurangi apalagi dihindari, maka
terbuat dari bahan minyak bumi, akibatnya, diperlukan suatu terobosan baru atau alter-
kelestarian lingkungan menjadi terancam. natif untuk mengatasi masalah kelestarian
Berbagai macam cara telah dilakukan lingkungan tanpa merugikan manusia. Salah
untuk menangani pencemaran lingkungan satu alternatif yang dapat dipertimbangkan
75
173
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

adalah dengan menciptakan produk terdapat limbah cair hasil pencucian dan
bioplastik yang lebih mudah terbiodegradasi penyaringan singkong. Limbah tersebut juga
sehingga aman bagi lingkungan (Jan van hanya dibuang sia-sia di sekitar sungai
Beilen, 2006; Eli Rohaeti dan Senam, 2008). terdekat.
Untuk mewujudkan hal itu maka langkah Kandungan serat, glukosa dan
pertama yang perlu dilakukan adalah karbohidrat yang cukup tinggi dalam limbah
mengkaji bahan baku pembuatan plastik dari organik yang digunakan dalam penelitian ini
bahan alam yang mudah terbiodegradasi (singkong) dapat dimanfaatkan sebagai
melalui suatu penelitian. bioplastik yang ramah lingkungan. Dalam
Penelitian ini mengkaji masalah limbah organik tersebut masih banyak
biodegradasi bioplastik dari nata yang mengandung zat-zat yang terbuang sia-sia.
merupakan terobosan baru plastik ramah Kandungan glukosa, karbohidrat dan serat
lingkungan karena kemampuannya terbiode- (khususnya selulosa) merupakan komponen
gradasi dan mudah disintesis. Bahan baku utama pembuatan nata, yang nantinya dapat
pembuatan nata dari limbah organik yang digunakan untuk membuat film bioplastik.
berasal dari air perasan parutan singkong Bioplastik yang dihasilkan merupakan bio-
sangat melimpah dan mudah didapatkan. plastik yang tahan lama namun mudah terurai
Sebagai contoh, singkong yang diolah men- oleh bakteri pengurai. Untuk mempelajari
jadi bermacam-macam produk khususnya sifat bioplastik tersebut dilakukan beberapa
produk makanan dan tepung tapioka, karakterisasi seperti analisis gugus fungsi,
dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau kristalinitas, sifat mekanik (yang meliputi
sekitar 75% dari bahan mentahnya. Limbah kuat putus, perpanjangan, dan elastisitas),
bekas pengolahan itu disebut sebagai sifat termal, dan pengurangan massa serta
onggok. Onggok merupakan ampas singkong laju pengurangan bioplastik yang dibiode-
yang biasa digunakan sebagai makanan gradasi (Schnabel, 1981; Eli Rohaeti dan
ternak, namun saat ini onggok bekas Senam, 2008)
pengolahan tepung tapioka hanya dibuang Tujuan khusus penelitian ini adalah
sia-sia. Bahan buangan ini dapat mencemari untuk mempelajari sifat fisika dan kimia film
lingkungan, apalagi jika musim hujan, karena bioplastik yang berasal dari limbah rumah
onggok memiliki bau yang tidak sedap. tangga, yaitu nata de cassava berasal dari air
Selain limbah padat (onggok) ternyata juga perasan parutan singkong serta mempelajari

76
174
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

pengaruh waktu biodegradasi terhadap film berbasis limbah organik yang berasal
pengurangan dan laju pengurangan film dari rumah tangga. Penelitian sintesis
bioplastik yang dihasilkan. bioplastik sebagai bahan edible film dengan
Berdasarkan studi literatur, edible menggunakan bahan baku yang berasal dari
film adalah salah satu jenis kemasan yang limbah rumah tangga masih jarang
ramah lingkungan bahkan bisa langsung ikut dilakukan, padahal bahan baku tersebut
dikonsumsi bersama pangan yang dikemas- tersedia dalam jumlah yang melimpah di
nya karena terbuat dari bagian bahan pangan Indonesia.
alami tertentu. Edible film berperan sebagai
METODE PENELITIAN
lapisan yang dapat didegradasi oleh bakteri
dan terbuat dari sumber daya yang dapat Alat-alat yang digunakan pada pe-
diperbaharui. Selain itu edible film mem- nelitian ini antara lain FTIR 8300 Shimadzu,
berikan perlindungan yang unik dengan SEM merk Jeol T330A, alat uji tarik
mengurangi transmisi uap air, aroma, dan Universal Testing Machine, alat XRD, alat
lemak dari bahan pangan yang dikemas, hal DTA-TGA, kompor gas, tabung gas, panci,
tersebut merupakan karakteristik yang tidak saringan, loyang, stoples, sendok, pisau,
didapatkan pada kemasan konvensional. gelas Ukur 500 mL, pengaduk, pipet, ember,
Keunggulan bioplastik yang berasal dari rak, papan jemur, glossy plate, oven, laminar
limbah organik yaitu: ramah lingkungan, flow, autoclave, cawan petri, gelas kimia,
dapat langsung dikonsumsi bersama bahan Erlenmeyer, kawat oase, pembakar spirtus.
makanan yang dikemasnya, dan bahan baku Bahan-bahan yang digunakan antara lain air
cukup melimpah. Keunggulan tersebut yang perasan parutan singkong, starter, cuka, urea,
mendasari pemilihan proses sintesis bio- gula pasir, asam sulfat pekat, besi sulfat,
plastik untuk bahan edible film sebagai objek etanol, natrium hidrosulfat, ammonium
penelitian. sulfat, natrium dihidrosulfat, magnesium
Urgensi (keutamaan) dari penelitian sulfat, tripton, bacto agar, ekstrak ragi,
pembuatan bioplastik ini adalah dapat aquadest, dan natrium klorida.
memberikan kontribusi terhadap pembaharu- Sebelum membuat bioplastik, bahan–
an dan pengembangan ipteks, yaitu antara bahan organik diubah terlebih dahulu
lain dapat memberikan informasi tentang menjadi nata. Mula–mula limbah organik
cara pembuatan bioplastik ramah lingkungan, yang digunakan dalam percobaan, yaitu : air
khususnya bentuk film sebagai bahan edible perasan parutan singkong dibersihkan dari
77
175
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

kotoran. Limbah organik tersebut selanjutnya Medium malka padat dibuat dengan
direbus sampai mendidih. Pada saat cara menambahkan bacto agar 6 g dan
perebusan, dilakukan penambahan gula pasir (NH 4 ) 2 SO 4 sebanyak 0,4 g ke dalam 400 mL
sebanyak 2,5% dan urea 0,5% dari banyak- akuades dalam labu erlenmeyer kemudian
nya larutan. Setelah mendidih, dilakukan ditutup dengan kapas bebas lemak dan
penyaringan untuk mendapatkan sari dari aluminium foil, dilelehkan dan disterilkan
bahan hasil perebusan. Larutan yang sudah dalam autoklaf pada temperatur 120°C,
disaring didinginkan. Setelah dingin, dilaku- tekanan 15 psi selama 15 menit, kemudian
kan penambahan starter Acetobacter xylinum didinginkan sampai temperatur 60°C. Setelah
(1 botol untuk 5 bak fermentasi ) dan asam itu ditambahkan 8 mL larutan A (1 liter
asetat 0,75% dari larutan guna mempertahan- larutan yang mengandung 73,4 g Na 2 HPO 4
kan pH antara 3,0-4,0 (Pangchayont dan 32,4 g NaH 2 PO 4 pada pH 7,2), 8 mL
Sirikhajornnam dan panu Danwanichakul, larutan B (20,5 g MgSO 4 .6H 2 O dilarutkan
2006). Pada proses pembuatan nata pH dalam air destilasi dan volume akhit dibuat 1
dijaga pada rentang tersebut. Larutan hasil L), dan 4 mL larutan C (1,83 g FeSO 4 .7H 2 O
penyaringan difermentasikan dengan cara dilarutkan dalam air destilasi steril kemudian
disimpan selama 2 hari. Setelah dua hari, 1 tetes H 2 SO 4 pekat ditambahkan ke
nata siap dipanen. (Linda Tokarz, 2007) dalamnya dan volume dibuat 1 L) ke dalam
Tahap pembuatan bioplastik dilaku- larutan bacto agar dalam ruang laminar flow,
kan dengan mengeringkan nata hingga kemudian dikocok sampai homogen. Setelah
diperoleh lembaran. Pengeringan dilakukan itu dipindahkan ke dalam beberapa cawan
dengan cara diangin-anginkan dan tidak petri masing-masing 25 mL per cawan.
terkena cahaya matahari langsung (Anggara, Setelah memadat disimpan dalam temperatur
2001 dan Averous, 2002). kamar. (Eli Rohaeti dan Senam, 2008)
Lembaran film dipotong-potong dan Proses yang dilakukan dalam bio-
dicelupkan ke dalam etanol 70% pada ruang degradasi bioplastik adalah pertama-tama
laminar flow. Lembaran kemudian dikering- menyiapkan lumpur aktif yang telah
kan dan disimpan di dalam cawan petri steril didiamkan beberapa jam hingga terpisah
dan disimpan dalam oven pada temperatur bagian padatannya di bawah, dan bagian
70°C sampai benar-benar kering. Lembaran cairannya di atas. Kemudian mengambil
film yang telah kering siap untuk bagian cairan dari lumpur aktif yang telah
dibiodegradasi (Eli Rohaeti dkk, 2004). terpisah dengan padatannya. Di dalam
78
176
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

laminar flow dilakukan penuangan cairan perangkat bidang yang ada dalam kristal
kultur lumpur aktif ke dalam gelas kimia memantulkan berkas sinar-X. Selanjutnya
steril. Film nata yang telah disterilkan ter- berkas sinar tersebut diterima oleh detektor,
lebih dahulu kemudian dicelupkan ke dalam sehingga diperoleh difraktogram. Difrak-
kultur campuran dan diletakkan dalam cawan togram sampel polimer yang dihasilkan
petri yang berisi medium malka padat serta mengandung daerah kristalin dan amorf yang
dibiarkan dalam ruang 37°C selama 5 hari, bercampur secara acak. Difraktogram sinar-
10 hari, 15 hari, dan 20 hari. Adapun X polimer kristalin memiliki puncak yang
penggantian medium dilakukan setiap 5 hari tajam, sedangkan polimer amorf memiliki
sekali. Proses biodegradasi dihentikan puncak yang melebar.
dengan mencelupkan film nata ke dalam Sifat termal dengan alat DTA-TGA
etanol 70%. Kemudian dicuci beberapa kali dilakukan di laboratorium polimer Akedemi
dengan menggunakan akuades dan film nata Teknologi Kulit Yogyakarta. Sifat Termal
siap untuk dikarakterisasi (Eli Rohaeti dkk, dikarakterisasi dengan Teknik Differential
2003). Thermal Analysis dan Thermogravimetric
Metode yang digunakan dalam Analysis dengan cara sebagai berikut setiap
preparasi sampel adalah dengan pembuatan sampel film nata dimasukkan ke dalam krus
pellet KBr. Sampel nata digerus dengan tempat sampel dan diletakkan di dalam alat
menggunakan mortar. Campuran yang sudah DTA-TGA. Kondisi alat diukur dan
homogen ditekan dan diperoleh pellet KBr. dioperasikan pada suhu 30°C-400°C dengan
Selanjutnya menganalisis sampel dengan kecepatan pemanasan 10°C/menit.
menggunakan FTIR pada daerah 400-4000 Sifat mekanik berupa uji tarik
cm-1 sehingga diperoleh spektrum FTIR. dilakukan di laboratorium uji polimer Pusat
Teknik FTIR ini digunakan untuk melihat Penelitian Fisika LIPI Bandung. Sifat me-
puncak serapan dari gugus fungsi yang ada kanik dikarakterisasi dengan menggunakan
dalam produk bioplastik. Alat Uji Tarik Universal Testing Machine
Penentuan kristalinitas bioplastik dengan kecepatan tarik 5 mm/menit, skala
dilakukan dengan alat XRD, yaitu dengan load cell 4% dari 100 kgf. Metode pengujian
cara meletakan sampel bioplastik dalam merupakan metode standar SI 527-2, pada
suatu tempat sehingga dapat berotasi pada kondisi suhu 230C dan kelembaban 50%, >
salah satu sumbu. Kemudian menyinari 40 jam. Sampel yang sudah berbentuk
sampel tersebut dengan sinar-X, sehingga dumbbell dijepitkan pada alat uji tarik
79
177
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

serrated mini modified dengan kapasitas 100 Perpanjangan saat putus (elongation at
kgf. break) dihitung menggunakan persamaan (2).
Morfologi permukaan film nata Modulus Young dihitung menggunakan
diamati dengan menggunakan alat SEM persamaan (3).
(Scanning Electron Microscope) merk JEOL F
V (1)
T330A di laboratorium Uji Polimer Pusat A

penelitian Fisika LIPI Bandung. Metode ı = kuat putus bahan


F = beban pada saat putus
ujinya berupa Secondary Electron Image A = luas penampang
(SEI) dan preparasi sampel dilakukan dengan
(2)
teknik coating permukaan sampel dengan
Emas (Au). Kondisi operasi yaitu tegangan İ= perpanjangan saat putus (%)
15 kV, arus 0,5 mA, dan perbesaran 2000x. Lt= panjang pada saat putus
Lo = panjang mula-mula
Langkah yang dilakukan untuk
V
mengukur persentase pengurangan massa E (3)
H
yaitu dengan menimbang polimer sebelum
E = modulus Young
dan setelah dilakukan biodegradasi. Persen ı = kuat putus bahan
İ = perpanjangan saat putus
pengurangan massa sesungguhnya dapat
dihitung dengan memasukkan faktor koreksi Penentuan tingkat biodegradabilitas
massa yang diperoleh dari kontol negatif ke bioplastik dengan cara uji pengurangan.
dalam massa sampel awal sebelum proses sampel polimer sesungguhnya sebelum
biodegradasi. mengalami proses biodegradasi dihitung

Untuk menentukan biodegradabilitas dengan rumus :

(laju pengurangan massa) bioplastik dilaku- W i = W is – (W is .C )

kan dengan menimbang bioplastik sebelum Keterangan :


dan sesudah dilakukan inkubasi. Kemudian W i = massa sampel sesungguhnya sebelum
dibiodegradasi.
selisih keduanya dibagi dengan waktu
W is = massa sampel awal tanpa faktor
inkubasi. koreksi.
C = faktor koreksi, diperoleh dari kontrol
Penentuan sifat mekanik film nata negatif yang dihitung dengan rumus
berupa kuat putus, perpanjangan saat putus, sebagai berikut:
dan modulus Young. Kuat putus (strength at
break) dihitung menggunakan persamaan (1).

80
178
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

W ic = massa sampel sebelum diinkubasi Nata yang dihasilkan sebagai bahan


(dalam kontrol negatif)
dasar bioplastik bertekstur kenyal, licin, dan
W fc = massa sampel sesudah diinkubasi
(dalam kontrol negatif) transparan. Ketebalan nata yang baik
digunakan sebagai bahan dasar bioplastik
Persen pengurangan sesungguhnya
adalah nata dengan umur pemeraman 2-3
ditentukan dengan rumus berikut:
hari, selebihnya nata yang terbentuk akan
Wi  Wf
% pengurangan massa = x 100% terlalu tebal dan sulit dikeringkan untuk
Wi
dijadikan bioplastik. Berdasarkan hasil
W i = massa sampel sesungguhya sebelum
diinkubasi. penelitian, tidak seperti nata de coco, nata
W f = massa sampel sesudah ibiodegradasi.
yang dihasilkan dari air perasan parutan
singkong berwarna putih kekuningan. Nata
Penentuan laju pengurangan massa
yang dihasilkan pada umumnya juga tidak
dapat dihitung dengan menggunakan
sebaik nata yang dibuat dari nata de coco.
persamaan :
Walaupun bertekstur kenyal dan licin, namun
W  Wf
v= i
't kondisi pelikel selulosa yang dihasilkan tidak
v = laju penguranngan massa. merata sehingga terdapat bagian yang tipis
¨t = waktu yang dibutuhkan untuk dan bagian lainnya tebal. Oleh sebab itu,
biodegradasi.
diperlukan komposisi yang tepat pada proses
HASIL DAN PEMBAHASAN pembuatan nata. Proses pembuatan nata,
selain nata de coco, memerlukan komposisi
Karakter Nata yang Dihasilkan dari
Limbah Air Perasan Parutan Singkong yang berbeda untuk setiap jenis nata.

Pada Tabel 1 ditunjukkan sifat fisik Nata yang dapat digunakan sebagai

nata de cassava yang dihasilkan dari air bahan dasar bioplastik adalah nata yang

perasan parutan singkong setelah mengalami memiliki ketebalan yang merata di semua

pemeraman atau fermentasi selama 2-3 hari. bagiannya serta tidak bergelambir. Untuk itu

Tabel 1. Sifat Fisik Nata de Cassava dari Limbah Rumah Tangga


No Sifat fisik Nata de cassava
1 Bentuk Lembaran kenyal berlapis-lapis
2 Warna Putih kekuningan
3 Transparan / tidak Transparan
4 Tekstur Kenyal dan licin

81
179
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat 2) Tempat pemeraman


mempengaruhi kualitas nata sebagai bahan Tempat pemeraman berkaitan dengan
dasar bioplastik antara lain: adanya gangguan atau goncangan pada saat
1) Keasaman larutan atau pH proses pemeraman. Adanya goncangan
Pembuatan nata memanfaatkan aktivi- tersebut dapat menyebabkan nata yang
tas bakteri Acetobecter Xylinum sehingga terbentuk menjadi berlapis-lapis dan ber-
diperlukan kondisi yang nyaman untuk gelambir sehingga pada saat dibuat menjadi
bakteri tersebut berkembang. Acetobacter bioplastik akan mengelupas dan rapuh.
Xylinum dapat berkembang biak dengan baik 3) Bahan tambahan
pada pH 3-4. Oleh karena itu dalam proses Nata terbentuk akibat aktivitas bakteri
pemeraman sedapat mungkin pH larutan Acetobacter xylinum, bakteri tersebut meng-
dibuat 3-4 dengan menambahkan asam asetat gunakan unsur-unsur hara seperti N, H, O,
glasial. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan C untuk menyusun lapisan nata. Dengan
bakteri adalah sekitar 35°C (Purnomo, 2009). demikian dalam proses pembuatan nata harus

Pada suhu ini bakteri dapat berkembang biak diperhatikan apakah bahan dasar sudah

dengan baik. Untuk itu pada proses mengandung unsur hara tersebut dalam

pemeraman, wadah harus ditempatkan dalam jumlah yang cukup.

ruangan yang suhu dan kelembabannya Karakter Film Bioplastik Nata dari
terjaga. Perubahan suhu secara ekstrim akibat Limbah Rumah Tangga
perubahan cuaca (pancaroba) menyebabkan Film plastik nata dibuat dengan cara
kualitas nata yang dihasilkan kurang baik, diangin-anginkan tanpa terkena sinar
selain itu proses pembentukkan nata menjadi matahari langsung. Proses pengeringan
sedikit lambat (Anggara, 2001 dan Wahyono, membutuhkan waktu kurang lebih 24 jam.
2009). Bioplastik yang dihasilkan dari nata secara

Tabel 2. Sifat Fisik Film Bioplastik Berasal dari Nata de Cassava


No Sifat fisik Nata de cassava
1 Bentuk Lembaran seperti kertas
2 Warna sebelum dicelupkan dalam alkohol Kuning kecoklatan
3 Warna setelah dicelupkan dalam alkohol Bening transparan
4 Transparan / tidak Transparan
5 Tekstur Kasar

82
180
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

Gambar 1. Film Nata de Cassava

fisik berbentuk seperti plastik transparan sangat jernih dan transparan. Film plastik
hanya sajaagaksedikit keruh. Pada Tabel 2 nata yang dihasilkan dari air parutan
ditunjukkan sifat fisik lembaran bioplastik singkong berwarna coklat transparan dan
dari berbagai nata yang dihasilkan dan pada bertekstur sedikit kasar. Bentuk film yang
Gambar 1 ditunjukkan lembaran nata yang dibuat menyerupai lembaran kertas yang
diperoleh. transparan. Film nata tersebut dicelupkan ke
Bioplastik yang dihasilkan berwarna dalam larutan alkohol 70% sehingga warna
sedikit keruh karena pengaruh tumbuhnya film yang semula coklat menjadi tidak
jamur pada permukaan nata, hal ini dapat berwarna.
diatasi dengan mencuci bioplastik tersebut Gambar 2 ditunjukkan spektrum
dengan larutan alkohol 70%. Setelah dicuci FTIR bioplastik dari nata. Selanjutnya tabel
dengan alkohol 70% bioplastik akan menjadi korelasi gugus fungsi dari bioplastik nata

Gambar 2. Spektrum FTIR Film Bioplastik Nata de Cassava


83
181
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Tabel 3. Gugus Fungsi Lembaran Bioplastik Nata Hasil Analisis Spektrum FTIR
No. Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi
1. 3400,01 -OH
2. 2896,14 C-H Alifatik
3. 1636,03 Siklik piran
4. 1110,20 ȕ – 1,4- Gikosidik
5. 617,04 Aromatik

hasil analisis spektrum FTIR ditunjukkan b. Puncak vibrasi di daerah 2896,14 cm-1
oleh Tabel 3. Berdasarkan Terdapat beberapa Vibrasi ini menunjukkan vibrasi
vibrasi stretching yang menunjukkan gugus ikatan CH alifatik. CH alifatik merupakan
fungsi yang terdapat pada film Nata, yaitu: ikatan antara atom CH yang satu dengan
a. Puncak vibrasi melebar diperlihatkan di CH yang lainnya yang tersusun secara
daerah 3400,01 cm-1
melingkar/siklik. Gugus C H tersebut
Vibrasi ini menunjukkan vibrasi
merupakan komponen utama penyusun film
daerah ulur hidrogen dengan ikatan OH). dikarenakan intensitas yang dihasilkan dari
Bentuk puncak yang melebar serta transmi- analisis FTIR cukup rendah yaitu 2,730%.
tansi yang mendekati nilai 0% menunjukkan Berdasarkan hukum Lambert-Beer diketahui
bahwa jumlah gugus fungsi –OH yang terda- bahwa transmitansi berbanding terbalik
pat dalam sampel bioplastik sangat banyak. dengan absorbansi. Jadi semakin kecil

Gambar 3. Difraktogram XRD Film Bioplastik Nata de Cassava


84
182
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

transmitansinya maka jumlah komponen dan gugus OH bebas yang ditunjukkan
dalam sampel semakin banyak. dengan pita melebar, hal tersebut berarti di
c. Puncak vibrasi daerah 1636,03 cm-1 dalam film nata yang dihasilkan tersusun atas
Puncak ini menunjukkan vibrasi rantai polimer selulosa [13, 15].
daerah yang berikatan secara siklik atau Keberadaan selulosa yang menyusun
bentuk cincin aromatik. film bioplastik nata berasal dari limbah
d. Puncak vibrasi melebar di daerah rumah tangga diperkuat oleh difraktogram
1110,20 cm-1
XRD seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.
Puncak vibrasi ini menunjukkan
Berdasarkan difraktogram XRD film nata,
adanya ikatan CO. Dalam selulosa juga ter
menunjukkan adanya fase kristalin 1D dan 1E
dapat ikatan CO yang berikatan secara masing-masing pada 15° dan 22,5°. Fase
glikosidik yang ditunjukkan oleh vibrasi di kristalin selulosa 1D dan 1E masing-masing
daerah 1371,921428,00 cm-1. pada bidang 1001Į, 1101ȕ, dan 0101ȕ te
-1
e. Puncak vibrasi di daerah 617,04 cm rjadi pada sudut 15°, bidang 1101Į dan
Puncak vibrasi pada daerah 617, 04 2001ȕ pada sudut 22.5° (Barud et al. (2007).
-1
cm menunjukkan adanya ikatan CC. Struktur selulosa yang menyusun
Berdasarkan hasil analisis FTIR dapat film nata berbentuk benang-benang fibril
diketahui bahwa bioplastik memiliki gugus seperti ditunjukkan oleh foto SEM nata pada
fungsi karakteristik yang sama dengan Gambar 4.
selulosa, yaitu adanya gugus OH bebas, Selanjutnya hasil uji sifat mekanik
CH alifatik, C=C, cincin aromatik, berupa uji tarik menggunakan alat Universal
struktur piran, ikatan ȕ-1,4-glikosidik, dan Testing Machine model UCT-5T dengan
ikatan CC tunggal. Ikatan ȕ-1,4-glikosidik metode uji ISO 527-2 yang dilakukan pada

Gambar 4. Foto SEM Permukaan Film Nata de Cassava


85
183
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Tabel 4. Hasil Uji Tarik Sampel Film Nata de Cassava


No Sampel nata Nilai
1 Tensile strength (MPa) 73,9
2 Break strength (MPa) 73,9
3 Break strain (%) 1,8
4 Modulus Young (MPa) 4106

suhu 230C dengan kelembaban ruang uji 50% modulus Young sangat tinggi pada penelitian
ditunjukkan oleh Tabel 4. Kecepatan tarik ini. Dengan demikian film bioplastik dari
pada pengujian sifat mekanik adalah 5 nata de cassava menunjukkan kekakuan
mm/menit, load cell 4% dari 100 kgf. Untuk sangat tinggi.
spesimen uji tarik berbentuk dumbble Berdasarkan analisis sifat termal
dipreparasi dengan ISO 527-2-5A, meng- dengan alat Differential Thermal Analysis
gunakan pengukur ketebalan berupa micro- dan Thermogravimetric Analysis (DTA-
meter digital, penjepitnya berupa serrated TGA) selanjutnya dapat diperoleh termogram
mini modified dengan kapasitas 100 kgf. DTA dan TGA untuk film nata de cassava.
Berdasarkan data pada Tabel 4, film Film nata de cassava menunjukkan puncak
nata de cassava menunjukkan kekuatan tarik eksoterm pada 60,92°C. Puncak eksoterm
pada saat putus sebesar 73,9 MPa. Nilai yang muncul merupakan temperatur kristali-
tersebut lebih rendah dibandingkan nata de sasi, terjadi pada saat transisi dari satu fasa
coco tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan kristalin ke fasa kristalin lainnya. Film nata
nata de oryza. Perpanjangan saat putus nata yang dihasilkan mengalami transisi dari fasa
de cassava sangat rendah. Dengan demikian kristalin D ke E. Hal tersebut diperkuat oleh
nata de cassava, keelastisannya sangat difraktogram XRD nata de cassava pada
rendah. Untuk meningkatkan keelastisan bio- Gambar 3 menunjukkan intensitas suatu
plastik dapat dilakukan dengan penambahan daerah kristalin (sekitar 250°) sangat tajam.
bahan pemlastis (Bourtoom, 2006). Namun Transisi gelas dari film nata de cassava
berdasarkan data modulus young nata de sebesar 150°C. Tingginya transisi gelas dari
cassava sangat tinggi. Modulus Young nata yang berasal dari limbah air rebusan
menunjukkan perbandingan tensile strength parutan singkong menunjukkan film nata
terhadap break strain. Bahan yang sangat yang dihasilkan sangat kaku. Hal tersebut
kaku akan menunjukkan nilai modulus didukung oleh hasil uji sifat mekanik film
Young tinggi. Nata de cassava memiliki nata de cassava memiliki modulus Young

86
184
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

Tabel 5. Perubahan Massa Nata de Cassava Hasil Analisis TGA sebagai Fungsi
Temperatur
Temperatur (0C) Massa (%) Kehilangan massa (%)
50 99,17 0,83
100 96,68 3, 32
150 94,35 5,65
200 94,20 5,80
250 91,66 8,34
300 87,47 12,53
350 83,74 16,36
400 80,00 20,00

sangat tinggi. Sifat fisik dan kimia bioplastik Kemudahan Biodegradasi Film Bioplastik
Nata dari Limbah Rumah Tangga
dapat diperbaiki sesuai tujuan penggunaan-
nya dengan cara modifikasi (Weiping Ban et Pada Tabel 6 ditunjukkan keadaan
al., 2005). film nata setelah mengalami biodegradasi
Tabel 5 ditunjukkan massa nata de pada selang waktu tertentu. Pada bio-
cassava pada temperatur yang bervariasi. degradasi selama 5 hari, keadaan film nata
Nata de cassava merupakan film yang stabil yang berlubang dan berwarna hitam. Pada
secara termal. Pada temperatur 400°C, massa biodegradasi selanjutnya lubang menjadi
film nata de cassava sebesar 80% atau bertambah banyak, kemudian film sangat
mengalami pengurangan massa sebesar 20%. lunak dan lama kelamaan film hancur atau
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa terbiodegradasi secara sempurna (Gambar 5).
sampai temperatur 250°C, film nata Gambar 6 ditunjukkan spektrum
mengalami kehilangan massa di bawah 10%. FTIR film nata sesudah mengalami biode-

Tabel 6. Pengamatan Fisik Film Nata de Cassava setelah Dibiodegradasi


Hari ke- Pengamatan
5 Film menjadi agak tebal kembali, warna film menjadi putih,
terdapat beberapa bagian yang berlubang berwarna hitam.
10 Lubang menjadi semakin banyak.
15 Film menjadi sangat lunak dan hancur
20 Film sudah terbiodegradasi sempurna

87
185
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Gambar 5. Film Nata de Cassava sesudah Biodegradasi dalam Lumpur Aktif


selama 15 Hari (Kiri) dan 20 Hari (Kanan)

gradasi selama 15 hari. Film nata yang dengan hasil FTIR film nata sebelum
dihasilkan menunjukkan spektrum FTIR biodegradasi pada Gambar 2 menunjukkan
dengan gugus fungsi sama sebagaimana tabel jenis vibrasi ikatan yang terjadi atau
korelasi hasil analisis spektrum FTIR film keberadaan gugus fungsi dalam film nata
nata sesudah biodegradasi pada Tabel 7. sebelum dengan sesudah biodegradasi adalah
Untuk hasil FTIR setelah proses sama. Dengan demikian proses biodegradasi
biodegradasi pada Gambar 6 dibandingkan tidak menyebabkan perubahan gugus fungsi.

Gambar 6. Spektra FTIR Film Nata de Cassava sesudah Biodegradasi


88
186
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

Tabel 7. Hasil Analisis Gugus Fungsi Nata Sesudah Biodegradasi selama 15 Hari
No Bilangan Gelombang (cm-1) Gugus Fungsi
1 3306,13 OH bebas
2 2896,80 CH alifatik
3 1648,11 C=C- aromatik
4 1203,97 – 1427,86 Struktur piran
5 1035,52 CO
6 617,79 – 668,64 -CC- tunggal

Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses yang mengalami kenaikan transmitansi dari
biodegradasi pemutusan ikatan terjadi pada 3,787% menjadi 44,736%, ikatan E-1,4-
ikatan ȕ-1,4-glikosidik sehingga molekul glikosidik yang mengalami kenaikan
selulosa terurai kembali menjadi molekul- transmitansi dari 1,944% menjadi 23,873%
molekul glukosa secara bertahap, ditunjuk- dan gugus fungsi yang lainnya juga
kan oleh jenis gugus fungsi yang sama antara mengalami kenaikan transmitansi secara
molekul selulosa dengan molekul glukosa. signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
Selanjutnya dapat dilihat misalnya pada film terjadi penurunan jumlah gugus fungsi pada
nata de coco bahwa puncak vibrasi pada bioplastik.
-1
daerah 3400,01 cm mengalami penyempit- Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui
an dan peningkatan transmitansi. Hal ini bahwa jenis gugus fungsi dari film nata
menunjukkan bahwa gugus –OH dalam sesudah mengalami biodegradasi menunjuk-
sampel bioplastik semakin berkurang. kan jenis yang sama dengan gugus fungsi
Hal tersebut sesuai dengan Hukum Lambert- pada film nata sebelum biodegradasi. Dengan
Beer yang menyatakan bahwa transmitansi demikian biodegradasi menyebabkan pe-
berbanding terbalik dengan absorbansi dan mutusan ikatan glikosidik dan menghasilkan
konsentrasi. Hal serupa terjadi pada gugus jenis gugus fungsi yang sama dengan
fungsi karakteristik yang lain seperti C-H molekul glukosa.
alifatik pada daerah 2896,14 cm-1 yang Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpul-
mengalami penyempitan serta kenaikan kan bahwa semakin bertambahnya waktu
transmitansi dari 2,73% menjadi 26,06%, biodegradasi, persen pengurangan massa film
-1
gugus fungsi C=H pada daerah 1636,03 cm nata semakin meningkat pula. Film nata

89
187
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

Tabel 8. Pengurangan Massa Rata-Rata Film Nata


de Cassava selama Biodegradasi
Hari ke Pengurangan massa rata-rata (%)
5 29,033
10 62,220
15 78,902

mengalami biodegradasi sempurna pada hari mengalami penurunan. Laju pengurangan


ke-20, film nata hancur dan tidak dapat massa terbesar diperlihatkan pada 5 hari
diambil karena menyatu dengan medium pertama biodegradasi. Hal ini disebabkan
malka. Dengan demikian terbukti bahwa film oleh masih banyaknya nutrisi atau
bioplastik dari nata ternyata mudah meng- kandungan gugus fungsi yang akan menjadi
alami biodegradasi. Oleh sebab itu, perlu sumber nutrisi yang dibutuhkan mikro-
adanya bahan tambahan agar film nata organisme pengurai pada 5 hari pertama.
menjadi tahan lama namun dapat dibio- Semakin lama biodegradasi, gugus fungsi
degradasi ketika tidak dipergunakan lagi. yang terdapat dalam film nata terbiode-
Nata de cassava menunjukkan gradasi semakin berkurang karena semakin
pengurangan massa sebesar 78,902% ketika banyak gugus fungsi yang sudah mengalami
biodegradasi selama 15 hari. Dengan hidrolisis sebelumnya sehingga nutrisi atau
demikian, nata yang dihasilkan termasuk film senyawa yang dibutuhkan mikroorganisme
nata yang mudah dibiodegradasi. Hal menjadi berkurang. Nata de cassava menun-
tersebut dapat disebabkan oleh adanya gugus jukkan laju pengurangan massa cukup tinggi
fungsi yang dapat dihidrolisis oleh enzim untuk setiap variasi waktu biodegradasi.
berada pada daerah yang mudah diakses.
KESIMPULAN
Tabel 9 menunjukkan laju pengurang-
an massa film nata pada proses biodegradasi. Karakteristik film nata de cassava
Semakin bertambahnya waktu biodegradasi, yang dihasilkan ditinjau dari gugus fungsi
laju pengurangan massa film nata de cassava menunjukkan bahwa komponen utama

Tabel 9. Laju Pengurangan Massa Film Nata selama Biodegradasi


Hari ke Laju pengurangan massa rata –rata (mg/hari)
5 1,867
10 1,300
15 1,177

90
188
Bioplastik Nata (Heru Pratomo dkk)

penyusun nata adalah polimer selulosa. Hal com. Diunduh pada tanggal 1 Januari
2010.
ini ditunjukkan dengan gugus fungsi
karakteristik yaitu gugus-OH bebas, C-H Averous, Luc. (2002). “Biodegradable multi-
phase systems based on plasticized
alifatik, C-O, struktur cincin piran, struktur
starch: a review“. Journal of Macro-
aromatik, ikatan C-C dan ikatan ȕ-1,4- molecular Science, United Kingdom.
glikosidik. Gugus fungsi tersebut merupakan
Barud, H.S., C. A. Ribeiro, Marisa S. Crespi,
gugus fungsi karakteristik untuk selulosa. M. A. U. Martines, J. Dexpert-Ghy, R.
Keberadaan selulosa yang menyusun film F. C. Marques, Y. Messadde1 and S.J.L.
Ribeiro. (2007). “Thermal Characteriza-
bioplastik nata berasal dari limbah rumah tion of Bacterial Cellulose-Phosphate
tangga yaitu air rebusan parutan singkong Composite Membrane”. Journal of
Thermal Analysis and Calorimetry, Vol
yang diperkuat oleh difraktogram XRD film 87 (3), 815-818.
nata yang menunjukkan adanya fase kristalin
Bourtoom. (2006). “Effect of plasticizer type
1D dan 1E pada 15° dan 22,5°. Keberadaan and concentration on the properties of
pelikel selulosa diperkuat juga oleh foto edible film from water-soluble fish
proteins in surimi wash-water”. Food
SEM film nata. Film nata de cassava bersifat Science and Technology International,
kaku ditunjukkan oleh tensile strength dan Vol. 12, No. 2, 119-126.
modulus Young sangat tinggi, tetapi break Budi Santoso. (2006). “Karakterisasi kom-
strain sangat rendah. Nata de cassava posit edible film buah kolang-kaling
(Arenge Pinnata) dan Lilin Lebah
merupakan film yang stabil secara termal (Beeswax)”. Jurnal Teknologi dan
ditunjukkan oleh massa film sebesar 80% Industri Pangan, Vol 17.
atau mengalami pengurangan massa sebesar Eli Rohaeti, N.M. Surdia, C.L. Radiman, E.
20%. pada temperatur 400°C. Seiring Ratnaningsih. (2003). “Pengaruh variasi
komposisi amilosa terhadap kemudahan
bertambahnya waktu biodegradasi, massa biodegradasi poliuretan”. Jurnal Mate-
bioplastik yang berkurang semakin banyak matika & Sains, Volume 8 No.4, 157-
161.
dengan kata lain persen pengurangan
massanya meningkat. Proses biodegradasi Eli Rohaeti, N.M.Surdia, C.L.Radiman, E.
Ratnaningsih. (2004). “Pengaruh dua
menyebabkan pemutusan ikatan ȕ-1,4- macam perlakuan mikroorganisme ter-
glikosidik sehingga molekul selulosa terurai hadap kemudahan degradasi poliuretan
hasil sintesis dari monomer Polietilen
kembali menjadi molekul-molekul glukosa.
Glikol berat molekul 400 dengan Meti-
len-4,4’-difenildiisosianat”. Proc. ITB
DAFTAR PUSTAKA Sains & Tek., Volume 36A No.1, 1-9

Anggara. (2001). Pati tapioka dan pati Eli Rohaeti dan Senam. (2008). “Efek
jagung. www.Natadecassava.wordpress. minyak nabati pada biodegradasi poli

91
189
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2011

uretan hasil sintesis dari PEG400 dan MDI”. penambahan sorbitol dan gliserol”.
Laporan Penelitian. Jakarta: Dikti. Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Jan van Beilen. (2006). http://www.
bioplasticsmagazine.net. Diakses tanggal Schnabel, W. (1981). Biodegradation dalam
1 Januari 2010. Polymer Degradation, Principles and
Practical Applications. New York: Mac-
Linda Tokarz. (2007). “Edible films made millan Publishing Co, Inc., 154- 176.
from dairy, biofuel byproducts”. Agri-
cultural Research Magazine, May/June Wahyono. (2009). “Karakteristik edible film
2007. berbahan dasar kulit dan pati biji durian
(durio sp) untuk pengemasan buah
Pongchayont Sirikhajornnam dan Panu Dan- strawberry”. Tesis, Universitas Muham-
wanichakul. (2006). http://id.shvoong. madiyah Surakarta.
com/exact-sciences/1803964-proses
pembuatan-nata-coco, Diakses tanggal 1 Weiping Ban et al. (2005). ”Improving the
Januari 2010. physical and chemical functionally of
starch-derived films with biopoly-mers”.
Purnomo, Dayu Senoaji ANP. (2009). Journal of Applied Polymer Science
“Pembuatan dan karakterisasi edible film 2006 Vol. 100, United States.
dari pati ubi kayu dan ganyong dengan

92
190

Anda mungkin juga menyukai