Refka Parotitits
Refka Parotitits
“PAROTITIS EPIDEMIKA”
1
PENDAHULUAN
2
KASUS
Identitas Pasien :
Nama : An. C
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tondo
Tanggal Masuk : 4 Januari 2017
I. Anamnesis
Keluhan utama : Bengkak di leher kanan dan kiri
3
Riwayat kebiasaan dan lingkungan: Merupakan anak yang aktif berinteraksi
dengan orang yang ada di sekitarnya baik
di lingkungan rumah, sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
Anamnesis makanan : ASI (usia 0-7 bulan), susu formula (usia 8 bulan-3
tahun), (usia 9 bulan), nasi (usia 1 tahun-sekarang)
Tanda Vital :
Denyut nadi : 180 kali/menit
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu : 40,20c
Tekanan darah : 120/80 mmH
Kulit : sianosis (-), pucat (-), ikterus (-), turgor baik,
4
Kepala : bentuk normal, simetris, tidak ada deformitas, rambut lebat,
berwarna hitam, mata cekung (-), konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, sianosis (-), rhinorrhea (-), otorrhea (-)
Leher : pembesaran getah bening (-), nyeri tekan kelenjar getah bening (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), T2/T2 hiperemis
Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Bronkovesikuler kanan dan kiri, Ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar, renal dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Genitalia : normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
5
Pemeriksaan Laboratorium: WBC 9,2 x 103/µl
RBC 4,35 x 106/µl
Hb 12,7 gr/dl
HCT 42,3%
PLT 333 x 103/µl
Resume:
Pasien anak perempuan masuk keluhan pembesaran pada leher kanan dan
kiri yang di alami sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk Rumah sakit, bengkak di
leher membesar dari hari ke hari, bengkak ini di awali dari bawah telinga
kemudian membesar di sepanjang rahang bawah, terasa nyeri pada sekitar area
yang bengkak, pembesaran awalnya pada bagian kanan kemudian diikuti bagian
kiri 1 hari kemudian. Sakit makin terasa saat anak mengunyah makanan dan
berbicara. Panas (+) juga di alami anak sejak 3 hari sebelum masuk Rumah sakit,
panas terus menerus. Panas tidak di sertai menggigil dan berkeringat. Panas
disertai penurunan nafsu makan dan nyeri pada bagian leher. Batuk (-), flu (-),
Saat di rumah anak muntah (+) 3 kali berisi makanan yang di makan, mual (+).
Buang air besar dan buang air kecil lancar.
6
- S : Demam hari ke-4 (-), bebas demam hari pertama, batuk (-), flu (-),
bengkak dan nyeri pada leher kiri dan kanan (+), mual (+), muntah
(-), sakit perut (-), BAB dan BAK lancar.
- O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
BB/TB : 18 kg/103 cm
Status Gizi : Gizi Baik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Pernapasan : 34 kali per menit
Suhu : 36,80C
Leher : Pembengkakan parotis dextra et sinistra turun,
panas (-), nyeri tekan (+) berkurang, tidak
terfiksasi
- A : Parotitis Epidemika
- P : - IVFD RL 15 tetes per menit
- Inj. Dexametason 3 mg/8 jam/iv
- Syr. Paracetamol 4 x Cth II
- S : Demam hari ke-5 (-), bebas demam hari ke-2, batuk (-), flu (-),
bengkak dan nyeri pada leher kiri dan kanan (+), mual (-), muntah
(-), sakit perut (-), BAB dan BAK lancar.
- O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 64 kali per menit
Pernapasan : 22 kali per menit
Suhu : 36,7 0C
7
Leher : Pembengkakan parotis dextra et sinistra turun,
panas (-), nyeri tekan (+) berkurang, tidak
terfiksasi
- A : Parotitis epidemika
- P : - aff infus
- Pasien Boleh Pulang
DISKUSI
Kelenjar air liur adalah glandula parotidea, glandula submandibularis,
dan glandula sublingualis. Glandula parotidea merupakan glandula terbesar antara
ketiga pasang kelenjar air liur. Kelenjar ini terbungkus dalam selubung parotis
7
(parotis sheath). Dari semua kelenjar air liur, glandula parotid merupakan yang
paling sering mengalami proses inflamasi.8
Gambar 1.
8
atau parotitis dan pembengkakan glandula parotidea. Terjadi rasa sakit yang hebat
karena selubung parotis membatasi pembengkakan.7
Pada kasus muncul gejala awal yang muncul yaitu demam, penurunan
nafsu makan, dan nyeri pada bagian leher. Pembesaran leher awalnya pada bagian
kanan kemudian diikuti bagian kiri 1 hari kemudian, bengkak di leher membesar
dari hari ke hari, bengkak ini di awali dari bawah telinga kemudian membesar di
9
sepanjang rahang bawah, terasa nyeri pada sekitar area yang bengkak. Sakit makin
terasa saat anak mengunyah makanan dan berbicara. Hal ini sesuai dengan teori.
Patofisiologi
Penegakkan Diagnosis
11
Penegakkan diagnosis dari parotitis epidemika yaitu :
1. Anamnesis11
a. Gejala yang pertama terlihat adalah nyeri ketika mengunyah atau
menelan, terutama jika menelan cairan asam misalnya jeruk
b. Demam
c. Pembengkakan kelenjar terjadi setelah demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Menggigil
10
f. Sakit kepala
Gambar 2
2. Pemeriksaan Fisik11
a. Suhu tubuh meningkat
b. Pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga dan
rahang)
c. Nyeri tekan pada kelenjar yang membengkak
d. Tanda meningeal seperti pemeriksaan kaku kuduk, kernig’s sign,
brudzinski’s sign perlu juga diperiksa karena meningitis terjadi pada
15% dari pasien yang terinfeksi mumps
e. Pada laki-laki yang sudah mengalami pubertas biasanya mengalami
komplikasi seperti orkitis. Orkitis ditandai dengan nyeri testis dan
pembengkakan pada testis dan skrotum. Pada wanita yang telah
mengalami pubertas dapat menjadi ooforitis atau pembengkakan pada
ovarium.
f. Tuli bisa menjadi komplikasi parotitis, jadi dapat diperiksa dengan
menggunakan garpu tala.
11
3. Pemeriksaan Penunjang11
Dalam prakteknya pemeriksaan penunjang tidak banyak dilakukan,
sebab dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah terdiagnosis. Namun
jika gejala tidak jelas, maka diagnosis didasarkan pada.1,9
a. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan ini tidak spesifik karena gambarannya seperti infeksi
virus lain. Biasanya menunjukan leukopenia dengan limfositosis
relative.
b. Isolasi virus
Mengisolasi virus dengan membuat biakan virus yang terdapat
dalam saliva, urin, LCS atau darah. Biakan dinyatakan positif bila
terdapat hemadsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan
tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.
Tatalaksana
Parotitis epidemika adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Terapi
konserfatif diberikan berupa hidrasi yang adekuat dan nutrisi yng cukup untuk
membantu menyembuhkan. Parasetamol dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
karena pembengkakan kelenjar. Kompres air hangat dapat membantu
penyembuhan. Tidak ada anti virus yang dapat digunakan untuk parotitis
epidemika. 10
12
Komplikasi yang dapat terjadi :7
1. Adanya komplikasi neurologis berupa mielitis dan neuritis saraf dan
komplikasi pasca ensefalitis seperti kejang gangguan motorik, retardasi
mental, emosi tidak stabil, sulit tidur.
2. Komplikasi diabetes melitus sebagai komplikasi parotitis epidemika akan
tetapi patogenesisnya belum jelas dimana secara in vitro virus parotitis
dapat merusak sel beta pankreas dengan proses yang tidak diketahui.
3. Tuli
4. Orkitis merupakan salah satu komplikasi parotitis epidemika yang ditakuti.
Orkitis adalah reaksi inflamasi testis akibat infeksi virus mumps yang
ditandai dengan pembengkakan testis yang disertai rasa nyeri. Insidens
terjadinya orkitis pada laki-laki yang belum pubertas 14%, dan pada laki-
laki yang sudah pubertas lebih tinggi 30%-38%. Insidens tertinggi
terjadinya orkitis pada parotitis epidemika adalah pada usia 15-29 tahun.
Orkitis biasanya terjadi satu sampai dua minggu setelah pembengkakan
kelenjar parotis. Muncul tibatiba, dapat disertai kenaikan suhu, nyeri
kepala, mual, dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Testis yang terkena
terasa nyeri, bengkak, dan kulit disekitarnya menjadi merah dan
edematous. Bila orkitis mengenai testis kanan, tanda-tanda yang muncul
dapat menyerupai apendisitis. Orkitis umumnya terjadi selama 4 hari.
Testis dapat terinfeksi dengan atau tanpa adanya epididimitis. Orkitis juga
dapat terjadi tanpa tanda-tanda parotitis. Orkitis parotitis epidemika
unilateral jarang sampai menyebabkan infertilitas, namun dapat
menyebabkan terjadinya subfertilitas yaitu oligospermia, azoospermia, dan
asthenospermia, namun pada umumnya bersifat sementara. Infertilitas
pada orkitis parotitis epidemika unilateral terjadi pada sekitar 13% kasus
dan bilateral 30%-87%. Walaupun jarang, orkitis dapat disertai hidrokel.
13
Gambar 3. Orkitis pasca infeksi parotitis epidemika pada skrotum dekstra
Prognosis secara umum pada parotitis epidemika adalah baik, kecuali pada
keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi
testis dan sekuele karena meningoensefalitis.7
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi &
pediatrik tropis. Edisi 2. Jakarta: IDAI; 2008. h. 195-202.
3. Pudjiadi MTS, Sri RS, Hadinegoro. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika :
Laporan Kasus. Sari Pediatri. 2009;11(1)
5. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg: Mikrobiologi
kedokteran. Edisi-23. Jakarta: EGC; 2007; 571-2.
7. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku kuliah: Ilmu kesehatan anak
2. Jakarta: FK UI; April 2007. h. 629-32.
11. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h.
2-6, 8-9, 23.
15