Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tersusun dari berbagai macam sistem yang
menyusunnya, yaitu struktur tulang, otot dan persendian. Sistem tersebut
berjalan dengan baik dan akan membentuk suatu keseimbangan pada tubuh
manusia yang sehat dan akan berlaku sebaliknya pada tubuh manusia yang
sedang mengalami gangguan kesehatan. Pada blok IV Fakultas Kedokteran
UMPalembang mempelajari tentang sistem tubuh manusia. Sistem tubuh
manusia merupakan cabang ilmu kedokteran dasar yang akan menjadi bekal
pengetahuan dalam mengikuti blok tingkat selanjutnya. Sistem gerak tubuh
manusia merupakan salah satu dari sistem tubuh manusia. Dalam gerakan
pasti memerlukan gabungan dari beberapa sistem antara lain: osteologi,
myologi dan arthrologi (Sherwood, 2006).
Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan
aktivitas, seperti berjalan, mendayung, berlari, menari dan lain-lain.
Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya
sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem
gerak, yaitu rangka (tulang), persendian, dan otot. Alat gerak manusia ada dua
macam, yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif ialah
rangka tubuh, sedangkan alat gerak aktif ialah otot. Semua aktivitas yang
dilakukan tidak terlepas dari organ-organ yang membentuk sistem tubuh
tersebut (Sadler. T.W. 2009).
Banyaknya aktivitas yang dilakukan manusia tanpa disadari dapat
menurunkan fungsi dari masing-masing sistem tubuh. Manusia memiliki
pekerjaan yang sangat beragam, Masing-masing pekerjaan melibatkan sistem
tubuh yang berbeda. Pada Tugas Pengenalan Profesi ini, kami mengobservasi
alat dan fungsi sistem gerak tubuh pada pendayung perahu. Dengan
mengamati alat gerak pada komunitas pendayung perahu, mahasiswa dapat
secara langsung mempelajari peran fungsi tubuh manusia dalam melakukan

1
aktivitas sehari-hari. Selain itu, mahasiswa juga dapat melihat secara
langsung dampak yang ditimbulkan dari aktivitas yang dilakukan setiap hari
terhadap perubahan bentuk tubuhnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja alat gerak dan 2ystem gerak tubuh pada manusia?
2. Apa gerakan yang dilakukan pada saat mendayung perahu ?
3. Apa saja tulang, otot, dan sendi yang terlibat saat mendayung perahu ?
4. Apa fungsi dari tulang, otot dan sendi saat mendayung perahu ?

1.3 Tujuan Observasi


Adapun tujuan pelaksananaan kegiatan, yaitu :
1. Mengetahui alat sistem gerak tubuh pada pendayung perahu.
2. Mengetahui gerakan yang dilakukan pada saat mendayung perahu.
3. Mengetahui tulang, otot, dan sendi yang terlibat saat mendayung perahu.
4. Mengetahui fungsi dari tulang, otot dan sendi saat mendayung perahu.

1.4 Manfaat Observasi


Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan, yaitu :
1. Memperluas wawasan terhadap alat gerak dan sistem gerak pada
pendayung perahu.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi gerakan yang dilakukan
saat mendayung perahu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Rangka Manusia

Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen tulang


yang sebagian besar berpasangan satu dengan yang lain yaitu sisi kiri dan
sisi kanan. Tulang kerangka pada bayi dan anak-anak lebih dari 206
segmen tulang karena beberapa tulang dulunya belum mengalami
penyatuan, misalnya tulang sacrum dan coxae pada tulang vertebra
(Tortora dan Derrickson, 2011). Kerangka aksial (kerangka sumbu tubuh)
terdiri dari 80 segmen tulang, beberapa diantaranya adalah tulang kepala
(cranium), tulang leher (os hyoideum dan vertebrae cervicales), dan tulang
batang tubuh (costae, sternum, vertebrae dan sacrum). Kerangka
apendikular yaitu kerangka tambahan terdiri dari tulang-tulang ekstremitas
baik ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah dengan total 126 segmen
tulang (Moore dan Agur, 2002).
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu jaringan
osseus, tulang rawan (cartilago), jaringan penghubung, jaringan adiposa,
dan jaringan saraf yang tersusun menjadi satu. Keseluruhan dari tulang
beserta tulang rawan bersama ligamen dan tendon membentuk sistem
rangka (Tortora dan Derrickson, 2011). Perbandingan antara tulang dan
tulang rawan dalam kerangka berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh.
Semakin muda usia seseorang, semakin besar bagian kerangka yang
berupa tulang rawan (Moore dan Agur, 2002).

3
Gambar 1. Tulang Penyusun Kerangka Tubuh (Paulsen dan Waschke,
2012).

2.1.1 Anatomi Tulang

Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah


apabila mendapat tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri atas sel-
sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras oleh karena matriks
ekstraselularnya mengalami kalsifikasi, dan mempunyai derajat elastisitas
tertentu akibat adanya serabut-serabut organik (Snell, 2012).
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu jaringan
osseus, tulang rawan (cartilago), jaringan penghubung, jaringan adiposa,
dan jaringan saraf yang tersusun menjadi satu. Keseluruhan dari tulang
beserta tulang rawan bersama ligamen dan tendon membentuk sistem
rangka (Tortora dan Derrickson, 2011).
Tulang dan sendi merupakan organ yang tersusun dalam suatu
rangkaian yang membentuk sistem kerangka. Sendi atau artikulasi
merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari sistem
kerangka, sehingga tulang-tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan
jenis persendiannya. Sistem kerangka tersusun dari tulang-tulang yang

4
bersatu membentuk suatu fungsi yaitu alat gerak. Tulang merupakan
bagian tubuh yang memiliki banyak fungsi diantaranya pembentuk rangka
tubuh, tempat penyimpanan kalsium dan pada tulang panjang terdapat
sumsum tulang yang memiliki sifat pluripoten yang dapat menghasilkan
sel-sel bagi tubuh. Hal ini menjadikan tulang dan sendi sebagai bagian
penting dalam tubuh, sehingga kerusakan tulang dan sendi dapat
mengganggu keseimbangan dan berjalannya proses dalam tubuh (Pearce,
2006).

Tulang Dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni tulang kompakta


dan tulang spongiosa. Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi ditentukan
oleh 10 banyaknya bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada
di dalamnya. Semua tulang memiliki kulit luar dan lapisan substansia
spongiosa di sebelah dalam, kecuali apabila masa substansia spongiosa
diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum) (Moore dan Agur,
2002).

2.1.2 Klasifikasi Tulang


Menurut Richard S.Snell (2011), tulang dapat diklarifikasi berdasarkan
regional ataupun berdasarkan bentuk umumnya.

a) Klarifikasi tulang berdasarkan regional :


1. Tulang tengkorak
2. Tulang mandibula
3. Tulang clavicula
4. Tulang scapula
5. Tulang sternum
6. Tulang humerus
7. Tulang columna vetebralis
8. Tulang ulna
9. Tulang radius
10. Tulang carpus
11. Tulang metacarpi

5
12. Tulang phalanges
13. Tulang sacrum
14. Tulang coxae
15. Tulang ischium
16. Tulang pubis
17. Tulang coccygis
18. Tulang femur
19. Tulang patella
20. Tulang fibula
21. Tulang tibia
22. Tulang tarsus

b) Klarifikasi tulang berdasarkan bentuk umumnya :

1. Tulang Panjang
Tulang panjang ditemukan pada extremitas, contoh: humerus, femur,
ossa metacarpi, ossa metatarsi, dan phalanges. Panjangnya lebih besar dari
lebarnya. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diaphysis, dan
biasanya terdapat epiphysis pada ujung-ujungnya. Selama masa
pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh cartilago epiphysis.
Bagian diaphysis yang terletak berdekatan dengan cartilago epiphysis
disebut metaphysis. Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian
tengah yang berisi medula ossium (sumsum tulang). Bagian luar corpus
terdiri dari tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat,
periosteum. Ujung-ujung tulang panjang terdiri dari tulang spongiosa yang
dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-
ujung tulang diliputi oleh cartilago hyalin.

6
Gambar 2. Histologi Tulang Panjang (Tortora dan Derrickson, 2011)

2. Tulang Pendek
Tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki, contohnya os
scaphoideum, os lunatum, talus dan calcaneus. Bentuk tulang ini umumnya
segiempat dan terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis
tipis tulang kompakta. Tulang pendek diliputi periosteum dan facies
articularis diliputi oleh cartilago hyalin.

3. Tulang Pipih
Tulang pipih ditemukan pada tempurung kepala, contohnya os frontale
dan os parietale. Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis
tulang kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selapis tulang
spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok tulang ini.

4. Tulang Iregular
Tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk di dalam
kelompok yang telah disebutkan diatas contohnya tulang tulang-tulang
tengkorak, vetebrae, dan os coxae. Tulang ini tersusun dari selapis tipis

7
tulang kompakta di bagian luarnya dan bagian dalamnya dibentuk oleh
tulang spongiosa.

5. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada
tendo-tendo tertentu di mana terdapat pergeseran tendo pada permukaan
tulang. Sebagian besar tulang sesamoid tertanam di dalam tendo dan
permukaan bebasnya diliputi oleh cartilago. Tulang sesamoid yang
tersebar adalah patella, yang terdapat pada tendo musculus quadriceps
femoris. Contoh lain dapat ditemukan pada tendo musculus flexor
pollicis brevis dan musculus flexor hallucis brevis. Fungsi tulang
sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan merubah arah tarikan
dari tendon.

2.1.3 Fungsi Tulang

a. Menopang Tubuh
Sistem kerangka adalah sistem yang memberikan bentuk pada tubuh
juga menopang jaringan lunak dan sebagai titik perlekatan tendon dari
sebagian besar otot.

b. Proteksi
Sistem kerangka melindungi sebagian besar organ dalam tubuh yang
sangan penting untuk berlangsungnya kehidupan, seperti otak yang
dilindungi oleh tulang cranial, vertebrae yang melindungi sistem saraf
dan tulang costa yang melindungi jantung dan paru-paru.

8
c. Mendasari Gerakan
Sebagian besar dari otot melekat pada tulang, dan ketika otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang untuk melakukan
pergerakan.

d. Homeostasis Mineral (penyimpanan dan pelepasan)


Jaringan tulang menyimpan beberapa mineral khususnya kalsium
dan fosfat yang berkontribusi untuk menguatkan tulang. Jaringan tulang
menyimpan 99% dari kalsium dalam tubuh. Apabila diperlukan, kalsium
akan dilepaskan dari tulang ke dalam darah untuk menyeimbangkan
krisis keseimbangan mineral dan memenuhi kebutuhan bagian tubuh
yang lain.

e. Memproduksi Sel Darah


Sumsum tulang merah adalah tempat dibentuknya sel darah
merah, beberapa limfosit, sel darah putih granulosit dan trombosit.

f. Penyimpanan Trigliserid
Sumsum tulang kuning sebagian besar terdiri dari sel adiposa
yang menyimpan trigliserid (Tortora dan Derrickson, 2011).

2.1.4 Pertumbuhan Tulang


Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi =
pembuatan) atau disebut juga osteogenesis (Tortora dan Derrickson,
2011). Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi dibentuk melalui dua
cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baikdengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Sususan
histologis tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput
atau dari tulang rawan (Moore dan Agur, 2002).

a. Osifikasi membranosa

9
Osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih sederhana diantara
dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak,
sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari klavikula
dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak
bayi dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara
osifikasi membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011)

Gambar 3. Osifikasi membranosa (Tortora dan Derrickson, 2011).

b. Osifikasi Endokondral

Pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi


pada masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian
besar jenis tulang (Moore dan Agur, 2002). Pusat pembentukan tulang
yang ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-
ujung tulang disebut epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing ujung,
yang terletak di antara epifisis dan diafisis pada tulang yang sedang

10
tumbuh disebut lempeng epifisis. Metafisis merupakan bagian diafisis
yang berbatasan dengan lempeng epifisis (Snell, 2012). Penutupan dari

ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line rerata sampai usia 21
tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise lineakan berakhir
seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang (Byers, 2008).

Gambar 4. Osifikasi Endokondral (Tortora dan Derrickson, 2011).

Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35


tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas
osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang
mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses yaitu modeling
dan remodeling. Pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk
remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively
coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Apabila tulang yang dirusak
lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut negatively coupled
yang terjadi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia terdapat
penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over

11
pada tulang sehingga tulang lebih rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada
wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari
berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 70 tahun,
pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan
korteks (Darmojo, 2004).

2.1.5 Faktor Pertumbuhan Tulang


Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu dengan
individu yang lain. Menurut Supariasa (2002) hal tersebut berdasarkan dua
faktor, yaitu:

a. Faktor Internal
1) Genetik
Faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak dengan
orangtuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan kecepatan
perkembangan. Diasumsikan bahwa selain aktivitas nyata dari lingkungan
yang menentukan pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh
gen yang dikontribusi oleh orang tuanya kepada keturunanannya secara
biologis. Gen tidak secara langsung menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi ekspresi gen yang diwariskan kedalam pola
pertumbuhan dijembatani oleh beberapa sistem biologis yang berjalan
dalam suatu lingkungan yang tepat untuk bertumbuh. Misalnya gen dapat
mengatur produksi dan pelepasan hormon seperti hormon pertumbuhan
dari glandula endokrin dan menstimulasi pertumbuhan sel dan
perkembangan jaringan terhadap status kematangannya (matur state)
(Supariasa, 2002).
Selama masa anak-anak, hormon yang paling penting dalam
pertumbuhan adalah Insulinlike Growth Factors (IGFs), yang diproduksi
oleh liver dan jaringan tulang. Insulinlike Growth Factors menstimulasi
osteoblas, mendorong pembelahan sel pada piringan epifiseal dan
periosteum, juga meningkatkan sintesis protein yang dibutuhkan untuk
memproduksi tulang baru. Hormon ini diproduksi sebagai respon dari

12
sekresi human Growth Hormone (hGH) pada lobus anterior kelenjar
pituitari. Hormon tiroid juga mendorong pertumbuhan tulang dengan
merangsang stimulasi osteoblas. Hormon insulin juga membantu
pertumbuhan tulang dengan cara meningkatkan sintesis protein tulang.
Ketika mencapai masa puber, sekresi hormon yang dikenal dengan seks
hormon akan mempengaruhi pertumbuhan tulang secara drastis, yaitu
hormon testosteron dan hormon estrogen. Kedua hormon tersebut
berfungsi ungtuk meningkatkan aktivitas osteoblas dan mensintesis
matriks ekstraselular tulang. Pada usia dewasa seks hormon berkontribusi
dalam remodeling tulang dengan memperlambat penyerapan tulang lama
dan mempercepat deposit tulang baru (Tortora dan Derrickson, 2011).
2) Jenis Kelamin
Pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan, sampai usia
kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan kecepatan yang
kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria sering mengalami
pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga kebanyakan pria
yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita. Secara teori
disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi
dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih
panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang
lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit,
sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa
cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang
yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak
mempunyai lemak subkutan. Wanita mempunyai sudut siku yang lebih
luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang
lebih besar (Snell, 2012).

13
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan pra natal adalah terjadi pada saat ibu sedang hamil, yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari masa konsepsi
sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil menyebabkan bayi yang akan
dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan lahir mati serta
jarang menyebabkan cacat bawaan.
Lingkungan post natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir
antara lain lingkungan biologis, seperti ras/suku bangsa, jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi dan
kronis, adanya gangguan fungsi metabolisme dan hormon. Selain itu faktor
fisik dan biologis, psikososial dan faktor keluarga yang meliputi adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat turut berpengaruh (Supariasa,
2002).
2) Gizi
Gizi yang buruk pada anak-anak dapat menyebabkan berkurangnya asupan
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh. Sedangkan gizi yang
baik akan mencukupi kebutuhan tubuh dalam rangka pertumbuhan
(Supariasa, 2002).
Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan remodeling
tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar kalsium dan fosfat
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan sejumlah kecil
magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A menstimulasi aktivitas
osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen, protein utama
dari tulang. Vitamin D membantu pertumbuhan tulang dengan cara
meningkatkan absorbsi kalsium dari makanan pada sistem gastrointestinal
ke dalam darah. Vitamin K dan B12 juga dibutuhkan untuk sintesis protein
tulang (Tortora dan Derrickson, 2011).
3) Obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan
seperti growth hormon atau hormon tiroid. Penggunaan obat dengan dosis

14
yang salah dapat menyebabkan terganggunya hormon tersebut dan dapat
mempercepat berhentinya pertumbuhan. Pemakaian beberapa jenis obat
juga dapat mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain
kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan
(heparin, warfarin). Beberapa obat tertentu dapat meningkatkan resiko
terkena osteoporosis. Obat tersebut tampaknya meningkatkan kehilangan
tulang dan menurunkan laju pembentukan tulang. Obat tersebut antara lain
kortison. Tetapi efek ini hanya terjadi jika obat tersebut digunakan dalam
dosis tinggi, atau diberikan selama 3 bulan atau lebih. Penggunaan obat ini
selama beberapa hari, atau beberapa minggu, biasanya tidak meningkatkan
resiko timbulnya osteoporosis. Pengobatan tiroid juga berperan terhadap
timbulnya osteoporosis (Supariasa, 2002).
4) Penyakit
Beberapa penyakit dapat menyebabkan atrofi pada bagian tubuh, sehigga
terjadi penyusutan tinggi badan. Beberapa penyakit tersebut adalah:
a. Kelainan akibat gangguan sekresi hormon pertumbuhan dapat
menyebabkan gigantisme, kretinisme dan dwarfisme.
Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth
Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum
proses penutupan epifisis. Apabila terjadi setelah dewasa, pertumbuhan
tinggi badan sudah terhenti maka akan menyebabkan akromegali yaitu
penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak. Kretinisme memiliki sumber
penyebab yang sama dengan gigantisme, yaitu GH. Pada kretinisme terjadi
kekurangan sekresi dari GH. Dwarfisme merupakan suatu sindrom klinis
yang diakibatkan oleh insufisiensi hipofisis yang pada umumnya
memengaruhi semua hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar
hipofisis anterior (Schteingart, 2012).
b. Kelainan pada sikap tubuh dapat berupa skoliosis, kifosis dan lordosis.
Yang dimaksud dengan skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang
tubuh sehingga tubuh ikut melengkung kesamping. Kifosis adalah kelainan
pada tulang belakang tubuh yang melengkung ke belakang, sehingga tubuh

15
menjadi bungkuk. Adapun yang dimaksud dengan lordosis adalah
merupakan kelainan pada tulang belakang bagian perut melengkung ke
depan sehingga bagian perut maju (Fauci et al., 2008).
c. Pada lanjut usia biasanya menderita osteoporosis. Osteoporosis
merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas
masa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis diklasifikasikan menjadi 2
tipe yaitu tipe I dan tipe II. Tipe I lebih disebabkan karena menopause
sehingga perbandingan laki-laki dan perempuannya adalah 1:6 dengan usia
kejadian 50-75 tahun. Pada osteoporosis tipe II yang disebut juga sebagai
osteoporosis senilis, disebabkan karena gangguan absorbsi kalsium di usus
sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sehingga menyebabkan
timbulnya osteoporosis. Angka kejadian laki-laki dibanding perempuan
adalah 1:2 dengan usia diatas 70 tahun (Setiyohadi, 2007).

2.1.6 Anatomi Humerus

a. Tulang Humerus

Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang


berhubungan dengan skapula melalui fossa glenoid. Di Humerus bersendi
dengan scapula pada articulatio humeri serta dengan radius dan ulna pada
articulatio cubiti. Ujung atas humerus mempunyai sebuah caput, yang
membentuk sekitar sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan cavitas
glenoidalis scapulae. Tepat di bawah caput humeri terdapat collum
anatomicum. Di bawah collum terdapat tuberkulum majus dan minus yang
dipisahkan oleh sulcus bicipitalis. Pada pertemuan ujung atas humerus dan
corpus humeri terdapat sulcus spiralis yang ditempati oleh nervus radialis
(Snell, 2012).

Ujung bawah humerus mempunyai epikondilus medialis dan


epikondilus lateralis untuk tempat lekat muskuli dan ligamenta, capitulum

16
humeri yang bulat bersendi dengan caput radii, dan trochlea humeri yang
berbentuk katrol untuk bersendi dengan incisura trochlearis ulnae. Di atas
capitulum terdapat fossa radialis, yang menerima caput radii pada saat
siku difleksikan. Di anterior, di atas trochlea, terdapat fossa coronoidea,
yang selama pergerakan yang sama menerima processus coronoideus
ulnae. Di posterior, di atas olecranon pada waktu sendi siku pada keadaan
ekstensi (Snell, 2012).

b. Vaskularisasi
Arteria brachialis adalah pemasok arterial utama untuk lengan atas.
Arteria brachialis, lanjutan arteria axillaris, berawal pada tepi kaudal
musculus teres mayor dan berakhir di dalam fossa cubiti tepat di depan
leher ulna. Di bawah aponeurosis musculi bicipitalis brachii, arteria
brachialis terpecah menjadi arteria radialis dan arteria ulnaris. Arteria
brachialis yang terletak superfisial dan teraba sepanjang seluruh
lintasannya, terletak anterior terhadap musculus triceps dan musculus
brachialis. Mula-mula arteria brachialis terletak medial terhadap
humerus, kemudian anterior terhadapnya. Sewaktu arteria brachialis
melintas ke arah inferolateral, ia mengikuti nervus medianus yang
menyilang arteria brachialis anterior terhadapnya (Moore dan Agur,
2002).
c. Inervasi Humerus
Empat saraf utama yang melalui lengan atas adalah nervus medianus,
nervus ulnaris, nervus musculocutaneus, dan nervus radialis. Dua saraf
pertama tidak melepaskan cabang-cabang pada lengan atas. Setelah
dilepaskan dari plexus brachialis, nervus medianus dan nervus ulnaris
melintas ke distal pada sisi medial lengan atas dan memasuki lengan
bawah (Moore dan Agur, 2002).

17
2.2 Otot
Otot adalah ikatan jaringan berserat yang menggerakkan tubuh,
penjaga postur, serta memfungsikan organ-organ dalam, seperti jantung,
ginjal, dankandung-kemih. Otot merupakan alat gerak aktif karena
kemampuanberkontraksi . otot memendek jika sedang berkontraksi dan
memanjang jikaberelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang
melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih
pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan
kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih
panjang dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.

Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan
filamentmiosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua
filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan
serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
Otot lengan terdiri dari otot lengan atas dan otot lengan bawah.
Menurut Syaifuddin (2006 : 96 – 100) otot lengan atas terdiri dari otot –
otot 24 fleksor yaitu M.Bicep Braki, M.Brakialis, M. Korakobrakialis dan
otot ekstensor yaitu M.trisep Braki. Sedangkan otot lengan bawah terdiri
atas otot : ekstensor karpiradialis longus, ekstensor karepiradialis brevis,
ekstensor karpi ulnaris, supinator, pronator teres, fleksor karpiradialis,
palmaris longus, fleksor karpi ulnaris, fleksor digitorum profundus,
ekstensor digitorum.

18
2.2.1 Jenis – Jenis Otot
Terdapat tiga jenis jaringan otot di tubuh yaitu otot lurik, otot polos, dan
otot jantung.
1. Otot lurik (Otot Rangka)

Otot lurik disebut juga otot rangka. Serat otot rangka adalah sel betinti
banyak yang berbentuk silindris dan panjang dengan nukleus terletak di
tepi. Seluruh otot lurik dibungkus oleh lapisan jaringan ikat ireguler padat
yang dinamai epimisium. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan
mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki
kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis. (histologi
difiore, edisi 12, 2016)

2. Otot Polos
Otot polos ditemukan di organ berongga dan pembuluh darah. Otot polos
tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing
serat otot polos mengandung filamen kontraktil aktin dan miosin tetapi
keduanya tidak memperlihatkan pola teratur. Aktin dan miosin membentuk
anyaman kisi-kisi, dan keduanya melekat pada badan padat di sarkoplasma
dan sitoplasma. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi
dipersarafi oleh saraf otonom. (histologi difiore, 2016)
3. Otot Jantung
Otot jantung terletak di jantung dan pembuluh darah besar yang melekat
pada jantung. Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot
lurik hanya saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling

19
beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom. Mengandung satu atau
dua nukleus di tengah, serat lebih pendek dan memperlihatkan
percabangan. ( histologi difiore, 2016)

2.2.2 Sifat Kerja Otot


Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini:
1.Antagonis
Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek
gerak berlawanan, contohnya adalah sebagai berikut.

a. Ekstensor (meluruskan) dan fleksor (membengkokkan),


misalnya otot trisep dan otot bisep.
b. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan)
misalnya gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
c. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak
kepala merunduk dan menengadah.
d. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup),
misalnyagerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak
tangan menelungkup.

1. Sinergis
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah
(bersama- sama). Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus.

Tabel nama-nama otot dan fungsinya


N Nama Otot Fungsi Contoh
o Otot
1 Ekstensor Gerak Meluruskan Ekstensor
cruris

20
2 Fleksor Gerak Membengkokkan Fleksor
tarsi
3 Adductor Gerak mendekat sumbu Adductor
badan logus
4 Abductor Gerak menjauhi sumbu Gluteus
badan medius
5 Levator Gerak mengangkat Temporalis
suatu struktur dan
messeter
6 Depressor Gerak menurunkan Depressor
suatu struktur mandibulae
7 Pronator Gerak menelungkupkan Pronator
teres
8 Supinator Gerak menengadahkan Supinator
9 Rotator Gerak memutar Pectoralis
mayor
1 Konsriktor Gerak menutup Orbicularis
0 oculi
1 Adilator Gerak membuka Orbiculatis
1 oris

2.2.3 Kelainan Pada Otot

a. Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot dalam berkontraksi sehingga
ukuran otot menjadi menyusut (kecil). Atrofi dapat di sebabkan oleh
penyakit poliom yelitis. Penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
saraf yang mengkoordinir kerja otot. Gangguan atrofi dapat di perkecil antara
lain dengan terapi kejutan listrik dan teknik pijatan.

21
b. Hipertropi
Hipertropi merupakan kebalikan dari atrofi, hipertrofi menyebabkan otot
berkembang menjadi lebih besar dan kuat di bandingkan dengan
sebelumnya. Hipertrofi di sebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan.
Misalnya, akibat latihan olahraga dan bekerja berat.

c. Hernia abdominal
Hernia abdominal merupakan gangguan otot yang di sebabkan oleh
sobeknya dinding otot perut. Akibatnya sebagian usus bergerak ke
arah rongga perut dan masuk ke dalam bekas

d. Kram
Kram atau kejang otot merupakan suatu keadaan yang menyebabkan otot
tidak mampu lagi berkontraksi dan dapat menimbulkan rasa sakit bila di
paksa berkontraksi. Kram tejadi akibat kontraksi yang berlangsung secara
terus menerus.

e. Distrofi
Distrofi merupakan penyakit otot yang bersifat kronis dan di perkirakan
termasuk semacam penyakit bawaan.

f. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit kejang pada otot yang di
sebabkan oleh infeksi bakteri (Clostridium Tetani) yang masuk ke dalam
luka

g. Kaku leher
Kaku leher atau stiff merupakan peradangan pada otot trapesius
leher yang berakibat leher menjadi sakit dan terasa kaku jika di gerakkan.
Penyebabnya karena hentakkan kesalahan gerak.

22
h. Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyebabkan otot melemah
dan cenderung lumpuh. Penyakit ini bisa menyerang otot-otot di
sekitar kelopak mata, muka, leher, dan anggota gerak.

2.3 Sendi
Sendi adalah suatu penghubung antartulang. Dengan adanya sendi,
kaki dan tanganmu dapat dilipat, diputar dan sebagainya. Tanpa sendi kamu
akan sulit akan bergerak bahkan tidak dapat bergerak sama sekali. Memang
ada persendian yang sangat kaku sehingga tidak memungkinkan adanya
gerakan. Namun, banyak persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan.
Berdasarkan sifat gerak inilah, sendi dibedakan menjadi sendi mati
(sinartrosis), sendi kaku (amfiartrosis), dan sendi gerak (diartrosis).

A. Sendi Mati (Sinartrosis)

Sendi mati merupakan hubungan antartulang yang tidak dapat


digerakkan. Penghubung antartulangnya adalah serabut jaringan ikat.contoh
sendi matiterdapat pada hubungan antartulang tengkorak disebut sutura dan
hubungan antartulang pembentuk gelang panggul.

B. Sendi Kaku (Amfiartrosis)

Sendi kaku merupakan hubungan antartulang yang dapat digerakkan


secara terbatas. Penghubung antartulangnya adalah jaringan tulang rawan .
Contoh sendi kaku terdapat pada hubungan antarruas tulang belakang dan
hubungan antara tulang rusuk dengan tulang dada.

C. Sendi Gerak (Diartrosis)

Sendi gerak merupakan hubungan antartulang yang dapat digerakkan


dengan leluasa. Pada kedua ujung tulang yang saling berhubungan terbentuk
rongga sendi yang berisi minyak sendi (cairan sinovial). Sendi gerak dibagi

23
menjadi lima macam, yaitu sendi peluru, sendi engsel,sendi putar, sendi
geser, sendi pelana.

1) Sendi peluru

Sendi peluru merupakan hubungan dua tulang yang


memungkinkan terjadinya gerakan ke segala arah. Pada jenis persendian ini
sering terjadi lepas sendi. Contoh sendi peluru adalah hubungan antar tulang
lengan atas dengan gelang bahu dan hubungan antara tulang paha dengan
gelang panggul. Pada kedua ujung tulang yang berhubungan ini, ujung yang
satu berbonggol, sedangkan ujung yang satunya berlekuk seperti mangkuk.

2) Sendi engsel

Sendi engsel merupakan hubungan dua buah tulang yang salah satu
tulangnya hanya dapat digerakkan ke satu arrah. Sendi ini mirip dengan
engsel pintu rumah yang dapat membuka ke satu arah saja sendi engsel
terdapat pada lutut dan siku serta antarruas jari.

3) Sendi putar

Sendi putar merupakan hubungan dua buah tulang yang memungkinkan


tulang yang satu bergerak memutarpada tulang lainnya. Sendi putar terdapat
pada hubungan antara tulang atlas (merupakan ruas pertama dari tulang leher)
dengan tulang pemutar yang menyebabkan kepala dapat berputar. Sendi putar
juga terdapat di antara tulang hasta dan tulang pengumpil.

4) Sendi geser

Sendi geser merupakan hubungan dua buah tulang yang memungkinkan


pergeseran antar tulang, misalnya sendi yang terdapat pada tulang belakang.

5) Sendi pelana

Sendi pelana merupakan hubungan dua buah tulang yang


permukaannya berbentuk pelana kuda. Sendi ini terdapat diantara tulang
telapak tangan dengan ruas ibu jari.

24
2.3.1 Kelainan Pada Sendi

1. Terkilir atau keseleo (sprain) adalah gangguan sendi akibat gerakan yang
tidak biasa, dipaksakan atau bergerak secara tiba-tiba. Terkilir dapat
menyebabkan memar, bengkak dan rasa sakit.
2. Dislokasi adalah pergeseran tulang penyusun sendi dari posisi normal.
3. Osteoartritis (Keropos Sendi), yaitu peradangan pada sendi yang
disebabkan rapuhnya kapsul sendi,sehingga merusak lapisan tulang rawan
yang menutup permukaan ujung ujung tulang. Umumnya menyerang sendi
sendi penopang tubuh seperti lutut pinggul,tulang belakang.Osteoartritis
umumnya menyerang usia lanjut.Pada sebagian penderita tidak sampai
parah. Degenerasi atau ausnya kartilago ( jaringan elastis) yang seharusnya
melingkari ujung ujung tulang tulang pada persendian.
4. Ankikolis adalah sendi tidak dapat digerakkan dan ujung-ujung
antartulang terasa bersatu.
5. Urai Sendi adalah robeknya selaput sendi yang diikuti oleh terlepasnya
ujung tulang sendi.
6. Artritis adalah peradangan pada sendi yang disertai bengkak, kaku,
keterbatasan bergerak dan rasa sakit.
Adapun bentuk-bentuk artritis, antara lain:
 Artrisis Eskudatif adalah terisinya rongga sendi oleh cairan
yang disebut getah radang. Penyakit ini terjadi karena
serangan kuman.
 Artrisis Sika adalah berkurangnya minyak sendi yang
menyebabkan rasa nyeri saat tulang digerakkan
 Atritis Gout ( Gaut Atritis) terjadi karena adanya timbunan
asam urat pada sendi-sendi kecil terutama jari - jari tangan.
Sebagai akibatnya ruas jari-jari membesar.
 Atritis Reumatoid adalah penyakit yang timbul akibat
sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan
yangs sehat sehingga menyebabkan peradangan pada sendi.

25
Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita berusia 25-55
tahun
 Artritis Psoriatik adalah radang sendi yang terjadi pada
orang-orang yang menderita psoariasis pada kulit atau
kuku. Psoariasis merupakan kelainan kulit menahun yang
menyebabkan timbulnya bercak-bercak merah di kulit.
 Atritis Septik adalah radang sendi yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.

7. Serangan Kuman pada Sendi


 Infeksi gonorhoe dan sifilis dapat menyerang persendian
sehingga sendi menjadi kaku.
 Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi
yang disebabkan layuhnya tulang akibat infeksi sifilis
ketika bayi dalam kandungan.

8. Arthralgia adalah dari kata arthrom dan algia: sakit, jadi maksudnya
sakit sendi. Sindroma Felty: penyakit sendi dengan gejala antara lain
rheumatoid arthritis, limpa membesar, anemia, sel darah putih rendah, sel
pembekuan darah rendah, bercak pigentasi pada kulit anggota bawah.

26
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Pelaksanaan


Tugas Pengenalan Profesi Blok IV dilakukan pada Atlet Dayung di
Jakabaring Sport City Venue Dayung Jl. Gelora Sriwijaya, Sentosa,
Seberang Ulu II, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30267.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Rabu, 26 Desember 2018
Pukul : 16.00 – 17.00 WIB
Tempat : Jakabaring Sport City Venue Dayung

3.3 Subyek Tugas Mandiri


Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini
adalah pendayung perahu.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan:
1. Alat tulis.
2. Kamera.
3. Ceklist.
4. Informed Consent

3.5 Langkah Kerja


Untuk melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi Blok IV dengan baik,
diperlukan langkah kerja yang sistematis dan teratur. Langkah kerja yang
dilakukan adalah :
1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.
2. Berkonsultasi kepada pembimbing kelompok Tugas Pengenalan
Profesi.

27
3. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas
Pengenalan Profesi.
4. Melaksanakan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
5. Membuat laporan hasil kegiatan Tugas Pengenalan Profesi.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Identitas Responden

No Nama Responden Jenis Kelamin Umur

1. Tn. S Laki - laki 18 Tahun

2. Tn. I Laki – laki 19 Tahun

3. Tn. A Laki – laki 19 Tahun

4. Tn. A Laki – laki 18 Tahun

5. Tn. E Laki - laki 18 Tahun

29
4.1.2 Hasil Observasi
Adapun hasil observasi yang kami lakukan terhadap 5 Responden dir
angkum dalam tabel berikut ini :
NO Pertanyaan Tn. S Tn. I Tn. A

1. Alat gerak tubuh yang Sering sekali Sering sekali Sering sekali me
digunakan selama bek menggunakan menggunakan nggunakan Ekstr
erja : Ekstremitas Su Ekstremitas Su emitas Superior
perior (Kedua perior (Kedua (Kedua Tangan)
a. Kedua Tangan
Tangan) Tangan)
b. Salah Satu Tangan
(kanan/kiri)
c. Lainnya :
.........

2. Posisi kerja yang digu Posisi kerja ya Posisi kerja ya Posisi kerja yan
nakan : ng digunakan s ng digunakan s g digunakan seri
ering sekali ial ering sekali ial ng sekali ialah d
a. Berdiri
ah duduk. ah duduk. uduk.
b. Duduk
c. Lainnya :
.........

3. Lama waktu kerja per ± 2 jam ( 15.00 ± 2 jam (15.00 ± 2 jam (15.00
harinya : – 17.00 WIB) – 17.00 WIB) – 17.00 WIB)

a. Kurang dari 5 jam


b. Lebih dari 5 jam
c. Lainnya :
......

4. Apakah anda pernah m Kadang – kada Kadang – kada Sering sekali me


engalami keluhan diba ng merasakan ng merasakan rasakan nyeri ot
nyeri otot dan nyeri otot dan,

30
wah ini : keram , sering sering merasak ot.
merasakan peg an pegal
a. Nyeri otot
al
b. Pegal
c. Keseleo
d. Keram
e. Lainnya :
......

5. Bagian tubuh yang me Kadang – kada Kadang kadan Kadang – kadan


ngalami beberapa kelu ng di pergelan gpada bahu, se g pada paha, beti
han diatas : gan tangan dan rieng sekali pa s, leher, dan dad
betis, sering se da lengan atas a, sering sekali p
1. Alat gerak atas :
kali pada lenga dan pinggang. ada bahu lengan
a. Bahu
n atas ,lengan atas lengan baw
b. Lengan Atas
bawah, pinggul ah.
c. Lengan Bawah
, pinggang, dan
d. Pergelangan Tang
paha
an
e. Jari
2. Alat gerak bawah
:
a. Pinggul
b. Pinggang
c. Paha
d. Betis
e. Lutut
f. Tumit jari kaki
3. Leher
4. Dada
5. Punggung
6. Perut

31
6. Cara Anda mengatasi Sering sekali d Sering sekali d Sering sekali de
keluhan diatas : engan pijat bad engan pijat bad ngan pijat badan
an. an.
a. Minum Obat
b. Pergi ke Dokter
c. Pijat Badan
d. Penggunaan obat
peringan rasa nye
ri (seperti balsam,
koyok, dan minya
k kayu putih)
e. Lainnya :
.......

NO. Pertanyaan Tn. A Ny. E

1. Alat gerak tubuh yang di Sering sekali menggu Sering sekali mengguna
gunakan selama bekerja : nakan Ekstremitas Su kan Ekstremitas Superio
perior (Kedua Tangan r (Kedua Tangan)
a. Kedua Tangan
)
b. Salah Satu Tanga
n (kanan/kiri)
c. Lainnya :
.........

2. Posisi kerja yang diguna Posisi kerja yang digu Posisi kerja yang diguna
kan : nakan sering sekali ial kan sering sekali ialah d
ah duduk. uduk.
a. Berdiri
b. Duduk
c. Lainnya :

32
.........

3. Lama waktu kerja per ha ± 2 jam ( 15.00 – 17.0 ± 2 jam ( 15.00 – 17.00
rinya : 0 WIB) WIB)

a. Kurang dari 5 jam


b. Lebih dari 5 jam
c. Lainnya :
......

4. Apakah anda pernah men Kadang – kadang mer Sering sekali merasaka
galami keluhan dibawah asakan nyeri otot, dan n nyeri otot dan pegal.
ini : sering kali merasakan
pegal
a. Nyeri otot
b. Pegal
c. Keseleo
d. Keram
e. Lainnya :
......

5. Bagian tubuh yang meng Sering kali dibagian le Kadang – kadang di per
alami beberapa keluhan ngan atas dn sering se gelangan tangan dan ser
diatas : kali dibagian bahu. ing sekali di bagian bah
u.
1. Alat gerak atas :
a. Bahu
b. Lengan Atas
c. Lengan Bawah
d. Pergelangan Tangan
e. Jari
2. Alat gerak bawah :
a. Pinggul

33
b. Pinggang
c. Paha
d. Betis
e. Lutut
f. Tumit jari kaki
3. Leher
4. Dada
5. Punggung
6. Perut
6. Cara Anda mengatasi kel Sering sekali dengan p Sering sekali dengan pij
uhan diatas : ijat tubuh at tubuh

a. Minum Obat
b. Pergi ke Dokter
c. Pijat Badan
d. Penggunaan obat
peringan rasa nye
ri (seperti balsam,
koyok, dan minya
k kayu putih)
e. Lainnya :
.......

4.2 Pembahasan
Dari observasi yang telah kami lakukan kami mendapatkan hasil melalui
pengamatan alat dan sistem gerak pada pendayung perahu. Sistem gerak
terdiri dari tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat
berubah apabila mendapat tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri
atas sel-sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras oleh karena

34
matriks ekstraselularnya mengalami kalsifikasi, dan mempunyai derajat
elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik (Snell, 2012).
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu
jaringan osseus, tulang rawan (cartilago), jaringan penghubung, jaringan
adiposa, dan jaringan saraf yang tersusun menjadi satu. Keseluruhan dari
tulang beserta tulang rawan bersama ligamen dan tendon membentuk sistem
rangka (Tortora dan Derrickson, 2011). Perbandingan antara tulang dan
tulang rawan dalam kerangka berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh.
Semakin muda usia seseorang, semakin besar bagian kerangka yang berupa
tulang rawan (Moore dan Agur, 2002).
Dari lima responden yang telah kami wawancarai kami mendapatkan
hasil bahwa semua pendayung perahu duduk saat mendayung perahu, dan
menggunakan kedua tangannya untuk mendayung perahu. Pendayung perahu
biasanya mengalami nyeri dan pegal pada bagian lengan atas, bahu dan
pinggang. Biasanya para pendayung perahu mengatasi keluhan yang dialami
dengan pijat badan.
Rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan
menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak
adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai
penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan
kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi
kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan
mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa
relaksasi. Masing-masing respon tersebut bergabung menjadi satu kontraksi
yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang
berlebihan (kram otot) (Ganong, 1998).
Adapun dari pengamatan kami, alat dan sistem gerak yang terlibat
dalam pendayung perahu adalah Extremitas Superior. Adapun tulang yang
terlibat ialah os humerus, os radius, os ulna, os carpalia, os metacarpalia.
Otot-otot yang sering digunakan oleh pendayung perahu pada saat
mendayung :

35
- Otot-otot lengan atas : M.Biseps Braki, M. Brakialis (Syaifuddin,
2006:96).
- Otot-otot lengan bawah : M.ektensor Karpi Radialis Longus, M.
Ektensor Radialis Brevis, M. Ektensor Radialis Ulnaris, M.
Ektensor Policis Longus, M.Pronator Teres, M. Palmaris Longus,
M. Fleksor Karpiradialis, M. Digitorum Profundus, M. Spinatus
Brevis (Syaifuddin, 2006:98).
- Otot-otot bahu : M. Deltoid, M. Subscapularis, M. Supraspinatus,
M. Infraspinatus, M. Teres mayor, M. Teres minor.
- Otot-otot perut : M. Abdominis Internal, M. Obliquus Eksternus
Abdominis, M. Obliquus Internus Abdominis, M. Transversus, M.
Iliakus, M. Psoas.
Dan melakukan beberapa gerakan yaitu fleksi dan extensi.

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan observasi yang telah kami lakukan,kami
menyimpulkan bahwa:
1. Alat gerak dan sistem gerak tubuh pada pendayung perahu sebagian
besar menggunakan ekstremitas superior, abdomen, thoraks dan
truncus.
2. Gerakan yang dilakukan pada saat mendayung perahu adalah fleksi
dan extensi.
3. Tulang yang terlibat pada extremitas superior : os humerus, os radius,
os ulna, os carpalia, dan os metacarpalia.
Otot-otot yang sering digunakan oleh pendayung perahu pada saat
mendayung :
- Otot-otot lengan atas : M.Biseps Braki, M. Brakialis (Syaifuddin,
2006:96).
- Otot-otot lengan bawah : M.ektensor karpi radialis longus, M.
Ektensor radialis brevis, M. Ektensor radialis ulnaris, M. Ektensor
policis longus, M.pronator teres, M. Palmaris longus, M. Fleksor
karpiradialis, M. Digitorum profundus, M. Spinatus brevis
(Syaifuddin, 2006:98).
- Otot-otot bahu : M.deltoid, M. Subscapularis, M. Supraspinatus,
M. Infraspinatus, M. Teres mayor, M. Teres minor.
- Otot-otot perut : M.abdominis internal, M. Obliquus eksternus
abdominis, M. Obliquus internus abdominis, M. Transversus, M.
Iliakus, M. Psoas.
4 Fungsi tulang : mendasari gerakan untuk mendayung perahu

Fungsi otot : memproduksi gerakan untuk mendayung


perahu, menstabilkan posisi tubuh saat

37
mendayung perahu

Fungsi sendi : Menghubungkan antar tulang sehingga


membentuk rangka, memungkinkan rangka
tubuh bergerak bebas dan leluasa sesuai
batas

5.2 Saran
Setelah melakukan observasi wawancara ini, maka kami mengharapkan
dalam melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) kedepannya nanti
dapat:
1. Memilih tempat,waktu,dan suasana yang nyaman sehingga dapat
mewawancarai dan mengamati alat dan fungsi gerak tubuh dengan
baik.
2. Diharapkan untuk TPP selanjutnya untuk tidak melakukan observasi
terhadap alat dan sistem gerak tubuh pada pendayung perahu, karena
saat ini sudah mulai sulit untuk mencari pendayung perahu di sekitaran
palembang karena sekarang mayoritas telah menggunakan mesin untuk
menggerakkan perahunya.

38
Lampiran 1

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

No. Pertanyaan TP KD S SS

1. Alat gerak tubuh yang digunakan


selama bekerja :
a. Kedua tangan
b. Salah satu tangan (kanan/kiri)
c. Lainnya :
……………….
……………….
2. Posisi kerja yang digunakan :
a. Berdiri
b. Duduk
c. Lainnya :
…………….
…………….
3. Lama waktu kerja per harinya :
a. Kurang dari 5 jam
b. Lebih dari 5 jam
c. Lainnya :
……………...
……………...
4. Apakah anda pernah mengalami
beberapa keluhan dibawah ini :
a. Nyeri otot
b. Pegal
c. Keseleo

39
d. Keram
e. Lainnya :
…………….
…………….
5. Bagian tubuh yang mengalami
beberapa keluhan di atas :
1. Alat gerak atas
a. Bahu
b. Lengan atas
c. Lengan bawah
d. Pergelangan tangan
e. Jari
2. Alat gerak bawah
a. Pinggul
b. Pinggang
c. Paha
d. Betis
e. Lutut
f. Tumit
g. Jari kaki
3. Leher
4. Dada
5. Punggung
6. Perut
6. Cara anda mengatasi keluhan di atas
:
a. Minum obat
b. Pergi ke dokter
c. Pijat badan
d. Penggunaan obat peringan rasa

40
nyeri (seperti balsam, koyok, dan
minyak kayu putih)
e. Lainnya :
…………….
…………….

Keterangan

TP : Tidak Pernah

KD : Kadang-Kadang

S : Sering

SS : Sering Sekali

41
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, B. 2008. Harrison's internal medicine, 17th edition. USA : mcgraw

Darmojo. 2004. Geriatri ( Ilmu kesehatan usia lanjut ) ed 3. Jakarta : balai


penerbit FK UI

Ganong, W. 1998. Fiosiologi Kedokteran ed 9. Jakarta : EGC

Glinka. 1990. Antropometri dan antroposkopi ed 3. Surabaya: fisip unair

Keith, M, dan Agur, A. 2002. Anatomi Klinik Dasar. jakarta : Hipokrates

Paulsen, dan wischake. 2012. Antlas anatomi sobotta. Jakarta : EGC

Setiyohadi. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam, cetakan ke-2. Jakarta : FKUI

Tortora, dan Derrickson. 2011. Principles of anatomy and physiology


maintanance and countinuity of human body 13th edition. Amerika
serikat : john wiley & sons

Syaifuddin, H., 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

42
43

Anda mungkin juga menyukai