Anda di halaman 1dari 4

TUGAS JURNAL ONE HEALTH

Disusun Oleh:
Nastatia Agna 030.13.137
Egidia Eka Rika 030.13.220
Sovia Pratiwi Lahida 030.13.247

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 25 MARET – 01 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
RANGKUMAN

Berbagai serotipe Demam Dengue (DD) sering dilaporkan di berbagai wilayah di


negara Pakistan. Namun, wabah Demam Berdarah Dengue (BDB) terburuk di Pakistan dialami
pada tahun 2011 di Kota Lahore yang merupakan kota paling populer ke-2 di Pakistan dan
ibukota Provinsi Punjab. Epidemi ini terjadi selama musim hujan dan merenggut 301 nyawa
hanya dalam 4 bulan. Untuk mengatasi krisis kesehatan itu, pemerintah akhirnya mengadopsi
strategi multiguna dengan program pengawasan DBD yang ketat di Punjab.
Seperti banyak penyakit lain di Punjab, ada sistem pengawasan penyakit yang kurang
memadai untuk DD dan DBD. Segera setelah wabah terjadi, Peraturan Pencegahan dan
Pengendalian DBD Punjab 2011 yang bersifat sementara diundangkan. Kapasitas rumah sakit
ditingkatkan dengan membangun bangsal Dengue terpisah dengan 1500 tempat tidur di rumah
sakit umum dan 500 tempat tidur di rumah sakit swasta untuk menampung masuknya besar
pasien Dengue. Selain itu, 150 Apotik dikonversi menjadi klinik saringan Dengue bersama
dengan pendirian 20 pusat diagnostik baru dan perekrutan tenaga medis yang lebih banyak lagi.
Pada tahun 2012, pemerintah mengambil langkah inovatif dengan meluncurkan aplikasi
berbasis Teknologi Informatika (TI) yang disebut “SATSCAN”, yang memberikan tanda-tanda
peringatan dini untuk DBD berdasarkan data historis serta kasus-kasus yang telah dilaporkan.
Setelah pasien tiba di rumah sakit, data pasien diunggah di web. Jika diagnosis terbukti, pasien
dicap sebagai pasien "dikonfirmasi", atau dikategorikan sebagai "tersangka" kasus DBD.
Aplikasi "SATSCAN" ini diunggah di sekitar 1500 smartphone Android, dan disediakan untuk
pekerja lapangan dari berbagai departemen pemerintah yang mengunggah foto yang diberi
geotag dari upaya pengawasan vektor mereka. Lebih dari 680.000 foto telah diterima melalui
sistem ini hingga saat ini.
Fokus upaya pengawasan penyakit Dengue adalah Kota Lahore. Selama periode wabah
DBD akut, pada tahun 2011, dilaporkan lebih dari 300 kematian yang diakibatkan oleh DBD.
Setelah diluncurkannya sistem pengawasan penyakit ini, tidak ada kematian yang dilaporkan
pada tahun 2012 dari 124 pasien yang terdiagnosis DBD. Namun, pada 2013, terdapat 13
kematian yang dilaporkan dari 1.512 pasien yang dikonfirmasi, sementara hanya 18 kasus yang
dikonfirmasi dilaporkan di Kota Lahore. Tahun ini, fokus DD di Punjab dialihkan ke kota lain,
yaitu Rawalpindi, yang diperkirakan akan mengimpor penyakit dari provinsi sebelah Khyber-
Pakhtunkhwa (KPK). Pada tahun 2013, wabah DD dialami di Swat, distrik KPK, dengan 6.376
kasus “tersangka” dan 23 kematian. Pada tahun yang sama, epidemi berada pada kondisi
terburuk di Sindh dengan 15.000 pasien terkena DD dengan 32 kematian akibat DD.
Ini adalah upaya pemerintah pertama yang berhasil dan terkoordinasi untuk
memperoleh manfaat dari pendekatan One Health multidisiplin ditambah dengan percepatan
penggunaan TI untuk mengurangi ancaman DD di Provinsi Punjab. Namun, masih ada
kebutuhan untuk mengambil langkah-langkah jangka Panjang dan perbaikan untuk mengatasi
penyakit mematikan ini dalam skala nasional. Oleh karena itu, pemerintah federal diharuskan
untuk memperluas langkah-langkah pengendalian vektor yang efektif dan program pengawasan
DBD ke provinsi lain juga. Selain itu, upaya mobilisasi masyarakat skala besar perlu diperkuat.

PENDAPAT

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian DBD yang pada manusia, yaitu
dengan pendekatan One Health, berupa :

1. Memberikan informasi yang tepat tentang epidemiologi DBD kepada seluruh masyarakat,
terutama pemangku kepentingan termasuk pengurus Puskesmas, rumah sakit, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dan pembuat kebijakan pemerintah.
2. Melakukan survei epidemiologis yang luas pada lingkungan dan perumahan warga di
berbagai daerah untuk mengetahui pola sosio-demografis yang bervariasi dan faktor
predisposisi DBD.
3. Mendorong masyarakat semaksimal mungkin untuk mengendalikan habitat nyamuk
dengan melaksanakan 3M Plus, terutama pada daerah dengan angka kejadian DBD yang
tinggi.
4. Memberikan penyuluhan tentang perlunya pemutusan akses nyamuk ke lingkungan
masyarakat dengan menjaga kebersihan lingkungan rumah secara rutin, memasang kasa
nyamuk di jendela dan ventilasi, dan mengurangi jumlah pakaian yang digantung agar
tidak menjadi tempat nyamuk bersembunyi.
5. Sektor medis melakukan studi bersama mengenai prevalensi nasional dan program
pelaporan pengawasan.
6. Bersama dengan instansi pemerintah menyiapkan Larvasidasi dan Larvitrap untuk
mengurangi peningkatan jumlah nyamuk dan bila diperlukan dapat dilakukan fogging
fokus serentak.
7. Meningkatkan pemanfaatan TI dan bekerja sama dengan berbagai pihak yang mampu
mengintegrasikan sistem pengawasan berbasis TI.
8. Mengedukasi tenaga fasilitas pelayanan kesehatan unuk disiplin melaporkan kasus-kasus
yang terjadi, guna pengembangan dari sistem pelaporan dan TI.
9. Mengedukasi masyarakat untuk pemanfaatan TI secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai