Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Pengertian Uji Creep


Definisi creep adalah aliran plastis yang dialami material pada tegangan tetap.
Meskipun sebagian besar pengujian dilakukan dengan kondisi beban tetap, tersedia peralatan
yang mampu mengurangi pembebanan selama pengujian sebagai kompensasi terhadap
pengurangan penampang benda uji. Pada temperatur relatif tinggi, creep terhadi pada semua
level tegangan, tetapi pada temperatur tertentu laju creep bertambah dengan meningkatnya
tegangan.
Creep (mulur) adalah deformasi (perubahan bentuk) permanen material fungsi
terhadap waktu jika material tsb diberikan beban (tegangan) konstan pada temperatur tinggi
(> 0.4*Temperatur Lelehan (K) mekanisme Creep diawali dengan adanya sliding
(pergeseran) diantara butir-butir logam dan terjadi permanent deformasi (pengecilan
penampang) selanjutnya patah Untuk diagram rate pada creep biasanya bentuk kurva mulur
ideal. Kemiringan pada kurva (de/dt ) tersebut dinyatakan sebagai laju mulur (creep rate).
Mula-mula benda uji mengalami perpanjangan yang sangat cepat (primary), e0, kemudian
laju mulur akan turun terhadap waktu hingga mencapai keadaan hampir seimbang
(secondary), dimana laju mulurnya mengalami perubahan yang kecil terhadap waktu. Pada
tahap akhir (tertiary), laju mulur bertambah besar secara cepat hingga terjadi patah..
Mekanisme yang terjadi pada tapan creep adalah sbb: Komponen pertama kurva mulur adalah
kurva transien, dimana laju mulurnya turun terhadap waktu. Tahap ini disebut mulur primer
dimana hambatan mulur bahan bertambah besar akibat pemulihan (recovery) dari deformasi
yang terjadi. Komponen yang kedua adalah mulur viskos dengan laju mulur tetap. Tahap
mulur yang kedua ini disebut mulur sekunder, adalah proses dengan laju mulur hampir tetap.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya keseimbangan antara kecepatan proses pengerasan regang
dan proses pemulihan (recovery). Oleh karena itu mulur sekunder biasanya dinyatakan
sebagai mulur keadaan seimbang (steady state). Nilai rata-rata laju mulur selama terjadi
mulur sekunder dinamakan laju mulur minimum. Tahap mulur ketiga atau mulur tersier
terutama terjadi pada uji beban tetap pada temperatur dan tegangan-regangan yang tinggi.
Mulur tersier terjadi apabila terdapat pengurangan efektif pada luas penampang lintang yang
disebabkan oleh penyempitan setempat atau pembentukan rongga internal. Mulur tahap
ketiga sering dikaitkan dengan perubahan metalurgi tertentu, seperti pengkasaran partikel
endapan, rekristalisasi, atau perubahan difusi dalam fasa yang ada.

Pengujian creep ini biasanya berguna untuk aplikasi yang parameter kegagalannya
ialah regangan (strain) tertentu dan tidak harus terjadi perpatahan. Pada pengujian tersebut,
variabel bebasnya berupa waktu, kemudian variabel kontrolnya yaitu besar suhu dan
tegangan, serta variabel terikatnya berupa regangan. Biasa dilakukan dalam tegangan yang
relatif tidak terlalu tinggi dan regangan yang tidak terlalu besar pula (biasanya kurang dari
0,5%), selain itu pengujian ini dilakukan di dalam chamber yang dapat mengontrol besar
variabel suhu dan tegangannya. Grafik hasil pengujiancreep ini yaitu:
Gambar 1. Grafik strain vs waktu dari hasil pengujian creep[1]
Pada pengujian creep biasa, hasilnya tidak terlalu praktikal untuk diaplikasikan pada komponen yang sedang
terekspos temperatur tinggi. Sehingga solusi yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan pengujian creep
rupture testpada temperatur yang didesain sedemikian rupa agar sesuai dengan lingkungan aplikasinya, dengan
waktu yang singkat, dan dengan beban yang sesuai dengan aplikasinya. Dan prosedur ekstrapolasi yang umum
digunakan untuk bisa memprediksi umur sisa material yang sedang digunakan pada temperatur tinggi yaitu
persamaan Larson Miller Parameter. Larson Miller Parameter dicetuskan oleh James Miller dan F.R Larson pada
tahun 1951 yang dihasilkan dari penurunan persamaan Arhenius, yang didefinisikan sebagai berikut:

di mana r = laju proses creep


ΔH = Energi aktivasi untuk proses creep
T = Temperatur absolut
R = Konstanta gas
A = Konstanta

Anda mungkin juga menyukai