Anda di halaman 1dari 3

Sukses adalah harapan semua orang, tanpa kecuali.

Secara kodrati sukses


merupakan motivasi intrinsik yang datang dari dalam diri individu. Motivasi
ekstrinsik tidak lebih dari pelengkap dan penguat untuk mencapai sukses walaupun
terkadang memberi energi yang luar biasa.
Sukses bagi sebagian besar orang bukan sekedar kemudahan memperoleh dan
mencari alternatif pilihan hidup, lebih dari itu sukses merupakan simbul akan
eksistensi diri. Sukses memberi kontribusi yang signifikan dalam aktualisasi diri,
artinya semakin sukses seseorang akan mudah untuk bergaul dan berinteraksi
dengan orang lain karena memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Sukses sesengguhnya merupakan hasil kerja keras dan doa, no gain without paint.
Tanpa kerja keras memperoleh sukses adalah sebuah anugerah, namun pada
prinsipnya sukses tidak datang secara kebetulan.
Berharap sukses adalah sebuah energi bagi orang yang mengharapkannya. Energi
itu menggerakkan seseorang untuk berfikir, bekerja, berinovasi, dan berkreasi.
Berfikir selalu berangkat dari asumsi-asumsi teoritis, aksioma, ataupun thesa. Hasil
berfikir akan dipraktikkan dalam bekerja, idealisme dalam pikiran dan teori
diejawantahkan dalam realitas kerja. Dari implementasi ranah idealitas ke ranah
realitas akan menjadi pengalaman empirik bagi pelakunya. Sudah barang tentu
terjadi deviasi atau penyimpangan antara kedua ranah tersebut. Deviasi dan
penyimpangan mengakibatkan kinerja terganggu. Akibatnya sukses kerja
terhambat, bahkan gagal.
Bagi individu kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, prinsip kegagalan adalah
sukses yang tertunda harus dipegang teguh oleh orang yang memperjuangkan
kesuksesan hidupnya. Kesenjangan ranah idealitas dan ranah realitas yang
berpotensi menghambat kinerja tersebut perlu disikapi dengan inovasi. Inovasi
diperlukan ketika konsep lama tidak lagi ideal untuk dipraktikkan. Inovasi menjadi
jembatan menuju kesuksesan dengan masih berangkat dari teori lama, hanya diubah
metode atau caranya saja.
Jika inovasi kurang atau gagal menjadi solusi kesenjangan ranah ideal yang teoritis
dan ranah realis yang praktis maka perlu ditempuh langkah terakhir yakni proses
kreatif. Proses kreatif merupakan proses mereka ulang (reenginering) konsepsi
teoritis yang berada dalam ranah idealis. Dalam mereka ulang (reenginering)
dibutuhkan kesadaran atas dimensi kemampuan, dimensi waktu, dan dimensi
tempat.
Sesungguhnya untuk menggapai sukses proses kreatif mutlak dibutuhkan karena
sangat banyak variabel yang berpotensi menghambat sukses. Kesadaran atas
dimensi kemampuan sejatinya merupakan modal pokok bagi seseorang untuk
mengkonstruk masa depannya. Dari sinilah action plan masa depan dibangun.
Perumusan action plan adalah sebuah proses penjabaran visi dan misi hidup. Visi
senantiasa bertalian dan berlandaskan atas keyakinan hidup, visi adalah way of life
bagi setiap orang. Dari visi yang dimiliki, seseorang akan merumuskan misi
hidupnya. Misi merupakan operasionalisasi dari visi.
Visi dan misi adalah ruh bagi seseorang. Tanpa kedua hal tersebut maka seseorang
tak ubahnya makhluk mati, adanya seperti tak ada. Maka jelaslah sesorang yang
tidak memiliki visi dan misi tidak akan pernah sukses karena tiada memiliki energi
intrinsik untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Orang yang
hidupnya tiada terkendali adalah orang yang kehilangan visi dan misi hidup.
Visi dan misi setiap orang pastilah berbeda. Begitu pula cara seseorang memandang
kesuksesan. Ada yang memandang sukses adalah ketercapaian material duniawi,
ada yang memandang sukses adalah keberhasilan merengkuh kekuasaan, dan ada
pula yang memandang sukses adalah keberhasilan dunia sebagai persiapan
kehidupan akherat. Yang jelas sejatinya sukses adalah harapan semua orang dalam
perspektif dan kadar yang berbeda tergantung latar belakangnya.

Kesukaan saya terhadap organisasi membuat saya tidak merasakan capeknya


berorganisasi. Saya menikmati seluruh kegiatan saya ini, apalagi saat saya menjadi
ketua jurnalistik. Berkutat dengan berita, topik hangat, serta koran-koran setiap
minggunya tidak menyurutkan semangat saya untuk terus berkarya dan
berorganisasi.

Selain itu, menurut saya berorganisasi juga mengajarkan saya untuk bisa
memanajemen waktu dan membuat skala prioritas, yang mana yang harus
dikerjakan terlebih dahulu karena tingkat kegentingannya lebih tinggi dan harus
dikerjakan lebih cepat, dan yang mana yang bisa dikerjakan beberapa hari akan
datang karena tidak terlalu genting dan juga tidak mendesak.

Hal lain yang saya dapatkan dari berorganisasi adalah menambah teman dari luar,
baik dari luar sekolah maupun luar kelas saja. Sebelum ikut organisasi, saya bukan
orang yang aktif, saya hanyalah siswa pendiam yang kerjanya hanya belajar dan
belajar. Bercengkerama dengan teman sekelas pun jarang, apalagi untuk bersapa
dengan teman dari kelas lain.

Untungnya, semakin banyak mengikuti organisasi, cara pikir saya sudah semakin
berubah. Pemilihan skala prioritas pun sudah dengan gampang saya lakukan,
manajemen waktu antara sekolah dan organisasi pun tidak membuat saya pusing
tujuh keliling. Nilai saya pun di atas rata-rata, saya juga mendapatkan peringkat 3
besar di kelas.

Anda mungkin juga menyukai