PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MRSA mengalami resistensi karena perubahan genetik yang disebabkan oleh paparan
terapi antibiotik yang tidak rasional. Transmisi bakteri berpindah dari satu pasien ke
pasien lainnya melalui alat medis yang tidak diperhatikan sterilitasnya. Transmisinya
dapat pula melalui udara maupun fasilitas ruangan, misalnya selimut atau kain tempat
olahraga, kebersihan individu, riwayat perawatan, riwayat operasi, riwayat infeksi dan
Data terbaru tahun 2005 dari Pusat Kontrol Penyakit dan Pencegahan Penyakit
kesehatan disebabkan oleh MRSA. Data dari Pusat Program Surveilans Antimikroba
juga menunjukkan terjadinya peningkatan MRSA di antara Staphylococcus aureus yang
diisolasikan dari pasien Intensive Care Unit (ICU) di seluruh dunia. Ditemukan adanya
kejadian MRSA maupun infeksi luka operasi karena bakteri lainnya di rumah sakit
besar di Indonesia termasuk di bangsal perawatan pasien bedah. Beberapa studi juga
keperawatan dan terapi antibiotik (Nurkusuma, 2009). Royal College of Nursing (RCN)
Ruang Intensive Care Unit (ICU) menjadi ruangan yang memiliki resiko tinggi
terjadinya MRSA karena peralatan yang dipakai oleh pasien terutama ventilator tidak
steril akibat saat pemasangan ventilator tidak sesuai dengan prosedur, sehingga
menyebabkan koloni bakteri dapat menyebar kepada orang-orang yang berada di dalam
ruangan tersebut (Gordon et al, 2008). Pada beberapa tahun terakhir juga ditemukan
peningkatan angka kejadian MRSA yang terjadi di ruang perawatan bedah akibat luka
Perbedaan kondisi antara rumah sakit di Indonesia, khususnya Rumah Sakit Umum
lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain iklim, konstruksi gedung, kondisi
ruangan, fasilitas ruangan, standar prosedur operasional dan kebersihan. Selain itu juga
terdapat perbedaan pada tenaga medis dan paramedis di Indonesia dengan negara-
negara lain, seperti lamanya bekerja di rumah sakit. Beberapa hal di atas menyebabkan
terjadinya perbedaan tingkat kejadian MRSA di suatu negara dengan negara lainnya.
Persentase infeksi nosokomial oleh Staphylococcus aureus sebesar 21, 7%. Sekitar 40%
bakteri S. aureus yang dapat diisolasi di rumah sakit, diketahui resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik turunan β-laktam dan sefalosporin, tetapi masih sensitif
insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. Di Asia, prevalensi
infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006
rekannya melakukan survei sampel dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2006
antara bagian gawat darurat di lima rumah sakit pendidikan di Pittsburgh. Di antara 255
mereka, termasuk 11 peserta (4,3%) dengan MRSA. MRSA mengenai semua pekerja
perawat, asisten perawat, atau teknisi pemeliharaan pasien. Hal ini disebabkan oleh
penyebaran MRSA dari pasien kepada perawat atau asisten perawat saat melakukan
keperawatan secara komprehensif pada An. dengan MRSA di bangsal anak RSUP. Dr.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakuakan asuhan keperawatan pada An. dengan MRSA di bangsal anak
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An. dengan MRSA di bangsal anak RSUP.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
1. Pengertian MRSA
golongan β-laktam. MRSA pertama kali ditemukan pada tahun 1961. Galur MRSA
sebagai infeksi MRSA yang terdapat pada individu yang pernah dirawat di rumah
sakit atau menjalani tindakan operasi dalam satu tahun terakhir, memiliki alat bantu
nosokomial yang penting. CA-MRSA merupakan galur MRSA yang sama sekali
tidak berhubungan dengan infeksi nosokomial atau infeksi di rumah sakit. CA-
MRSA berbeda dengan HA-MRSA secara fenotip, genotip dan virulensi. CA-
MRSA memiliki virulensi lebih tinggi dan resistensi terhadap antimikroba non β-
memiliki spora dan tidak motil. Staphylococcus aureus merupakan jenis kuman
2. Anatomi Fisiologi
a. Darah
lingkungan dalam tubuh dan untuk mengembalikan fungsi tubuh dalam keadaan
Darah terdiri atas plasma 55% dan sel 45%, sel dalam darah antara lain
adalah trombosit, sel darah putih, sel darah merah. Plasma mengandung ion
Na+, K+, Ca+, Mg+. Adapun zat organik seperti asam amino, protein,
glukosa. Plasma mudah beku karena terdapat protein fibrinogen yang dapat
berubah menjadi fibrin yang berperan dalam pembekuan darah. Protein
(tekanan osmotic) tekanan ini berfungsi menarik air kembali ke kapiler dan
1) Netrofil yang berfungsi membunuh bakteri, pada infeksi akut jumlah sel ini
meningkat.
2) Basofil, melepaskan histamin, sel ini berperan pada reaksi hipersensitif tipe
3) Menyerang beberapa jenis parasit, sel ini meningkat pada penderita alergi
Apabila ada benda asing yang masuk kedalam tubuh, maka tubuh akan
bereaksi membentuk suatu zat anti (anti bodi) yang khas untuk masing-masing
benda asing tersebut. Kekebalan mungkin dapat dibawah sejak lahir, melalui
zat anti yang diberikan ibu atau dapat pula diperoleh kemudian. Kekebalan
yang diperoleh kemudian bisa terjadi karena infeksi secara alamiah yang
atau dapat pula kekebalan yang sifatnya dibuat dengan memberi vaksin tertentu,
contohnya :
2) Vaksin polio
3) Vaksin DPT
4) Vaksin TT
5) Vaksin morbili
6) Vaksin rubella
bulan.
bertahun-tahun.
d. Sel darah merah
Eritrosit sebagai sel darah merah berumur rata-rata 120 hari, sel ini
Triliun dalam 5 liter darah, jikadalam perhitungan detik maka didapatkan dalam
1 detik akan terbentuk 2. 400. 000 sel baru dan selama hidupnya eritrosit ini
akan melewati aliran darah dengan menempuh lebih dari 1.000 km dalam
hidupnya
eritrosit yang sehat. Apabila darah dilakukan sentrifugal maka akan didapatkan
pada laki-laki berkisar 47% dan pada perempuan 42%. Didalam eritrosit
3. Etiologi
Staph Staphylococcus adalah jenis umum bakteri. Pada sekitar 1 dari setiap 4
orang sehat, kuman Staph hidup di kulit atau pada bagian hidung, tetapi tidak
Staph.
Jika bakteri Staph memasuki tubuh seseorang melalui luka, sakit, kateter, atau
1. Infeksi bisa ringan dan lokal (misalnya, jerawat), atau lebih serius (melibatkan
2. Infeksi Staph serius lebih umum pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah. Ini termasuk pasien di rumah sakit dan jangka panjang fasilitas
kanker.
Di masa lalu, infeksi Staph yang paling menanggapi Gorup antibiotik yang
Sekitar 2 dari setiap 100 orang membawa strain Staph yang resisten terhadap
antibiotik ini. Menjadi tahan berarti antibiotik tidak dapat untuk mengobati dan
menyembuhkan infeksi dengan jenis bakteri. Ini strain Staph disebut MRSA,
pada orang yang berada di rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya. Mereka
yang telah dirawat di rumah sakit atau menjalani operasi dalam satu tahun
yang lebih tinggi dari infeksi Staph yang dimulai di rumah sakit. Infeksi MRSA
yang terjadi di masyarakat terlihat pada orang sehat yang tidak baru-baru ini di
3. Infeksi telah terjadi di antara atlet yang memiliki peralatan atau barang-barang
pribadi (seperti handuk atau pisau cukur) dan anak-anak di fasilitas penitipan.
4. Anggota militer dan mereka yang mendapatkan tato juga berisiko. Jumlah
4. Pathofisiology
infeksi dan virulensi organisme. Kulit dan membrana mukosa utuh berperan sebagai
intravaskuler) dan luka bakar menambah resiko infeksi. Adhesi S. Aureus pada sel
mukosa diperantarai oleh asam teikoat pada dinding sel, dan pemajanan pada
menghambat kemotaksis.
Protein A. ada pada kebanyakan strain S. Aureus tetapi tidak ada pada S.
Epidermidis, beraksi secara spefisik dengan IgG1, IgG2, dan IgG4. Protein ini
terletak pada selaput bakteri paling luar dan dapat menyerap imunoglobulin serum,
hemolisin stafilokokus yang toksik terhadap eritrosit dan leukosit juga turut
prevalensi spesies bakteri lain. Jika keseimbangan ini terganggu selama terapi
penelanan enterotoksin yang telah terbentuk dapat menimbulkan penyakit bila tidak
secara transplasenta. Anak yang lebih tua dan orang dewasa mengembangkan
antibodi terhadap stafilokokus sebagai akibat infeksi minor kulit dan jaringan lunak
stafilokokus yang jelas. Namun, adanya antibodi tidak selalu melindungi individu
aureus pada anak yang sebelumnya sehat dapat terjadi sesudah infeksi virus yang
Individu dengan cacat kongenital atau didapat pada sistem komplemen yang
Chediak Higashi, Wikott Aldrich, dan leukosit malas), fagositosis tidak sempurna,
dan imunitas humoral tidak sempurna (antibodi diperlukan untuk opsonisasi) serta
ketoasidosis diabetik dan pada individu sehat sesudah minum alkohol. Penderita
Infeksi kulit Staph menyebabkan area merah, bengkak, dan nyeri pada kulit.
Mungkin ada drainase nanah atau cairan lain dari situs. Gejala lebih mungkin terjadi
di mana kulit telah dipotong atau digosok, atau di daerah di mana ada rambut tubuh
lebih.
cenderung menjadi parah. Infeksi ini dapat Staph dalam aliran darah, jantung atau
1) Nyeri dada
2) Kedinginan
3) Batuk
4) Kelelahan
5) Demam
7) Sakit kepala
8) Otot nyeri
9) Ruam
1) Impetigo
luka borok warna merah pada wajah, terutama di sekitar hidung, mulut anak-
anak. Meski infeksi ini umumnya terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam kulit
melalui luka atau gigitan serangga, tapi impetigo bisa juga tumbuh dalam kulit
yang sering ditemukan pada tindakan operasi superfisial, profunda, dan organ.
Salah satu agen biologis penyebab penting adalah MRSA yang merupakan
3) Pneumonia
atau perlekatan bakteri yang dimulai oleh infeksi virus. Pada anak yang lebih
muda dari usia lebih dari 1 tahun, mulainya dapat ditunjukan oleh mengi
penyakit lobar.
4) Abses
oleh bakteri dan parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya, serpihan,
7. Pemeriksaan Penunjang
menegakkan diagnosis infeksi MRSA dan prosedur standar uji bioaktivitas obat
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas meliputi (nama, alamat, no.mr, umur, jenis kelamin, agama, tanggal
b. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluhkan demam tinggi, sesak nafas, adanya lendir, sakit
teratur atau tidak, diperiksa oleh siapa, hasil pemeriksaan, riwayat pengobatan
selama kehamilan, hamilan yang keberapa dan apakah ada riwayat kelahiran
Dikaji usia kehamilan saat kelahiran, cara persalinan (spontan, oprasi atau
dengan bantuan alat), ditolong oleh siapa,keadaan sewaktu lahir yaitu berat
d. Riwayat kesehatan
Biasanya klien mengeluhkan demam tinggi, nafas sesak, adanya lendir pada
mulut, batuk.
menglami TB Paru atau batuk lama. Kaji lingkungan tempat tinggal klien
Biasanya ada atau tidak anggota keluarga yang menderita penyakit yang
Biasanya terdapat gangguan atau tidak pada motorik halus, motorik kasar,
f. Imunisasi
Biasanya imunisasi anak lengkap atau tidak, kaji berpa kali pemberian imunisasi
penurunan
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala : biasanya simetris kiri dan kanan, rambut berwarna hitam, bersih
e. Mata : biasanya simetris kiri dan kanan, Sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis
pendengaran baik
g. Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, ada atau tidak ada
serumen
h. Mulut : biasanya mulut bersih, bibir pucat, lidah bersih, gigi lengkap / tidak,
i. Leher : biasanya edema, tidak ada pembesaaran kelenjar getah bening, tiroid
j. Dada
I : biasanya simetris kiri dan kanan, menggunakan otot bantu nafas / tidak,
P : Biasanya sonor
k. Jantung
A : biasanya regular
l. Perut
I : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada edema, tidak ada lesi
P : biasnyanya tympani
p. Pemeriksaan penunjang
darah
b) Darah rutin : Hb, leukosit, hitung jenis, eritrosit, albumin
2. Diagnosa Keperawatan
Heather Herdman ; ahli bahasa, Made Surmawati, Dwi Widiatri, Estu Tiar ; editor
3. Intervensi Keperawatan
Sumber : ( Buku saku diagnosa dengan intervensi NIC dan criteria hasil NOC/ Judith M.
Wilkinson : ahli bahasa, Widyawati.. [et al.] : editor edisi Bahasa Indonesia, Eny Meiliya,