Anda di halaman 1dari 17

Indah Tirtya

"Ilmu bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri.


Kenapa enggan mencari?"

Main menu
Skip to content

 Home
 About

Jun 25 2014

Penanganan Kegawatdaruratan Pada


Kasus Retensio Plasenta & Rujukannya
MAKALAH ASKEB V

“Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus


Retensio Plasenta & Rujukannya ”
Disusun Oleh:

Indah Tirtya

12211227

II A

Prodi DIII Kebidanan

Pembimbing : Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita
semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Dalam makalah
ini, penulis membahas tentang “penanganan kegawatdaruratan pada kasus retensio plasenta &
rujukannya“. Salawat beserta salam tidak lupa penulis ucapkan kepada nabi junjungan kita
Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing, ibuk Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb
karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin dalam pembuatan
makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Padang, Maret 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis
yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang
terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.

Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan


• Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan
tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan
pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien
dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.
• Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan
ekonominya. Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan
kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap
manusia dan kelurga yang mengalaminya.

• Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus
dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit
atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan
pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.

• Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat,
mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan
pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperikssssa
dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah
stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya
kepada pasien sangatlah penting.
• Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk
menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.

• Dukungan Keluarga (Family Support)


Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus
mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga
pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan
keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila
pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak
mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk
menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi
informasi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Retensio Plasenta
2. Jenis –jenis Retensio Plasenta
3. Penanganan Kegawatdaruratan Retensio Plasenta & rujukannya
4. Tinjauan Kasus

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kala III Persalinan


1. Pengertian
Kala III Persalinan disebut juga sebagai kala uri/kala pengeluaran plasenta, dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (APN, 2008).

2. Tanda-tanda lepasnya plasenta


Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini (APN, 2008):

a. Perubahan bentuk tinggi fundus


Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh
dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dibantu oleh gaya gravitasi

B. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2007).
1. Etiologi
a. Etiologi dasar meliputi
• Faktor maternal: gravida berusia lanjut, multiparitas.
• Faktor uterus: bekas sectio caesaria (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus),
bekas pembedahan uterus, anomali uterus, tidak efektif kontraksi uterus, pembentukan
contraction ring, bekas kuretase uterus (yang terutama dilakukan setelah abortus), bekas
pengeluaran plasenta secara manual, bekas endometritis.
• Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi cornual, plasenta akreta, kelainan bentuk
plasenta.
b. Etiologi berdasar abnormalitas pada tingkatan kala III, meliputi :
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi
perdarahan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat
erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai miometrium –
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta).
• Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).

2. Jenis Retensio Plasenta


a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstruksi ostium uteri.

3. Penanganan
a. Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak terjadi,
cobakan traksi terkontrol tali pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal.
• Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
• Lakukan tranfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral dan metronidazol 20 l g
supositorial/oral).
• Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
b. Plasenta Inkarserata
• Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
• Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan
melahirkan plasenta .
• Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosis 20
IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengantisipasi ganguan kontraksi
yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
• Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum. Lakukan
manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik
(tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedatif (diazepam 5mg IV) pada tabung
suntik terpisah.
c. Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila
tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi
yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.

C. Plasenta Manual
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan
tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (APN,
2008). Plasenta manual dilakukan apabila terjadi perdarahan (Saifuddin, 2007).

2. Penatalaksanaan Plasenta Manual (APN, 2008)


a. Persiapan
• Memasang set dan cairan infus.
• Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
• Melakukan anestesi verbal/analgesia per rektal.
• Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
• Memastikan kandungan kemih dalam keadaan kosong.
• Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu
tangan sejajar lantai.
• Secara obstetrik, memasukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap kebawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
• Setelah mencapai bukaan servik, minta seseorang asisten/penolong lain untuk menegangkan
klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
• Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
• Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari
telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1.) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
• Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan
menghadap ke bawah (posterior ibu).
• Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung
jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke
atas (anterior ibu).
2.) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, maka perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
• Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
ada sisa plasenta yang tertinggal.
• Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian
instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa
plasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah).
• Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke arah dorso
kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah
disediakan.
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
• Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan.
• Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5 %
selama 10 menit.
• Cuci tangan.
• Keringkan tangan dengan handuk bersih.
f. Pemantauan pasca tindakan
• Periksa kembali tanda vital ibu.
• Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
• Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan.
• Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai.
• Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat
gabung .

video Manual Plasenta

Sumber : http://www.youtube.com

D. Wewenang Bidan
Dalam SPK disebutkan bidan memiliki kewenangan untuk mengenali dan melakukan
tindakan yang tepat ketika terjadi retensio total atau parsial. Hal ini tertulis dalam buku
Standar Pelayanan Kebidanan standar ke-20 “Penanganan Kegawatdaruratan Retensio
Plasenta”
Pernyataan standar: bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil: penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta, ibu dengan retensi
plasenta mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat, penyelamatan ibu dengan retensio
plasenta meningkat.
1. Prasyarat:
a. Bidan telah terlatih dan terampil dalam: fisiologi dan manajemen aktif kala III;
pengendalian dan penanganan perdarahan termasuk pemberian oksitosika, cairan iv dan
plaseta manual.
b. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting: sabun, air bersih yang mengalir, handuk
bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus dengan jarum
berukuran 16 dan 18, sarung tangan steril.
c. Tersedianya obat-obatan antibiotik dan oksitosika (oksitosin dan metergin), dan tempat
penyimpanan yang memadai.
d. Adanya partograf dan catatan persalinan atau kartu ibu.
e. Ibu, suami dan keluarga diberitahu tindakan yang akan dilakukan (inform
consent/persetujuan tindakan medik).
f. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder.
2. Proses:
a. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala III pada semua ibu yang melahirkan secara
vagina (standar 11).
b. Mengamati adanya tanda dan gejala retensio plasenta (perdarahan yang terjadi sebelum
plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi, biasanya disebabkan retensio
plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir, sedangkan uterus terasa lembek juga mungkin
disebabkan oleh adanya bagian plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus.
Jadi plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa kembali kelengkapannya).
c. Bila plasenta tidak lahir 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan aktif kala III
dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali
dengan hati-hati. Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif kala III 15 menit atau lebih, dan
jika plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir
kalinya. Jika plasenta masih tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat,
rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
d. Bila terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual. Bila tidak
berhasil, lakukan rujukan segera.
e. Berikan cairan iv: NaCl 0,9 % atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar (16/18
G) untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik atau
kembali normal.
f. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus dilakukan secara aseptik.
g. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur.
h. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepam 10 mg IM.
i. Cuci tangan sampai sebagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir, dan handuk
bersih, gunakan sarung tangan panjang steril/DTT (hal ini untuk melindungi ibu dan bidan
terhadap infeksi).
j. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat dan melengkung,
mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta (pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk
membantu)
k. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di fundus agar uterus
tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam uterus carilah tepi plasenta yang
terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas lalu lakukan gerakan mengikis ke samping
untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus.
l. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati-hati dan
perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan menariknya keluar)
m. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada kontraksi, (lihat
standar 21).
n. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tidak lengkap, periksa lagi kavum uteri dan keluarkan
potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti di atas.
o. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan bila perlu (penelitian menunjukkan bahwa
hanya robekan yang menimbulkan perdarahan yang perlu dijahit).
p. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
q. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka
rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera (lihat standar 21).
r. Buat pencatatan yang akurat.

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


ATAS NAMA Ny. “R” DENGAN RETENSIO PLASENTA
DI BPS SRI ROMDHATI, SEMIN, GUNUNG KIDUL

NO REGISTER : 937
MASUK BPS TANGGAL, JAM : 17 November 2009, 13.50 WIB
DIRAWAT DIRUANG : Ruang bersalin
PENGKAJIAN TANGGAL : 17 November 2009, 15.30 WIB

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. Rini Tn. Suratman
Umur : 22 tahun 24 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : – Wiraswasta
Alamat : Taunan, Semin Taunan, Semin

1. Riwayat Persalinan
Lama Kala I : jam 14.00 pembukaan 8 cm, jam 15.00 pembukaan 10 cm.
Lama Kala II : 30 menit (jam 15.00-15.30 WIB)
Janin lahir spontan jam 15.30 jenis kelamin perempuan.
Apgar skor (1 menit: 7, 5 menit: 9, 10 menit: 10).
No. Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1. Warna kulit 1 2 2
2. Denyut jantung 2 2 2
3. Usaha nafas 2 2 2
4. Tonus Otot 1 2 2
5. Reflek 1 1 2
Jumlah 7 9 10
KALA III (17 November 2009, 15.30 WIB)
Tanggal/Jam S O A P
17-11-2009, 15.30 WIB Ibu mengatakan perutnya mulas. – KU ibu baik, kesadaran compos
mentis
– Tanda vital (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83 x/menit, frekuensi pernafasan 20
x/menit, suhu 37 0C)
– Kontraksi uterus baik
– TFU setinggi pusat
– Tali pusat terlihat di vulva Primipara usia 22 tahun dalam kala III 1. Memastikan janin
tunggal.
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha kanan atas bagian luar 1 menit
setelah bayi lahir.
3. Klem tali pusat berada 5 – 10 cm dari vulva, tangan kiri dorso kranial, tangan kanan
melakukan penegangan tali pusat terkendali.

Catatan Perkembangan Kala III (17 November 2009, 15.45 WIB)


Tanggal/Jam S O A P
17-11-2009, 15.45 WIB Ibu mengatakan perutnya masih mulas KU ibu baik, kesadaran
compos mentis, kontraksi uterus baik, TFU setinggi pusat, tali pusat terlihat di vulva, belum
ada tanda-tanda pelepasan plasenta setelah 15 menit, kandung kemih penuh. Primipara usia
22 tahun dalam kala III 1. Menyuntikkan 10 IU oksitosin dosis kedua secara IM.
2. Memasang infus RL menggunakan jarum ukuran 18 dengan tetesan cepat.
3. Mengosongkan kandung kemih dengan kateter.
4. Mengulangi kembali penegangan tali pusat dan tekanan dorso kranial saat uterus
berkontraksi.
5. Memberitahu keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit.
6. Menyiapkan surat rujukan, transportasi, pendamping.

Catatan Perkembangan Kala III (17 November 2009, 16.00 WIB)


Tanggal/Jam S O A P
17-11-2009, 16.00 WIB Ibu mengatakan perutnya masih mulas dan cemas karena ari-ari
belum lahir – KU ibu baik, kesadaran compos mentis
– Kontraksi uterus baik
– TFU setinggi pusat
– Tali pusat terlihat di vulva
– Belum ada tanda-tanda pelepasan plasenta setelah 30 menit Primipara usia 22 tahun dalam
kala III dengan retensio plasenta 1. Mencoba melahirkan plasenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya.
2. Merujuk pasien ke RS Mitra.

B. Pembahasan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta yaitu dilakukan
manajemen aktif kala III, pemantauan tanda-tanda pelepasan plasenta, dan melakukan
rujukan setelah 30 menit apabila plasenta belum lahir. Hal ini sesuai dengan prosedur pada
Standar Pelayanan Kebidanan.
Selain itu bidan memberikan dukungan berupa semangat dan motivasi supaya ibu dan
keluarga tetap tenang.
BAB IV
PENUTUP

A. Saran
Memahami dan mempelajari serta menerapkan asuhan kebidanan dengan baik sangat penting
agar bisa diterapkan secara praktik di lapangan. Bagi tenaga kesehatan yang terkait dengan
penanganan ibu bersalin diharapkan mempelajari dan memahami sebaik-baiknya asuhan
kebidanan yang harusnya diberikan kepada ibu bersalin, termasuk mendeteksi secara dini
adanya masalah pada ibu bersalin seperti retensio plasenta serta kebutuhan akan dukungan
mental dan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi I, Cetakan ke IV. 2006. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Tim Revisi. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, Edisi III. 2008. Jakarta:
JNPK-KR/POGI.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan VIII. 2006. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
IBI. Standar Pelayanan Kebidanan. 2003. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Advertisements

Share this:

 Twitter
 Facebook4
 Google

Related

MAKALAH PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA KASUS EKSLAMSI


DAN RUJUKANNYA

Makalah Posyandu dan PolindesIn "Peran Serta Masyarakat"

Atonia Uteri

By indahtirtya11

Post navigation
Sirkulasi Darah Pada Dewasa Dan Janin
STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Leave a Reply

Search

About Me ^^

Hello, everybody. My complete name is Indah Tirtya, you can call me


Indah / ITT / iin, whatever you like. I was born in Padang. I live at Balai baru , Padang. My
hobies are singing , watch movie and dancing . I graduated from senior high school 16
padang, and now I am studing in Stikes Mercubaktijaya Padang. I have pleasant personality. I
am very friendly, sometimes I am shy if I meet new people. I also inteligent so I have a lot
friends. sometimes I become annoying person and selfish. I like study hard and I smile a lot. I
think that's enough introduction, and success always for all

My collage
Tag
Aborsi ASKEB Bidan Komunitas education hukum Kesehatan Reproduksi Kontrasepsi Hormonal
menstruasi MINIPIL Pelayanan Kebidanan Pembuahan Pendekatan Edukatif Peran Serta Masyarakat Polindes Posyandu profesi bidan
Provider Sel Sperma Sel telur standar pelayanan kebidanan Tanggung Jawab Bidan Tugas Bidan Unwanted Pregnancy wanita
June 2014
M T W T F S S
Jul »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30

My Music
www.soundcloud.com
Recent Posts
 Tips Mencegah Radang Gusi Pada Wanita Hamil
 Bayi Berat Lahir Rendah
 KIE dalam Pelayanan KB
 Atonia Uteri
 Anemia selama kehamilan

Categories
 Uncategorized (25)

Archives
 December 2014
 July 2014
 June 2014

Blog yang Saya Ikuti


Meta
 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai