Main menu
Skip to content
Home
About
Jun 25 2014
Indah Tirtya
12211227
II A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita
semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Dalam makalah
ini, penulis membahas tentang “penanganan kegawatdaruratan pada kasus retensio plasenta &
rujukannya“. Salawat beserta salam tidak lupa penulis ucapkan kepada nabi junjungan kita
Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih tidak lupa kepada dosen pembimbing, ibuk Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb
karena berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin dalam pembuatan
makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali
merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak
penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat tim medis
yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas kesehatan yang
terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.
• Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus
dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit
atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan
pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
• Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat,
mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan
pemeriksaan, petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperikssssa
dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah
stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya
kepada pasien sangatlah penting.
• Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk
menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin, 2007).
1. Etiologi
a. Etiologi dasar meliputi
• Faktor maternal: gravida berusia lanjut, multiparitas.
• Faktor uterus: bekas sectio caesaria (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus),
bekas pembedahan uterus, anomali uterus, tidak efektif kontraksi uterus, pembentukan
contraction ring, bekas kuretase uterus (yang terutama dilakukan setelah abortus), bekas
pengeluaran plasenta secara manual, bekas endometritis.
• Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi cornual, plasenta akreta, kelainan bentuk
plasenta.
b. Etiologi berdasar abnormalitas pada tingkatan kala III, meliputi :
• Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi
perdarahan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta dari dinding uterus karena
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat
erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus desidua sampai miometrium –
sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta).
• Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
3. Penanganan
a. Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak terjadi,
cobakan traksi terkontrol tali pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal.
• Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
• Lakukan tranfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral dan metronidazol 20 l g
supositorial/oral).
• Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
b. Plasenta Inkarserata
• Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan.
• Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan
melahirkan plasenta .
• Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosis 20
IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengantisipasi ganguan kontraksi
yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
• Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum. Lakukan
manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik
(tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedatif (diazepam 5mg IV) pada tabung
suntik terpisah.
c. Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila
tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi
yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah
menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.
C. Plasenta Manual
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan
tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (APN,
2008). Plasenta manual dilakukan apabila terjadi perdarahan (Saifuddin, 2007).
Sumber : http://www.youtube.com
D. Wewenang Bidan
Dalam SPK disebutkan bidan memiliki kewenangan untuk mengenali dan melakukan
tindakan yang tepat ketika terjadi retensio total atau parsial. Hal ini tertulis dalam buku
Standar Pelayanan Kebidanan standar ke-20 “Penanganan Kegawatdaruratan Retensio
Plasenta”
Pernyataan standar: bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil: penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta, ibu dengan retensi
plasenta mendapatkan pelayanan yang tepat dan cepat, penyelamatan ibu dengan retensio
plasenta meningkat.
1. Prasyarat:
a. Bidan telah terlatih dan terampil dalam: fisiologi dan manajemen aktif kala III;
pengendalian dan penanganan perdarahan termasuk pemberian oksitosika, cairan iv dan
plaseta manual.
b. Tersedianya peralatan dan perlengkapan penting: sabun, air bersih yang mengalir, handuk
bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus dengan jarum
berukuran 16 dan 18, sarung tangan steril.
c. Tersedianya obat-obatan antibiotik dan oksitosika (oksitosin dan metergin), dan tempat
penyimpanan yang memadai.
d. Adanya partograf dan catatan persalinan atau kartu ibu.
e. Ibu, suami dan keluarga diberitahu tindakan yang akan dilakukan (inform
consent/persetujuan tindakan medik).
f. Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu yang
mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder.
2. Proses:
a. Melaksanakan penatalaksanaan aktif kala III pada semua ibu yang melahirkan secara
vagina (standar 11).
b. Mengamati adanya tanda dan gejala retensio plasenta (perdarahan yang terjadi sebelum
plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi, biasanya disebabkan retensio
plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir, sedangkan uterus terasa lembek juga mungkin
disebabkan oleh adanya bagian plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus.
Jadi plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa kembali kelengkapannya).
c. Bila plasenta tidak lahir 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan aktif kala III
dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali
dengan hati-hati. Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif kala III 15 menit atau lebih, dan
jika plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir
kalinya. Jika plasenta masih tetap belum lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat,
rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
d. Bila terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual. Bila tidak
berhasil, lakukan rujukan segera.
e. Berikan cairan iv: NaCl 0,9 % atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar (16/18
G) untuk mengganti cairan yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik atau
kembali normal.
f. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual yang harus dilakukan secara aseptik.
g. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur.
h. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan diazepam 10 mg IM.
i. Cuci tangan sampai sebagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir, dan handuk
bersih, gunakan sarung tangan panjang steril/DTT (hal ini untuk melindungi ibu dan bidan
terhadap infeksi).
j. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat dan melengkung,
mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta (pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk
membantu)
k. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di fundus agar uterus
tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam uterus carilah tepi plasenta yang
terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas lalu lakukan gerakan mengikis ke samping
untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus.
l. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati-hati dan
perlahan (jangan hanya memegang sebagian plasenta dan menariknya keluar)
m. Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada kontraksi, (lihat
standar 21).
n. Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tidak lengkap, periksa lagi kavum uteri dan keluarkan
potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti di atas.
o. Periksa robekan terhadap vagina. Jahit robekan bila perlu (penelitian menunjukkan bahwa
hanya robekan yang menimbulkan perdarahan yang perlu dijahit).
p. Bersihkan ibu agar merasa nyaman.
q. Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka
rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera (lihat standar 21).
r. Buat pencatatan yang akurat.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
NO REGISTER : 937
MASUK BPS TANGGAL, JAM : 17 November 2009, 13.50 WIB
DIRAWAT DIRUANG : Ruang bersalin
PENGKAJIAN TANGGAL : 17 November 2009, 15.30 WIB
1. Riwayat Persalinan
Lama Kala I : jam 14.00 pembukaan 8 cm, jam 15.00 pembukaan 10 cm.
Lama Kala II : 30 menit (jam 15.00-15.30 WIB)
Janin lahir spontan jam 15.30 jenis kelamin perempuan.
Apgar skor (1 menit: 7, 5 menit: 9, 10 menit: 10).
No. Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1. Warna kulit 1 2 2
2. Denyut jantung 2 2 2
3. Usaha nafas 2 2 2
4. Tonus Otot 1 2 2
5. Reflek 1 1 2
Jumlah 7 9 10
KALA III (17 November 2009, 15.30 WIB)
Tanggal/Jam S O A P
17-11-2009, 15.30 WIB Ibu mengatakan perutnya mulas. – KU ibu baik, kesadaran compos
mentis
– Tanda vital (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 83 x/menit, frekuensi pernafasan 20
x/menit, suhu 37 0C)
– Kontraksi uterus baik
– TFU setinggi pusat
– Tali pusat terlihat di vulva Primipara usia 22 tahun dalam kala III 1. Memastikan janin
tunggal.
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha kanan atas bagian luar 1 menit
setelah bayi lahir.
3. Klem tali pusat berada 5 – 10 cm dari vulva, tangan kiri dorso kranial, tangan kanan
melakukan penegangan tali pusat terkendali.
B. Pembahasan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta yaitu dilakukan
manajemen aktif kala III, pemantauan tanda-tanda pelepasan plasenta, dan melakukan
rujukan setelah 30 menit apabila plasenta belum lahir. Hal ini sesuai dengan prosedur pada
Standar Pelayanan Kebidanan.
Selain itu bidan memberikan dukungan berupa semangat dan motivasi supaya ibu dan
keluarga tetap tenang.
BAB IV
PENUTUP
A. Saran
Memahami dan mempelajari serta menerapkan asuhan kebidanan dengan baik sangat penting
agar bisa diterapkan secara praktik di lapangan. Bagi tenaga kesehatan yang terkait dengan
penanganan ibu bersalin diharapkan mempelajari dan memahami sebaik-baiknya asuhan
kebidanan yang harusnya diberikan kepada ibu bersalin, termasuk mendeteksi secara dini
adanya masalah pada ibu bersalin seperti retensio plasenta serta kebutuhan akan dukungan
mental dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi I, Cetakan ke IV. 2006. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Tim Revisi. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, Edisi III. 2008. Jakarta:
JNPK-KR/POGI.
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan VIII. 2006. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
IBI. Standar Pelayanan Kebidanan. 2003. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
Advertisements
Share this:
Twitter
Facebook4
Google
Related
Atonia Uteri
By indahtirtya11
Post navigation
Sirkulasi Darah Pada Dewasa Dan Janin
STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS
Leave a Reply
Search
About Me ^^
My collage
Tag
Aborsi ASKEB Bidan Komunitas education hukum Kesehatan Reproduksi Kontrasepsi Hormonal
menstruasi MINIPIL Pelayanan Kebidanan Pembuahan Pendekatan Edukatif Peran Serta Masyarakat Polindes Posyandu profesi bidan
Provider Sel Sperma Sel telur standar pelayanan kebidanan Tanggung Jawab Bidan Tugas Bidan Unwanted Pregnancy wanita
June 2014
M T W T F S S
Jul »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
My Music
www.soundcloud.com
Recent Posts
Tips Mencegah Radang Gusi Pada Wanita Hamil
Bayi Berat Lahir Rendah
KIE dalam Pelayanan KB
Atonia Uteri
Anemia selama kehamilan
Categories
Uncategorized (25)
Archives
December 2014
July 2014
June 2014
Blog at WordPress.com.