Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELLITUS

Untuk memenuhi laporan profesi di Departemen Medical


Ruang 27 RSSA Malang

ADELITA DWI APRILIA


135070201111005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Medikal Persepti : Adelita


Periode : 07-12 Agustus 2017 Preseptor :
Ruang : 27 Minggu :

A. Target yang ingin dicapai


1. Dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes
Mellitus selama satu minggu (tanggal 07-12 Agustus 2017):
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
beserta keluarga (riwayat kesehatan klien dan keluarga)
b. Membuat analisa data yang diperoleh dari pengkajian
c. Menentukan masalah keperawatan yang muncul dan dapat
memprioritaskan masalah
d. Mengintepretasikan masalah keperawatan yang didapat, meliputi
tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
e. Membuat rencana keperawatan dengan masalah keperawatan yang
muncul
f. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah
dibuat kepada pasien
g. Mengevaluasi hasil dari implementasi yang telah dilakukan dengan
SOAP
h. Membuat catatan perkembangan pasien setelah dilakukan
implementasi
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lain selain
pasien kelolaan (resume)
B. Rencana Kegiatan

RK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil


1. a. Bina hubungan saling percaya Hari 1 dan 2 Terbina hubungan saling percaya
 Perkenalan diri
 Kontrak waktu
b. Komunukasi terapeutik
c. Pengkajian pada pasien
2. a. Pengkajian pada pasien Hari 1 Data dapat terkumpul
b. Mengumpulkan data obyektif Data subyektif dan obyektif telah
dan subyektif dari pasien dan terkumpul dan telah dianalisa
keluarga
c. Menganalisa Data
3. a. Menentukan masalah dari Hari 1 Masalah yang terjadi pada pasien
data yang telah terkumpul. telah teridentifikasi.
b. Memprioritaskan masalah Masalah telah diprioritaskan.
yang terjadi pada pasien.
4. Menentukan tujuan, kriteria hasil Hari 1 Tujuan, kriteria hasil dapat
serta rencana intervensi yang tersusun minimal untuk
sesuai dengan masalah mengatasi masalah keperawatan
keperawatan
5 Mengimplementasikan rencana Hari 1-6 Rencana keperawatan dapat
keperawatan diimplementasikan kepada
pasien
6. Memenuhi KDM pasien: Hari 1-6  Pasien nyaman dengan posisinya
6.1 Memberikan posisi nyaman  TTV terpantau dengan baik
6.2 Mengobservasi TTV.  Pasien menerima nutrisi dan
6.3 Menentukan nutrisi dan
cairan adekuat.
mengukur balance cairan.  Hasil laboratorium terpantau
6.4 Mengawasi hasil laboratorium
6.5 Injeksi obat kepasien dengan baik.
6.6 Memeberikan KIE pada
 Pasien dan keluarga mengerti cara
pasien dan keluarga
merawat klien.

7. Mengevaluasi tindakan Hari 1-6 Semua tindakan keperawatan


keperawatan yang telah diberikan terevaluasi
8. Mampu melakukan skill-skill Hari 1-6 Melakukan skill dengan benar dan
yang berhubungan dengan sesuai dengan SOP

pasien Diabetes Mellitus


seperti:
- Memasang infus
- Melakukan transfusi
darah
- Mengambil darah intra
arteri
- Mengambil darah vena
- Memasang NGT
- Memberikan cairan
makanan per sonde
- Melakukan katerisasi
urin
- Menyiapkan pasien
untuk pemeriksaan diagnostic
- Melakukan
keterampilan dan prosedur
kepada pasien dengan
masalah transportasi gas
(melalui kanula binasal,
melalui NRBM dan RBM)
- Memberikan latihan
nafas dalam dan batuk efektif
untuk mengeluarkan sekret
- Melakukan suction
- Memberikan pendidikan
kesehatan kepada Pasien
(misal dialisis peritoneal, DM,
GGK dll).
- Mengenali suara
jantung notmal
- Mengenali suara paru
normal
- Memberikan posisi
yang benar pada pasien yang
sesak nafas dll
- Melakukan
pemeriksaan EKG
- Mengukur CVP
- Mengukur GCS
- Menyiapkan pasien
untuk tes alergi
- Memberikan kompres
hangat
- Memberikan posisi yg
benar pada pasien yg sesak
nafas
- Melakukan terapi
insulin melaui pen dan drip
- Melakukan monitoring
dan kecukupan nutrisi
- Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
- Menyusun discharge
planning
- Melakukan nebulizer
- Menghitung bising usus
- Melakukan GC
- Menghitung jumlah
darah pada kasus IVH

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan

D. Evaluasi Diri Praktikan

Malang, 04 Agustus 2017


Mengetahui
Preseptor R. 27 Mahasiswa

. Adelita Dwi Aprilia


NIM 170070301111060

DIABETES MELLITUS

I. Definisi
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya
ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa, protein, lemak akibat
adanya defisiensi insulin atau retensi insulin yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan glukosa darah dan glukosuria (Dunning, 2009).

II. Klasifikasi dan Etiologi


Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok (Powers, 2008
dalam Irawan, 2009) yaitu :
a. Diabetes Melitus Tipe-1
Diabetes Melitus Tipe-1 disebabkan oleh defisiensi hormone insulin karena
kerusakan sel β pankreas, yang disebabkan oleh adanya reaksi autoimun dan
idiopatik. Destruksi sel β pankreas tersebut menyebabkan kadar insulin menjadi
sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali.
b. Diabetes Melitus Tipe-2
Sebanyak 80%-90% kasus Diabetes Melitus tergolong ke dalam Diabetes
Melitus Tipe 2 . Diabetes tipe ini terjadi karena resistensi insulin dan atau
kurangnya sekresi insulin. DM tipe 2 dapat disebabkan oleh faktor genetik
maupun faktor gaya hidup atau lingkungan (Goldstand & Mueller, 2008). Hal ini
menimbulkan terjadinya hiperglikemia karena jumlah insulin yang dihasilkan
kurang dari jumlah yang dibutuhkan. DM Tipe 2 juga dapat terjadi karena
kurangnya reseptor insulin pada sel-sel sehingga meskipun jumlah insulin yang
dihasilkan cukup, namun sel tidak dapat mengangkut cukup glukosa dalam darah
sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi. Situasi ini dikenal dengan nama
“resistensi insulin” (Whitmore, 2010).
c. DM tipe lain
Berhubungan dengan faktor genetik (Maturity Onset Diabetes Of Youth),
pembedahan, obat, infeksi, penyakit pankreas serta akibat penyakit lain. Jumlah
kasus DM tipe lain sebanyak 1-5% dari semua diagnosis DM (National Diabetes
Fact Sheet, 2007).
d. DM Gestasional (kehamilan)
Diabetes Mellitus Gestasional merupakan gangguan intoleransi glukosa yang
terjadi selama masa kehamilan. Penetapan diagnosis DM Gestasional berdasarkan
hasil pemberian glukosa secara oral selama kehamilan (Holt et al, 2010). Setelah
melahirkan sekitar 5-10% wanita dengan DM Gestasional ditemukan mengalami
DM tipe II (National Diabetes Fact Sheet, 2007)

III. Insidensi
Data terbaru di tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perkumpulan Endokrinologi
(PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia telah
mencapai 9,1 juta orang. Menurut PERKENI (2015), Indonesia telah bergeser
naik, dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke-5 teratas diantara negara-negara
dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak di dunia. Menurut laporan
Riskesdas tahun 2013, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di
Indonesia dengan prevalensi penderita DM sebesar 2,1% (Riskesdas 2013)
IV. Manifestasi Klinis
a. Poliuria (peningkatan urin) karena mengikuti glukosa yang dikeluarkan
melalui urin.
b. Polydipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel, karena intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel menstimulasi pengeluaran
hormon anti diuretik (ADH) dan menimbulkan haus.
c. Rasa lelah dan kelemahan otot diakibatkan katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energy.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pasca absorbtif yang kronis,
katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relative sel
e. Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya (Growin, 2007).

V. Pemeriksaan Diagnostik
Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar glukosa
darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan nilai
kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan American Diabetes
Association tahun 2010 :
a. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1
mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala
klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
b. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L). Puasa dalam
konteks laboratorium adalah tidak mengonsumsi makanan dan minuman
(kecuali air putih) dalam jangka waktu yang ditentukan. Puasa minimal
selama 10-12 jam (kecuali glukosa minimal 8 jam) akan mengurangi
variabilitas substansi makanan dan minuman yang dikonsumsi dan juga
variabilitas substansi lain dalam darah.
c. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi
Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal
DefekDM,
atau genetik Lingkungan
maka dapat digolongkan (kegemukan,
ke dalam kelompok kurang latihan
Toleransi
fisik)
Glukosa Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
Kelainan reseptor insulin di membran Resistensi insulin jaringan
sel (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh : TGT : glukosa darah
perifer
plasma 2 jam setelah beban antara 140- 199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L)
Insulin gagal berikatan dengan sel beta bekerja keras Kelehahan sel
glukosa GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl
terus (5,6-6,9 mmol/L)
menerus beta
Tabel 1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Glukosa tidak dapat digunakan oleh
sel Diagnosis DM tipe 2 (mg/dl) Produksi insulin
Hiperglikemi
Bukan DM Pre Diabetes DM terhambat atau
Kadar gula Plasma vena a <100 100-199 >200 tidak ada

darah sewaktu
Diabetes melitus tipe
(mg/dl) 2
Darah kapiler <90 99-199 >200
Kepatuhan pasien untuk GD tidak terkontrol
diet, terapi insulin, dan
latihan fisik
Kadar gula Plasma Vena <100 100-125 >126
Pada jaringan yang butuh
darah
GD terkontrol puasa
dengan insulin untuk transport
baik Darah Kapiler <90 90-95 glukosa >100
(mg/dl)
Pada jaringan yang tidak
Sumber : Konsesus Pengelolaan
butuh insulin untuk DM Tipe-2
Glukosa pembuluh di Indonesia, PERKENI 2006
darah
transport glukosa meningkat
Cedera perisit (sel di
dinding kapiler retina)
Glukosa intrasel Osmolarotas sel
meningkat meningkat
katarak
Dimetabolisme menjadi sorbitol dan Influks air ke dalam
fruktosa lensa mata secara
VI. Patofisiologi osmosis
Sorbitol dan fruktosa
menimbun
Pembengkakan dan
Mengganggu pompa ion opasitas meningkat
dan cedera sel schwann

Fibrosis dan Penebalan kapiler


Neuropati Neuropati retina
perifer otonom
Retinopati
Glukosa pembuluh darah
Neuropati Neuropati meningkat
perifer otonom
Banyak dibawa ke
Glikosilasi nonezim
ginjal
Mati rasa di Peningkatan (glukosa mengikat
kaki gerak peristaltik protein ke interstisium)
Terjadi cedera glomerulus
usus (glomerulosklerosis)
Ulkus Iskemi tubulus
Air tidak dapat diserap
Kerusakan struktur dan
Fibrosis
fungsi glomerulus
Kehilangan intestinum
bayak Diare Kebocoran Nyeri di perut
cairan glomerulus area ginjal
Kulit dan Sindrom nefrotik
mukosa Defisit
volume (hipoalbuminemia, proteinuria, Gagal
kering dan edema) ginjal
cairan

Glikosilasi nonezim reabsorbsi glukosa menurun, sekresi


(glukosa mengikat meningkat
protein ke interstisium)
Glukosuri
a
LDL tidak terglikosilasi,
sehingga terperangkap di
dinding vaskular Dimetabolisme
menjadi sorbital dan
fruktosa
Pengendapan
kolesterol
Timbunan sorbital
dan fruktosa
Aterosklerosi Di kaki menyebabkan meningkat
s ABI rendah
osmolaritas
Infar meningkat
k Vaskular ke kaki Osmolaritas Influks air ke
terhambat vaskular meningkat intra vaskular

Ulkus membesar Banyak air yang


TD
dan mudah infeksi tertarik dari intrasel
meningkat
Cairan intrasel
Menimbulkan menurun
Gangren
diuretik osmosis
Merangsang
osmoreseptor di
Bibir dan Defisit Poliuria pusat haus di
kulit kering cairan otak
Polidipsi
a
VII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dimulai dengan pola hidup sehat, dan bila perlu dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat antihiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150 menit perminggu,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang
4. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.

VIII. Komplikasi
a. Komplikasi akut
Hipoglikemia ditandai dengan adanya kadar glukosa darah dibawah batas
normal. Menurut Boedisantoso dalam Zaenal (2011) hipoglikemia merupakan
keadaan klinis gangguan sraf akibat penurunan glukosa darah. Faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hipoglikemia pada pasien DM antara lain adalah akibat dosis
insulin yang berlebihan, asupan karbohidrat yang kurang serta adanya peningkatan
absorpsi insulin (Soemadji dalam Zaenal, 2011).
Ketoasidosis diabetic (KAD) dalah keadaan dekompensasi metabolic yang
ditandai adanya hiperglikemia, asidosis dan ketosis yang disebabkan oleh defisiensi
insulin baik absolut maupun relative. Adapun kriteria diagnosis KAD diantaranya
adalah kadar glukosa >250 mg/dL, pH<7.35, kadar HCO3 rendah, hasil pemeriksaan
keton serum positif. Gejala klinis KAD diawali dengan keluhan poliuri dan polidipsi,
pernafasan yang cepat dan dalam, tanda-tanda dehidrasi kadang disertai adanya
hipovolemia, derajat kesadaran bervariasi mulai dari kompos mentis, delirium sampai
dengan koma (Soewondo dalam Zaenal, 2011).
Hiperglikemia Hiperosmoler Non Ketotik (HHNK) berhubungan dengan
adanya diuresis osmotik dan glukosuria yang menyebabkan ginjal tidak mampu
mengkonsentrasikan urine sehingga dapat meningkatkan kehilangan cairan. Adanya
penurunan volume intravaskuler atau penyakit ginjal akan menurunkan laju filtrasi
glomerulus sehingga menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Soewondo,
2007).
b. Komplikasi kronis
Hiperglikemia menyebabkan glukosa direduksi menjadi sorbitol dalam sel
yang mengandung enzim aldoreduktase. Sorbitol bersifat hidrofilik sehingga tidak
dapat melewati membrane sel sehingga meningkatkan akumulasi poliol intrasel
sehingga sel menjadi bengkak dan mengalami kerusakan akibat proses osmotik
(Sibernagl & Lang, 2007). Hiperglikemia menyebabkan kerusakan jaringan melalui
terbentuknya glikosilasi antara glukosa dengan protein non enzimatik Advance
Glycocilation End Products (AGES) yang berikatan dengan reseptor membrane sel
serta adanya pembentukan radikal bebas reactive oxygen species (ROS) yang dapat
mengakibatkan pengendapan kolagen pada membrane basalis pembuluh darah,
kerusakan endothelium, penyempitan lumen dan penurunan permiabilitas pembuluh
darah (Scott, Gronowski, Eby, 2007)
Kerusakan dinding pembuluh darah kecil dapat menyebabkan neuropati,
nefropati dan retinopati. Neuropati disebabkan akibat penumpukan sorbitol pada sel
scwan dan neuron sehingga mengganggu konduksi sel-sel saraf yang mempengaruhi
fungsi system otonom, sensori dan reflex (Lin, 2011)
Nefropati berhubungan dengan adanya glomerulosklerosis yang
mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus, proteinuria, hipertensi dan gagal
ginjal (Reich et al, 2008). Retinopati disebabkan adanya penumpukan sorbitol pada
lensa mata yang mengakibatkan penarikan cairan dan perubahan kejernihan lensa
mata (Bhavsar, 2011). Thrombosis yang disertai dengan peningkatan kadar kolesterol
very low density lipoprotein (VLDL) akan menyebabkan makroangiopati yang
memicu terjadinya penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke dan penyakit
pembuluh darah perifer (Ignatacius & Workman, 2010).

IX.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Aktifitas dan istirahat
Gejala: letih, lemah sulit berjalan / bergerak, tonus otot menurun, kram otot,
gangguan istirahat/ tidur.
Tanda: Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas,
letargi/ disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda: takikardi, perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi menurun/
tidak ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan: bola mata cekung.
3) Integritas Ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain.
Tanda: Ansietas.
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru tau berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda: urin encer, pucat, kuning: poliuri(dapat berkembang menjadi oliguria/
anuria jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun: hiperaktif
(diare).
5) Makanan/ Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda: kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen,
muntah, hipertiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan
gula darah), bau halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).
6) Neurosensori
Gejala: Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi: mengantuk, letargi, stupor/ koma, gangguan memori
(baru, masa lalu),kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas
kejang.
7) Nyeri/ Kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
8) Pernafasan
Gejala: Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi/ tidak).
Tanda: batuk, dengan/ sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.
9) Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ ulserasi, menurun kekuatan
umum/ rentang gerak, parastesia/ paralisis otot termasuk otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10) Seksualitas
Gejala: raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.
11) Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan yang
lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid): dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah), menggunakan obat
diabetik.
Tanda: Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan glukosa darah.
12) Test Diagnostik
Beberapa tes yang di lakukan yaitru glokosa darah: meningkat 100-
200 mg/dl atau lebih, aseton plasma (keton): positif secara mencolok, asam
lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat, urin: gula dan aseton
positif: berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat, Tes Toleransi Glukosa
(TTG) memanjang (≥ 200mg/dl) untuk pasien yang kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress, hemoglobin glikosilat diatas rentang normal untuk
mengukur presentase, glukosa yang melekat pada hemoglobin rentang normal
5-6% (Doenges, M. E, et al, 2000).

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. PK : Infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4. PK: Hipo / Hiperglikemi
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri,
intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit
9. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya

RENPRA DM

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b/d agenSetelah dilakukan askepManajemen nyeri :
injuri fisik …. jam tingkat Kaji tingkat nyeri secara
kenyamanan dg KH: komprehensif termasuk lokasi,
Klien mengatakan nyerikarakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang (skala 2-3) kualitas
ekspresi wajah tenang Observasi reaksi nonverbal dari
v/s dbn (TD 120/80ketidaknyamanan.
mmHg, N: 60-100 x/mnt, Gunakan teknik komunikasi
RR: 16-20x/mnt) terapeutik untuk mengetahui
Klien dapat istirahat danpengalaman nyeri klien
tidur sebelumnya.
Kontrol lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien tentang
manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik,
tanda dan gejala efek samping.
2 PK : Infeksi  Pantau tanda dan gejala infeksi
Setelah dilakukan askep …
jam perawat akanprimer & sekunder
menangani / mengurangi  Bersihkan lingkungan setelah
komplikasi defsiensi imun dipakai pasien lain.
 Batasi pengunjung bila perlu.
 Intruksikan kepada keluarga untuk
mencuci tangan saat kontak dan
sesudahnya.
 Gunakan sabun anti miroba untuk
mencuci tangan.
 Lakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan.
 Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
 Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
 Lakukan perawatan luka dan
dresing infus setiap hari.
 Amati keadaan luka dan sekitarnya
dari tanda – tanda meluasnya
infeksi
 Tingkatkan intake nutrisi.dan
cairan
 Berikan antibiotik sesuai program.
 Monitor hitung granulosit dan
WBC.
 Ambil kultur jika perlu dan
laporkan bila hasilnya positip.
 Dorong istirahat yang cukup.
 Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan.
 Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askepManajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari…. jam klien menunjukan kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh b/dstatus nutrisi adekuat Kaji adanya alergi makanan.
intake nutrisi indibuktikan dengan BB Kaji makanan yang disukai oleh
adekuat stabil tidak terjadi malklien.
nutrisi, tingkat energi Kolaborasi dg ahli gizi untuk
adekuat, masukan nutrisipenyediaan nutrisi terpilih sesuai
adekuat dengan kebutuhan klien.
Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
Monitor lingkungan selama
makan.
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
4 PK: Hipo /Setelah dilakukan askepManagemen Hipoglikemia:
Hiperglikemi …… jam diharapkan Monitor tingkat gula darah sesuai
perawat akan menanganiindikasi
dan meminimalkan episode Monitor tanda dan gejala
hipo / hiperglikemia. hipoglikemi ; kadar gula darah < 70
mg/dl, kulit dingin, lembab pucat,
tachikardi, peka rangsang, gelisah,
tidak sadar , bingung, ngantuk.
Jika klien dapat menelan berikan
jus jeruk / sejenis jahe setiap 15
menit sampai kadar gula darah > 69
mg/dl
Berikan glukosa 50 % dalam IV
sesuai protokol
K/P kolaborasi dengan ahli gizi
untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia
Monitor GDR sesuai indikasi
Monitor tanda dan gejala diabetik
ketoasidosis ; gula darah > 300
mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul,
anoreksia, mual dan muntah,
tachikardi, TD rendah, polyuria,
polidypsia,poliphagia, keletihan,
pandangan kabur atau kadar
Na,K,Po4 menurun.
Monitor v/s :TD dan nadi sesuai
indikasi
Berikan insulin sesuai order
Pertahankan akses IV
Berikan IV fluids sesuai kebutuhan
Konsultasi dengan dokter jika tanda
dan gejala Hiperglikemia menetap
atau memburuk
Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
Pantau jantung dan sirkulasi
( frekuensi & irama, warna kulit,
waktu pengisian kapiler, nadi
perifer dan kalium
Anjurkan banyak minum
Monitor status cairan I/O sesuai
kebutuhan
4 Kerusakan integritasSetelah dilakukan askep ....Wound care
jaringan faktorjam Wound healing Catat karakteristik luka:tentukan
mekanik: perubahanmeningkat: ukuran dan kedalaman luka, dan
sirkulasi, imobilitasDengan criteria klasifikasi pengaruh ulcers
dan penurunanLuka mengecil dalam Catat karakteristik cairan secret
sensabilitas ukuran dan peningkatanyang keluar
(neuropati) granulasi jaringan Bersihkan dengan cairan anti
bakteri
Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
Lakukan nekrotomi K/P
Lakukan tampon yang sesuai
Dressing dengan kasa steril sesuai
kebutuhan
Lakukan pembalutan
Pertahankan tehnik dressing steril
ketika melakukan perawatan luka
Amati setiap perubahan pada
balutan
Bandingkan dan catat setiap
adanya perubahan pada luka
Berikan posisi terhindar dari
tekanan
5 Kerusakan mobilitasSetelah dilakukanTerapi Exercise : Pergerakan
fisik b/d nyeri,Askep .... jam dapatsendi
intoleransi aktifitas,teridentifikasi Mobility Pastikan keterbatasan gerak sendi
penurunan kekuatanlevel yang dialami
otot Joint movement: aktif. Kolaborasi dengan fisioterapi
Self care:ADLs Pastikan motivasi klien untuk
Dengan criteria hasil: mempertahankan pergerakan sendi
Aktivitas fisik meningkat Pastikan klien untuk
ROM normal mempertahankan pergerakan sendi
Melaporkan perasaan Pastikan klien bebas dari nyeri
peningkatan kekuatansebelum diberikan latihan
kemampuan dalam Anjurkan ROM Exercise aktif:
bergerak jadual; keteraturan, Latih ROM
Klien bisa melakukanpasif.
aktivitas Exercise promotion
Kebersihan diri klien Bantu identifikasi program latihan
terpenuhi walaupunyang sesuai
dibantu oleh perawat atau Diskusikan dan instruksikan pada
keluarga klien mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi
Anjurkan dan Bantu klien duduk di
tempat tidur sesuai toleransi
Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai
toleransi
Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance:
Bathing/hygiene, dressing,
feeding and toileting.
Dorong keluarga untuk
berpartisipasi untuk kegiatan mandi
dan kebersihan diri, berpakaian,
makan dan toileting klien
Berikan bantuan kebutuhan sehari
– hari sampai klien dapat merawat
secara mandiri
Monitor kebersihan kuku, kulit,
berpakaian , dietnya dan pola
eliminasinya.
Monitor kemampuan perawatan
diri klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Dorong klien melakukan aktivitas
normal keseharian sesuai
kemampuan
Promosi aktivitas sesuai usia
6 Kurang pengetahuanSetelah dilakukan askep .... Teaching : Dissease Process
tentang penyakit danjam jam, pengetahuan Kaji tingkat pengetahuan klien
perawatan nya b/dklien meningkat dan keluarga tentang proses
kurang paparanDg KH: penyakit
terhadap informasi, Klien / keluarga mampu Jelaskan tentang patofisiologi
terbatasnya kognitif menjelaskan kembali apapenyakit, tanda dan gejala serta
yang telah dijelaskan penyebab yang mungkin
Klien /keluarga kooperatif Sediakan informasi tentang kondisi
saat dilakukan tindakan klien
Siapkan keluarga atau orang-orang
yang berarti dengan informasi
tentang perkembangan klien
Sediakan informasi tentang
diagnosa klien
Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
Diskusikan tentang pilihan tentang
terapi atau pengobatan
Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk mencegah
efek samping dari penyakit
Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
kolaborasi dg tim yang lain.
7 Sindrom defisit selfSetelah dilakukan asuhanBantuan perawatan diri
care b/d kelemahan keperawatan … jam klien Monitor kemampuan pasien
mampu Perawatan diri terhadap perawatan diri
Self care :Activity Daly Monitor kebutuhan akan personal
Living (ADL) denganhygiene, berpakaian, toileting dan
indicator : makan
 Pasien dapat melakukan Beri bantuan sampai klien
aktivitas sehari-harimempunyai kemapuan untuk
(makan, berpakaian,merawat diri
kebersihan, toileting, Bantu klien dalam memenuhi
ambulasi) kebutuhannya.
 Kebersihan diri pasien Anjurkan klien untuk melakukan
terpenuhi aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha
yang dilakukan dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2015. Classification and Diagnosis of Diabetes.

Diabetes Care; Vol 38(Suppl. 1): S8-16

American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes. 2016.

Diabetes Care. 2016;39(suppl 1):S1-S106.

Dunning, T. 2009. Care Of people with Diabetes a Manual Of Nursing

Practice.3rd edition. Chicester, West Sussex : Wiley-Blockwell. Blocwell

Publishing Ltd

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengendalian dan

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI.

Jakarta. 2015

Semiardji, G., 2013. Stres Emosional Pada Penyandang Diabetes dalam:

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI. pp 337-346.

Soegondo (2007). Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu, Balai Penerbitan

FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai