Proposal Karbo
Proposal Karbo
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kandungan karbohidrat pada beras merah.
2. Mengetahui metode yang digunakan dalam uji karbohidrat.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Beras merah mengandung karbohidrat yang bermanfaat bagi tubuh.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Nama Daerah
Padi Beras Merah Jatiluwih dikenal dengan nama cendana
Jatiluwih (Oryza sativa var. Barak) Nama daerah : pade (Aceh), page
(Batak), batang padi (Minang kabau), pari (Lampung), banih (Melayu),
pare (Sunda), pari (Jawa), padi (Madura) (Menristek, 2011).
4
dioksida (CO2) menjadi karbohidrat. Karbohidrat mengandung gugus
fungsi karbonis dan gugus hidroksil. Awalnya, istilah karbohidrat
digolongkan senyawa dengan rumus (CH2O)n. Bentuk molekul
karbohidrat paling sederhana yaitu monosakarida seperti glukosa. Terdapat
banyak karbohidrat tersusun dari polimer berbagai molekul gula yang
merantai menjadi panjang serta bercabang-cabang disebut dengan
polisakarida. Seperti pati. Selain dari monosakarida dan polisakarida ada
juga disakarida (rangkaian 2 monosakarida) dan oligosakarida( rangkaian
dari beberaa monosakarida).
5
Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-
masing sampel.
Masukkan sampel ke tabung sesuai dengan labelnya sebanyak 5
ml.
Isi masing-masing tabung dengan 1 ml NaOH.
Panaskan kedalam panic yang telah berisi air mendidih.
Tunggu selama 5 menit kemudian angkat.
Amati perubahan yang terjadi.
3. Test Benedict
Prinsip: Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid sehingga CuO atau kupri tereduksi
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata (endapan). Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing
sampel.
Tuang 5 ml larutan Benedict ke masing-masing tabung reaksi
yang telah berisi sampel tadi.
Tambahkan 1 ml sampel ke masing-masing tabung reaksi
tersebut.
Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
Amati perubahan yang terjadi.
4. Test Selliwanof
6
Prinsip: Perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan
hidroksimetil furfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetil dengan
resorsinol akaan menghasilkan senyawa sukrosa yang mudah
dihidrolisa menjadi glukosa akan member reaksi positif berwarna
oranye.
Cara Kerja :
Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing
sampel.
Tambahkan 5 ml larutan Selliwanof ke masing-masing tabung
yang telah berisi sampel tadi.
Tuangkan 1 ml sampel ke masing-masing sampel sesuai dengan
labelnya.
Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
Amati perubahan yang terjadi.
5. Test Barfoed
Prinsip: Monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam
lemah (CH3COOH), menghasilkan endapan yang berwarna merah bata
dari Cu2O.
Cara Kerja :
Sediakan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing
sampel.
Tambahkan 5 ml larutan Barfoed ke masing-masing tabung
reaksi yang telah berisi sampel tadi.
Tuangkan 1 ml larutan sampel ke masing-masing tabung sesuai
dengan label.
Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
Amati perubahan yang terjadi
6. Metode Fehling
7
Prinsip dari metode fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada
gula untuk mereduksi senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan
berwarna merah bata) setelah dipanaskan pada suasana basa (Benedict
dan Fehling) atau asam (Barfoed) dengan ditambahkan agen pengikat
(chelating agent) seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat.
Cara Kerja:
Disiapkan pada tabung reaksi masing-masing 2 ml larutan 0.5%
glukosa, 1.0% glukosa, dan 2.0% glukosa.
Disiapkan larutan fehling (6 ml), mencampurkan antara Fehling
A (3 ml) dan Fehling B (3 ml) dengan volume yang sama.
Memasukkan 2 ml larutan Fehling kedalam masing-masing
tabung reaksi, kocok dan panaskan dengan air mendidih.
Mengamati perubahan (warna) yamg terjadi pada masing-
masing tabung reaksi.
Memasukkan sepotong irisan tipis dari pisang mantah kedalam
tabung reaksi, dan sepotong irisan tipis dari pisang yang telah
masak sempurna kedalam tabung reaksi lain.
Menghancurkan irisan tipis pisang tersebut, dan tambahkan 2 ml
larutan Fehling kedalam tabung reaksi
7. Metode Osazon
Prinsip: Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun
ketosa, yaitu dengan menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan
hingga terbentuk kristal berwarna kuning yang dinamakan hidrazon
(osazon).
Cara Kerja:
Campurkan fenil hidrazin Na asetat kering dengan 5 ml larutan
percobaan.
Kocok dan panaskan di dalam penangas air, kemudian didinginkan
Periksa endapan dibawah mikroskop. Larutan yang diuji adalah
larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa
1%, pati 2%.
8
8. Metode Tollens
Prinsip: Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan
direduksi menjadi Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari
reaksi Tollen adalah dia bukan cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi
juga bereaksi dengan senyawa keton yang mempunyai gugus metil.
Cara Kerja:
1 ml larutan AgNO3 di campurkan kemudian 2 tetes NaOH 10% (
ditetes demi tetes) dan ammonia encer.
Campuran di atas di aduk kemudian di tambahkan 1 ml larutan
sampel ( karbohidrat) didiamkan selama 5 menit.
Jika tidak terjadi reaksi larutan di panaskan.
Pada semua larutan smapel di lakukan hal yang sama
Hasil pengamatan di catat.
9. Metode iodine
Prinsip: Uji iodium digunakan untuk melihat pembentukan polisakarida.
Penambahan iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan
terbentuknya kompleks absorbsi berwarna spesifik. Amilum atau pati akan
menghasilkan warna biru. Hasil yang postif hanya pada penambahan air
dan HCl dengan iodine.
Cara Kerja:
Di tambahkan 2 tetes iodine pada 3 ml pada masing-masing larutan
karbohidrat (Larutan Glukosa, Larutan Fruktosa, Larutan Maltosa,
Larutan Laktosa, Larutan Amilum, Larutan Gula, Larutan Madu,
dan Larutan Susu), pada tabung reaksi I ditambahkan 2 tetes air,
pada tabung reaksi II di tambahkan 2 tetes HCL 6 N, dan pada
tabung reaksi III di tambahkan 2 tetes NaOH 6 N.
Hasil campuran diatas di kocok dan di perhatikan warna apa yang
terbentuk.
Setelah di kocok tabung di panaskan, dan kemudian di dinginkan.
Di lakukan hal yang sama pada semua larutan sampel.
9
Hasil pengamatan di catat.
10
Refraktometer dibersihkan dengan kertas tissue sisa aquadest /
NaCl yang tertinggal
Sampel cairan diteteskan pada prisma 1 – 3 tetes
Skala kemudian dilihat ditempat yang bercahaya dan dibaca
skalanya
Kaca dan prisma dibilas dengan aquades / NaCl 5% serta
dikeringkan dengan tisu, dan
Refraktometer disimpan di tempat kering
b. Berdasarkan rotasi optis
Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki
struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi) sehingga dapat
diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter atau
polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung) yang dinamakan
sakarimeter. Menurut hokum Biot; “besarnya rotasi optis tiap individu
gula sebanding dengan konsentrasi larutan dan tebal cairan” sehingga
dapat dihitung menggunakan rumus :
[a] D20 = 100 A
LxC
[a] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC menggunakan
D = sinar kuning pada panjang gelombang 589 nm dari lampu Na
A = sudut putar yang diamati
C = kadar (dalam g/100 ml)
L = panjang tabung (dm)
sehingga C = 100 A
L x [a] D20
2. Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa,
galaktosa, dan fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus
aldehid). Fruktosa meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun
memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat bereaksi. Dalam
metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu:
11
Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah
distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman
nomor SNI 01-2892-1992.
Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi
CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan
terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat
dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek
senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 630 nm.
12
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Buana
Perjuangan Karawang. Penelitian akan dilakukan selama kurang lebih 2
pertemuan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah blender, ayakan, loyang,
desikator. Dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini
adalah beras merah organik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puwastien, Prapasri, et al, (2009), Development of
13
rice reference material and its use for evaluati on of analytical
performance of food analysis laboratories, Journal of Food Composition
and Analysis.
2. Sompong, R., et al, (2011), Physicochemical and Antioxidative Properties
of Red and Black Rice Varieties from Thailand, China and Sri Lanka,
Food Chemistry .
3. Sumantri Rahman, Abdul. 2007. Analisis Makanan. Penerbit Gadjah Mada
Univercity Press : Yogyakarta.
4. Sultanry dan Kaseger, 1985, Kimia Pangan, Badan Kerjasama Perguruan
Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
14