Pengendalian serangga hama adalah setiap tindakan manusia untuk membatasi
atau mengurangi perkembangan serangga hama agar jangan sampai menyebara ketempat lain dan menekan populasi serangga hama tersebut agar tetap berada pada tingkat yang tidak merugikan.
Macam- Macam Pengendalian Serangga Hama
1. Pengendalian dengan undang-undang atau peraturan Contoh pengendalian peraturan adalah undang-undang no.2 tahun 1961 tentang pengeluaran dan pemasukan tanaman dan bibit tanaman yang merupakan landasan hukum pelaksanaan karantina tanaman di Indonesia. Contoh lain dari pengendalian dengan peraturan adalah dengan peraturan sertifikasi benih dan bibit. Berikut dicontohkan masuknya serangga hama dari suatu Negara ke Negara lain dan akhirnya menimbulkan kerusakan dan kerugian pada bidang pertanian. Pada tahun 1986, di Indonesia terjadi serangan kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana (Homoptera; Psyllidae). Serangga ini ternyata sama dengan yang dilaporkan menyerang tanaman lamtoro di Hawaii. Pengendalian secara kultur teknik 2. Pengendalian Kultur Teknik pengendalian serangga hama dengan memodifikasi kegiatan pertanian tertentu agar lingkungan pertanian menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan serangga hama, tetapi tidak mengganggu persyaratan pertumbuhan tanaman. Pada prinsipnya usaha yang termasuk dalam pengendalian kultur teknik adalah semua cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan guna menekan populasi serangga hama. Usaha-usaha tersebut mencakup pengolahan tanah dan pengairan, pergiliran tanam, tumpang sari, pemupukan yang optimum, penanaman tanaman perangkap, sanitasi, pengaturan pola tanam, penggunaan mulsa, dan penggunaan varietas tahan. 3. Pengendalian secara fisik dan mekanik Merupakan teknik pengendalian yang paling kuno yang dilakukan manusia sejak manusia mengusahakan pertanian. Pengendalian secara fisik dan mekanik aman bagi lingkungan dan kompatibel dengan teknik pengendalian lainnya seperti kultur teknik, hayati dan varietas tahan. Pengendalian secara fisik Pengendalian secara fisik dilakukan dengan memanfaatkan faktor lingkungan fisik sedemikian rupa seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Pengendalian secara mekanik Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan alat, tangan manusia atau bahan lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalau serangga hama. Beberapa teknik pengendalian secara mekanik yang sering dilakukan dalam pengendalian serangga hama antara lain: Pengambilan telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama dengan tangan, kemudian membunuhnya. 4. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan menggunakan bahan kimia beracun. Bahan kimia ini disemprotkan langsung ke tanaman dimana hama menyerang, umpan, atau dikenakan langsung kepada serangga hama sasaran. Bahan kimia beracun ini dikenal dengan insektisida. Penggunaan insektisida dalam pengendalian serangga hama memiliki banyak keuntungan, seperti efektif dan cepat menurunkan populasi serangga hama, mudah penggunaannya dan relatif lebih murah biayanya. Namun, jika penggunaannya tidak bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan lambat laun akan dirasakan. Dampak negatif dari penggunaan insektisida seperti pencemaran lingkungan, keracunan bagi manusia, munculnya resistensi hama, terbunuhnya organisme bukan sasaran seperti musuh alami serangga hama, dan meledaknya hama sekunder 5. Pengendalian secara hayati Pengendalian secara hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alami (agensia pengendali biologi), seperti predator, parasit dan pathogen. Beberapa keunggulan pengendalian hayati adalah: - Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada manusia dan ternak - Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama - Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau mangsanya - Bersifat permanen, untuk jangka waktu panjang dinilai lebih murah apabila keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dan musuh alaminya Akan tetapi pengendalian secara hayati ini juga memiliki beberapa kekurangan, seperti hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat, diperlukan biaya cukup besar pada tahap awal, baik untuk penelitian ataupun untuk pengadaan sarana dan prasarananya, pembiakan masal di laboratorium kadang-kadang menghadapi kendala, karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan yang khusus, dan teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasi. 6. Pengendalian Hama Terpadu Merupakan suatu konsep pengelolaan agroekosistem secara komperhensif yang bertujuan untuk mempertahankan populasi hama dan kerusakan tanaman yang diakibatkan pada aras yang tidak merugikan secara ekonomi dan dampak negatif dari metode yang digunakan terhadap lingkungan dapat diperkecil. Konsep ini dilakukan dengan memadukan dan memanfaatkan semua metode pengendalian hama secara bijaksana, termasuk pemanfaatan predator dan parasitoid, varietas tahan hama, teknik bercocok tanam dan yang lainnya, serta bila perlu menggunakan pestisida selektif. Dalam program PHT, tujuannya bukan memberantas hama (dan juga organisme yang berguna) dengan menggunakan insektisida, tetapi menjaga agar populasi hama tidak mencapai tingkat yang membahayakan secara ekonomi, tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem atau membunuh organisme yang berguna. PHT sangat mengutamakan berfungsinya mekanisme pengendalian alami yang secara dinamik dapat menjaga populasi hama agar tetap berada pada aras keseimbangan umum yang rendah.
Sumber : Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : PT Rineka Cipta