Anda di halaman 1dari 4

PENGENDALIAN SERANGGA HAMA

( Entomologi )

Dosen Pengampu : Suci Wulan Pawhestri, S.Si. M.Si

Disusun Oleh

Fenty Nurahma Is 1211060011

Febri Maya Sari 1211060064

Nining Kurniasih 1211060090

Ratika Novianti 1211060111

Sabda Yeni 1211060102

Biologi D/VI

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2015
Pengendalian Serangga Hama

Pengendalian serangga hama adalah setiap tindakan manusia untuk membatasi


atau mengurangi perkembangan serangga hama agar jangan sampai menyebara
ketempat lain dan menekan populasi serangga hama tersebut agar tetap berada pada
tingkat yang tidak merugikan.

Macam- Macam Pengendalian Serangga Hama


1. Pengendalian dengan undang-undang atau peraturan
Contoh pengendalian peraturan adalah undang-undang no.2 tahun 1961 tentang
pengeluaran dan pemasukan tanaman dan bibit tanaman yang merupakan landasan
hukum pelaksanaan karantina tanaman di Indonesia. Contoh lain dari pengendalian
dengan peraturan adalah dengan peraturan sertifikasi benih dan bibit. Berikut
dicontohkan masuknya serangga hama dari suatu Negara ke Negara lain dan
akhirnya menimbulkan kerusakan dan kerugian pada bidang pertanian. Pada tahun
1986, di Indonesia terjadi serangan kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana
(Homoptera; Psyllidae). Serangga ini ternyata sama dengan yang dilaporkan
menyerang tanaman lamtoro di Hawaii. Pengendalian secara kultur teknik
2. Pengendalian Kultur Teknik
pengendalian serangga hama dengan memodifikasi kegiatan pertanian tertentu
agar lingkungan pertanian menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan
serangga hama, tetapi tidak mengganggu persyaratan pertumbuhan tanaman. Pada
prinsipnya usaha yang termasuk dalam pengendalian kultur teknik adalah semua cara
pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan guna menekan populasi serangga
hama. Usaha-usaha tersebut mencakup pengolahan tanah dan pengairan, pergiliran
tanam, tumpang sari, pemupukan yang optimum, penanaman tanaman perangkap,
sanitasi, pengaturan pola tanam, penggunaan mulsa, dan penggunaan varietas tahan.
3. Pengendalian secara fisik dan mekanik
Merupakan teknik pengendalian yang paling kuno yang dilakukan manusia sejak
manusia mengusahakan pertanian. Pengendalian secara fisik dan mekanik aman bagi
lingkungan dan kompatibel dengan teknik pengendalian lainnya seperti kultur teknik,
hayati dan varietas tahan.
 Pengendalian secara fisik
Pengendalian secara fisik dilakukan dengan memanfaatkan faktor lingkungan fisik
sedemikian rupa seperti suhu, kelembaban, dan cahaya.
 Pengendalian secara mekanik
Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan alat, tangan manusia atau bahan
lainnya dengan tujuan mematikan, menghalangi, memindahkan atau menghalau
serangga hama. Beberapa teknik pengendalian secara mekanik yang sering
dilakukan dalam pengendalian serangga hama antara lain: Pengambilan telur, larva,
nimfa, pupa atau imago serangga hama dengan tangan, kemudian membunuhnya.
4. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah usaha pengendalian serangga hama dengan
menggunakan bahan kimia beracun. Bahan kimia ini disemprotkan langsung ke
tanaman dimana hama menyerang, umpan, atau dikenakan langsung kepada serangga
hama sasaran. Bahan kimia beracun ini dikenal dengan insektisida.
Penggunaan insektisida dalam pengendalian serangga hama memiliki banyak
keuntungan, seperti efektif dan cepat menurunkan populasi serangga hama, mudah
penggunaannya dan relatif lebih murah biayanya. Namun, jika penggunaannya tidak
bijaksana, maka dampak negatif dari penggunaan insektisida baik terhadap kesehatan
manusia maupun lingkungan lambat laun akan dirasakan. Dampak negatif dari
penggunaan insektisida seperti pencemaran lingkungan, keracunan bagi manusia,
munculnya resistensi hama, terbunuhnya organisme bukan sasaran seperti musuh
alami serangga hama, dan meledaknya hama sekunder
5. Pengendalian secara hayati
Pengendalian secara hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara
biologi, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alami (agensia pengendali
biologi), seperti predator, parasit dan pathogen.
Beberapa keunggulan pengendalian hayati adalah:
- Aman, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak menyebabkan
keracunan pada manusia dan ternak
- Tidak menyebabkan resistensi terhadap hama
- Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inang atau mangsanya
- Bersifat permanen, untuk jangka waktu panjang dinilai lebih murah apabila
keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dan
musuh alaminya
Akan tetapi pengendalian secara hayati ini juga memiliki beberapa kekurangan,
seperti hasilnya sulit diramalkan dalam waktu singkat, diperlukan biaya cukup
besar pada tahap awal, baik untuk penelitian ataupun untuk pengadaan sarana dan
prasarananya, pembiakan masal di laboratorium kadang-kadang menghadapi
kendala, karena musuh alami menghendaki kondisi lingkungan yang khusus, dan
teknik aplikasi di lapangan belum banyak dikuasi.
6. Pengendalian Hama Terpadu
Merupakan suatu konsep pengelolaan agroekosistem secara komperhensif yang
bertujuan untuk mempertahankan populasi hama dan kerusakan tanaman yang
diakibatkan pada aras yang tidak merugikan secara ekonomi dan dampak negatif
dari metode yang digunakan terhadap lingkungan dapat diperkecil. Konsep ini
dilakukan dengan memadukan dan memanfaatkan semua metode pengendalian
hama secara bijaksana, termasuk pemanfaatan predator dan parasitoid, varietas
tahan hama, teknik bercocok tanam dan yang lainnya, serta bila perlu menggunakan
pestisida selektif.
Dalam program PHT, tujuannya bukan memberantas hama (dan juga organisme
yang berguna) dengan menggunakan insektisida, tetapi menjaga agar populasi hama
tidak mencapai tingkat yang membahayakan secara ekonomi, tanpa mengganggu
keseimbangan ekosistem atau membunuh organisme yang berguna. PHT sangat
mengutamakan berfungsinya mekanisme pengendalian alami yang secara dinamik
dapat menjaga populasi hama agar tetap berada pada aras keseimbangan umum
yang rendah.

Sumber :
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai