Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Wacana dari sebuah hubungan antara masyarakat dalam menjalankan sebuah

sistem komunikasi sangatlah penting untuk mcnciptakan hubungan yang harmonis antara

pelaku organisasi. Public Relations merupakan wadah komuinikasi dua arah yang terjadi

dalam satu lembaga organisasi baik komunikasi internal maupun external dari organisasi

tersebut.1

Dalam Islam Public Relations dikenal sebagai dakwah pengenalan Islam, dakwah

ini berfungsi untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat. Seorang pendakwah atau orang

yang mensosialisasikan Islam pada masyarakat yang paling sukses adalah Nabi Muhammad

SAW. Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 33:

(33) َ‫صا ِل ًحا َوقَا َل إِنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين‬ َ ْ‫َو َم ْن أَح‬
َّ ‫سنُ قَ ْوال ِم َّم ْن دَ َعا إِلَى‬
َ ‫َّللاِ َو َع ِم َل‬

Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada

Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ”Sesungguhnya aku Termasuk

orang-orang yang menyerah diri?”2

Public Relations yang baik dan mutlak dimiliki semua anggota masyarakat pada

umunya dan terutama masyarakat organisasi pada khususnya guna kelancaran hubungan

kerja yang baik pada organisasi tersebut. Hubungan kerja yang baik akan bisa di capai jika

masing-masing pihak dalam organisasi tersebut memiliki pengertian satu sama lain. Public

Relations atau kadang disebut dengan istilah Hubungan Masyarakat (Humas) memiliki

posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, terutarna bila organisasi tersebut sering

berintegrasi dengan masyarakat luas. Public Relations sangat menentukan perwajahan

organisasi tersebut di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan karena Public

1
Ruslan Rosadi, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Persada,
1997), hlm: 17
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Toha Putra Semarang, 1989), hlm:
546
2

Relations-lah yang merupakan salah satufront liner penting berkomunikasi dengan

masyarakat. Oleh karena itu, public relations merupakan suatu bidang yang memerlukan

segi perencanaan yang matang.3

Pentingnya memahami perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali

pemahaman terhadap perkembangan Public Relations di Indosesia. Jika dilihat dari

sejarahnya sebetulnya Public Relations di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang

dilakukan oleh pemikir-pemikir yang ada di Eropa atau Amerika bahkan di Australia.

Public Relation di Indonesia dimulai di tahun 1950-an dengan konsep yang berbeda dengan

konsep yang di anut di negara lain. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga yang di

ungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Ananto dalam Public Relations In Asian Antholoo,

Public Relations belum terlalu pesat perkembangannya.4

Dalam aktifitas atau operasional, Public Relations dikenal dengan penemuan fakta

(fatc finding), perencanaan (planning), pengkomunikasian (communicating), dan

pengevaluasian atau pemantauan (evaluating). Dalam mengevaluasi tersebut melihat sejauh

mana perencanaan itu berjalan sesuai yang di kehendaki, di kordinasikan atau di

organisasikan, kemudian bagaimana pelaksanaan dan dalam pencapaiannya, hasil apa yang

diperolehnya.5

Islam adalah merupakan agama Rahmatan lil 'alamien. Islam mendukung segala

hal yang berkenaan dengan sosialisasi bermasyarakat. Public Relations dalam Islam juga

dikatakan sebagai wadah untuk bersilaturrahim. Karena hubungan yang dimaksud dalam

Public Relations adalah komunikasi menjalin hubungan antara satu dengan yang lainnya,

ketika manusia tidak peduli dengan yang tidak mau saling mengenal atau dalam istilah lain

ia lebih menonjolkan sifat egoistiknya, maka ia telah kehilangan sifat dasar

kemanusiaannya.

Manusia sebagai makhluk sosial menduduki posisi yang sangat penting dan

strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang diberikan bisa berbicara

dengan kernampuan bicara itulah memungkinkan manusia bisa hubungan sosialnya.

3
Ruslan Rosadi, Manajemen Humas..., hlm: 5
4
Elizabeth G. Ananto, Public Relation Sebagai Koalisi Dominan, Mungkinkah?, (Yogyakarta:
Makalah Pada Konvensi Perhmas, 2004), hlm: 265
5
Ruslan Rosadi, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Persada,
2005), hlm: 11
3

sebagaimana yang bisa di pahami firman Allah dalam surah Ar-Rahman ayat 4 sebagai

berikut:

)4( َ‫َعلَّ َمهُ ْٱل َب َيان‬

Artinya: Mengajarnya pandai berbicara.6

Banyak penafsiran yang muncul berkenaan dengan kata al-bayan. namun yang

paling kuat adalah berbicara "al-nuthq al-kalam”. Hanya saja menurut Ibn 'Asyur, kata al-

bayan mencakup isyarah-isyarah yang lainnya, seperti kerlingan mata. anggukan kepala.

Dengan demikian al-bayan merupakan karunia yang terbesar bagi manusia. Bukan saja ia

dapat dikenali jati dirinya, akan tetapi ia pembeda dari binatang.7

Kemampuan berbicara berarti kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi adalah

merupakan suatu yang di hajatkan dalam setiap kegiatan manusia. Dalam sebuah penelitian

telah dibuktikan, hampir 70% sejak bangun dan tidur manusia berada dalam kegiatan

komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat membentuk saling pengertian dan

menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan,

melestarikan peradaban. Akan tetapi dengan komunikasi, kita juga dapat menumbuh

suburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi

kemajuan, dan menghambat pemikiran.8

Maka dari hal inilah penulis mencoba mengkaji Public Relations menurut konsep

Islam melalui sebuah penelitian yang penulis usahakan penelitiannya melalui riset

perpustakaan dengan judul penelitian ”KONSEP ISLAM TENTANG PUBLIC

RELAȚIONS"

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana konsep Islam tentang Public Relations. Namun agar lebih

jelas, terarah dan fokus masalah dalam penelitian ini dapat di rincikan sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip Public Relations dalarn Al-Qur'an.?

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2002), hlm:
773
7
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabrani, Jami ' al-Bayanfi Tafsir Ayi a-Qur'an Jilid 13, Juz
27, (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), hlm: 114-115
8
Jalaluddin Rahmad, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosa Karya, 1996), halaman iflitah
4

2. Bagaimana prinsip Public Relations menurut para Ulama.?

3. Apa-apa saja Etika Public Relations dalam Islam.?

3. Batasan Istilah

Dalam rangka menghindari terjadinya kekeliruan dan terjadinya makna ganda

dalam penafsiran beberapa istilah yang digunakan dalam judul ini, maka penulis membuat

batasan istilah dari kata-kata yang di anggap penting sebagai berikut:

1. Konsep, artinya rancangan.9 Sedangkan yang dimaksud konsep dalam penelitian ini

adalah konsep Islam tentang Public Relations.

2. Public Relations, adalah falsafah dan fungsi manajemen yang di deskripsikan

melalui kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatan untuk melayani kegiatan publik,

melakukan kegiatan komunikasi bagi publiknya untuk menciptakan pengertian dan

goodwill dari publiknya. Public Relations juga dapat di artikan sebagai alat

komunikasi persuasif yang dapat di pakai orang untuk memotifasi orang lain dan

institusi lain dalam rangka membantu mereka mencapai tujuan.10

3. Islam, secara leksikal berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ”Aslama, Yuslimu,

Islam” yang berarti menyelamatkan, masuk dalam keselamatan, menyerahkan diri,

atau tunduk dan patuh. Adapun menurut istilah Islam adalah agama yang di

wahyukan Oleh Allah SWT kepada baginda Nabi Muhammad SAW untuk mengatur

hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan sesama manusia, serta

akan mendatangkan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.11

4. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang pcnulis lakukan ini bertujuan untuk

mengetahui konsep Islam tentang Public Relations.

Secara terpcrinci tujuan penelitian ini dapat di sebutkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Public Relations dalam Al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Public Relations menurut para Ulama.

9
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), hlm:520
10
Johan Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm: 334
11
Hidayat, 1990, hlm: 66
5

3. Untuk mengetahui Etika Public Relations dalam Islam.

5. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan untuk melaksanakan suatu program kerja penelitian, termasuk

bidang Public Relations atau ke-Humasan, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini berguna untuk mengetahui konsep Islam tentang Public Relations.

2. Penelitian ini juga dapat di gunakan peneliti-peneliti lain, masyarakat luas, sebagai

bahan rujukan dan sarana informasi.

6. Sistematika Pcmbahasan

Untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis membaginya ke dalam

beberapa bab danpada tiap-tiap babnya terdapat beberapa sub bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisikan tentang Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Batasan Istilah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika

Pembahasan.

Bab II Landasan Teoritis yang terdiri dari Pengertian Public Relations, Tujuan

dan Fungsi Public Relations, Ruang lingkup Public Relations, Sejarah Perkembangan

Public Relations dan Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Islam.

Bab III Metodologi Penelitian yang terdiri dari Jenis Penelitian, Sumber Data,

Tehnik Pengumpulan Data, dan Tehnik Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian yang terdiri dari Prinsip Public Relations Dalam Al-

Quir'an, Prinsip Public Relations Menurut Para Ulama, dan Etika Public Relations Dalam

Islam.

Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.


6

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Public Relations

Jika dilihat dari asal katanya Public dan Relations adalah hubungan-hubungan

antar publik atau singkatnya hubungan-hubungan publik. Ini berarti dapat mengindikasikan

bahwa jika Public Relations di terjemahkan menjadi Hubungan Masyarakat (humas) adalah

kurang tepat, namun karena masyarakat terlanjur mengenal istilah humas dan sangat sulit

untuk di luruskan maka istilah humas tetap dipakai, bahkan pada instansi-instansi

pemerintah. Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas)

mempunyai dua pengertian, pertama, humas dalam artian sebagai tehnik komunikasi (of

communication) dan kedua, humas sebagai metode komunikasi (method

ofcommunication).12

Konsep Public Relations sebenarnya berkenaan dengan kegiatan penciptaan

pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul

perubahan yang berdampak.13

Itu pengertian Public Relations secara harfiah. Lalu apa pengertian Public

Relations secara istilah, berikut adalah defenisi atau pengertian Public Relations menurut

para pakar komunikasi:

1. Howard Bonham

Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara

lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau

sesuatu organisasi atau badan.

2. M.O Palapah dan Atang Syamsudin

Public Relations adalah suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk

memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara sesama publik yang berkepentingan

guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama.

12
Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: Alumni, 1993), hlm: 10
13
Frank Jefkins dan Daniel Yadin, Public Relations Edisi ke Lima, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm: 2
7

3. Betrand R. Canfield

Public Relations adalah falsafah dan fungsi manajemen yang di ekspresikan melalui

kebijaksanaan dan kegiatan-kegiatan untuk melayani kepentingan publik, melakukan

kegiatan komunikasi bagi publiknya untuk menciptakan pengertian dan goodwill dari

publiknya.

4. Frank Jefkins

Public Relations merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik

itu keluar atau kedalam, yaitu antara satu organisasi dengan publiknya dalam rangka

mencapai tujuan yang sfesifik atas dasar adanya saling pengertian.

Public Relations juga dapat diartikan sebagai alat komunikasi prsuasif yang dapat

di pakai orang lain dan instansi lain dalam rangka membantu mereka mencapai tujuan.14

Sedangkan dalam bukunya Cutlip, mendefinisikan Public Relations adalah fungsi

manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat

antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi

tersebut.15

B. Tujuan dan Fungsi Public Relations

Tujuan (goals) merupakan suatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih, tujuan juga

dapat disebut objektif. Tujuan merupakan suatu yang mengarahkan kcgiatan Public

Relations, sehingga tidak melenceng atau salah sasaran. misalnya, kita akan bcrpergian ke

jakarta. Jakarta adalah tujuan kita, maka kita akan diarahkan untuk melalui jalan-jalan yang

menuju kejakarta. Seorang praktisi Public Relations harus merumuskan tujuan secara jelas,

spesifik dan dinyatakan dalam bentuk pernyataan tertulis tentang apa saja yang akan

dicapai divisi Public Relations dalam priode waktu tertentu.

Karena Public Relations fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan

komunikasi, maka pada dasamya tujuan Public Relations adalah tujuan-tujuan komunikasi.

14
Johan Vivian, Teori Komunikasi..., hlm: 334
15
Cutlip, Center dan Broom, Effective Public Relations, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm: 6
8

Dalam realitas praktik public relations di perusahaan, tujuan Public Relations antara lain,

menciptakan pemahaman publik favorable serta membentuk goodwill dan kerja sama.16

Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya di

lakukan oleh Public Relations. Sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public

Relations, jadi Public Relations dikatakan berhasil apabila dia mampu melaksanakan tugas

dan kewajibannya dengan baik. Berguna atau tidak dalam menunjang dan menjamin

kepentingan publik.17

C. Ruang Lingkup Public Relations

Berbicara tentang Public Relations dan ruang lingkupnya tak mungkin rasanya kita

memisahkannya dari ilmu komunikasi. Dalam ilmu komunikasi ruang lingkup Public

Relations yang Jebih dahulu di kenal dengan nama humas atau hubungan masyarakat ini,

menyangkut kepentingan internal dan eksternal.

Dalam lingkup internal, tugas seorang humas adalah berupaya untuk mencapai

satu kondisi dimana karyawan bergairah dalam bekerja. Menurut Oemi Abdurrahrnan, yang

harus dilakukan oleh seorang praktisi humas dalam mencapai tujuan tadi, adalah bagaimana

dia menyelenggarakan komunikasi persuasif dan informatif. Di dalamnya ia melakukan

langkah-langkah analisa tentang kebijakan kepegawaian, menganalisa gaji dan

kesejahteraan lainnya, menganalisa sikap para karyawan, menganalisa kebijakan instansi

dan kegiatan-kegiatannya.

Sementara itu dalam lingkup eksternal, seorang praktisi humas dalam rangka

mencapai tujuannya, yaitu menciptakan hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak lain

sehingga tercipta kesan yang baik, akan melakukan tugas-tugas diantaranya adalah,

melakukan survey, bagaimana sikap atau penelitian masyarakat terhadap cara kerja

kepemimpinan para pegawai di lingkungan tempat ia bekerja.

Seorang praktisi Public Relations dalam kaitannya dengan menciptakan citra yang

baik tentang lembaganya, akan senantiasa mengadakan konsultasi dengan pimpinan

16
Rahmat Kriantono, Public Relations Writing, Media Public Relations Membangun Citra Korporat,
(Jakarta: Kencana, 2008), hlm: 4
17
Mafri Amir, Etika Komunikasi Masa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), him: 87
9

lembaganya terutama yang berkaitan dengan perbaikan-perbaikan berdasarkan penilaian

masyarakat dan konsultasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan terutama yang berkaitan

dengan pencitraan kelembagaan.

Sebaliknya, seorang praktisi Public Relations akan memberikan informasi yang

objektif tentang segala kegiatan lembaga kepada masyarakat. Dengan di sampaikannya

segala informasi yang objektif, diharapkan masyarakat akan bertambah percaya terhadap

lembaga tersebut sehingga dengan sendirinya akan memberikan penilaian yang baik. Dalam

bekerja dan untuk mencapai sasaran serta tugas kehumasannya, seorang praktisi humas di

bantu oleh beberapa staf yang efektif untuk menjabat tugas di bagian kehumasan tertentu.

Pada masa lalu, praktisi humas berpandangan bahwa humas hanya sebagai

komunikasi satu arah yang bertujuan membujuk pihak lain. Namun dewasa ini pandangan

mengenai pengertian humas mulai mengalami perubahan dengan mernasukkan aspek

komunikasi atau hubungan dua arah (two-way communications). Defenisi mengenai humas

kemudian memasukkan kata-kata seperti reciprocal (timbal balik), mutual (saling) dan

between (antara). Dengan demikian pengertian humas sudah mengandung pengertian aksi

timbal balik (interaktif).

D. Sejarah Perkembangan Public Relations (humas)

1. Di Indonesia

Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan

hubungan masyarakat di indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat

itu. Pada waktu itu pemerintah indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk

mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh

kerajaan belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai

dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang

dilakukan lebih banyak untuk keluar organisasi.18

Pentingnya memahami perkembangan Public Relations adalah untuk mengawal

pemahaman terhadap perkembangan Public Relations di indonesia. Jika dilihat dari

18
Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Cetakan ke Lima,
(Bandung: Remaja Rosda karya 1991), hlm: 12
10

sejarahnya sebetulnya, Public Relations di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang

dilakukan oleh pemikir-pemikir yang ada di Eropa atau Amerika bahkan Australia. Public

Relartions di indonesia dimulai di tahun 1950 an denagn konsep yang berbeda dengan

konsep yang dianut di Negara lain.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga yang di ungkapkan oleh Elizabeth

Goenawan Anantao dalam Public Relations In Asia Anthology, Public Relations belum

terlalu pesat perkembangannya.

Walaupun perkembangan humas di indonesia masih tergolong baru jika

dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, tetapi kchumasan sudah di kcnal secara

formal dan terorganisasi dengan baik, serta mulai di terapkan pada tahun 1995-an. Sejarah

mencatat organisasi humas pertama kali berdiri di perusahaan perminyakan Negara

(pertamina). Peranan divisi hupmas (hubungan pemerintah dan masyarakat) pertamina

tersebut cukup penting dalam upaya menjalin hubungan komunikasi timbal balik dengan

pihak klain, relasi bisnis, perusahaan swasta atau BUMN.19

Kemudian pada tahun 1954, secara resmi humas di terapkan pada jajaran

kepolisian, dengan nama Hubungan Masyarakat (Humas). Pada dekade 1970-an peran

humas sudah di terapkan diberbagai instansi pemerintah serata lembaga atau perusahaan

swasta sebagai upaya untuk menjembatani, berkomunikasi dan menyampaikan informasi

atau pesan-pesan dari lembaga atau organisasi, yang diwakilinya itu kepada pihak publik

atau masyarakat.

Sebagai bahan perbandingan bisa di lihat priodisasi perkembangan Humas atau

Public Relations yang mulai terorganisasi secara formal dan profesional melalui suatu

intruksi keputusan serta kaitannya dalam fungsi kedinasan maupun upaya pembentukan

suatu wadah organisasi resmi profesi humas. Berikut ini adalah priodisasi

perkembangannya:

19
Ruslan Rosadi, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Persada,
2008), hlm: 46
11

 Priode pertama

Tahun 1962, cikal bakal pembentukan humas di Indonesia secara resmi lahir

melalui Presidium Kabinet PM Juanda, yang menginstruksikan agar setiap instansi

pemerintah harus membentuk bagian atau divisi humas.20

Secara garis besar tugas kehumasan dinas pemerintahan adalah:

 Tugas strategis; ikut serta dalam pembuatan keputusan oleh pemimpin hingga

pelaksanaannya.

 Tugas taktis; upaya memberikan informasi, motivasi, pelaksanaan komunikasi

timbal balik dua arah, hingga mampu menciptakan citra atas lembaga atau

institusi yang diwakilinya.

 Priode kedua

Pada tahun 1967-1971, disebut dengan priode humas kedinasan pemerintahan, hal

tersebut dimulai dengan terbentuknya suatu wadah atau organisasi berbentuk "Badan

Koordinasi Kehumasan (Bako-Humas) pemerintah" di Indonesia. Pada tahun 1967

didirikan dinas koordinasi antara Humas Departemen atau Lembaga Negara-negara yang

disingkat dengan Bakor yang secara ex oricio di pimpin oleh pimpinan pada setiap

departemen.

Kemudian pada tahun 1970-1971, Bakor diubah menjadi Bako (Badan Koordinasi

Kehumasan Pemerintah) yang melalui SK Menpen No.31/Kep/Menpen tahun 1971, sebagai

institusi formal dalam lingkungan Departemen Penerangan RI. Bakohumas tersebut

beranggotakan humas departemen, Lembaga Negara serta unit usaha negara atau BUMN.

Kerja sama antara humas departemen atau institusi tersebut menitikberatkan pada

departemen koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam operasi penerangan dan

kehumasan.

Maka sesuai dengan SK Menpen tersebut, lahirlah pedoman Tata Kerja

Bakohumas yang berisi antara lain:

 Ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintahan dan pembangunan, khususnya

dalam bidang penerangan dan kehumasan.

20
Ruslan Rosadi, Manajemen Humas..., hlm: 47
12

 Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi dan kehumasan.

 Menyempurnakan kedudukan dan fungsi humas dalam prilaku menuju pada

suatu kepribadian yang sama di Indonesia, dalam rangka menunjang kebijakan

pemerintah.

 Memelihara hubungan kerja sama yang baik dan menciptakan hubungan yang

efektif dan harmonis dengan organisasi dan lembaga resmi serta masyarakat.

 Priode ketiga

Tahun 1972 dan 1993, Priode ini di tandai dengan munculnya Public Relations di

kalangan profesional pada lembaga swasta umum, indikaror tersebut dapat kita lihat pada:

Pertama: Didirikannya suatu wadah profesi humas, yaitu Perhumasan

(Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia) pada tanggal 15 desember 1972 oleh

kalangan praktisi swasta dan termasuk pemerintahan, pendirinya antara lain yaitu:

Wardiman Djojonegoro (mantan Mandikbut), Marah Joenoes (sebelumnya Kahubmas

Pertamina), Nana Sutresna (Deplu),M.Alwi Dahlan (mantan Menpen RI dan ketua BP7),

Feisal Tamin (Depdagri), Wisaksono Noerhadi (Mataharia), Imam Sajono (Konsultan PR)

dan lain sebagainya.

Kemudian dalam acara Konversi Nasional Humas di Bandung pada akhir

tahun1993, telah di tetapkan Kode Etik Kehumasan Indonesia (KEKI). Perhumas juga

tercatat sebagai anggota Internasional Public Relations Assosiations (IPRA) dan ASEAN

Public Relations Organization (FAPRO).

Diantar para tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua adalah Marah Joenoes

(19721977), Dr. M. Alwi (1977-1981), Wisaksono Noerhadi (1981-1989), dan Teddy

Kharsadi dari CMNP (PT. Citra Marga Nusantar Persada), yang dua kali terpilih sebagai

ketua perhumasan.

Kedua: Pada tanggal 10 April 1987 di jakarta, dibentuk suatu profesi humas

lainnya yang disebut dengan Asosiasi Perusahaan Public Relations (APPRJ). Tujuannya

adalah sebuah profesi yang berbentuk organisasi perusahaan-perusahaan Public Relations

yang independen (konsultan jasa kehumasan). Saat ini ketuanya adalah Maria

Wongsonagoro (Praktisi Humas dan Presenter TVRI).


13

Misi utama asosiasi ini adalah keinginan untuk mendarmabaktikan kemampuannya

kepada bangsa dan negara khususnya sebagai profesional dalam bidang Public Relations.

Aktifitas eksternalnya berkaitan dan niat menanamkan makna Public Relations (humas)

dalam hal memberikan kemampuan pengelolaan program komunikasi, kerja dan dalam

upaya menciptakan, pengembangan dan pembinaan citra. Sedangkan aktifitas internalnya

adalah berkaitan dengan melakukan koordinasi, peningkatan profesi kehumasan, menjaga

dinamika usaha melalui kerja sama dan menciptakan persaingan yang sehat.

 Priode keempat

Tahun 1995 sampai sekarang, Public Relations berkembang di kalangan swasta

dibidang profesional khusus (spesialisasi Public Relations atau humas bidang pelayanan

jasa). Beberapa indikatomya adalah sebagai berikut:

Pertama: di tandai dengan terbentuknya Himpunan Humas Hotel Berbintang

(H3B) tanggal 27 November 1995. Himpunan tersebut di peruntukkan sebagai wadah

organisasi profesi humas bidang profesional jasa perhotelan. Berkaitan erat dengan

organisasi yang sudah di kenal sebelumnya bidang perhotelan, yaitu PHRI (Perhimpunan

Hotel Dan Restoran Di Indonesia).

Kedua: di susul dengan berdirinya Forum Komunikasi Antar Humas Perbankan

(Farkamas), yang merupakan forum resmi bagi para pejabat humas (Public Relations

Ofìcer) bidang jasa perbankan di Indonesia, baik bank pemerintah (Himbara), swasta

(Perbanas), asing atau campuran yang beroperasi di Indonesia. Forkamas perbankan

pertama kali di ketuai oleh pejabat direktur BI yaitu Pul Soetopo Tjokronegoro dan

diresmikan pada tanggal 13 september 1996 oleh Gubernur BI, dan Soedjadrat Wandodo di

Jakarta.

Tujuan utama Perkemas adalah membina komunikasi antar himpunan bank-bank

milik negara (Himbara), dengan organisasi persatuan Perbankan swasta nasional khususnya

dalam bidang kehumasan melalui berbagai macam kegiatan operasional Jasa Perbankan,

juga melalui seminar atau diskusi, penerbitan jurnal dan tukar menukar pengalaman atau

informasi. Di samping itu, forum ini bertujuan untuk membina hubungan keluar dengan
14

publik (nasabah, relasi bisnis, investor dan pemiliknya) dan mampu menciptakan citra dan

opini positif bagi Perbankan Nasional.

Ketiga: sesuai dengan SK BAPEPAM No. 63. 1996, tentang perlunya baca wajib

pihak Emiten atau perusahaan yang go public di pasar baru Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya memiliki lembaga Corparate Secretary.

Keempat: yaitu berdirinya PSRI (Public Relations Sociaty of Indonesia) pada

tanggal 13 November 2003 lalu di Jakarta, dan idenya sama dengan PRSA (Public

Relations Sociaty of Amerika) yang telah berdiri lama sejak tahun 1940-an sebagai

organisasi profesional yang bergengsi sekaligus berpengaruh serta mampu memberikan

sertifikasi Akreditasi Public Relations (APR) profesional di Amerika yang diakui secara

internasional. PSRI atau Masyarakat Public Relations Indonesia (MAPRI) tersebut di

pimpin atau sebagai presiden pertamanya adalah Agus Parengkuan, dia adalah sebagai

wartawan senior Harian Kompas dan sebelumnya mantan perhumas-lndonesia. Organisasi

profesi PRSI tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kebersamaan,

pemberdayaan serta partisipasi dalam aktifitasnya yang berkaitan dengan isu-isu secara

nasional atau internasional.

2. Di Dunia

Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar tahun

1900an yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan “The Declaratyions of Principles” atas

upayanya ini Ivy Lee disebut sebagai “The Father OfPublic Relations” karena deklarasinya

itu, meskipun begitu konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850.21

Perkembangan Public Relations sebenarnya bisa di kaitkan dengan keberadaan

manusia, unsur-unsur memberi informmsi kepada masyarakat dan mengintegrasikan

masyarakat adalah landasan bagi masyarakat. Tujuan, tehnik, alat dan standar etika

berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya pada masa suku primitif mereka

menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi untuk memelihara pengawasan terhadap

21
Broom, 2002, hlm: 102
15

pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis, totem (benda-benda

keramat), taboo (hal-hal yang bersifat tabu) dan kekuatan supranatural.22

Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah, opini publik mulai

berperan. Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna

persuasi. Pada saat Yunani Kuno mulai di kembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat

dan meningkatkan hubungan dengan rakyat, evaluasi mengenai pendapat atau opini publik

merupakan perkembangan teraktir dalam sejarah kemanusiaan.

Dasar-dasar fungsi humas di temukan dalam revolusi Amerika, ketika ada gerakan

yang di rencanakan dan di laksanakan, pada dasarnya, masing-masing priode

perkembangan memiliki perbedaan dalam strategi mempengaruhi publik, menciptakan

opini publik demi perkembangan organisasinya.

Berikut gambaran kronologis perkembangan Public Relations di Dunia:

Abad ke-19 : Public Relations di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang

mandiri di dasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1865-1900 : Publik masih di anggap bodoh.

1900-1918 : Publik di beri informasi dan di layani.

1918-1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai

mata kuliah wajib, di smping itu banyak di adakan kursus-kursus yang

bermutu.

1945 : Publik di beri pendidikan dan di hargai.

1945-1968 : Publik mulai terbuka dan banyak yang mengenalnya.

1968 : Di Belanda mengalami perkembangan yang sangat pesat ke arah ilmiah,

karena penelitian yang rutin dan kontinyu. Dan di Amerika perkcmbangannya

lebih mengarah ke bisnis.

1968-1979 : Publik di kembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu

aspek saja.

1979-1990 : Profesional atau internasional memasuki globalisasi dalam perubahan mental

dan kualitas.

22
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations, (Jakarta: Grafiti, 2005), hlm: 40
16

1990-Sekarang: a. Perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang, sikap dan pola

prilaku secara nasional atau aintemasional.

b. membangun kerja sama secara lokal, nasional, internasional.

c. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan iptek sesuai

dengan kebutuhan.

E. Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Islam

Peradaban masyarakat Madinah pada masa awal adalah bukti konkrit keberhasilan

dakwah Rasulullah Muhammad SAW. Digambarkan hubungan sosial masyarakatnya

sangat hangat dan indah, saling menghargai dan menghormati di tengah-tengah perbedaan,

tidak saling memaksakan kehendak dan pendapat sendiri. Keberhasilan ini tidak lepas dari

kemampuan Rasulullah dalam mengkomunikasikan ajaran-ajaran Ilahi dengan baik yang di

topang dengan keluhuran budi pekerti. Jika di telusuri sejarah Nabi, akan di jumpai bahwa

keberhasilan itu karena beliau menerapkan seluruh prinsip-prinsip komunikasi dalam Al-

Qur'an secara konsisten. Tulisan ini mencoba menjelaskan tentang prinsip-prinsip

komuniksai dengan mengambil inspirasi dari al-Qur'an, bagaimana harus di pahami dan di

maknai pada masa modern dewasa ini sebagai landasan etis untuk pengembangan ilmu

komunikasi yang lebih luhur dan mencerahkan.

Islam selalu mengajarkan kepada manusia agar selalu melakukan hal yang baik

dalam setiap aspek kehidupannya sehari-hari. Begitu juga halnya menjadi seorang Humas

(Public Relations) dalam sebuah perusahaan memang terkadang menjadi pekerjaan yang

sulit, di satu sisi perusahaan yang berorientasi pada keuntangan yang membuat seorang

Humas (Public Relation) harus berusaha dengan berbagai cara untuk memperluas pasar,

menjaga hubungan dengan relasi, mampu menjaga citra perusahaan agar tetap baik dalam

keadaan apapun.

Namun di sisi lain ada etika dan hukum yang harus dipatuhi oleh seorang Humas

(Public Relations) dalam melakukan tugas sebagai ujung lidah perusahaan. Dan disinilah

aturan agama sangat berperan penting sebagai pedoman bagi manusia agar manusia tidak

lari dari aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT.


17

Manusia, disamping makhluk beragama adalah makhluk sosial, yaitu makhluk

yang selalu hidup bermasyarakat dan senantiasa membutuhkan peran-peran pihak lain.

Artinya berintegrasi sosial atau hidup bermasyarakat merupakan sesuatu yang tumbuh

sesuai dengan fitrah dan kebutuhan kemanusiaan. Dalam hal ini, al-Qur'an banyak

memberikan arahan atau nilai-nilai positif yang harus di kembangkan dan nilai-nilai

negatifyang harus di hindarkan.

Allah SWT berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut:

‫اس إ ِ ن َّ ا َخ ل َ قْ ن َا كُ ْم ِم ْن ذ َكَ ٍر َو أ ُنْ ث َ ٰى َو َج ع َ لْ ن َا كُ ْم شُ ع ُو ب ً ا َو ق َ ب َ ا ئ ِ َل‬ ُ َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال ن‬


َّ ‫َّللا ِ أ َت ْ ق َ ا كُ ْم ۚ إ ِ َّن‬
‫َّللا َ عَ لِ ي مٌ َخ ب ِ ي ٌر‬ َّ َ ‫ار ف ُوا ۚ إ ِ َّن أ َ ْك َر َم كُ ْم ِع نْ د‬ َ َ ‫ل ِ ت َع‬
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Ailah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.23
Penggunaan redaksi "yaa ayyuhannaas" walaupun ayatnya madaniyah

menunjukkan bahwa saling mengenal yang di maksudkan itu tidaki membedakan suku, ras,

bahasa, kebudayaan, bahkan ideologi. Maka, ketika manusia tidak peduli dengan yang

lainnya, tidak mau saling mengenal, atau dengan istilah lainnya ia lebih menonjolkan sifat

egoistiknya, maka ia telah kehilangan sifat kemanusiaannya.

Manusia sebagai makhluk sosial menduduki posisi sangat penting dan strategis.

Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk yang (liberi karunia bisa berbicara. Dengan

kemampuan berbicara itulah, mengakibatkan manusia membangun hubungan sosialnya.

Sebagaimana bisa di pahami dalam al-Qur'an surah al-Rahman ayat 4:

‫عَ ل َّ َم ه ُ الْ ب َ ي َ ا َن‬


Artinya: Mengajarnya pandai berbicara.24

Banyak penafsiran yang muncul mengenai penafsiran kata al-bayan, namun yang

paling kuat adalah berbicara (al-nuthq al-kalam). Hanya saja menurut Ibn 'Asyur, kata al-

bayan menyangkut isyarah-isyarah lainnya, seperti kerlingan mata, anggukan kepala.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta:
23

Penertbit Lentera Abadi, 2010), hlm: 412


24
Ibid, hlm: 424
18

Dengan demikian, al-bayan merupakan karunia yang terbesar bagi manusia, bukan saja ia

dapat dikenal jati dirinya, akan tetapi ia menjadi pembeda dari binatang.25

Kemampuan berbicara berarti kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi adalah

sesuatu yang di hajatkan pada setiap kegiatan manusia. Dalam sebuah penelitian telah di

buktikan bahwa, hampir 70% sejak bangun dari tidur manusia berada dalam kegiatan

berkomunikasi. Dengan komunikasi kita dapat membentuk saling pengertian dan

menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan

melestarikan peradaban. Akan tetapi, dengan komunikasi kita juga dapat menumbuh

suburkan perpecahan, menghidupkan pennusuhan, menanamkan kebencian, merintangi

kcmajuan, dan menghambat pemikiran (Jalaluddin Rahmad, 1996, cet. Ke 10. Hlm. Kata

pengantar).

Dalam sebuah ungkapan arab di sebutkan: "Ucapan atau perkataan

menggambarkan si pembicara".26Dari pernyataan ini dapat di pahami bahwa perkataan atau

ucapan atau dengan istilah lain, kemampuan berkomunikasi akan mencerminkan apakah

seseorang itu terpelajar atau tidak. Dengan demikian, berkomunikasi tidaklah di identik

dengan menyampaikan sebuah informasi. para pakar komunikasi, sebagaimana yang telah

di kutip oleh Jalaluddin Rahmad, berpendapat bahwa setiap komunikasi mengandung dua

aspek, yaitu aspek isi dan aspek kandungan, dimana Yang kedua mengklasifikasikan yang

pertama dan karena itu merupakan metakomunikasi (diluar komunikasi). Komunikasi

memang bukan hanya saja menyampaikan informasi, tetapi yang terpenting adalah

mengatur hubungan sosial di antara komunikan.27

Untuk itu demi terciptanya suasana kehidupan yang harmonis antara anggota

masyarakat, maka harus di kembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang beradab, yang di

gambarkan oleh Jalaluddin Rahmad, yaitu sebuah bentuk komuikasi dimana sang

komunikator akan menghargai apa yang mereka hargai, ia berempati dan berusaha

memahami realitas dari persfektip mereka. Pengetahuannya tentang khalayak bukan untuk

25
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Jami ' al-Bayanfi..., hlm: 114-115
26
al-Sakhawai, al-Maqashid al-Hasanah, (Beirut: Dar Al-Hijrah, 1986), hlm: 319
27
Jalaluddin Rahmad, majalah al-Hikmah, (Bandung: Yayasan Al-Muthahharis, Bandung), halaman

iftitah
19

menipu, tetapi untuk memahami mereka dan bemegosiasi dengan mereka, serta bersama-

sama saling memuliakan kemanusiaannya.

Adapun gambaran kebalikannya adalah apabila sang komunikator menjadikan

pihak lain sebagi obyek, ia hanya menuntut supaya orang Iain bisa memahami pendapatnya.

Sementara itu, ia sendiri tidak bisa menghormati pendapat orang Jain. Dalam komunikasi

bentuk yang kedua ini, bukan saja ia telah mendehumanisasikan mereka, tetapi juga dirinya

sendiri.28

Ada hal penting yang lebih dulu dijelaskan terkait tentang pembahasan tema di

atas. pertama, al-Qur'an tidak memberikan uraian secara spesifik tentang komunikasi. Kata

"komunikasi" berasal dari bahasa latin, yaitu Communicatio, dan bersumber dari kata

cummunis yang berarti sama, maksudnya sama makna. Maksudnya, suatu komunikasi

dikatakan komunikatif jika antara masing-masing pihak mengerti bahasa yang digunakan,

dan paham terhadap apa yang di percakapkan.29

Dalam proses komunikasi paling tidak terdapat tiga unsur yaitu, komunikator,

media dan komunikan.30

Para pakar komunikasi juga menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya bersifat

informatif, yakni agar orang lain mengerti dan paham, tetapi juga bersifat persuasif, yaitu

agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang di sampaikan, melakukan

kegiatan atau perbuatan dan lainlain. Bahkan menurut Hovland, seperti yang di kutip oleh

Onong, bahwa berkomunikasi bukan hanya terkait dengan penyampaian informasi, akan

tetapi juga bertujuan pembentukan pendapat mumum (Public Opinion) dan sikap publik

(Public Attitudee).31

Kedua, meskipun al-Qur'an secara spesifik tidak membicarakan masalah

komunikasi, namun jika di teliti banyak ayat yang memberikan gembaran umum prinsip-

prinsip komunikasi. Dalam hal ini, penulis akan merujuk pada term-term khusus yang di

asumsikan sebagai penjelasan dari prinsip-prinsip komunikasi tersebut antara lain:

28
Jalaluddin Rahmad, Psikologi Komunikasi..., hlm: 63
29
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat..., hlm: 9
30
YS. Gunadi, Himpunan istilah Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 1998), hlm: 69
31
Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat...,hlm: 10
20

1. Qaulan Balighan

2. Qaulan Kariman

3. Qaulan Maisuran

4. Qaulan Ma 'rufan

5. Qaulan Layyinan

6. Qaulan Syadidan

7. Prinsip Qaul Zur

1. Prinsip Qaulan Balighan

Dalam al-Qur'an term qaul baligh hanya di sebutkan sekali, yaitu dalam surah an-

Nisa' ayat 62-62 sebagai berikut:

‫اَّللِ ِإ ْن أ َ َر ْدنَا ِإ َّال‬


َّ ِ‫وك يَ ْح ِلفُونَ ب‬ ْ ‫صيبَةٌ بِ َما قَدَّ َم‬
َ ‫ت أ َ ْيدِي ِه ْم ث ُ َّم َجا ُء‬ َ َ ‫ْف ِإذَا أ‬
ِ ‫صابَتْ ُه ْم ُم‬ َ ‫فَ َكي‬
‫ظ ُه ْم‬ْ ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع‬ ْ ‫َّللاُ َما فِي قُلُوبِ ِه ْم فَأ َع ِْر‬َّ ‫﴾أُو ٰلَئِ َك الَّذِينَ يَ ْعلَ ُم‬٦٢﴿ ‫سانًا َوت َ ْوفِيقًا‬ َ ‫إِ ْح‬
﴾٦٣﴿ ‫َوقُ ْل لَ ُه ْم فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم قَ ْو ًال بَ ِليغًا‬
Artinya: Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa
sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka
datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, Kami sekali-kali tidak
menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".
Mereka itu adalah orangorang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.32
Ayat ini menginformasikan tentang kebusukan hati kaum munafik, bahwa mereka

tidak akan pernah bertahkim kepada Rasulullah SAW, meski mereka bersumpah atas nama

Allah, kalau apa yang mereka lakukan semata-mata hanya menghendaki kebaikan.

Walaupun begitu, beliau dilarang menghukum mereka secara fisik, akan tetapi cukup

dengan menasehati dan memberi ancaman bahwa perbuatan buruknya akan mengakibatkan

datangnya siksa Allah, dan berkata kepada mereka dengan perkataan yang lemah lembut.33

Term baligh yang berasal dari kata "balagha", oleh para ahli bahasa dipahami

sampainya sesuatu kepada suatu yang lain, juga bisa dimaknai dengan"cukup" (al-kifayah).

Sehingga perkataan yang baligh adalah perkataan yang merasuk dan membekas dalam jiwa.

Sementara menurut al-lshfahani, bahwa perkataan tersebut mengandung tiga unsur utama,

32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 70
33
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Jami ' al-Bayanfi..., hlm: 153
21

yaitu bahasanya tepat, sesuai dengan yang dikehendaki, dan isi perkataan adalah suatu

kebenaran. Sedangkan term baligh dalam kontek pembicara dan lawan bicara, adalah

bahwa si pembicara secara sengaja hendak menyampaikan sesuatu dengan cara yang benar

agar bisa diterima oleh pihak yang diajak bicara.

Secara rinci, para pakar sastra, seperti yang di kutip oleh Quraish Shihab,

membuat kriteria-kriteria khusus tentang suatu pesan yang dianggap baligh, antara lain.34

 Tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan.

 Kalimatnya tidak bertele-tele juga tidak terlalu pendek sehingga

pengertiannya menjadi kabur.

 Pilihan kosa katanya tidak terasa asing bagi sipendengar.

 Kesesuaian kandungan dan gaya bahasa dengan lawan bicara.

 Kesesuaian dengan tata bahasa.

2. Prinsip Qaul Karim

Term ini ditemukan dalam al-Qur'an hanya sekali, yaitu dalam surah al-lsra' ayat

23 sebagai berikut:

َ‫حسٰ نً ۗا َ ِإ اَماَي ْبلُغ ان َ ِع ْندك َا ْل ِكبر َأح ُد ُهما‬


َْ ‫ضىَربُّك َأ اَّل َت ْعبُد ُْواَ ِإ اَّل َ ِإيااهُ َو ِب ْالواَِلدَْي ِن َ ِإ‬ ٰ ‫وَق‬
٢٣َ‫َّلَك ِر ْي ًما‬ ًَ ‫َوَّلَت ْنه ْر ُهماَوَقُ ْل ََلا ُهماَق ْو‬ ‫ف ا‬ ٍّ ُ ‫أ ْوَ ِك ٰل ُهماَفَلَتقُ ْلَلا ُهماَأ‬
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.35
Ayat di atas menginformasikan bahwa ada dua ketetapan Allah yang menjadi

kewajiban setiap manusia, yaitu menyembah Allah dan berbakti kepada kedua Orang tua.

Ajaran ini sebenamya ajaran kemanusiaan yang bersifat umum, karena setiap manusia pasti

menyandang dua predikat ini sekaligus, yakni sebagai makhluk ciptaan Allah, yang oleh

karenanya harus menghamba kepada-Nya semata. Sebab, kedua orang tuanyalah yang

menjadi perantara kehadirannya di muka bumi ini.

34
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur 'an jilid 2, (Bandung: Mizan, 2000), him: 468
35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 227
22

Bukan hanya itu struktur ayat ini, dimana dua pernyataan tersebut dirangkai

dengan huruf waw 'athaf, yang salah satu fungsinya adalah menggabungkan dua pernyataan

yang tidak bisa saling dipisahkan, menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua

menjadi parameter bagi kualias penghambaan manusia kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadis Rasulullah di nyatakan sebagai berikut:

Saya bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apakah perbuatan yang

paling dicintai Allah Azza wa Jalla?." Nabi menjawab, "Shalat pada waktunya". Kemudian

saya bertanya lagi, "Lalu apa?." Rasulullah menjawab, 'Kemudian berbuat baik kepada

kedua orang tua'. Lalu saya kembali bertanya, "Lalu apa?" Rasulullah menjawab,

"Kemudian jihad dijalan Allah'. " Abdullah berkata, 'Rasulullah menerangkan perkara

tersebut kepadaku. Sekiranya aku meminta tambahan kepadanya, maka niscaya beliau akan

menambahnya untukku.

Shahih, disebutkan di dalam kitab Al Inua* (1197), (Bukhari, 9. Kitab

Mawaqilush-Shalat, 5- Bab Fadhlus-Shalati li Waqtiha. Muslim, I-Kitab Al Iman, hadits

137,138,139 dan 140) Dari Abdullah bin Umar, dia berkata,

Artinya : "Ridha Tuhan terletakpada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Tuhan

terletak pada kemurkaan kedua orang tua".

Berkaitan dengan inilah, al-Qur'an memberikan petunjuk bagaimana cara

berperilaku danberkomunikasi dengan baik dan benar kepada orang tua. Terutama sekali di

saat keduanya atausalah sat-u sudah berusia lanjut. Dalam hal ini, al-Qur'an menggunakan

term karim, yang secarabahasa berarti mulia. Term ini bisa disandarkan kepada Allah,

misalnya Allah Maha Karim,artinya Allah Maha Pemurah. Juga bisa disandarkan kepada

manusia, yaitu menyangkut keluhuranakhlak dan kebaikan prilakunya. Artinya seseorang

yang akan dikatakan karim, jika kedua hal itubenar terbukti dan terlihat dalam

keseharianya.36

Pada term ini, penulis menggunakan qoul karim bukan hanya dalam bentuk ucapan

atauperkataan saja, akan tetapi juga dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan baik

terhadap keduaorang tua. Dan disilah Sayyid Quthub menyatakan bahwa perkataan yang

36
al-Ishfahani Abu al-Qasim bin Muhammad al-Raghib, Al-Mufradatfi al-Gharib alQur'an, (Mesir:
Musthafa al-Bab al-halabi, 1961), hlm: 428.
23

karim, dalam kontekshubungan dengan kedua orang tua, pada hakikatnya adalah tingkatan

yang tertinggi yang harusdilakukan oleh seorang anak. Yakni, bagaimana ia berkata

kepadanya, namun keduanya tetapmerasa dimuliakan dan di hormati.37

Ibn 'Asyur menyatakan bahwa qaul karim adalah perkataan yang tidak

memojokkan pihaklain yang membuat dirinya seakan terhina. Contoh yang paling jelas

adalah ketika seorang anakingin menasehati orang tuanya yang salah, yakni dengan tetap

menjaga sopan santun dan tidakberrnaksud menggurui, apalagi sampai menyinggung

perasaannya. Yang pasti qaul karim, adalahsetiap perkataan yang dikenal lembut, baik,

yang mengandung unsur pemuliaan dan penghormatan.38

3. Prinsip Qaul Maisur

Di dalam al-Qur'an qaul maisur ditemukan hanya sekali saja, yaitu yang

terdapat dalam surah al-lsra' ayat 28 sebagai berikut:

‫ك ت َ ْر ُج و هَا ف َ ق ُ ْل ل َ هُ ْم ق َ ْو ًال‬ َ ‫َو إ ِ َّم ا ت ُعْ ِر‬


َ ِ ‫ض َّن عَ نْ هُ مُ ا بْ ت ِ غ َا َء َر ْح َم ٍة ِم ْن َر ب‬
‫ور ا‬
ً ُ‫َم يْ س‬
Artinya: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu

yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kcpada mereka Ucapan yang baik.39

Ibn Zaid Berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan kasus suatu kaum yang

meminta kepada Rasulullah Saw namun beliau tidak mengabulkan permintaannya, sebab

beliau tahu kalau mereka seringkali membelanjakan hafla kepada hal-hal yang tidak

bermanfaat. Sehingga berpalingnya beliau semata-mata karena berharap pahala. Sebab,

dengan begitu beliau tidak mendukung kebiasaan buruknya dalam menghambur-hamburkan

harta. Namun begitu, harus tetap berkata dengan perkataan yang menyenangkan dan

melegakan.40

Ayat ini juga mengajarkan, apabila kita tidak bisa memberi atau mengabulkan

permintaan karena tidak ada, maka harus disertai dengan perkataan yang baik dan alasan-

37
Sayyid Quthub, Fi Zhilal al-Qur 'an, (Beirut: Dar lhya' al-Turats al-'Arabi, t.th), hlm: 318
38
Ibn 'Asyur, Maqasid Al-Syari’ah , Jilid 17, (t.tp: Dar Al-Arabi, 1384 H), hh1m: 70
39
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., him: 227
40
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi jilid 10, (Jakaerta: Pustaka Azzam, t.th), hlm:107
24

alasan yang rasional. Pada prinsipnya, qaul maisur adalah segala bentuk perkataan yang

baik, lembut, dan melegakan.41

Ada juga yang menjelaskan, qaul maisur menjawab dengan cara yang baik,

perkataan yang lembut dan tidak mengada-ngada, ada juga yang mengidentikkan qaul

maisur dengan qaul ma'ruf. Artinya, perkataan yang maisur adalah ucapan yang wajar dan

sudah dikenal sebagai perkataan yang baik bagi masyarakat setempat.42

4. Prinsip Qaul Ma'ruf

Di dalam al-Qur'an term ini disebutkan sebanyak empat kali, yaitu dalam surah al-

Baqharah ayat 235, an-Nisa' ayat 5 dan 8, al-Ahab ayat 32:

Dalam surah al-Baqharah ayat 235, qaul ma'ruf disebutkan dalam konteks

meminang wanita yang sudah di tinggal suaminya. Dan ayatnya sebagai berikut:

ْ ‫ض ت ُ ْم ب ِ ِه ِم ْن ِخ‬
‫ط ب َ ِة ا لن ِ سَ ا ِء أ َ ْو أ َ ْك ن َ نْ ت ُ ْم ف ِ ي‬ ْ ‫ح عَ ل َ يْ كُ ْم ف ِ ي َم ا عَ َّر‬ َ ‫َو َال ُج ن َا‬
‫َّللا ُ أ َن َّ كُ ْم سَ ت َذْ ك ُ ُر و ن َ هُ َّن َو ٰل َ ِك ْن َال ت ُ َو ا ِع د ُو ه ُ َّن ِس ًّر ا إ ِ َّال أ َ ْن‬
َّ ‫أ َنْ ف ُ ِس كُ ْم ۚ عَ لِ َم‬
‫ب‬ ُ ‫ت َق ُو ل ُوا ق َ ْو ًال َم عْ ُر و ف ً ا ۚ َو َال ت َعْ ِز ُم وا عُ قْ د َة َ الن ِ كَ اح ِ َح ت َّ ٰى ي َ بْ ل ُ َغ الْ ِك ت َا‬
‫ع ل َ ُم وا أ َ َّن‬ْ ‫َّللا َ ي َ عْ ل َ مُ َم ا ف ِ ي أ َنْ ف ُ ِس كُ ْم ف َ ا ْح ذ َ ُر و ه ُ ۚ َو ا‬
َّ ‫ع ل َ ُم وا أ َ َّن‬ ْ ‫أ َ َج ل َ ه ُ ۚ َو ا‬
ٌ‫َّللا َ غَ ف ُو ٌر َح لِ ي م‬
َّ
Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu
ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takuttah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.43
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang laki-laki boleh mengucapkan kata-kata

sindiran untuk meminang seorang wanita yang masih berada dalam masa idahnya, baik

idah karena kematian suami, maupun idah karena talak bain. Tetapi hal itu sama sekali

tidak dibenarkan bila wanita itu berada dalam masa idah dari talak raja'i. Kata-kata yang

menggambarkan bahwa si lelaki itu mempunyai maksut untuk mengawininya bila telah

selesai idahnya. Umpamanya si lelaki itu berkata, "Saya senang sekali bila mempunyai istri

41
Ibid, hlm: 107
42
Al-riza, t.th. jilid 20. hlm: 155
43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., him: 30
25

yang memiliki sifat-sifat seperti engkau." Atau ungkapan yang lainnya yang tidak

mengarah kepada berterus terang. Sementara itu Allah melarang bila seorang laki-laki

mengadakan janji akan kawin atau membujuknya untuk kawin secara sembunyi-sembunyi

atau mengadakan pertemuan rahasia. Hal ini tidak dibenarkan karena dikhawatirkan

terjadinya fitnah.

Allah tidak melarang seorang Laki-laki meminang seorang wanita Yang masih

dalam masa idah talak bain, jika pinangan itu dalam bentuk sindiran, atau masih dalam

rencana karena Allah mengetahui bahwa manusia tidak selalu dapat menyembunyikan isi

hatinya. Allah menghendaki pinangan tersebut tidak dilakukan secara terang-terangan tetapi

hendaknya dengan kata-kata kiasan yang merupakan pendahuluan, dilanjutkan nanti dalarn

bentuk pinangan resmiketika perempuan itu telah habis masa idahnya. Pinangan dengan

sindiran tidak boleh dilakukan terhadap wanita Yang masih dalam idah talak raja'i karena

masih ada kemungkinan perempuan itu akan kembali kepada suaminya semula.

Cara seperti itu dikehendaki supaya perasaan seorang wanita yang sedang

berkurang itu tidak tersinggung juga untuk menghindari reaksi jelek dari keluarga bekas

suami dan dari masyarakat umum. Karena Allah sangat melarang melangsungkan akad

nikah dengan wanita yang masih dalam masa idah, satu larangan yang haramnya adalah

haram qath'i dan membatalkan akad nikah tersebut. Allah mengancam orang-orang yang

menentang ketentuan ini dan Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati

sanubari manusia. Namun demikian Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada

orang yang segera bertaubat.

Sementara didalam surah an-Nisa' ayat 5 dan 8, qaul ma'ruf dinyatakan dalam

konteks tanggungjawab atas harta seorang anak yang belum memanfaatkannya secara benar

(safih).

‫ار ُز ق ُو ه ُ ْم ف ِ ي َه ا‬ َّ ‫َو َال ت ُ ْؤ ت ُوا ال سُّ ف َ َه ا َء أ َ ْم َو ا ل َ كُ مُ ال َّ ت ِ ي َج ع َ َل‬


ْ ‫َّللا ُ ل َ كُ ْم ق ِ ي َ ا ًم ا َو‬
‫َو ا ْك سُ و ه ُ ْم َو ق ُ و ل ُوا ل َ ُه ْم ق َ ْو ًال َم عْ ُر و ف ً ا‬
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,

harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
26

kehidupan berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah

kepada mereka kata-kata yang baik.44

Dalam ayat ini Allah memerintahkan para wali Yang memelihara anak yatim

supaya mereka menyerahkan harta anak yatim yang ada dalam kekuasaannya apabila anak

yatim itu telah dewasa dan telah dapat menjaga hartanya. Apabila belum dapat maka

tetaplah harta tersebut dipeliharanya dengan sebaik-baiknya karena harta adalah pokok

kehidupan. Segala keperluan anak yatim seperti pak. aian, makanan, pendidikan,

pengobatan dan sebagainya dapat di ambil dari keuntungan harta itu apabila harta itu

diusahakan (diinvestasikan) kepada mereka hendaklah berkata lemah lembut penuh kasih

sayang dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

ُ ‫س َم ة َ أ ُو ل ُو الْ ق ُ ْر ب َ ٰى َو الْ ي َ ت َا َم ٰى َو الْ َم سَ ا ِك ي ُن ف َ ا ْر ُز ق ُو ه ُ ْم ِم نْ ه‬


ْ ِ‫ض َر الْ ق‬ َ ‫َو إ ِ ذ َا َح‬
‫َو ق ُو ل ُوا ل َ هُ ْم ق َ ْو ًال َم عْ ُر و ف ً ا‬
Artinya: Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,

Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka

Perkataan yang baik.45

Kemudian Allah menjelaskan lagi dalam ayat yang ke 8 bahwa apabila pada waktu

diadakan pembagian harta warisan ikut pula kaum kerabat yang tidak berhak mendapat

warisan. Begitu juga para fakir miskin atau anak yatim. Maka kepada mereka sebaiknya

diberikan juga sedikit bagian sebagai hadiah menurut keikhlasan para ahli 'vvaris supaya

mereka tidak hanya menyaksikan saja ahli waris mendapat bagian. Dan kepada mereka

seraya memberikan hadiah tersebut diucapkan kata-kata yang menyenangkan hati mereka.

Ini sangat bermanfaat sekali untuk menjaga silaturrahim dan persaudaraan agar tidak

diputuskan Oleh hasad dan dengki. Di samping itu para ahli waris menunjukkan rasa

syukur mereka kepada Allah SWT.

Sedangkan dalam surah al-Ahzab ayat 32, qaul ma'ruf disebutkan dalam konteks

istri-istri Nabi Saw sebagai berikut:

َ ‫ۚ إ ِ ِن ا ت َّق َ يْ ت ُ َّن ف َ ََل ت َ ْخ‬


‫ض عْ َن‬ ‫ِم َن الن ِ سَ ا ِء‬ ‫س ت ُ َّن كَ أ َ َح ٍد‬
ْ َ ‫ي َ ا ن ِ سَ ا َء ال ن َّ ب ِ ي ِ ل‬
‫ق َ ْو ًال َم عْ ُر و ف ً ا‬ ‫ض َو ق ُ لْ َن‬ٌ ‫َم َر‬ ‫ط َم َع ال َّ ِذ ي ف ِ ي ق َ لْ ب ِ ِه‬ ْ َ ‫ب ِ الْ ق َ ْو ِل ف َ ي‬

44
Ibid, hlrn: 61
45
Ibid, hlm: 62
27

Artinya: Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu

bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dałam berbicara sehingga berkeinginanlah

orang yang ada penyakit dałam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik.46

Dałam ayat ini Allah memperingatkan kepada istri-istri Nabi saw, bahwa mereka

dengan julukan "Ummahatul Mukminin” sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan

wanita mukmin manapun dari segi keutamaan dan penghormatan mereka, jika mereka

betul-betul bertakwa. Tidak ada satu orang wanita pun yang dapat menyerupai kedudukan

mereka apalagi melebihi keutamaan mereka karena suami mereka adalah "Sayyidul Anbiya

Wal Mursalin” saw. Oleh karena iłu, jika mereka mengadakan pembicaraan dengan orang

lain, maka mereka di larang merendahkan suara yang dapat menimbulkan perasaan kurang

baik terhadapa kesucian dan kehormatan mereka, terutama jika yang dihadapai oleh mereka

itu orang-orang fasik atau munafik yang diragukan iktikad baiknya. Istri-istri Nabi saw itu,

setelah beliau wafat tidak boleh dinikahi siapapun, sesuai dengan firman Allah dałam surah

Al-Ahzab ayat 53 sebagai berikut.

َ ُ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا َال ت َدْ ُخ ل ُوا ب ُي‬


‫وت ال ن َّ ب ِ ي ِ إ ِ َّال أ َ ْن ي ُ ْؤ ذ َ َن ل َ كُ ْم إ ِ ل َ ٰى طَ ع َ ا ٍم‬
‫ظ ِر ي َن إ ِ ن َا ه ُ َو ٰل َ ِك ْن إ ِ ذ َا د ُ ِع ي ت ُ ْم ف َ ا دْ ُخ ل ُوا ف َ إ ِذ َا طَ ِع ْم ت ُ ْم ف َ ا نْ ت َ ِش ُر وا َو َال‬ ِ ‫غَ ي َْر ن َا‬
ۚ ‫س ت َ ْح ي ِ ي ِم نْ كُ ْم‬ ٰ ٍ ‫س ت َأ ْن ِ ِس ي َن لِ َح ِد ي‬
ْ َ‫ي فَي‬ َّ ِ ‫ث ۚ إ ِ َّن ذ َ لِ كُ ْم كَ ا َن ي ُ ْؤ ِذ ي ال ن َّ ب‬ ْ ‫ُم‬
‫س أ َل ُو ه ُ َّن ِم ْن‬ ْ ‫س ت َ ْح ي ِ ي ِم َن الْ َح قِ ۚ َو إ ِ ذ َا سَ أ َلْ ت ُ ُم و ه ُ َّن َم ت َا عً ا ف َ ا‬ ْ َ ‫َّللا ُ َال ي‬
َّ ‫َو‬
‫ط َه ُر لِ ق ُ ل ُو ب ِ كُ ْم َو ق ُل ُو ب ِ ِه َّن ۚ َو َم ا كَ ا َن ل َ كُ ْم أ َ ْن‬ ْ َ ‫َو َر ا ِء ِح َج ا بٍ ۚ ٰذ َ لِ كُ ْم أ‬
‫َّللا ِ َو َال أ َ ْن ت َنْ ِك ُح وا أ َ ْز َو ا َج ه ُ ِم ْن ب َ عْ ِد هِ أ َب َ د ًا ۚ إ ِ َّن ٰذ َ لِ كُ ْم‬ َّ ‫ت ُ ْؤ ذ ُوا َر سُ و َل‬
‫ظ ي ًم ا‬ َّ َ ‫كَ ا َن ِع نْ د‬
ِ َ‫َّللا ِ ع‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi
kecuali bila kamu diizinkan untuk Makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu
masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu
selesai makan, keluarlah kamu lanpa asyik memperpanjang percakapan.
Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu
kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan)
yang benar. apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-
isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian iłu lebih suci
bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah
dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat.
Sesungguhnya perbuatan itu adalah Amat besar (dosanya) di Sisi Allah.47
Kata ma'ruf disebutkan dałam al-Qur'an sebanyak 38 kali, yang bisa diperinci

sebagai berikut:

46
Ibid, hlm: 337
47
Ibid, hlm: 338
28

 Terkait dengan tebusan dałam masalah pembunuhan setelah mendapatkan

pemaafan.

 Terkait dengan wasiat.

 Terkait dengan persoalan thalaq, nafkah, mahar, 'iddah dan pergaulan słnmi

istri.

 Terkait dengan dakwah.

 Terkait dengan pengelolaan harta anak yatim.

 Terkait dengan pembicaraan atau ucapan.

 Terkait dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Meurut al-lshfahani, term ma'ruf menyangkut segala bentuk perbuatan yang di

nilai baik oleh akal dan syara'. Dari sinilah kemudian muncul pengertian bahwa ma'ruf

adalah kebaikan yang bersifat lokal. Sebab, jika akal dijadikan sebagai dasar pertimbangan

dari setiap kebaikan yang muncul, maka tidak akan sama dari setiap masing-masing daerah

atau łokasi.48

Misalnya dalam kasus pembagian harta warisan, dimana saat itu juga hadir

beberapa kerabat yang ternyata tidak mendapat bagian warisan, juga orang-orang miskin

dan anak yatim. Oleh al-Qur'an diperintahkan kepada mereka dengan perkataan yang

ma'ruf. Hal ini sangatlah tepat, karna perkataan yang baik tidak bisa diformulasikan secara

pasti, karena akan membatasai kepada apa yang dikehendaki oleh al-Qur'an. Di samping

itu, juga akan terkait dengan budaya dan adat istiadat yang berlaku di masing-masing

daerah. Boleh jadi suatu perkataan yang ma'ruf oleh satu daerah, ternyata tidak ma'rufbagi

daerah lain.

Begitu juga dalam kasus lain, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Allah dalam

alQur'an, seperti meminang wanita yang sudah habis masa iddahnya, menasehati istri,

memberi pengertian kepada anak yatim menyangkut pengelolaan hartanya. Sementara

menurut Ibn 'Asyur, qaul ma'ruf adalah perkataan yang baik yang melegakan dan

menyenangkan lawan bicaranya.49

48
Abu al-Qasim bin Muhammad al-Raghib al-Ishafahani, Al-Mufradatfi..., hlm. 331
49
Ibn 'Asyur, Maqasid Al-Syari’ah..., hlm. 252
29

Dalam beberapa konteks al-Razi menjelaskan, bahwa qaul ma'ruf adalah perkataan

yang baik, yang menancap kedalam jiwa, sehingga yang diajak bicara tidak merasa

dianggap bodoh (safih). Perkataan yang mengandung penyesalan ketika tidak bisa memberi

atau membantu, perkataan yang tidak menyakitkan dan yang sudah dikenal sebagai

perkataan yang baik.50

5. Prinsip Qaul Layyin

Dalam al-Qur'an qaul layyin hanya di temukan sekali saja, yaitu dalam surah

Thaha ayat 44 sebagai berikut:

‫وال ل َ ه ُ ق َ ْو ًال ل َ ي ِ ن ً ا ل َ ع َ ل َّ ه ُ ي َ ت َذ َ كَّ ُر أ َ ْو ي َ ْخ شَ ٰى‬


َ ُ ‫فَق‬
Artinya: Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut,Mudah-mudahan ia ingat atau takut."51

Ayat ini memaparkan kisah Nabi Musa dan Harun ketika diperintahkan untuk

menghadapai Fir'aun, yaitu agar keduanya berkata kepada Firťaun dengan perkataan yang

layyin. Asal makna layyin adalah lembut atau gemulai, yang pada mulanya digunakan

untuk menunjuk gerakan tubuh. Kemudian kata ini dipinjam (isti'arah) untuk menunjukkan

perkataan yang lembut.

Sementara yang dimaksud dari perkataan qaul layyin adalah perkataan yang

mengandung anjuran, ajakan, pemberian contoh, dimana si pembicara berusaha

meyakinkan pihak lain, bahwa apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan

tidak bermaksud merendahkan pendapat orang yang diajak bicara tersebut. Dengan

demikian, qaul layyin adalah salah satu metode dakwah, karena tujuan utama dakwah

adalah mengajak orang lain kepada kebenaran, bukan untuk memaksa dan untuk

kekuatan.52

Ada hal yang menarik untuk dikritisi misalnya, kenapa Musa harus berkata lembut

padahal Fir'aun adalah tokoh yang sangat jahat. Menurut al-Razi ada dua alasan tentang

pertanyaan itu. Pertama, karena Musa pernah di didik dan ditanggung kehidupannya

semasa bayi sampai dewasa. Hal ini merupakan pendididkan bagi setiap orang, yakni

50
Fakhr al-Din al-Razi, Tafsir al-Kabir jilid 9, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), hlm. 152
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 251
52
Ibn 'Asyur, Maqasid Al-Syari’ah..., hlm. 225
30

bagaimana seharusnya bersikap terhadap orang yang berjasa besar dalam hidupnya. Kedua,

biasanya seorang penguasa Yang zalim itu cendrung bersikap lebih kasar dan kejam jika

diperlakukan secara kasar dan dia merasa kita tidak menghormatinya.53

6. Prinsip Qaul Sadid

Dalam al-Qur'an qaul sadid disebutkan dua kali.

Pertama, dalam surah an-Nisa' ayat 9 sebagai berikut:

‫ض ع َ ا ف ً ا َخ ا ف ُ وا عَ ل َ يْ ِه ْم ف َ لْ ي َ ت َّق ُ و ا‬
ِ ً ‫ت َ َر ك ُ وا ِم ْن َخ لْ فِ ِه ْم ذ ُ ِر ي َّ ة‬ ‫ش ال َّ ِذ ي َن ل َ ْو‬َ ‫َو لْ ي َ ْخ‬
‫سَ ِد ي د ًا‬ ‫َّللا َ َو لْ ي َ ق ُ و ل ُوا ق َ ْو ًال‬
َّ
Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.54

Ayat ini turun dalam kasus seorang yang ingin meninggal bermaksud ingin

mewasiatkan seluruh hartanya kepada orang lain, padahal anak-anaknya masih

membutuhkan harta tersebut. Dalam kasus ini, perkataan yang harus disampaikan

kepadanya harus tepat dan argumentatif. Inilah makna qaul sasid. Misalnya, dengan

perkataan "bahwa anak-anakmu adalah yang lebih berhak atas hartamu ini. Jika seluruhnya

kamu wasiatkan, bagaimana nasib anak-anaknya kelak" Melalui ayat ini juga, Allah

mengingatkan kepada setiap orang tua hendaknya mempersiapkan masa depan anak-

anaknya dengan sebaik-baiknya agar tidak hidup terlantar dan justru akan menjadi beban

orang lain.

Kedua, dalam surah al-Ahzab ayat 70 sebagai berikut:

َّ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ا ت َّق ُ وا‬
‫َّللا َ َو ق ُو ل ُوا ق َ ْو ًال سَ ِد ي د ًا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah

Perkataan yang benar.55

Ayat ini diawali dengan seruan kepada orang-orang beriman. Hal menunjukkan

bahwa salah satu konsekwensi keimanan adalah berkata dengan perkataan yang sadid. Atau

53
Sayyid Quthub, Fi Zhilal..., hlm. 474
54
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 62
55
Ibid, hlm: 341
31

dengan istilah lain, qaul sadid menduduki posisi yang cukup penting dalam konteks

keimanan dan ketaqwaan seseorang. Sementara berkaitan dengan perkataan qaul sadid,

terdapat banyak penafsiran antara lain, perkataan yang jujur dan tepat sasaran. Perkataan

yang lembut dan mengandung pemuliaan bagi pihak lain, pembicaraan yang logis.56

7. Prinsip Qaul Zur

Dałam al-Qur'an qaul zur ditemukan hanya sekali, yaitu dałam surah al-Hajj ayat 30

sebagai berikut:

‫ت ل َ كُ ُم‬ ْ َّ ‫َّللا ِ ف َ هُ َو َخ ي ٌْر ل َ ه ُ ِع نْ د َ َر ب ِ ِه ۚ َو أ ُ ِح ل‬


َّ ‫ت‬ ِ ‫ح ُر َم ا‬ ُ ‫ظ ْم‬ ِ َ ‫ك َو َم ْن ي ُ ع‬ َ ِ‫ٰذ َ ل‬
‫اْل َ ْو ث َا ِن َو ا ْج ت َن ِ ب ُ وا‬
ْ ‫س ِم َن‬ َ ‫لر ْج‬ِ ‫اْل َنْ ع َ ا مُ إ ِ َّال َم ا ي ُ ت ْ ل َ ٰى عَ ل َ يْ كُ ْم ۚ ف َ ا ْج ت َن ِ ب ُ وا ا‬
ْ
‫ور‬
ِ ‫الز‬ُّ ‫ق َ ْو َل‬
Artinya: Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang

terhormat di Sisi Allah Maka iłu adalah lebih baik baginya di Sisi Tuhannya. dan

telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan

kepadamu keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu

dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.57

Ayat ini dapat dipahami, bahwa ketika seseorang menggunakan masya'ir haram

danmemakan binatang yang di halalkan, akan tetapi tidak menjauhi syirik dan perkataan

dusta (zur), maka pengagungan tersebut tidak memiliki dampak spritual apapun bagi

dirinya. Atau juga bisa dipahami bahwa perkataan dusta (zur) hakikatnya sama dengan

menyembah berhala, dałam hal sama-sama mengikuti hawa nafsu. Atau lebih konkritnya

sama-sama menahankan hawa nafsu.58

Asal kata zur adalah menyimpang atau melenceng (ma'il), perkataan zur dimaknai

kizb (dusta), karena menyimpang dan melenceng dari yang semestinya atau yang dituju.

Qaul zur juga ditafsirkan menghalalkan yang haram dan sebaliknya, serta saksi palsu.

Rasulullah saw sebagaimana yang dikutip oleh al-Razi bersabda "saksi palsu iłu sebanding

56
Rasyid, jilid 4, hlm: 327
57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 268
58
Mahmud Yunus, Tafsir Al-Qur'an Karim, (Jakarta: Intermas, 1973), hlm: 486
32

syirik”. Menurut Al- Qurthubi, ayat ini mengandung ancaman bagi yang memberi saksi dan

sumpah palsu. Ia salah satu dosa besar, bahkan termasuk tindak pidana.59

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

59
al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi..., hlm.14
33

Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini adalah Librery Research (penelitian

kepustakaan). Yaitu dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku yang berkaitan dengan

judul penelitian ini.

B. Sumber Data

Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan maka sumber data yang

penulis pergunakan dalam penelitian ini ada dua sumber.

1. Sumber data primer, adalah kajian utama yang merupakan pokok yang

diperoleh dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian

ini.

2. Data skunder, adalah data pendukung atau pelengkap yang diperoleh dari

buku-buku yang relevan dengan penelitian ini.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

Library Research, yaitu meneliti dan menelaah, serta menganalisis buku-buku yang

berhubungan dengan permasalahan yang ada pada pokok pembahasan dalam penelitian ini.

D. Tehnik Analisis Data

Karena penulisan ini berdasarkan kepustakaan, maka dalam menganalisa data

dipergunakan lewat kepustakaan, dengan memilih dan menganalisa bahanbahan yang

berkenaan dengan pembahasan. Selanjutnya disimpulkan secara induktif, yaitu menganalisa

data yang sifatnya khusus kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari

literatur data yang diperoleh dan dari rujukan buku-buku sebagai pendukung kelengkapan

bahan-bahan penelitian yang di butuhkan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN
34

A. Prinsip Public Relations Dalam AL-Qur'an

Dalarn pembahasan tentang prinsip Public Relations dalam al-Qur'an, ada

beberapa hal yang harus di jelaskan terkait dengan tema bahasan ini. Pertama, al-Qur'an

tidak memberikan penjelasan yang spesifik terkait tentang Public Relations. Kedua,

meskipun al-Qur'an tidak memberikan penjelasan secara spesifik tentang Public Relations,

namun jika di teliti ada beberapa ayat yang memberikan gambaran tentang adanya Public

Relations (humas) dalam al-Qur'an.

Dalam proses komunikasi, ada tiga unsur yang perlu di garis bawahi. Yaitu,

komunikator,media dan komunikan. Para pakar komunikasi juga menjelaskan bahwa

komunikasi tidak hanya bersifat informatif, yakni agar orang Iain mengerti dan paham,

tetapi juga persuasif, yaitu agar orang Iain mau menerima ajaran dan informasi yang di

sampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain. bahkan menurut Hovland,

seperti yang kutip oleh Onong, bahwa berkomunikasi bukan hanya terkait tentang

penyampaian informasi, akan tetapi juga bertujuan untuk pembentukan pendapat umum dan

sifat publik.60

Kenyataan ini sekaligus memberikan gambaran betapa kegiatan komunikasi

bukanlah suatu kegiatan yang mudah dilakukan oleh setiap manusia. Anggapan ini di

dasarkan atas asumsi bahwa komumkisi merupakan suatu yang lumrah dan alamiah yang

tidak perlu di permasalahkan. Dengan demikian berkomunikasi secara efektif sebenarnya

merupakan suatu Perbuatan yang paling sukar yang pernah dilakukan oleh manusia.61

Dalam al-Qur'an Public Relations dapat dikatakan sebagai ajakan atau seruan

kepada ajaran Allah dengan cam yang baik dan tidak memaksa. Rasulullah mengajak

manusia ke jalan Allah dengan lemah lembut dan kasih sayang, sesuai dengan firman Allah

dalam surah an-Nahl ayal 125.

‫ك ب ِ الْ ِح ْك َم ِة َو الْ َم ْو ِع ظَ ِة ا لْ َح سَ ن َ ِة ۚ َو َج ا ِد لْ ُه ْم ب ِ ال َّ ت ِ ي‬ َ ِ ‫ا دْ ع ُ إ ِ ل َ ٰى سَ ب ِ ي ِل َر ب‬
ْ َ ‫ض َّل عَ ْن سَ ب ِ ي لِ ِه ۚ َو ه ُ َو أ‬
ُ‫ع ل َ م‬ َ ‫ع ل َ مُ ب ِ َم ْن‬ ْ َ ‫ك ه ُ َو أ‬ َ َّ ‫ي أ َ ْح سَ ُن ۚ إ ِ َّن َر ب‬ َ ‫ِه‬
‫ب ِ الْ ُم ْه ت َ ِد ي َن‬

60
Onong Uchana Effendi, Hubungan Masyarakat..., hlm: 10
61
James G. Robbins dan Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efeklif, Terjemahan Turman Sirait,
(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1986), hlm: 3
35

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dcngan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah

yang lebih mengetahui orang-orarıg yang mendapat petunjuk.62

Perkataan ataupun ucapan menyeru manusia ke jalan Allah adalah merupakan

suatu amalan yang terbaik dan mulia. Tugas suci ini telah di laksanakan Oleh rasul-rasul

Allah semenjak manusia mula diciptakan, yang telah di tunaikan oleh para utusan Allah

SWT sejak Nabi Adam as sampai kepada Nabi Muhammad SAW.63

Semua mereka menyeru ke jalan Allah, jalan yang benar dan melarang manusia

dari perbuatan yang keji dan jahat. Semua utusan Allah sudah melaksanakan tugas mereka

dengan baik dengan tidak mengharapkan upah atau imbalan, malah mereka telah

mengorbankan harta benda dan ada diantara mereka yang di kejar-kejar dan ingin dibunuh,

seperti apa yang telah dialami oleh Nabi Musa as, Nabi Isa as, dan juga apa yang telah

dialami oleh Nabi Muhammad.64

Usaha menyeru manusia ke jalan Atlah bukan pekerjaan yang sangat mudah, ia

memerlukan pengorbanan baik tenaga harta benda dan jika diperlukan nyawa sekalipun.

Para Nabi ditugaskan untuk menyampaikan risalah Ilahi, mereka melaksanakannya dengan

sebaik-baiknya, dengan sabar menghadapi bencana bahkan penyiksaan, memenuhi

tanggung jawab mereka, dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Mereka

tahu dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah yang bisa memberikan hasil yang diinginkan.65

Kita teringat betapa susahnya Nabi berdakwah dalam menyampaikan seruan Allah

SWT. Nabi saw dihina, difitnah, dituduh orang gila, dikejar-kejar malah mau dibunuh.

Baginda pergi ke Taifuntuk menyampaikan dakwahnya. Di sana beliau disambut dengan

cercaan dan makian. Malah mereka menyuruh budak kecil mereka untuk melempari Nabi

saw dengan batu, kayu dan sebagainya, sehingga tubuh Rasulullah penuh dengan luka dan

62
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 281
63
Mohd. Yusuf Hussein, Dua Puluh Lima Soal Tanya Jawab Mengenai Komunikasi Islam, (Jabatan
Komunikasi Pembangunan, Pusat Pengembangan Dan PendidikanLanjutan), (Malaysia: Universitas Pertanian
Malaysia. 1996), hlm: 6
64
M. Fethullah Gulen, versi Teladan Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, ed. 1. cet. 1, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm: 76
65
Ibid, hlm: 75
36

kakinya berdarah. Dalam keadaan seperti itu Nabi saw hanya berdoa "Ya Allah tunjukilah

kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahuinya."66

a. Kebijaksanaan Rasulullah SAW

Pada masa awal Rasulullah di angkat sebagai utusan Allah, Rasulullah

membangun komunnikasi dengan para pemimpin suku dan pemimpin Negara lain dengan

mengirim utusan dan membawa surat darinya atau bahkan ada yang langsung di

datanginya, seperti yang pernah dilakukannya ketika beliau berkunjung ke Ta'if. Beliau

juga di kenal dalam sejarah atas kepemimpinan dan peran diplomatiknya atas komunitas

Islam pada saat itu. Korespondensi melalui surat itu tujuannya kepada Heraclius (kaisar

Romawi) Raja Negus (penguasa Ethiopia), dan khusrau (penguasa persia).67

Sejarah mencatat, waktu itu Heraclius dan Kisra merupakan dua kerajaan yang

paling terkuat pada zamannya. Dan dua orang yang telah menentukan jalannya politik

dunia serta nasib seluruh penduduknya. Perang antara dua kerajaan ini berkecamuk dengan

kemenangan silih berganti. Di samping itu kehidupan orang-orang Arab tidak lebih

daripada kabilah-kablilah yang dalam permusuhan, kadang keras kadang lunak. Tak ada

ikatan diantara mereka yang merupakan satu kesatuan politik, yang dapat mereka gunakan

untuk menghadapi pengaruh kedua kerajaan raksasa tersebut.68

Oleh sebab itu, Rasulullah mengirimkan utusan-utusannya kepada kedua penguasa

besar itu,juga kepada Ghassan, Yaman, Mesir dan Abisinia. Beliau mengajak mereka untuk

masuk agama Islam, tanpa merasa khawatir akibat yang mungkin timbul. Akan tetapi

kenyataannya, Rasulullah tidak ragu-ragu mengajak para raja-raja itu untuk memeluk

agama yang benar. Beliau mengirim utusan kepada Heraclius, Kisra, Muqaukis, Harits Al-

Ghassani (Raja Hira) Harits alI-limyari (Raja Yaman) dan kepada Najasi, penguasa

Abesinia Ethiopia. Para sahabat menyatakan kesanggupan mereka melakukan tugas besar

itu. Rasulullah kemudian membuat sebentuk cincin dari perak bertuliskan "Muhammad

Rasulullah."69

66
Qadi Iyad, Muhammad messenger Allah, (Granada: Madinah Press, t.th), hlm: 105
67
Al-mubarak Puri, When the Moon Split, (Riyadh: Darussalam, 2002), hlm: 412
68
Ibid, hlm: 413
69
Ibid, hlm: 413
37

Adapun surat untuk Heraclius itu dibawa oleh Düyah bin Khalifah Al-kalbi, dan

surat kepada Kisra di bawa oleh Abdullah bin Kudzafah, sementara surat kepada Najasi di

bawa oleh Amr bin Umayah, dan surat kepada Muqaukis di bawa oleh Hatib Bin Abi Balta'

ah.

Sementara itu surat kepada Oman di bawa oleh Amr bin Ash, surat kepada

penguasa Yaman oleh Salit bin Amr, dan surat kepada raja Bahrain oleh AL-'ala bin Al-

Hidzrami. Sedangkan surat kepada Harith Al-Ghassani, Raja Syam, dibawa oleh Syuja' bin

Wahab, dan surat kepada Harith Al-Himyari, Raja Yman, dibawa oleh Muhajir bin

Umayyah.

Masing-masing mereka kemudian berangkat menuju tempat yang ditugaskan oleh

Nabi saw. Para penulis sejarah berbeda pendapat tentang waktu keberangkatan mereka.

Sebagian besar mengatakan para utusan berangkat dalam waktu yang bebarengan,

sedangkan sebagian lagi berpendapat mereka berangkat dalam waktu yang berlainan.70

 Surat Rasulullah kepada Heraclius

Berikut surat Rasulullah kepada Heraclius (Raja Romawi) yang dibawa oleh

Dihyah al- Kalbi. Teksnya bebunyi:

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dari Muhammad

hamba Allahdan utusan-Nya kepada Heraclius pembesar Romawi. Salam sejahtera

bagi yang mengikuti petunjuk yang benar. Dengan ini saya mengajak tuan

menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, tuan akan selamat. Tuhan akan

memberikan pahala dua kali kepada tuan. Kalau tuan menolak maka dosa orang-

orang Arisiyin Heraclius bertanggung jawab atas dosa rakyatnya karena dia

merintangi mereka dari agama menjadi tanggung jawab tuan.

Wahai orang-orang Ahli Kitab, marilah sama-sama kita berpegang pada kata yang

sama antara kami dan kamu, yakni bahwa tak ada yang kita sembah selain Allah dan

kita tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apapun, bahwa yang satu tidak akan

mengambil yang lain menjadi Tuhan selain Allah. Tetapi kalau mereka mengelak

juga, katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami ini adalah orang Islam".

70
Ibid, hlm: 416
38

Ketika Rasulullah mengirim surat kepada kaisar Heraclius dan menyerukan

kepada Islam, pada waktu itu Kaisar sedang merayakan kemenangannya atas Negeri Persia.

Begitu menerima surat dari Rasulullah Saw, sang kaisar pun berkeinginan untuk melakukan

penelitian guna memeriksa kebenaran kenabian Rasulullah Saw. Lalu kaisar

memerintahkan untuk rnendatangkan seorang dari bangsa Arab ke hadapannya. Abu

Sofyan ra, waktu itu adalah masih Kafir, dan rombongannya segera dihadapkan di hadapan

kaisar. Abu Sofyan pun diminta berdiri paling depan sebagai juru bicara karena memiliki

nasab Yang paling dekat dengan Rasulullah Saw. Rombongan yang Iain berdiri di

belakangnya sebagai saksi. Itulah strategi kaisar untuk mendapatkan keterangan yang

valid.71

Maka berlangsunglah dialog yang panjang antara kaisar dengan Abu Sofyan ra.

Kaisar Heraclius adalah seorang yang cerdas dengan pengetahuan yang lauas, beliau

bertanya taktis dan mengarahkannya kepada Ciri seorang Nabi. Abu Sofyan juga seorang

yang cerdas dan bisa membaca arah penanyaan sang kaisar. Namun beliau dipaksa untuk

berkata benar walaupun berusaha memberi sedikit bias. Di akhir dialog sang Kaisar

mengutarakan pendapatnya. Inilah ciri-ciri seorang Nabi menurut pandangannya dan

sebagaimana telah ia baca di dalam Injil. Ternyata semua cirri tersebut ada pada diri

Rasulullah Saw.72

Kaisar Heraclius telah mengetahui tentang Rasulullah dan membenarkan kenabian

beliau dengan pengetahuan yang lengkap. Akan tetapi ia dikalahkan rasa cintanya atas tahta

kerajaan, sehingga ia tidak menyatakan keislamannya. la mengetahui dosa dirinya dan dosa

dari rakyatnya sebagaimana telah di jelaskan Oleh Rasulullah Saw.

Dengan kecerdasan dan keluasan ilmunya, Kaisar bisa mengetahui kebenaran

kenabian Rasulullah Saw. Bahkan Kaisar menyatakan: "Dia (Rasulullah saw) kelak akan

mampu menguasai wilayah yang di pijak oleh kedua kakiku ini". Saat itu Kaisar sedang

dalam perjaJanan menuju Baitul Maqdis.

Abu Sofyan menceritakan dialognya itu setelah masuk Islam dengan keislaman

yang sangat baik, sehingga hadist ini di terima. Kaisar kemudian memuliakan Dihyah bin

71
Ibn Hisyam, as-Seerat an-Nabawiyyah Vol 1, (Darur Falah, t.th), hlm: 334
72
Razak dan Rais Lathief, Terjemahan Hadis Shahih Muslimi, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991),
hlm: 57
39

Khalifah al-Kalby dengan menghadiahkan sejumlah hana dan pakaian. Kaisar pun

memuliakan surat dan Rasuluilah saw, narnun ia lebih mencintai tahtanya. Akibatnya di

dunia Allah kekuasaannya, namun dia harus mempertanggung jawabkan kekafirannya di

akhirat kelak.73

Nabi Muhammad mempunyai semua kualitas kepemimpinan yang di perlukan

untuk keberhasilannya dalam segala aspek kehidupan. Tetapi yang lebih penting, dia

mampu memimpin ummatnya menuju keberhasilan di segala bidang. Dia adalah sumber

yang mampu mengalirkan semua perkembangan selanjutnya yang berhubungan dengan

komando, kenegaraan, agama, perkembangan spiritual dan sebagainya, di seluruh dunia

muslim.74

Alhamdulillah dengan usaha yang gigih dan tidak pernah mengenal putus asa yang

berlandaskan niat yang ikhlas menyeru manusia ke jalan Allah, jalan yang menyelamatkan

manusia dari kesesatan dan kehancuran, akhirnya Rasulullah dengan pertolongan Allah dan

bantuan daripada para sahabat yang setia dalam perjuangan Rasulullah Saw setelah

memperoleh kejayaan. Kemudian usaha yang mulia dan suci ini telah di lanjutkan oleh para

alim ulama dan cerdik pandai Islam lainnya, dengan bantuan daripada semua pihak

terutama dari para hartawan, dan dermawan akhirnya usaha yang mulia ini telah mendapat

pengikut hingga seperlima dari penduduk dunia.

Tanggungjawab menyeru kejalan Allah adalah merupakan tanggungjawab semua

pihak, mereka yang tidak bisa berdakwah dengan lisan, boleh dengan harta benda atau

sekurangkurangnya berdakwah dengan contoh teladan yang baik, semoga dengan demikian

Insya Allah usaha yang mulia ini di berkati dan akan memperoleh kejayaan daripada Allah

SWT.

B. Prinsip Public Relations Menurut Para Ulama

Ulama menduduki tempat yang sangat penting dalam Islam dan dalam kehidupan

kaum muslimin. Dalam banyak hal, mereka dipandang menempati kedudukan dan otoritas

keagamaan setelah Nabi Muhammad Saw. Salah satu hadits Nabi yang populer adalah "Al

73
Ibn Hisyam, as-Seerat an-Nabawiyyah..., hlm:338
74
M. Fethullah Gulen, versi Teladan..., him: 290
40

'ulama ' waratsah al-anbiya”. Karenanya mereka sangat di hormati kaum muslimin

lainnya, dan pendapat-pendapat mereka dianggap mengikat dalam berbagai masalah, yang

bukan hanya terbatas pada masalah keagamaan saja, melainkan dalam berbagai masalah

lainnya.75

Pentingnya ulama dalam masyarakat Islam terletak pada kenyataan bahwa mereka

dipandang sebagai penafsir-penafsir "legitimate" dari sumber asli ajaran Islam, yakni al-

Qur'an dan Hadits. Dikarnakan pengetahuan agama yang mendalam dan ketinggian akhlak,

ulama bergerak pada lapisan sosial. Mereka memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar

dalam masyarakat. Oleh karena itu juga pengetahuan termasuk pengetahuan agama yang

dimiliki ulama adalah suatu kekuatan pencipta dan pembentuk pengetahuan (knowledge)

dan kekuatan (power) berkaitan erat sekali, dan konfigurasi keduanya merupakan kekuatan

yang tangguh atas masyarakat.76

Ulama dalam enciklopedia Indonesia yang di kutip oleh Dewan Rahardjo memiliki

ciricirisebagai berikut:

1. Sebagai pengemban tradisi agama.

2. Orang yang faham secara hukum Islam.

3. Sebagai pelaksana hukum fiqih.

Dengan demikian melekatnya term keulamaan pada diri seseorang bukan melalui

suatu Proses formal, tetapi melalui pengakuan setelah melalui proses panjang dalam

masyarakat itu sendiri dimana unsur-unsur keulamaan pada seseorang berupa integritas,

kualitas keilmuan dan kredibilitas kesalehan moral dan tanggung jawab sosialnya

dibuktikan. Keulamaan seseorang tidak akan termanifestasi secara ril jika tidak di barengi

dengan pcnampakan sifat-sifat pribadi yang pantas mereka miliki.77

Pada prinsipnya, para ulama memandang humas (Public Relations) sebagai upaya

yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan

dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara satu organisasi dcngan segenap

75
Aswab Mahasin, Keterkaitan Umara Dan Ulama Dalam Islam, Dalam Budhy Munawwar Rahman
(ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam Dan Sejarah, (Jakarta:Yayasan Paramadina 1994), hlm: 606
76
Johan Efendi, Ulama Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 17, (Jakarta: CiptaAbdi, 1991),
hlm: 97
77
M. Dawam Rahardjo, Intelektual Integensia Dan Perilaku Polilik Bangsa Risalah Cendikiawan,
(Bandung: Mizan, 1993), hlm: 196
41

khalayaknya, serta membangun komunikasi yang baik agar terciptanya hubungan yang

harmonis, seperti yang dibangun oleh Rasulullah ketika beliau menjadi pemimpin ummat

Islam, bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah merupakan sosok pemimpin yang

bijaksana, dengan konsep komunikasi yang baik dan sederhana Rasulullah dapat

memperkenalkan agama Islam hingga ke berbagai penjuru dunia.78

C. Etika Public Relations Dalam Islam

 Pengertian Etika

Secara etimologi etika dapat diartikan sebagai:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban dan moral.

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang di anut oleh satu golongan atau masyarakat79

Etika merupakan pencerminan dari pandangan suatu masyarakat mengenai apa

yang baik dan apa yang buruk, sekaligus menjadi indikator untuk membedakan antara sikap

dan prilaku yang dapat diterima dan ditolak dengan tujuan untuk mencapai kebaikan dalam

hidup bersama, karena etika itu merupakan nilai baik dan buruk yang disepakati oleh

kelompok masyarakat maka norma etika tentang sesuatu bisa berbeda di anlara satu

golongan masyarakat dengan golongan masyarakal yang lain.

Etika juga diartikan sebagai standar moral yang mengatur prilaku manusia, dan

merupakan diaıeklika antara kebebasan dan tanggungjawab anlara tujuan yang akan di

capai dan cara mencapai itu antara yang baik dan yang buruk, antara yang pantas dan yang

tidak pantas, yang berguna dan tidak berguna dan antara yang harus dilakukan dan yang

tidak boleh dilakukan.

Dengan demikian etika Public Relations dalam Islam dapat diarlikan sebagai nilai-

nilai yang baik dan yang buruk, yang pantus dan yang tidak pantas, yang berguna dan yang

tidak berguna, yang hanıs dilakukan dan yang tidak boleh di lakukan. Ketika melakukan

aktifitas komunikasi dengan orang lain. Nilai-nilai etika Public Relations dalam islam itu

bersumber dari sumber pokok ajaran Islam, yaitu al-Qur'an dan Hadits.

78
Ibn Hisyam, as-Seerat an-Nabawiyyah..., hlm: 340
79
Departemen pendidikan dan kebudayaan,2001 :309
42

Nilai-nilai etika berkomunikasi dalam İslam baik antara atasan ke bawahan

maupun antara bawahan ke atasan pada dasarnya sangatlah luas sekali, namun secara

umum nilai-nilai etika tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Bersikap jujur (fairness)

Dalam Al-qur'an, jujur itü di identik dengan amanah, tidak menyampaikan hal-hal

yang tidak diketahui, adil alau tidak memihak, tidak bertentangan antara ucapan dengan

perbuatan, serta mempertimbangkan antara kewajaran dengan kelayakan suatu informasi

unluk di sampaikan kepada orang lain.

Secara sederhana amanah dapat diartikan sebagai kepercayaan yang lebih

berkonotasi kepada kepercayaan terhadap tuhan. Seorang humas (PR) di tuntut untuk

menjaga amanah, tidak menyampaikan hal-hal yang tidak boleh disampaikan. Kemudian

sifat jujur dalam Alqur'an dikenal dengan istilah siddiq yang secara harfiah artinya benar.

Dalam konteks komunikasi berbohong merupakan sifat tercela şebab dapalmenyesatkan

individü dan maasyarakat.

Disamping itu, seorang humas (PR) yang bertugas sebagai komunikator tidak

boleh menyampaikan hal-haı yang tidak diketahui secara pasti kebenarannya, samar-samar

atau kabar yang tidak jelas sumbernya, karena informasi tersebul dapat menyesatkan orang

lain, dan dapat menimbulkan fitnah serta dapat menghukum orang yang lidak bersalah.

Seorang humas (PR) juga diharuskan bcrlaku adil dan tidak memihak. Adil dalam

menyampaikan informasi secara objektif, apa adanya, tanpa ada usaha unluk menambah

atau mengurangi İnformasİ untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Dalam

menyampaikan suatu informasi baik kepada bawahan ataupun kepada orang lain, seorang

humas (PR) harus mempertimbangkan wajar tidaknya suatu İnformasi untuk disampaikan

kepada orang lain. Informasi yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan

seseorang, kelompok masyarakat, bangsa dan negara tidak boleh di publikasikan. Demikian

juga yang dapat menyinggung umat beragama, ras, suku dan golongan, keadaan tersebut

dapat kita lihat dalam al-Qur'an surat al-An'am ayat 108:


43

ۚ ‫َّللا َ عَ دْ ًو ا ب ِ غ َ ي ِْر ِع لْ ٍم‬ َّ ‫َو َال ت َسُ ب ُّوا ال َّ ِذ ي َن ي َ دْ عُ و َن ِم ْن د ُو ِن‬


َّ ‫َّللا ِ ف َ ي َ سُ ب ُّ وا‬
‫ك زَ ي َّ ن َّ ا لِ كُ ِل أ ُ َّم ٍة عَ َم ل َ هُ ْم ث ُمَّ إ ِ ل َ ٰى َر ب ِ ِه ْم َم ْر ِج ع ُ هُ ْم ف َ ي ُن َب ِ ئ ُهُ ْم ب ِ َم ا كَ ا ن ُوا‬ َ ِ‫كَ ٰذ َ ل‬
‫ي َ عْ َم ل ُو َن‬
Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanü akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalü Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.80

Ayat ini menjelaskan bahwa, Allah swt melarang kaum muslimin memaki berhala

yang disembah kaum musyrikin unluk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

terjadinya, yaitu maki-makian terhadap Allah yang melampaui batas dari pihak crang-orang

musyrikin, karena mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui sifat-sifat Allah swt.

dan sebutan-sebutan yang seharusnya diucapkan untuk-Nya. Maka bisa terjadi mereka

memaki-maki Allah dengan kata-kata yang menycbabkan kemarahan orang-orang

mukmin.81

Dan ayat ini dapat diambil pengertian bahwa sesuatu perbuatan apablla

dipergunakan untuk terwujudnya perbuatan lain yang maksiat, maka scharusnyalah

ditinggalkan, dan segala perbuatan yang menimbulkan akibat buruk, maka perbuatan itu

terlarang. Dan ayat ini memberikan isyarat pula kepada adanya larangan bagi kaurn

Muslimin bahwa mereka tidak boleh melakukan sesuatu yang menyebabkan orang-orang

kafir tambah menjauhi kebenaran. Memaki-maki berhala sebenarnya adalah memaki-maki

benda mati. Oleh sebab itu memaki berhala itu adalah tidak dosa. Akan tetapi karena

memaki berhala itu menyebabkan orang-orang musyik merasa tersinggung dan marah, yang

akhirnya mereka akan membalas dengan memakimaki Allah, maka terlaranglah perbuatan

itu.

Allah swt memberikan penjelasan bahwa Dia menjadikan setiap umat menganggap

baik perbuatan mereka sendiri- Hal ini berarti bahwa ukuran baik dun tidaknya sesuatu

perbuatan atau kebiasaan, adakalanya timbul dari penilaian manusia sendiri, apakah itu

merupakan perbuatan atau kebiasaan yang turun temurun ataupun perbuatan serta kebiasaan

yang baru saja timbul, seperti tersinggungnya perasaan orang-orang musyrik apabila ada

80
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 141
81
Al-Maragi, Tafsir al-Maraghi, (Beirut: Dar al-Fikr, 1974), hlm: 363
44

orang-orang yang memaki berhala-berhala mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran

untuk menilai perbuatan atau kebiasaan itu baik atau buruk, adalah termasuk persoalan

yang ikhtiyari. Hanya saja di samping itu Allah swt. telah memberikan naluri pada diri

manusia untuk menilai perbuatan dan kebiasaan itu, apakah perbuatan dan kebiasaan itu

termasuk baik ataukah buruk.

Sedangkan tugas-tugas Rasul adalah menyampaikan wahyu yang membimbing

dan arahkan bakat-bakat iłu untuk berkembang sebagaimana mestinya ke jalan yang benar

agar rneng mereka dapat menilai perbuatan serta kebiasaan iłu dengan penilaian yang

benar.

Pada akhir ayat ini Allah swt. memberikan penjelasan bahwa manusia

keseluruhannya akan kembali kepada Allah setelah mereka mati, yaitu pada hari

berbangkit, karena Dialah Tuhan Yang sebenarnya dan Dia akan memberitakan seluruh

perbuatan yang mereka lakukan di dunia, dan akan mcmbcrikan balasan yang setimpal.

Mcngenai scbab turunnya ayat ini diceritakan sebagai berikut: Pada suatu ketika orang-

orang Islam memaki-maki berhala, sesembahan orang-orang kafir, kemudian mereka

dilarang dari memaki-maki iłu. (Riwayat Abdurrazak dari Qatadah) Menurut keterangan Az

Zajjaj bahwasanya orang-orang Islam dilarang melaknati berhala-berhala yang disembah

orang-orang musyrik.

2. Keakuratan Informasi

Informasi yang di sampaikan seorang humas (PR) haruslah benar-benar akurat,

setelah lebih dahulu di teliti secara cermat dan seksama. Begitu juga dengan komunikan

harus senantiasa bersikap teliti dan hati-hati dałam menerima informasi, sehingga tidak

merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Seperti firman Allah dałam surah al-hujurat ayat

6:

ِ ُ ‫ق ب ِ ن َ ب َ إ ٍ ف َ ت َب َ ي َّ ن ُ وا أ َ ْن ت‬
‫ص ي ب ُوا ق َ ْو ًم ا‬ ٌ ‫ف َ ا ِس‬ ‫ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا إ ِ ْن َج ا َء كُ ْم‬ ‫ي َ ا أ َي ُّ َه ا‬
‫ن َا ِد ِم ي َن‬ ‫ص ب ِ ُح وا عَ ل َ ٰى َم ا ف َ ع َ لْ ت ُ ْم‬
ْ ُ ‫فَت‬ ‫ب ِ َج َه ا ل َ ٍة‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu

berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
45

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu

menyesal atas perbuatanmu itu.82

Al-qur'an mengisyaratkan adanya orang-orang yang ingin berusaha agar sesuatu

infornasi yang buruk itu tersebar ditengah-tengah masyarakat Karena itu seseorang yang

terlibat dalam kegiatan berkomunikasi, harus melakukan chek and rechek terhadap

kebenaran suatu informasi yang di terima sebelum di sampaikan kepada orang lain,

keadaan ini di isyaratkan Allah dalam Al-qur'an surat An-Nur ayat 19:

ٌ ‫اح شَ ة ُ ف ِ ي ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا ل َ ُه ْم عَ ذ َا‬


‫ب أ َل ِ ي مٌ ف ِ ي‬ ِ َ ‫إ ِ َّن ال َّ ِذ ي َن ي ُ ِح ب ُّو َن أ َ ْن ت َ ِش ي َع الْ ف‬
‫َّللا ُ ي َ عْ ل َ مُ َو أ َنْ ت ُ ْم َال ت َعْ ل َ ُم و َن‬ ْ ‫ال د ُّنْ ي َ ا َو‬
َّ ‫اْل ِخ َر ة ِ ۚ َو‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu

tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mcreka anb yang pedih di

dunia dan di akhirat. dan Allah mcngetahui, scdang, kamu tidak mengetahui.83

Pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang senang

menyiarkan perbuatan keji dan memalukan seperti perbuatan Zina di kalangan orang-orang

mukmin muhsan baik laki-laki maupun perempuan, mereka akan mendapat hukuman had di

dunia ini, juga kutukan dun cercaan dari manusia dan di akhirat nanti mereka akan

dimasukkan dan diazab di dalam neraka, sejahat-jahat tempat tinggal.

Sabda Nabi saw yang berbunyi:

Artinya: Orang Islam yang sebenarnya, ialah orang yang selamat sesamanya orang Islam

dari perbuatan jahat lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah ialah orang

yang meninggalkan larangan Allah. (H.R. Bukhari, Daud dan Nasai)

Dan Sabdanya pada hadis lain:

Artinya: Tidaklah seorang hamba mukmin, menutupi cacat seorang hanlba mukmin

kecualiditutupi juga cacatnya oleh Allah SWT di hari akhirat. Dan

barangsiapamenggagalkan kejatuhan seorang muslim, akan digagalkan pula

kejahatannya olehAllah SWT, di hari akhirat nanti. (H.R. Ahmad bin Hanbal)

Allah SWT Maha Mengetahui hakikat dan rahasia sesuatu hal yang manusia

tidakmengetahuinya. Oleh karena itu, kembalikanlah segala sesuatunya kepada Allah SWT

82
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan.., hlm: 516
83
Ibid, hlm: 351
46

dan janganlahkita suka memperkatakan sesuatu yang kita tidak mengetahui sedikitpun

seluk beluknya, terutamahal-hal yang menyangkut diri atau keluarga Rasulullah saw,

karena yang demikian itu akanmembawa kepada kebinasaan.

3. Bersifat Bebas dan Bertanggung Jawab

Dalam kegiatan berkomumlcasi yang Islami seorang humas (PR) yang menjadi

sumberinformasi mempunyai kebebasan dalam menerima dan menyampaikan informasi,

baik secaralisan, tulisan maupun isyarat. Seorang komunikator juga tidak dapat

memaksakankehendaknya agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima orang lain

(komunikan).Pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai kebenaran sekalipun, tidak dapat

dipaksakankepada orang lain, termasuk nilai-nilai agama.

Namun kebebasan yang diberikan untuk menerima dan menyebarkan informasi

tersebut,dibarengi dengan rasa tanggung jawab. Dalam arti, informasi yang di sampaikan

haruslahcara penyampaiannyajuga benar serta dapat mewujutkan maslahat bagi kehidupan.

4. Memberikan kritik membangun

Pesan-pesan yang bersìpat membangun sangat di tentukandalam berkomunikasi,

kritik yang membangun yang di sampaikan oleh seorang humas (PR)ataupun bawahan,

dapat untuk menjadi bahan perbaikan pada masa yang akan datang, sertadapat menghindari

kesalahan.

Keadaan ini dapat di simak firman Allah dalam surah al-Asar ayat 1-3 sebagai

berikut:

‫ت‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫﴾ ِإ ََّّل الَّ ِذ‬٢﴿ ‫س ٍر‬
َّ ‫ين آ َمنُوا َوع َِملُوا ال‬ ْ ‫ان لَ ِفي ُخ‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫﴾ إِ َّن‬١﴿ ‫َوا ْلعَص ِْر‬
َ ‫اْلن‬
﴾٣﴿ ‫ص ْب ِر‬
َّ ‫ص ْوا ِبال‬ ِ ِّ ‫ص ْوا ِبا ْل َح‬
َ ‫ق َوت َ َوا‬ َ ‫َوت َ َوا‬
a. Demi masa.

b. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

c. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supayamentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.84

84
Ibid, hlm: 601
47

Disamping kegiatan-kegiatan berkomunikasi yang di suruh untuk dilakukan oleh

seorangkomunikator, juga ada tindakan-tindakan komunikasi yang harus di hindari dalam

berkomunikasiyaitu: mengutuk orang lain, memandang remeh orang lain, membocorkan

rahasi orang lain,mengumpat, memuji orang berlebihan, memberikan salam kepada orang

kafir, bertengkar,mengucapkan kata-kata kotor, berbisik-bisik antara dua orang, dan berkata

kafir kepada seorangmuslim.85

Menjadi seorang Public Relations dalam satu perusahaan memang terkadang

menjadi Pekerjaanyang sulit dan dilematis. Di satu sisi perusahaan yang beroprientasi pada

keuntungan membuatseorang humas harus berusaha dengan berbagai cara untuk

memperluas pasar, menjaga hubungandengan relasi, mampu menjaga citra perusahaan agar

tetap baik dalam kondisi apapun.Namun disisi lain ada etika dan hukum yang harus di

patuhi dalam melakukan tugasnyasebagaiujung lidah perusahaan. Sekeras apapun usaha

yang dilakukan oleh seorang humas untukmemajukan ataupun mempertahankan

perusahaan, tidak boleh melenceng dari etika dan hukumyang ada.

Demikian yang di ungkapkan oleh Dr. Mukti Fajar pakar I-Iukum Bisanis

UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam kuliah umum yang bertemakan

"Etika PublicRelations dan Bisnis” prodi Ilmu Komunikasi bertempat di kampus terpadu

UMY. Bagi Mukti ada sebuah prinsip yang harus dipegang oleh seorang humas dalam

menghadapi kedilematisanyang dijelaskan di atas, yakni katakan yang benar namun tidak

semua yang benar harus dikatakan.Artinya, seorang humas (PR) harus mampu memilah

mana yang harus dikatakan kepada relasimaupun publik dan mana yang tidak. Contohnya,

seorang humas (PR) ditanyai oleh relasinyatentang keuntungan perusahaan, jiak

keuntungan besar katakan perusahaan maju dengankeuntungan yang besar, namun seorang

humas tidak perlu mengatakan berapa hutang yangdimiliki oleh perusahaannya. Intinya

seorang humas harus pandai menjaga rahasia perusahaan,mampu mengekplorasi kebaikan

dan kemajuan perusahaan namun tidak dibenarkan untukmengatakan yang buruk itu baik,

ungkap dosen Fakultas Hukum UMY tersebut.

85
Mohd. Yusof Hussain, Dua Puluh Lima..., hlm: 19-21
48

Menurut Mukti bagaimanapun seorang khususnya seorang humas (PR) tidak

melakukanpembohongan terhadapa publik. Kalau ketahuan berbohong maka bisa saja

perusahaan tersebutmendapatkan ketidak percayaan publik, seperti yang pernah terjadi pada

sebuah perusahaan susuternama di dunia yang mendapat keceman dari masyarakat Jerman

saat ketahuan melakukan risetyang ternyata bisa di patahkan oleh riset yang lain.

Perusahaan tersebut melakukan riset yang hasilnya mengatakan bahwa susu

formula lebihdi bandingkan ASL Namun ternyata risct tersebut dipatahkan olch riset lain

yang mengatakan halsebaliknya. Pada akhirnya perusahaan tersebut dikatakan

melakukanpembohongan publik. Akhirnya perusahaan susu tersebut memindahkan

pasarnya ke Asia danAfrika.

Itulah pentingnya etika bagi seorang humas (PR), etika memang tidak selalu

memberikanhukuman memaksa pada berbeda dengan hukum. Namun keberadaan

seperangkatnorma bernama tersebut akan rasa bersalah pada diri sendiri. Contohya jika

kitaberbohong, maka kita sendiri yang tahu kalau kita berbohong atau tidak. Akan ada rasa

bersalah pada diri. Begitu juga dengan seorang Public Relations (hurnas) tidak boleh

memberikaninformasi yang menyesatkan kepada konsumennya maupun kepda publik.

Karena beberapaprinsip etika yang seharusnya menjadi batasan bagi seorang humas dan

selalu bejalan pada prinsipini tanpa juga melupakan orientasi dari perusahaan, maka

kuncinya bagi seorang humas (PR)adalah katakan yang benar namun tidak semua yang

benar harus dikatakan.

Public Relations atau kadang juga di sebut dengan Hubungan Masyarakat (humas)

manilikiposisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, terutama bila organisasi

tersebut seringberinteraksi dengan masyarakat luas. Public Relations (humas) sangat

menentukan perwajahanorganisasi tersebut dimata masyarakat luas. Hal tersebut

disebabkan karena seorang humas-lah yangmerupakan salah atu front liner penting dalam

berkomunikasi dengan masyarakat. Public Relations(humas) menentukan kesan positif

sebuah organisasi di mata masyarakat dan hubungan denganmasyarakat akan menentukan

bagaimana organisasi tersebut bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Dengan kata

lain, seorang humas juga berperan dalam membangun hubungan,khususnya hubungan


49

komunikasi antara organisasi dengan masyarakat luas. Untuk itu seoranghumas sangat

penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi.

Aktivitas Public Relations sehari-hari adalah menyerenggarakan komunikasi

timbal ba1ik (neo trafic communication) antara lembaga dengan pihak publik yang

bertujuan untuk menciptakansaling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan

tertentu, kebijakan, kegiatan produksidan sebagainya, demi kemajuan lembaga dan citra

positif lembaga bersangkutan.

Para sarjana humas dari barat mendefenisikan etika menurut ilmu filsafat barat.

Misalnya,Hazel Bernes (1971) mendefenisikan etika sebagai suatu cabang ilmu filsafat

yang membantumenentukan apakah tingkah laku yang baik dan yang tidak baik. Defenisi

yang hampir samadiberikan oleh Ewing (1965), Flecher (1968), dan Mabbott (1969).

Dalam Islam istilah yang digunakan untuk etika adalah aldllak. Menurut

Ensiklopedia of Islam (1979), ilmu akhlak Islam telah mencapai tarafkematangannya yaitu

pada abad ke sebelas masehi. Perkataan akhlak berasal dari kata "khuluk" yaitu yang

terdapat dalam al-Qur'an surah al-Qalam ayat 4:

‫ظ ي ٍم‬ ٍ ُ ‫ك ل َ ع َ ل َ ٰى ُخ ل‬
ِ َ‫ق ع‬ َ َّ ‫َو إ ِ ن‬
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.86

Ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan ayat sebelumnya dengan

menyatakanbahwa pahala yang tidak putus-putusnya itu diperoleh Rasulullah saw sebagai

hasil akhlak yang agung, yang merupakan akhlak beliau. Pernyataan bahwa Muhammad

mempunyai akhlak yangagung merupakan pujian Allah SWT kepada beliau, yang jarang

diberikan Nya kepada hambahamba Nya yang lain. Dengan secara tidak langsung ayat ini

juga menyatakan bahwatuduhantUduhan orang musyrik bahwa Muhammad adalah seorang

gila itu adalah tuduhan yangtidakmempunyai arasan sedikit pun, karena semakin baik budi

pekerti seseorang semakin jauh iadari gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti

seseorang semakin dekat pula ia kepadapenyakit gila. Muhammad seorang yang berakhlak

agung, karena itu ia terjauh dari perbuatan.

86
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 564
50

Ayat ini menggambarkan tugas Rasulullah saw sebagai seorang berakhlak agung.

Beliaundiberi tugas menyampaikan agama Allah kepada manusia agar manusia dengan

menganut agama itumempunyai akhlak yang agung. Beliau bersabda:

Artinya: Sesungguhnya aku di utus tidak lain hanyalah untuk menyempumakan akhlak

yang mulia (dari manusia). (HR. Ahmad)87

Pakar akhlak Islam Ibn Sadr Al-Din al-Shirwani (1962) mendefenisikan ilmu

akhlak sebagai"ilmu yang menerangkan sifat-sifat kebaikan dan cara untuk mencapainya,

juga sifatsifatkeburukan dan cara menjaga diri agar tidak melakukan yang buruk itu".

Defenisi yang sama juga di berikan oleh Imam Al-Ghazali, fungsi etika adalah

untukmemberikan kepada praktisi humas beberapa prinsip atau ukuran yang baku untuk,

menentukanbagaimana tingkah laku yang baik dan apa yang buruk, juga apa tingkah laku

yang bertanggungjawab dan apa pula yang di kategorikan tidak bertanggung jawab.

Secara sepintas, tidak terdapat perbedaan antara etika Barat dengan etika (Akhlak)

Islam,karena keduanya menentukan antara batasan yang baik dan yang buruk, benar dan

salah. Tetapijika diteliti secara mendalam, di antara keduanya terdapat perbedaan yang

mencolok. Perbedaannyaialah, etika barat bertitik tolak pada akal pikiran manusia, yaitu

akal pikiran para ahli filsafat.Sedangkan etika Islam bersumber dari al-Qur'an dan Hadits

Nabi Muhammad saw. Etika Barat didasarkan pada pandangan para ahli filsafat tentang

perbuatan baik dan buruk, yang menitik beratkan pada perbedaan satu orang dengan yang

fainnya. Sedangkan etika Islamberlandaskan pada iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Unsur yang terpenting dalam komunikasi adalah komunikator, komunike dan

komunikan.Namun ada hal di luar ketiga unsur itu, yaitu tehnik atau cara. Bahkan dalam

beberapa kasus,seringkali cara lebih penting daripada isi, sebagaimana dalam ungkapan

arab yang artinya: "Cara lebih penting daripada isi". Tentu saja, masih bisa diperdebatkan,

namun yang perlu di tegaskandisini adalah cara penyampaian (bcrkomunikasi) tcrkadang

atau bahkan sering kali cara Iebihpenting daripada isi. Dalam hal ini, bisa digambarkan

melalui sebuah kasus. Ada seorang anak mudayang baru belajar agama. Diantara materi

87
Mu'jam Mufahras Alfazi,Hadisin Nabawi, jilid 1, him: 75
51

yang pernah di dengar atau di terima adalah bahwa"seorang muslim harus berani berkata

yang bcnar sekalipun pahit".

Setelah mendengar nasehat ini, yang tergambar pertama kali di benaknya adalah

orang tuanyayang sering kali meninggalkan shalat atau bahkan tidak pernah shalat.

Kemudian si anak mudatersebut, dengan maksud menasehati orang tuanya, menemui orang

tuanya dan berkata kepadanya."Pak...!! Apa bapak gak takut masuk neraka, kok sampai

setua ini bapak gak pernah shalat.?.pernyataan ini benar, tetapi rangkaian kata yang di

sampaikan cendrung meremehkan pihak lain,terlebih ia adalah orang tuanya sendiri atau

orang yang usianyajauh lebih tua. Belum lagi jika hal itu disampaikan dengan intonasi yang

meninggi. Ini adalah contoh komunnikasi yang tidakberadap.

Dengan demikian, komunikasi beradap pada prinsipnya merupakan suatu proses

untukmengkomunikasikan kebenaran dan membangun hubungan sosial dengan

komunikannya ataubermetakomunikasi. Sebab, miss komunikasi hanya akan menjadikan

berpalingnya komunikan,Yang berarti hilang pula kebenaran informasi itu. Inilah yang di

tegaskan oleh Allah dalam al-Qur'ansurah Ali Imran ayat 159 sebagai berikut:

‫ت ف َ ظًّ ا غَ لِ ي ظَ الْ ق َ لْ بِ َال نْ ف َ ضُّوا‬ َ ْ‫ت ل َ ُه ْم ۚ َو ل َ ْو كُ ن‬ َ ْ‫َّللا ِ لِ ن‬


َّ ‫ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ٍة ِم َن‬
‫اْل َ ْم ِر ۚ ف َ إ ِذ َا‬
ْ ‫س ت َغْ فِ ْر ل َ ُه ْم َو شَا ِو ْر ه ُ ْم ف ِ ي‬ ْ ‫ْف عَ نْ ُه ْم َو ا‬ُ ‫ك ۚ فَاع‬ َ ِ‫ِم ْن َح ْو ل‬
‫ب ا لْ ُم ت َ َو ِك لِ ي َن‬ َّ ‫ت ف َ ت َ َو كَّ ْل عَ ل َ ى‬
َّ ‫َّللا ِ ۚ إ ِ َّن‬
ُّ ‫َّللا َ ي ُ ِح‬ َ ‫عَ زَ ْم‬
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku Jemah Lembut terhadap
mereka.sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri darisekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, danbermusyawarallah dengan mereka dalam urusan itil.
Kernudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.88
Ayat ini secara khusus di tujukan oleh Rasulullah saw, namun secara umum

dimaksudunluk mendidik umalnya, bagaimana menyikapi orang yang menolak kebenaran

yang di sampaikan kepadanya sebagai upaya untuk membangun hubungan komunikasi

yang baik itu,yaitu dengan bersikap lembut dan santun, serta bcrtutur kata yang baik.89

Hanya saja ayal ini memunculakan pcrlanyaan, apakah Rasulullah mendapat

rahmadsehingga ia bersifat lemah lembut.? Atau apakah Rasulullah bersifat lemah lembut ,

88
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 71
89
Muhammad Ali Al-Shabuni, Mukhtar Tafsir Ibn Katsir jilid I, (Beirut: Dar al-Rasyad, t.th), hlm:
331
52

sehinggaia mendapat rahmad.? Ayat diatas memang bisa di pahami secara terbalik-

Penama, sebabrahmad Allah lah Rasulullah bisa bersikap lemah lembut. Namun,

pemahaman semacam iniakan menafikan suatu kenyataan bahwa Rasulullah adalah sosok

yang berakhlak yang mulia.Bahkan jauh sebelum turun ayat ini atau sebelum di angkat

menjadi Rasul. Oleh karena itu,penulis lebih cendrung memahami ayat tersebut dengan

pemahaman yang kedua, yaitu bahwarahmad dan keluhuran akhlak menyatu secara

berkelindan. Artinya, rahmad Allah tidak akan diberikankepada hambanya yang memang

tidak layak untuk mendapatkannya. Dengan demikian ayat iniseharusnya dipandang

sebagai bentuk penghargaan Allah kepada Rasulullah saw. Hasanal-Bashri berkata, "ini

merupakan akhlak Rasulullah saw yang di utuş oleh Allah untuk mendidikumatnya.90

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa Rasurullah menyandang

duapredikat sekaligus, yaitu pemimpin agama dan pemimpin Negara. Sebagai pemimpin

agamabeliau sangat berhasil mengkomunikasikan ajaran-ajaran Ilahi dengan cara yang

sangat indah,terutama sekali yang terkait dengan ajaran-ajaran yang memiliki tingkat

sensifitas yang tinggi dikalangan masyarakat.91

Sedangkan sebagai pemimpin Negara, beliau telah berhasil membangun sebuah

Negarayang didasarkan pada politik kesejahteraan bukan politik kekuasaan. Dalam hal ini,

beliau telahmengajarkan kepada umatnya bahwa kemampuan bermetakomunikasi secara

tepat bukan sajauntuk berkomunikasi yang berhasil, tetapi juga erat kaitannya dengan

kesadaran diri sendiri dan orang lain.

Secara umum, upaya pembangunan komunikasi beradab bisa di klasifikasikan

sebagaiberikut:

b. Komunikasi dan pendidikan

Dalam konteks komunikasi beradap, pendidikan dalam hal ini lebih di tekankan

kepadapendidikan berbasis karakter atau akhlak. Sebuah pembangunan karakter (character

building)tidak identik dengan transfer ilmu. Sehingga di dalam Islam diperkenalkan dengan

istilahTarbiyah yang berasal dari kata, "rabba-yurabbi-tarbiyatan" yang di defenisikan oleh

alIshfahani,yaitu mendorong dan mengawal pihak lain menuju kepada kesempurnaan.

90
Ibid, hlm: 331
91
Ibid, hlm: 689
53

Dengan mengacu kepada pengertian tersebut, maka pendidikan bukanlah

bersifatindokrinasi atau propaganda. Akan tetapi, suatu proses yang bersifat komunikatif.

Dalam hal ini,bisa digunakan prinsip-prinsip qaul maisur, yaitu segala bentuk perkataan

yang baik, lembut danmelengkap, menjawab dengan cara yang sangat baik, benar dan

tidakmengucapkan dengan cara yang wajar. Semakin bertambah umur maka metode yang

di gunakan tentu saja berbeda ketika masih anak-anak. Namun secara prinsip tetap sama,

yaitu melahirkangenerasi yang berkarakter. pada saat sudah dewasa, maka Yang diterapkan

adalah prinsip-prinsipqaul sadid, yang diantaranya adalah tepat sasaran dan logis, memiliki

keksesuaianyang ada di dalam hati dengan yang di ucapkan.

Disini proses komunikasi pendidikan tidak hanya dipahami sebagai proses

transferpengetahuan yang bersifat satu arah, akan tetapi harus ada upaya yang sungguh-

sungguh daripihak pendidik atau guru, sebagai komunikator untuk memberikan keteladanan

yang baik,sebagai upaya bermetakomunikasi. Juga kedua orang tuanya sebagai pendidik

pertama danutama bagi anak-anaknya. Bahkan secara naluriah, seorang anak sangat senang

dan banggajika bisa meneladani kedua orang tuanya. Ketidak sempurnaan proses

komunikasi pendidikterjadi, misalnya hanya mengajarkan pelajaran-pelajaran yang bebas

kompetensi tetapi tidakmenanamkan nilai-nilai yang berbasis karakter atau akhlak. Bahkan

hal ini bisa di anggapbentuk kriminalitas pendidikan- Faktor kegagalan guru atau orang tua

dalam proses pendidikan adalahsebabkan kegagalan membangun komunikasi yang beradab

tersebut.

c. Komunikasi dan Masyarakat

Masyarakat adalah orang yang biasanya. secara sosial dan pendidikan biasanya

lemahdan rendah. Sehingga masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang mudah

dipengaruhi dan di provokasi. Oleh karena itu, dalam konteks membangun hubungan

masyarakatini, seharusnya menerapkan prinsip-prinsip qaul baligh, yaitu bahasanya tepat,

sesuai denganyang dikehendaki dan isi perkataan adalah suatu kebenaran bukan semata-

mata bersifatprofokatif dan manipulatif. Disinilah keluhuran akhlak si komunikator menjadi

sangat penting, dalam konteks membangun hubungan sosial maupun politik. Sebab,

pengetahuannya tentangkhalayak tidak dimaksudkanuntuk menipu dan memprovokasi.


54

Akan tetapi untuk memahami, bemegosiasi, serta bersama-samasaling memuliakan

kemanusiaannya.

Tidak bisa di bayangkan, bagaimana seandainya jiwa dan karakter sang

komunikator itutidak baik, seperti ambisius, serakah dan lain-lain, maka kemampuan

retorika dan logikanya justruakan dijadikan sebagai alat untuk mempengaruhi bahkan untuk

mencuci otak masyarakatnya demimemenuhi ambisinya, melanggengkan pengaruh dan

kekuasaanya. Dalam hal ini, bisa di lihat pada kasus Fir'aun. ”Dan Fir'aun berkata, "Hai

pembesar kaurnku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku melalui kata-kata ini

Fir'aun ingin mempengaruhi flkiran dan jiwa mereka, bahwa ialayak di posisikan sebagai

Tuhan, karena pada kenyataannya hanya dialah yang bisa menjamintingkat kelayakan

hidup rakyat Mesir saat itu.

Fir'aun paham betul dengan apa yang diinginkan oleh rakyat Mesir, yaitu hidup

sejahtera,layak dan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Ia berusaha untuk memperoleh

dukungan selua-seluasnya,bukan sekedar untuk memantapkan posisinya sebagai penguasa

tanpa tanding, sekaligus untuk mematahkan lawan politknya, Musa as.

d. Komunikasi dan Dakwah

Inti dakwah adalah mengajak orang lain untuk mengikuti apa yang di serukannya.

Olehkarenanya, kemampuan berkomunikasi dan bermetakomunikasi dengan baik

adalah mendudukiposisi yang cukup strategis. Demikian itu, karena Islam memandang

bahwa setiap muslim adalahda'i. sebagai da'i, ia senantiasa di tuntut untuk mau dan mampu

mengkomunikasikan ajara-ajaranIlahi secara baik. Sebab, kesalahan dalam

mengkomunikasikan ajaran 'Islam justru akanmembawa akibat yang cukup serius dalam

perkembangan dakwah Islam itu sendiri.

Hal ini telah di jelaskan oleh Allah dalam al-Qur'an surah Ali Imran ayat 104

sebagaiberikut:

ِ ‫َو لْ ت َكُ ْن ِم نْ كُ ْم أ ُ َّم ة ٌ ي َ د ْ عُ و َن إ ِ ل َ ى الْ َخ ي ِْر َو ي َ أ ْ ُم ُر و َن ب ِ الْ َم عْ ُر و‬


‫ف َو ي َ نْ َه ْو َن عَ ِن‬
‫ك ه ُ مُ الْ ُم فْ لِ ُح و َن‬ َ ِ ‫الْ ُم نْ كَ ِر ۚ َو أ ُو ٰل َ ئ‬
55

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan,menyumh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari munkar, merekalah

orangorang yangberuntung.92

Ayat tersebut memberikan arahan kepada setiap anggota masyarakat, terutama

umat muslim,agar selalu mengajak kepada kebaikan (al-khair), memerintahkan dengan ma-

ruf, dan mencegahdari yang munkar. Tentu saja bukan tanpa sengajajika ayat ini

mendahulukan dakwah 'fila al-khair"daripada "al-amr bil-ma'ruf'. Meskipun dari Sisi

penerjemahannya keduanya bisa saja memiliki pengertian yang sama, yaitu kcbaikan.

Namun o!ch para ahli tafsir, kata al-khair dipahami sebagaikebaikan yang bersifat

universal, seperti keadilan, kejujuran, kepedulian social dan lain-lain.mKonsep ini juga

harus di pandang sebagai konsep universal.93

Dengan demikian, mengajak kepada al-khair sebenarnya juga menjadi pedoman

bagiagama-agama di Iuar Islam. Sebab, setiap agama menghendaki kehidupan yang

harmonis, aman,tentram, saling menghormaü sesama dan sebagainya. Oleh karena itu,

sebagai bagian darimasyarakat, mereka harus memiliki komitmen yang sama untuk peduli

terhadap segala bentukprilaku-prilaku anti sosial yang terjadi di masyarakat.

Dengan demikian, tegaknya nilai-nilai hubungan sosial yang luhur adalah

Sebagaikelanjutan tegaknya nilai-nilai keadaban itu. Artinya, masing-masing pribadi atau

kelompok dalamsatu lingkungan sosial yang lebih juas, memiliki kesediaan memandang

yang lain denganPenghargaan betapapun perbedaan yang ada, tanpa saling memaksakan

kehendak, pendapat,atau pandangan sendiri. Masyarakat semacam ini pernah dibangun oleh

Rasulullah sawsewaktu di Madinah dan ini metupakan bukti konkrit dati keberhasilan

dakwah beliau.

Keberhasilan ini tentu saja suatu prestasi yang luar biasa yang tidak bisa begitu

sajadipandang dari Sisi kebenaran Islam dengan keagungan al-Qur'an semata. Akan tetapi,

ada faktor lain yang dianggap cukup dominan dalam konteks dakwah dan pembangunan

masyarakatMadinah ini, yaitu kemampuan beliau mengkomunikasikan ajaran-ajaran Ilahi

tersebut denganEik dan persuasif, yang di topang oleh budi pekerti beliau sendiri. Jika kita

92
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan..., hlm: 63
93
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi...,, hlm: 31
56

telusuri sirah(Sarah) Nabi, maka akan dijumpai betapa beliau telah menerapkan seluruh

prinsip-prinsipdalam al-Qur'an, sebagaimana yang telah di uraikan pada bab yang kedua

secara konsisten.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam bab IV maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas)

mempunyai duapengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai tehnik komunikasi

(technique of communication) dan kedua, humas sebagai metode komunikasi (method

ofcommunication).

2. Public Relations juga dapat dikatakan sebagai dakwah dalam ajaran Islam yang

berfungsi sebagai salah satu cara penyebaran Islam yang sangat efektif.

3. Public Relations (humas) juga harus bisa memberikan contoh keteladanan kepada

lembaga masyarakat ketika ia sedang berada dalam proses berkomunikasi, kama

dengan komunikasi yang baik kita dapat membentuk saling pengertian dan

menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan

melestarikan peradaban.

4. Untuk menjadikan penelitian ini mempunyai nilai praktis, maka diberikan saran-saran

yang harus diperhatikan oleh para humas, baik ketika berkomunikasi dengan

masyarakat, maupun dalam kelompok organisasi tertentu, agar dapat menjalankan

tugasnya sesuai dengan ketentuan agama Islam.

5. Selanjutnya hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para humas (Public Relations)

dalam menjalankan tugasnya memang cukup beragam, seperti halnya ketika Rasulullah

saw menjabat sebagai pemimpin Negara dan sekaligus pemimpin umat Islam serta

beliau memperkenalkan atau mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat

jahiliyah pada waktu itu sungguh banyak sekali hambatan dan rintangan yang

dihadapinya. Namun yang mnejadi kunci keberhasilan beliau adalah selalu sabar dan
57

optimis dalam mengembangkan tugas yang diberikan oleh Allah kepadanya serta tidak

lupa memohon kepada Allah agar selalu dimudahkan semua urusannya.

6. Hasil yang dicapai setelah dilaksanakn penelitian ini adalah, terciptanya pakar-pakar

komunikasi atau humas yang profesional, dapat meyelesaikan masalah yang timbul

ditengah-tengah masyarakat atau lembaga tertentu tanpa menimbulkan permasalahan

yang lainnya dan selalu menjunjung tinggi ajaran agama agar terciptanya seorang

komunikator (Humas) yang beriman dan betaqwa kepada Allah SWT.


58

DATAR PUSTAKA

Abdurrahman, Oemi.1993. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Alumni

Alfazi, Mu'jam Mufahras.Hadisin Nabawi, jilid 1

al-Ishfahani,1961. Abu al-Qasim bin Muhammad al-Raghib.Al-Mufradatfi al-

Gharib alQur'an. Mesir: Musthafa al-Bab al-halabi

Al-Maragi.1974. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Fikr

Al-Qurthubi. t.th. Tafsir Al-Qurthubi jilid 10. Jakarta: Pustaka Azzam

al-Razi, Fakhr al-Din.t.th. Tafsir al-Kabir jilid 9.Beirut: Dar al-Fikr

Al-riza, t.th. jilid 20

Al-Shabuni, Muhammad Ali.t.th. Mukhtar Tafsir Ibn Katsir jilid I. Beirut: Dar al-

Rasyad

Al-Thabrani, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 1998.Jami ' al-Bayanfi Tafsir Ayi a-

Qur'an Jilid 13, Juz 27, Jakarta: Pustaka Azzam

Amir,Mafri. 1999. Etika Komunikasi Masa Dalam Pandangan Islam.Jakarta: Logos

Wacana Ilmu

Ananto, Elizabeth G. 2004. Public Relation Sebagai Koalisi Dominan,

Mungkinkah?, Yogyakarta: Makalah Pada Konvensi Perhmas

'Asyur, Ibn.1384 H. Maqasid Al-Syari’ah, Jilid 17.t.tp: Dar Al-Arabi

Broom, 2002, hlm: 102

Center, Cutlipdan Broom. 2007.Effective Public Relations. Jakarta: Kencana

Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Toha Putra

Semarang

---------------------_2002.Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Penerbit Lentera

Abadi

---------------------_2010. Al-Qur’an dan Terjemahan (Edisi yang

Disempurnakan).Jakarta: Penertbit Lentera Abadi


59

Efendi,Johan.1991. Ulama Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 17.Jakarta:

CiptaAbdi

Effendi,Onong Uchjana. 1991.Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis,

Cetakan ke Lima. Bandung: Remaja Rosda karya

G. Robbins,James dan Barbara S. Jones. 1986.Komunikasi Yang Efeklif,

Terjemahan Turman Sirait.Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya

Gulen,M. Fethullah. 2002. versi Teladan Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW,

ed. 1. cet. 1.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Gunadi,YS. 1998. Himpunan istilah Komunikasi.Jakarta: Grasindo

Hidayat, 1990

Hisyam,Ibn.t.th. as-Seerat an-Nabawiyyah Vol 1.Darur Falah

Hussein, Mohd. Yusuf. 1996. Dua Puluh Lima Soal Tanya Jawab Mengenai

Komunikasi Islam,(Jabatan Komunikasi Pembangunan, Pusat Pengembangan Dan

PendidikanLanjutan). Malaysia: Universitas Pertanian Malaysia

Iyad,Qadi. t.th.Muhammad messenger Allah. Granada: Madinah Press

Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 2004.Public Relations Edisi ke Lima. Jakarta:

Erlangga

Kasali,Rhenald. 2005.Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti

Kriantono, Rahmat.2008. Public Relations Writing, Media Public Relations

Membangun Citra Korporat. Jakarta: Kencana

Mahasin,Aswab. 1994. Keterkaitan Umara Dan Ulama Dalam Islam, Dalam Budhy

Munawwar Rahman (ed), Kontekstualisasi Doktrin Islam Dan Sejarah. Jakarta:Yayasan

Paramadina

Poerwadarminta, W. J. S. 1979. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka

Puri,Al-mubarak. 2002. When the Moon Split. Riyadh: Darussalam

Quraish Shihab, Muhammad.2000. Wawasan al-Qur 'anjilid 2. Bandung: Mizan

Quthub,Sayyid.t.th. Fi Zhilal al-Qur 'an.Beirut: Dar lhya' al-Turats al-'Arabi


60

Rahardjo,M. Dawam. 1993.Intelektual Integensia Dan Perilaku Polilik Bangsa

Risalah Cendikiawan. Bandung: Mizan

Rahmad, Jalaluddin.1996. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosa Karya,

1996

---------------------_majalah al-Hikmah.Bandung: Yayasan Al-Muthahharis,

Bandung

Rasyid, jilid 4

Razak dan Rais Lathief. 1991.Terjemahan Hadis Shahih Muslimi.Jakarta: Pustaka

Al-Husna

Rosadi, Ruslan. 1997. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Jakarta:

Rajawali Persada

---------------------_2005. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.

Jakarta: Rajawali Persada

---------------------_ 2008. Manajemen Public Relations dan Media

Komunikasi.Jakarta: Rajawali Persada

Sakhawai,al.1986. al-Maqashid al-Hasanah.Beirut: Dar Al-Hijrah

Vivian,Johan. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana

Yunus, Mahmud. 1973.TafsirAl-Qur'an Karim. Jakarta: Intermas

Anda mungkin juga menyukai