Anda di halaman 1dari 24

RESUME PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OLEH

NURAIN ABAS (MANAJEMEN PENDIDIKAN)

MATERI MENCAKUP : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, PENDIDIKAN PANCASILA,

IDENTITAS NASIONAL, DEMOKRASI, HAK ASASI MANUSIA, NEGARA HUKUM,

WAWASAN NUSANTARA, DAN KETAHANAN NASIONAL.

A. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaan dapat diartikan sebagai wahana yang memfokuskan

pada pembentukan diri yang beragam untuk mengembangkan dan melestarikan nilai

luhur serta moral pada budaya bangsa Indonesia yang berhadapan dengan keberadaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, demokrasi, hak asasi manusia, serta mengandung

identitas nasional Indonesia yang berbasis pada filsafat bangsa kita yakni Pancasila,

agar menjadi warga Negara yang cerdas, terampil, berkarakter, yang dapat diwujudkan

dalam kehidupan sehari-hari. Adapun peraturan mengenai Pendidikan

Kewarganegaraan di tingkat Universitas terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003, yang

berisi 3 macam pendidikan yang menjadi dasar di tingkat universitas, yaitu:

a. Pendidikan Agama

b. Pendidikan Kewarganegaraan, &

c. Pendidikan bahasa

Di dalam berbagai Negara ada beberapa istilah yang digunakan dalam pendidikan

kewarganegaran, yaitu:

 Civic Education (Pendidikan kemasyarakatan)

 Citizenship Education ( Pendidikan kewarganegaraan)

 Democracy Education (Pendidikan demokrasi)


Di Indonesia pun telah menggariskan bahwa Pendidikan kewarganegaraan ini

sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan pada setiap

fakultas, jurusan, ataupun program studi. Sebagaimana setiap Negara di dunia telah

menambahkan pendidikan kewarganegaraannya pada filsafat bangsa masing-masing.

Begitupun Indonesia, yang telah merumuskan Pendidikan kewarganegaraannya yang

berbasis pada filsafat bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Oleh karena itu dengan adanya

Pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar

kepribadian sebagai warga negarayang demokratis, cerdas, bertanggung jawab,

berkemanusiaan, serta berkeadaban.

Adapun tujuan diadakannya Pendidikan kewarganegaraan untuk tataran mahasiswa

jika berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No.

43/DIKTI/Kep/2006 telah dirumuskan dalam visi dan misi sebagai berikut:

 Visi : Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan sumber

nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

studi, guna menghantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya

sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu relitas yang

harus dimiliki manusia sebagai generasi bangsa yaitu visi intelektual,

religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan bangsa.

 Misi : Pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membantu mahasiswa

memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu

mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah

air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan

bermoral.
Adapun ruang lingkup Pendidikan kewarganegaraan meliputi :

I. Filsafat pancasila

II. Identitas nasional

III. Konsepsi Negara dan NKRI

IV. Konsepsi warga Negara dan kewarganegaraan Indonesia

V. Demokrasi

VI. Konstitusi

VII. Negara hukum

VIII. Hak asasi manusia

IX. Wawasan nusantara

X. Ketahanan nasional

B. Pendidikan Pancasila

Sebagaimana yang telah kita ketahui proses perumusan dan pengesahan pancasila

memakan waktu yang cukup lama dan penuh tantangan. Namun para tokoh-tokoh

pahlawan dengan gigih berhasil merumuskan pancasila pada tanggal 1 juni 1945.

Pendidikan pancasila memiliki beberapa landasan antara lain: landasan historis,

landasan cultural, landasan yuridis dan landasan filosofis. Landasan pancasila ini perlu

dipelajari oleh kita para mahasiswa, sebab akan membuka pemikiran kita untuk

memahami Pancasila baik sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa, dan sebagai

filsafat Negara, sehingga akan tercermin dalam sikap dan perilakunya bahwa pancasila

adalah sebagai pedoman hidup dan juga sebagai penuntun dalam beretika.

a) Landasan historis, yaitu bahwa nilai-nilai pancasila itu ada sejak zaman dahulu

dimana proses panjang sejarah mulai pada zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya,

Majapahit bahkan sampai pada proses perjuangan bangsa melawan para

penjajah. Dengan kata lain bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia

secara historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu

atas dasar alasan historis inilah para generasi penerus bangsa terutama kiat para

intelektual kampus untuk mampu mengkaji, memahami, dan mengembangkan

berdasarkan pendekatan ilmiah yang pada gilirannya akan memiliki suatu

kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang

kita miliki.

b) Landasan cultural, bahwa nilai-nilai luhur pancasila itu ada sejak nenek moyang

kita dulu yang diangkat dari nilai-nilai cultural yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia melalui proses refleksi filosofis para pendiri Negara seperti Soekarno,

Moh. Yamin, Moh. Hatta, serta pendiri Negara lainnya. Maka sebab itu sudah

seharusnya kita sebagai penerus bangsa untuk mendalami secara dinamis dalam

arti mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.

c) Landasan yuridis, bahwa pendidikan pancasila harus diajarkan di perguruan

tinggi sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

yang memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan

kewarganegaraan. Dengan demikian dapat diharapkan kita sebagai mahasiswa

mampu mengambil sikap sesuai dengan hati nurani, mengenali masalah hidup

terutama kehidupan rakyat, mengenali masalah hidup terutama kehidupan

rakyat, mengenali setiap perubahan yang terjadi serta mampu memaknai

peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

d) Landasan filosofis, bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan

bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila

yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan

Negara. atas dasar itulah sudah menjadi keharusan bahwa pancasila merupakan
sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan baik dalam pembangunan nasional,

ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

Filsafat pancasila mengandung arti pancasila adalah dasar Negara kita. Pokok-pokok

isi filsafat pancasila yakni:

 Pancasila adalah azas persatuan, kesatuan, dan kerja sama.

 Pancasila mempunyai kedudukan yang tetap dan terletak pada Negara

proklamasi 17 agustus 1945.

 Pancasila mempunyai dasar kesatuan yang mutlak yaitu manusia Indonesia.

Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan

bernegara. Pancasila sebagai sumber etika karena dalam tataran nilai yang terkandung

dalam pancasila sesuai dengan sistem nilai dalam kehidupan manusia. Dan pancasila

sebagai paradigma pembangunan memiliki makna bahwa pancasila menjadi kerangka

acuan untuk membangun dan membentuk sumber daya manusia yang berkarakter,

menjunjung tingggi moral, cerdas, dan beretika menuju perubahan kea rah ayng lebih

baik.

C. Identitas nasional

Identitas berasal dari kata dalam bahasa inggris “identity” yang berarti ciri-ciri, jati

diri yang melekat pada orang atau sesuatu yang membedakan dengan yang lainnya.

Sementara nasional yang artinya “bangsa”, maka identitas nasional itu merupakan sifat

khas yang melekat pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal sebagai kepribadian suatu

bangsa. Identitas nasional berada pada kedudukan yang luhur dalam tatanan kehidupan

berbangsa dan bernegara, oleh karena itu sebagai asas, nilai, norma kehidupan bangsa

sudah semestinya untuk dijunjung tinggi oleh warga dari bangsa tersebut.
Istilah identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-

kelompok yang lebih besar yang diikat oleh berbagai kesamaan fisik, budaya, agama,

bahasa maupun cita-cita dan tujuan. Identitas kelompok melahirkan tindakan kelompok

yang diberi atribut nasional. Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka dan

diberi makna dan arti yang baru agar tetap relevan dan fungsional sesuai dengan

kondisi actual yang berkembang di masyarakat.

Pada hakikatnya identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang

tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-

ciri khas tertentu. Nilai-nilai dasar dari pada identitas nasional hendaknya tetap sebagai

penyanggah untuk kehidupan berbangsa dalam menghadapi ancaman-ancaman dari

luar sehingga bangsa Indonesia tetap berkarakter secara tersendiri dan yang

membedakannya dengan bangsa-bangsa lainnya.

Menurut Robert de Vantos, ada empat faktor pembentuk identitas nasional,yakni:

 Factor primer mencakup bahasa, agama, dan sejenisnya.

 Factor pendorong meliputi komunikasi, teknologi, kekuatan militer, dan

pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan.

 Factor penarik mencakup bahasa yang resmi dan bagaimana sistem

pendidikannya

 Factor reaktif mencakup kolektivitas rakyat, dominasi, dll.

Adapun unsur-unsur pembentuk identitas nasional yaitu:

- Suku bangsa adalah kesatuan social yang dapat dibedakan dari kesatuan social

lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya

bahasa. Dengan demikian suku bangsa tidak lepas dari kebudayaan dan

bahasanya sebagai unsur-unsur pembentuk identitas nasional.


- Agama merupakan salah satu pembentuk identitas nasional. Dan bangsa

Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis, itu dikarenakan terdapat

banyak agama ataupun kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di

masyarakat, seperti agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu

Cu. Disisi lain agama dan kepercayaan Indonesia tidak hanya dijamin oleh

konstitusi Negara, tetapi juga merupakan rahmat Tuhan YME yang harus tetap

dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia

- Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang

berisi perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif

digunakan oleh masyarakat untuk menafsirkan dan memahami lingkungan ayng

dihadapi sebagai rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan

dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi pula.

- Bahasa merupakan salah satu atribut identitas nasional Indonesia yang dimana

bangsa Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah yang dipahami sebagai sistem

perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur ucapan manusia dan

yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antarmanusia.

Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan Negara

Indonesia dengan Negara lain. Akan tetapi kepribadian bangsa Indonesia yang selama

ini terkenal sebagai bangsa yang halus budinya, sopan dalam sikapnya, bertoleransi,

memiliki solidaritas social yang peka, dan nasionalisme yang tinggi, lamvat laun mulai

terikis oleh derasnya arus globalisasi. Dalam menghadapi globalisasi ataupun ancaman

negative globalisasi itu sudah semestinya bangsa Indonesia mulai dari kalangan elit

hingga sampai ke rakyatnya untuk kembali memosisikan dirinya kepada sifat aslinya,

agar tidak gampang untuk dintervensi oleh Negara lain dan tidak dikatakan sebagai
bangsa yang tidak memiliki prinsip. Kita harus mempertahankan karakter kita

sebagaimana yang telah dirumuskan dalam filsafat bangsa kita yaitu pancasila.

Adapun yang menjadi jati diri bangsa Indonesia yaitu:

I. Bahasa Negara : Bahasa Indonesia

II. Falsafah Negara : Pancasila

III. Lagu kebangsaan : Indonesia Raya

IV. Lambang Negara : Garuda Pancasila

V. Semboyan Negara : Bhineka Tunggal Ika

VI. Bendera Negara : Merah Putih

VII. Bentuk Negara : NKRI

VIII. Konstitusi : UUD 1945

IX. Landasan Visional : Wawasan Nusantara

X. Landasan Konseptual : Ketahanan Nasional

XI. Kebudayaan Nasional : Kebudayaan-kebudayaan daerah

D. Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata Yunani “demos” yang berarti rakyat dan “kratos” yang

berarti kekuasaan. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana rakyat memiliki

posisi penting secara politik untuk mengendalikan urusan public dalam suatu

masyarakat. Adapun ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan

politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).

b) Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi

rakyat (warga negara).

c) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d) Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai

alat penegakan hukum

e) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.

f) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan

mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.

g) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga

perwakilan rakyat.

h) Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)

pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.

i) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan,

dsb)

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya

menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang

pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung

dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara

demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun

kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut

demokrasi perwakilan.

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah

terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip

demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan

"soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:

1. Kedaulatan rakyat;

2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;

3. Kekuasaan mayoritas;
4. Hak-hak minoritas;

5. Jaminan hak asasi manusia;

6. Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;

7. Persamaan di depan hukum;

8. Proses hukum yang wajar;

9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional;

10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;

11. Nilai-nilai toleransi, paragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

E. Negara hukum (rule of law)

Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terhadapnya memuat unsur-unsur

adanya rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta adanya pengakuan dari

bangsa-bangsa lain. Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada

abad ke-19 bersamaan dnegan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Berdasarkan

penegrtiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu pengertian

secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi

misalnya Negara. Sedangkan secara hirarki, rule of lawa terkait dengan penegakkan

hukum. Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya

sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam

hukum itu. Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan

sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran,

maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum. Adapun unsure-unsur

Negara hukum, meliputi:

a) Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

manusia

b) Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu


c) Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan

d) Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan

pemerintahannya.

Prinsip-prinsip rule of law secara formal di Indonesia setara dalam pembukaan UUD

1945 pada alinea 1,3,4, dan 5. Penjabarannya termut dalam pasal-pasal UUD 1945,

yaitu:

1) Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1;2)

2) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

(pasal 27;1)

3) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (pasal 28 D;1)

4) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang

adi dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D;2)

Adapun beberapa kasus dalam penegakkan rule of law

F. Hak asasi manusia

Menurut Tilaar (Syarbaini, 2012:251) HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri

manusia. Tanpa hak-hak itu, manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak

tersebut diperoleh bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya didalam

kehidupan bermasyarakat. Hak asasi manusia bersifat universal, berlaku dimana saja,

kapan saja, dan untuk siapa saja serta tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,

masyarakat lain, bahkan Negara lain, karena diyakini beberapa hak dimiliki tanpa

perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM,

mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,

hukum, pemerintah, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia. Adapun ruang lingkup hak asasi manusia meliputi:

1) Hak pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dsb.

2) Hak milik pribadi dalam kelompok suatu social

3) Kebebasan sipil dan politik untuk dapat serta dalam pemerintahan

4) Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan social.

Sedangkan hakikat hak asasi manusia itu sendiri merupakan upaya menjaga

keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara

kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Terdapat beberapa isi pokok

hakikat asasi manusia, yaitu:

a) Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi

manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b) Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,

ras, agama, pandangan politik atau status social, dn bangsa.

c) Hak asasi manusia tidak bisa dilanggar dan tidak seorangpun mempunyai hak

untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.

Adapun juga untuk memahami HAM, perlu memperhatikan asas-asas sebagai

berikut:

 Asas kemanusiaan, agar tidak merendahkan derajat dan martabat sebaagai

manusia. Penghinaan, penyiksaan, penghilangan, dan pembunuhan merupakan

perbuatan yang melanggar HAM, karena bertentangan dengan kemanusiaan.

Pelanggaran terhadap kemanusiaan yang merendahkan harkat dan martabat

manusia itu dapat dikategorikan pelanggaran HAM berat.


 Asas legalitas, karena dengan adanya legalitas akan lebih menjamin HAM

sehingga memiliki kekuatan hukum yang tetap. Kepastian hukum membuat

orang lebih mudah memahami HAM dan tidak menimbulkan interpretasi yang

bermacam-macam. Dengan adanya asas legalitas setiap warga Negara wajib

menghormati dan melindungi HAM.

 Asas equalitas dalam melaksanakan hak asasi manusia tidak dapat diabaikan

begitu saja. Keadilan sebagai asas equalitas justru menjadi sesuatu yang esensial

dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Aristoteles mengemukakan ada 3 bentuk

keadilan, yakni: keadilan komutatif, keadilan distributive, dan keadilan legalitas.

Ketiga bentuk keadilan itu menjadi inspirasi bangsa-bangsa di dunia untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat.

 Asas sosio-cultural perlu diperhatikan dalam pengembangan hak asasi manusia.

Asas ini makin penting agar hak asasi manusia yang disebarluaskan dari bangsa

lain tidak bertentangan dengan kehidupan budaya bangsa Indonesia. Jangan

sampai hak asasi manusia itu membuat masyarakat menjadi tercabut dari akar

budaya setempat yang religious.

Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu pembukaan

UUD 1945 alinea pertama, pancasila sile ke-4, batang tubuh UUD 1945 pasal 27, 29, dan

30). Hak asasi manusia di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga dan

melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas

kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam

pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.

Hak asasi manusia pula terdiri atas beberapa macam, yaitu:

a) Hak asasi pribadi/personal right

- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat


- Hak untuk mengeluarkan atau menyatakan pendapat

- Hak untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang

diyakini

b) Hak asasi politik/political right

- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

- Hak untuk ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

- Hak membuat dan mendirikan parpol dan organisasi politik lainnya

- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

c) Hak asasi hukum/legal equality right

- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil

- Hak mendapatkan layanan dan perlindungan hukum

d) Hak asasi ekonomi/property rights

- Hak kebebasan untuk melakukan kegiatan jual beli

- Hak untuk mengadakan perjanjian kontrak

- Hak untuk menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

- Hak untuk memiliki sesuatu

- Hak untuk memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

e) Hak asasi peradilan/procedural rights

- Hak mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan

- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penagkapan, penahanan, dan

penyeidikan di mata hukum.

f) Hak asasi social budaya/social culture right

- Hak menetukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan

- Hak mendapatkan pengajaran


- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Menurut ideology pancasila, hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya

diimplementasikan secara bebas, namun kebebasan tersebut harus bertanggung jawab

dan tidak menganggu hak asasi orang lain. Akan tetapi dalam realitanya hal tersebut

belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh rakyat Indonesia.

Dapat dilihat di Indonesia sendiri implementasi terhadap hak asasi manusia masih

jauh dari kata sempurna. Ini terbukti maraknya kasus pelanggaran hak asasi manusia.

Salah satu contoh maraknya kasus pembunuhan ayah terhadap anak ataupun

sebaliknya, penganiyayaan, serta pelecehan seksual. Dapat disimpulkan bahwa

implementasi hak sasi manusia di Indonesia masih kurang.

Pelanggaran hak asasi manusia itu sendiri adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok yang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau

kelalaian yang secara langsung melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi

dan atau mencabut hak asasi orang lain yang dijamin oleh undang-undang.

Sangat minimnya penegakan hak asasi manusia di Indonesia disebabkan oleh

beberapa factor, antara lain: telah terjadi krisis moral di Indonesia, aparat hukum yang

berlaku sewenang-wenang, kurang adanya penegakan hukum yang benar, dan masih

banyak lagi sebab-sebab lainnya. Tindakan melanggar hak asasi manusia bertentangan

dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Kasus pelanggaran hak asasi manusia di

Negara kita kini kian hari kian menambah. Oleh karena itu, dengan adanya Komnas

HAM diharapkan masyarakat kita dapat menjunjung tinggi hak asasi manusia dala

segala bidang kehidupannya.

Kasus pelanggaran hak asasi manusia dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni:

a) Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi:

- Pembunuhan masal (genisida)


- Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan

- Penyiksaan

- Penghilangan orang secara paksa

- Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis

b) Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:

- Pemukulan

- Penganiayaan

- Pencemaran nama baik

- Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

- Menghilangkan nyawa orang lain

Program penegakan hukum dan HAM (PP No.7 Tahun 2005) meliputi

pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian penyalahgunaan narkotika

dan obat berbahaya. Oleh karena itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan

secara tegas, tidak diskriminatif, dan konsisten.

Sebagai makhluk social kita harusnya mampu mempertahankan dan

memperjuangkan hak asasi manusia kita sendiri. Di samping itu, kita juga harus bisa

menghormati dan menjaga hak asasi manusia orang lain jangan sampai kita melakukan

pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula hak asasi manusia kita dilanggar dan diinjak

oleh orang lain. Jadi dalam menjaga hak asasi manusia kita harus mampu

menyelaraskan dan menyeimbangkan antara hak asasi manusia kita dengan orang lain.

G. Wawasan nusantara

Secara historis, wilayah Indonesia adalah wilayah bekas jajahan Belanda atau

wilayah eks Hindia Belanda. Wilayahnya berbentuk kepulauan merupakan wilayah yang

terpisah oleh laut bebas dan bukan merupakan satu kesatuan. Buktinya digunakan
ketentuan bahwa laut territorial Hindia Belanda adalah selebar 3 mil berdasarkan

Teritorial Zee en Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939.

Secara etimologi kata wawasan berasal dari kata mawas (bahasa Jawa) yang berarti

pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi, ditambahkan akhiran (an) bermakna

cara pandang atau cara melihat. Selanjutnya kata Nusantara terdiri dari kata nusa dan

antara. Kata nusa berarti pulau tau kesatuan kepulauan. Antara menunjukan letak

antara dua unsure. Menurut kelompok kerja LEMHANNAS 1999, Wawasan nusantara

adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang

serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan

bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Pada hakekatnya wawasan nusantara adalah keutuhan bangsa dan kesatuan wilayah

nasional. Dengan kata lain hakekat wawasan nusantara adalah persatuan bangsa dan

kesatuan wilayah.

Adapun asas wawasan nusantara meliputi:

- Kepentingan/tujuan yang sama

- Keadilan

- Kejujuran

- Solidaritas

- Kerja sama

- Kesetiaan terhadap kesepakatan

Asas-asas wawasan nusantara diatas merupakan ketentuan dasar yang harus

dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya

komponen/unsure pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepkatan bersama.


Dan unsur-unsur konsepsi wawasan nusantara antara lain:

1) Wadah (Contour) kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang

meliputi dua kompenen, yakni:

- Wujud wilayah

- Tata inti organisasi

2) Isi (Content) wawasan nusantar dalam eksistensinya meliputi:

- Cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

- Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional. Satu kesatuan wilayah,

kesatuan politik, kesatuan social budaya, kesatuan ekonomi, atas asas usaha

bersama, kesatuan pertahanan dan keamanan, seta kesatuan kebijakan nasional.

3) Tata laku (Conduct)

- Tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik

dari bangsa Indonesia.

- Tata laku lahiriah yaitu tercermin dalam tinndakan, perbuatan, dan perilaku dari

bangsa Indonesia.

Wawasan nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Karena visi bangsa

Indonesia sesuai dengan konsep wawasan nusantara adalah menjadi bangsa yang satu

dengan wilayah yang satu secara utuh. Secara umum, fungsi wawasan nusantara adalah

pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala

kebijaksanaan, keputusan, dan perbuatan baik bagi penyelenggara Negara di tingkat

pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangasa, dan bernegara. Wawasan nusantara pula bertujuan untuk mewujudkan

nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih

mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi, kelompok,


golongan, suku bangsa atau daerah selama tidak bertentangan dengan kepentingan

masyarakat banyak.

Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran

yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyimpangan dalam

upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Arah pandang wawasan

nusantara Indonesia meliputi :

1) Ke dalam, tujuannya adalah menjamin terwujudnya persatuan dan kesatuan

segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun aspek social.

2) Ke luar, tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang

serba berubah dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

Dalam upaya menjadikan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang utuh dan tidak

lagi terpisah-pisah, adalah dengan mengganti territorial Zee en Maritime Kringen

Ordonantie, yakni dikeluarkan Deklarasi Juanda pada tanggal 13 Desember 1957.

Dengan dikeluarkannya Deklarasi Juanda maka melahirkan konsepsi wawasan

nusantara, dimana laut tidak lagi sebagai pemisah, tetapi sebagai penghubung.

Keadaan geografi dan demografi Indonesia sebagai Negara terbesar di Asia

Tenggara merupakan Negara kepulauan (Negara maritime), dimana lebih kurang 65%

terdiri atas lautan, sedang lebih kurang 35% terdiri atas daratan. Daratan terdiri dari

17.508 pulau maupun gugusan pulau-pulau besar dan kecil yang seluruhnya lebih

kurang 22.028.087 KM2. Pulau-pulau besar antara lain Sumatra, Kalimantan, Jawa,

Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua).

Kepulauan Indonesia bertebaran sebelah menyeblah khatulistiwa dengan ketentuan

sebagai berikut:

- Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa.

- Jarak terjauh Utara-Selatan 1.888 km, jarak terjauh Barat-Timur 5.110 km.
- Terletak antara 06° 08° LU- 11° 15° LS dan diantara 94° 45°- 141° 05° Bujur

Timur.

- Jumlah luas keseluruhan daratan pulau-pulau yang terpenting 1.849.731 km

- Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah

- Persebaran penduduk tidak merata, ada yang padat (Jawa, Madura, dan Bali) dan

ada pula yang sangat jarang (Irian Jaya)

Upaya pemerintah dalam memperjuangkan Indonesia sebagai Negara kepulauan

mengalami hambatan disebabkan adanya asas hukum internasional saat itu yang

menjadi dasar bagi negara-negara besar dan negara-negara yang tidak dilintasi oleh

lautan yang tetap mempertahankan bahwa wilayah laut tidak dapat dimiliki oleh satu

Negara. dengan dasar asas hukum internasional itu pemerintah telah membutuhkan

waktu 25 tahun baru diakui sebagai Negara kepulauan. Usaha ini berhasil setelah

melalui konvensi hukum laut internasional (UNCLOS tahun 1982).

H. Ketahanan nasional

Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:

a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan Negara sehingga ia mampu

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan Negara sehingga ia selalu

mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai

gangguan, hambatan, dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna

keteraturan dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadi

perubahan.
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan “ketahanan”

adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan Negara dapat bertahan, kuat

menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.

Istilah ketahanan nasional mulai dipergunakan dan dikenal pada permulaan tahun

1960-an. Istilah ketahanan nasional untuk pertama kali dikemukakan oleh presiden

pertama RI Soekarno. Kemudian pada tahun 1962 diupayakan secara khusus untuk

mengembangkan gagasan ketahana nasional di Sekolah Staf dan Komando Angkatan

Darat Bandung.

Ketahanan nasional memiliki arti bahwa suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang

berisi keuletan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala macam ancaman,

gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang dating dari luar maupun dalam negeri,

yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,

kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan dalam mgejar tujuan nasional

Indonesia.

Ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat integrative

mewujudkansuatu kewibawaan nasional serta memiliki deterrent effect, yang harus

diperhitungkan pihak lain. Ketahanan nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak

bersifat tetap, melainkan sangat dinamis. Ketahanan nasional dpat meningkat atau

bahkan dapat juga menurun, dan hal itu sangat tergantung kepada situasi dan kondisi.

Konsepsi kekuatan nasional bertumpu pada kekuatan, terutama bertumpu pada

kekuatan fisik militer dengan politik kekuasaannya, sedangkan ketahanan nasional

tidak semata-mata mengutamakan kekuatan fisik, melainkan memanfaatkan daya dan

kekuatan lainnya pada suatu bangsa. Ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan

suatu konsepsi dalam pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan

kemakmuran serta pertahanan dan keamanan di dalam kehidupan nasional.


Dengan demikian jelaslah bahwa ketahanan nasional harus diwujudkan dengan

mempergunakan baik pendekatan kesejahteraan, maupun pendekatan keamanan.

Kehidupan nasional tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa aspek sebagai berikut :

a. Aspek alamiah (Tri Gatra) yang meliputi:

- Letak geografis Negara

- Keadaan dan kekayaan alam

- Keadaan dan kemampuan penduduk

b. Aspek kemasyarakatan (Panca Gatra) yang meliputi:

- Ideology

- Politik

- Ekonomi

- Social budaya dan hankam

- Pertahanan dan keamanan.

Keseluruhan unsur di atas secara sistematik yang membagi kehidupan nasional

dalam kedelapan aspek tersebut disebut Asta Gatra. Akan tetapi konsepsi ketahanan

nasional tidak memandang aspek-aspek tersebut secara koleratif, dimana aspek yang

satu senantiasa berhubungan erat dengan lainnya, sedangkan keseluruhannya

merupakan suatu konfigurasi yang menimbulkan daya tahan nasional.

Suatu bangsa pula dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional harus memiliki suatu ketahanan nasional.

Dalam hubungan ini cara mengembangkan dan mewujudkan ketahan nasional, setiap

bangsa berbeda-beda, sesuai dengan falsafah, budaya, dan pengalaman sejarah masing-

masing. Bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional di bangun atas dasar falsafah bangsa

dan Negara Indonesia yaitu pancasila.


Negara Indonesia sebagai suatu Negara yang memiliki letak geografis yang sangat

strategi di Asia Tenggara. Oleh karena itu di kawasan Asia Tenggara Indonesia memiliki

posisi yang sangat penting, sehingga tidak menutup kemungkinan di era globalisasi ini

menjadi perhatian banyak Negara di dunia. Berdasarkan peranan dan posisi tersebut,

maka tidak menutup kemungkinan pula akan merupakan ajang perebutan kepentingan

kekuatan transnasional. Oleh karena itu sebagai suatu Negara, Indonesia harus

mempertahankan dan mengembangkan ketahanan nasional.


DAFTAR PUSTAKA

Kamuli, Dkk. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Penerbit Ideas

Publishing: Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai