Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu dari enam orang menderita hiperglikemia dan hampir setiap enam

pertahun seseorang meninggal karena peningkatan kadar gula dalam darah.

Organisasi kesehatan dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai

faktor resiko dapat terhindar dari hiperglikemia bila menyadari dan mengatasi

faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa

kematian akibat hiperglikemia akan meningkat seiring dengan kematian akibat

penyakit jantung dan kanker kurang lebih enam juta pada tahun 2010 menjadi

delapan juta di 2030.(1)

Angka kematian akibat diabetes milletus terus meningkat setiap

tahunnya, bukan hanya menyerang lansia, tetapi juga orang-orang muda pada

usia produktif. Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus

hiperglikemia dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat hiperglikemia yang

menjadi penyebab kematian yang ke tiga di Amerika Serikat dan banyak

Negara industri di Eropa. Pada tahun 2016, Amerika menghabiskan $ 73,7 juta

untuk membiayai tanggungan medis akibat hiperglikemia.(2)

Di Amerika diperkirakan setiap tahunnya masih terjadi sekitar 500.000

pasien hiperglikemia baru dan sekitar 150.000 yang meninggal karena

komplikasi dengan penyakit lain. Insiden hiperglikemia antara 15% - 30% dan

diabetus milletus antara 70% - 85%. Akan tetapi, untuk negara-negara

1
2

berkembang atau Asia kejadian hiperglikemia sekitar 30% dan diabetus

milletus 70%.(3)

Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

menyatakan penyebab kematian untuk semua umur adalah stroke (15,4%),

tuberculosis (7,5%), dan hiperglikemia (6,8%). Jumlah seseorang yang terkena

hiperglikemia di Indonesia kini semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sekitar 28,5% pasien penyakit hiperglikemia di Indonesia meninggal dunia

karena komplikasi dengan penyakit lain. Terdapat kira-kira 2 juta orang

bertahan hidup dengan hiperglikemia. Angka kejadian hiperglikemia adalah

200 per 100.000 penduduk dalam 1 tahun diantara 100.000 penduduk maka

800 orang akan menderita hiperglikemia. Prosentase pasien hiperglikemia

adalah: Usia 35-44 tahun 0,2%, Usia 45-54 tahun0,7%, Usia 55-64 tahun

1,8%, Usia 65-74 tahun 2,7%, Usia 75-85 tahun 10,4%.(4)

Berdasarkan laporan survei di Rumah sakit dan Puskesmas se Jawa

tengah, kasus hiperglikemia mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun

2014, menjadi 0,96% pada tahun 2015 dan 1,25% pada tahun 2016.(5)

Dari data yang diambil di RSUD RAA Soewondo Pati didapatkan

peningkatan jumlah pasien hiperglikemia yang dirawat di RSUD RAA

Soewondo Pati dari tahun ke tahun. Jumlah pasien tahun 2015 sebanyak 532

pasien. Jumlah pasien hiperglikemia di RSUD RAA Soewondo Pati tahun

2016 sebanyak 637.(6)

Data Riskesda (2016) Jawa Tengah tentang pola tidur seseorang yang

mempengaruhi kesehatannya. Data di jawa Tengah yang diperoleh, apabila


3

seseorang lebih banyak tidur (tidur lebih dari 8 jam perhari) 58% mengalami

berbagai penyakit yaitu hiperglikemia, gout, kholesterol meningkat dan

chepalgia (pusing berat). Apabila seseorang tidurnya kurang (tidur kurang dari

8 jam per hari) 73% mengalami penyakit juga antara lain penyakit hipertensi,

disritmia, flatulensi (kembung).(7)

Data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bahwa orang

yang mengalami sakit hiperglikemia, jantung dan stroke sebanyak 24,5%

dikarenakan karena sering bergadang. Dari bergadang itulah kemungkinan

seseorang kurang pola istirahat tidurnya.(6)

Hasil survey di Indonesia, seseorang mengalami gangguan tidur

dikarenakan meliputi kesulitan menemukan rasa nyaman (62%), depresi

(58%), nyeri (30%), takut (25%), disorientasi lingkungan(18%), suasana

bising (25%), temperatur (17%), tempat tidur yang tidak nyaman (10%),

sering terganggu (20%) dan lain-lain (15%).(8)

Hubungan antara stress psikologis dan lingkungan dengan istirahat

tidur pada seseorang memang bisa menyebabkan penyakit dan 56% seseorang

menerapkan pola hidup yang salah.(9)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Gangguan Pola Tidur

Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada Pasien Gangguan Pola Tidur di Ruang

Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo Pati”.


4

B. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian di atas dapat dirumuskan yaitu bagaimana

Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada Pasien

Gangguan Pola Tidur di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo Pati?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan Kejadian

Hiperglikemia Pada Pasien Gangguan Pola Tidur di Ruang Penyakit

Dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi umur dan pola tidur pada pasien gangguan pola

tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA Soewondo Pati.


b. Mengidentifikasi peningkatan kadar gula darah pada pasien

gangguan pola tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA Soewondo

Pati.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dalam keperawatan terutama tentang hubungan gangguan

pola tidur dengan kejadian hiperglikemia pada pasien gangguan pola

tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Manfaat Praktis
5

a. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati

Sebagai salah satu masukan RSUD RAA Soewondo Pati

dalam hubungan gangguan pola tidur dengan kejadian hiperglikemia

pada pasien gangguan pola tidur di ruang penyakit dalam RSUD

RAA Soewondo Pati.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Bahan masukan bagi perawat dalam pemberian pendidikan

kesehatan khususnya informasi tindakan keperawatan untuk

mengetahui hubungan gangguan pola tidur dengan kejadian

hiperglikemia pada pasien gangguan pola tidur di ruang penyakit

dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bahan dalam pembuatan karya ilmiah serta

menambah ilmu pengetahuan dibidang keperawatan khususnya

tentang hubungan gangguan pola tidur dengan kejadian

hiperglikemia pada pasien gangguan pola tidur di ruang penyakit

dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

d. Bagi Peneliti

Memberikan suatu pengalaman yang nyata bagi peneliti

dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan

gangguan pola tidur dengan kejadian hiperglikemia pada pasien

gangguan pola tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA Soewondo

Pati.
6

E. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terkait yang sejenis dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.1
Penelitian Terkait

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil


Peneliti
1. Harly Dwi Hubungan Mengetahui Deskriptif Pasien yang
Atmaja tingkat hubungan Korelasi mengalami
(2016) kecemasan tingkat kecemasan sebanyak
Fakultas dengan kecemasan 68% dan yang
Kedokteran gangguan pola dengan mengalami gangguan
Universitas istirahat tidur gangguan pola istirahat tidur
Diponegoro pada pasien pola istirahat sebanyak 72%.Hasil
Semarang hiperglikemia di tidur pada uji statistik diperoleh
ruang perawatan pasien nilai p value 0,000
Melati RSUD hiperglikemia yang artinya terdapat
Tugurejo hubungan tingkat
Semarang. kecemasan dengan
gangguan pola
istirahat tidur pada
pasien hiperglikemia
di ruang perawatan
Melati RSUD
Tugurejo Semarang.

2. Ismawatri Faktor-faktor Mengetahui Deskriptif Faktor yang


(2016) yang faktor-faktor Korelasi mempengaruhi
Fakultas berhubungan yang istirahat tidur yaitu
Kedokteran dengan istirahat berhubungan usia >50 tahun
sebanyak 74%,
Universitas dan tidur pasien dengan jenis kelamin
Gajahmada pasien istirahat dan wanita sebanyak
Yogyakarta hiperglikemia di tidur pasien 68%, tidak sekolah
instalansi rawat hiperglikemia sebanyak 42%,tidak
inap non bedah bekerja sebanyak
RSUD Bantul. 77%. Ada
hubungan antara
stress psikologis,
lingkungan dengan
istirahat dan tidur
pada pasien
hiperglikemia
dengan nilai p value
7

sebesar 0,002 dan


0,000.

3. Ernawati Pengaruh Terapi Mengetahui Deskriptif Pasien yang bisa


(2016) Musik Langgem pengaruh Korelasi tidur setelah
Fakultas Jowo terhadap Terapi Musik mendengarkan
Kedokteran Pola Istirahat Langgem langgem jowo
Universitas Tidur pada Jowo sebanyak 63%.
Diponegoro Pasien terhadap Pola Terdapat pengaruh
Semarang hiperglikemia di Istirahat Tidur yang signifikan
RSUD Dr. pada Pasien antara Terapi Musik
Moewardi di Hiperglikemia Langgem Jowo
Surakarta. terhadap Pola
Istirahat Tidur pada
Pasien
hiperglikemia
dengan nilai p value
sebesar 0,002.

Dari penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti yaitu Harly Dwi

Atmaja, Ismawatri dan Ernawati sama-sama menggunakan metode penelitian

Deskriptif korelasi, dengan menghubungkan antara istirahat tidur dengan

beberapa hal antara lain yaitu terapi musik langgem jowo, kecemasan dan

faktor penyebabnya. Dan menggunakan dua variable yaitu independen dan

dependen, untuk jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif.

BAB II
8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pola Tidur

a. Pengertian

Tidur merupakan suatu kebutuhan tubuh dan sangat penting

bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. Tidur adalah keadaan

istirahat normal yang perubahan kesadarannya terjadi secara

periodic. Gangguan tidur dapat terjadi jika seseorang mempunyai

kesulitan untuk tertidur atau merasa masih merasa sangat lelah ketika

bangun dari tidur yang lama. Gangguan tidur ini bisa diakibatkan

karena masalah fisik atau psikologis. Gangguan Pola Tidur (GPT)

adalah kekacauan waktu tidur yang menyebabkan pasien merasa

tidak nyaman atau mempengaruhi gaya hidup yang diharapkan.(10)

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi

dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur

dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat

kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan

penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari

waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada

keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan

fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan,

serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak


8
melakukan aktivitas sehari-hari.(11)
9

Pola tidur adalah aktifitas istirahat dalam keadaan tenang,

relaks, tanpa tekanan emosiaonal dan bebas dari kegelisahan.(3)

Pola Istirahat dan tidur merupakan pola kebutuhan dasar

yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur

yang cukup, akan membuat tubuh baru dapat berfungsi secara

optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda

pada setiap individu. Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks,

tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah.

Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali.

Berjalan-jalan di taman terkadang juga bisa dikatakan sebagai suatu

bentuk istirahat.(12)

b. Tahapan Tidur

Tahapan tidur dapat dilihat seperti di bawah ini :

1) Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang

pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang

yang tidur lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang

ditunjukkan orang yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan

sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Semua proses metabolisme

termasuk tanda-tanda vital, metabolisme dan kerja otot

melambat. Tidur NREM ini dibagi menjadi 4 tahap :

a) Tahap 1 NREM

1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur


10

2) Tahap berakhir beberapa menit

3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan

penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan

metabolisme

4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus

sensori seperti suara

5) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah

melamun

b) Tahap 2 NREM

1) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara

2) Kemajuan relaksasi

3) Terbangun masih relatif mudah

4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit

5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

c) Tahap 3 NREM

1) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam

2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh

4) Tanda-tanda vital menurun tapi tetap teratur

5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

d) Tahap 4 NREM

1) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam


11

2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

3) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi

malam yang seimbang pada tahap ini

4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding

selama jam terjaga

5) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit

6) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.(12)

c. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan

berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur

NREM dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Otak

cenderung aktif selama tidur REM dan metabolismnya meningkat

hingga 20%. Tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan

atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi,

sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan

sering kali tidak terat.(12)

d. Gangguan Istirahat Tidur

Gangguan istirahat tidur dapat dilihat seperti di bawah ini :

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.


12

Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor

mental seperti perasaan gundah atau gelisah.

Menurut Potter (2016) insomnia dapat dibagi menjadi 3

macam, yaitu :

a) Insomnia inisial : kesulitan untuk memulai tidur.

b) Insomnia intermiten : merupakan ketidakmampuan untuk

tetap mempertahankan tidur sebab sering terbangun.

c) Insomnia terminal : Bangun lebih awal tetapi sulit untuk

tertidur kembali.

Faktor faktor yang menyebabkan seseorang mengalami

insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,

tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur.

Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui

pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,

melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu

tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum

terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antaralain

sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan

transisi bangun tidur (misalnya: mengigau) dan parasomnia yang

terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk).

3. Hipersomnia
13

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu

tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini

dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem

saraf, gangguan pada hati atau ginjal atau gangguan

metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada

kondisi tertentu dapat digunakan sebagai mekanisme koping

untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak

tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.

Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep

attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena

kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak

terkendalinya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya

adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin atau

metilpenidase, hidroklorida atau dengan antidepresan seperti

imipramin hidroklorida.

5. Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi

terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini

diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering

terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada


14

siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami

perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.(8)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Istirahat Tidur

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur adalah sebagai

berikut :

1) Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik

yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit

membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada

biasanya. Siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat

mengalami gangguan.

2) Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus

menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau

adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.

Contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk

dapat mempengaruhi tidur seseorang. Seiring waktu individu

bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi

tersebut.

3) Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola

tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek


15

siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya

siklus REM akan kembali memanjang.

4) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan faktor yang penting dalam

mempengaruhi tidur seseorang. Individu yang sering berganti

jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada

waktu yang tepat.

5) Ansietas

Ansietas sering kali mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah

melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini

menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan

tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

6) Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman

dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus

tidur REM. Pengaruh alkohol yang telah hilang dapat

menyebabkan individu sering kali mengalami mimpi buruk.

7) Diet

Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan

waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Penambahan


16

berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan

sedikitnya periode terjaga di malam hari.

8) Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek

stimulasi pada tubuh. Perokok sering kali kesulitan untuk tidur

dan mudah terbangun di malam hari.

9) Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur

seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur

NREM. Betablocker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi

buruk, sedangkan narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida

dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan

menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

10) Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat

menutupi perasaan lelah seseorang. Perasaan bosan atau tidak

adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan

kantuk.(12)

f. Pedoman Observasi Pola Istirahat Tidur

1. Terjadi Gangguan Istirahat Tidur : tidur ≥ 8 jam.

2. Tidak Terjadi Gangguan Istirahat Tidur : tidur < 8 jam.(13)


17

g. Pola Tidur Normal


1. Neonatus Sampai Dengan 3 bulan
a) Kira-kira membtuhkan 16 jam/hari
b) Pada minngu pertama kelahiran 50% adalah tahap NREM
2. Bayi
a) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
b) Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a) Tidur 10-12 jam/hari
b) 25% tahap REM
4. Preschooler
a) Tidur 11 jam pada malam hari
b) 20% REM
5. Usia Sekolah
a) Tidur 10 jam pada malam hari
b) 18,5% tahap REM
6. Adolensia
a) Tidur 8,5 jam pada malam hari
b) 20% tahap REM
7. Dewasa muda
a) Tidur 7-9 jam/hari
b) 20-25% tahap REM

8. Usia dewasa pertengahan


a) ± 7 jam/hari
b) 20% tahap REM
9. Usia tua
a) ± 6 jam/hari
b) 20-25% tahap REM.(19)

2. Hiperglikemia

1. Pengertian

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa

darah daripoada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah,

atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah.(14)

Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah

melonjak secara tiba-tiba. Keadaan ini bisa disebabkan antara lain

stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.(12)


18

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah

yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml

darah.(15)

Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan di mana

kadar gula dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam

keadaan normal, gula darah berkisar antara 70 – 100 mg/dL. Kadar

gula biasanya sedikit meningkat dari nilai normal sesaat sesudah

makan, tapi keadaan ini tidak dianggap hiperglikemia.(2)

Diabetus mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh

tinggiya kadar gula darah yang disebabkan karena gangguan sekresi

insulin. Insulin merupakan sejenis hormon yang diproduksi oleh alfa

beta pankreas dan berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam

darah.(20)

2. Etiologi

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya

diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan factor

herediter yang memegang peranan penting. Yang lain akibat

pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau

langerhans.

Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi;

pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya

suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal

dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara


19

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan

asing.(15)

Menurut Amerrican Diabetes Association (ADA),

Hiperglikemia apabila sudah menjadi DM, diklasifikasikan menjadi

2 yaitu :

a) DM Tipe I : Diabetes mellitus ini sering disebut Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Pada DM tipe I hormon

insulin tidak diproduksi sehingga penderita harus mendapat

suntikan insulin setiap hari selama hidupnya.

b) DM Tipe II : Diabetes mellitus tipe II ini tidak tergantung

insulin dan sering disebut Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM). DM tipe ini disebabkan resistensi hormon

insulin karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel

berkurang meskipun jumlah insulin tidak berkurang. (20)

3. Manifestasi Klinis

Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa

darah) :

a) Polifagi

b) Polidipsi

c) Poliuri

d) Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering

e) Rasa kesemutan, kram otot

f) Visus menurun
20

g) Penurunan berat badan

h) Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh.(15)

4. Patofisiologi

Sebagian besar patofisiologi diabetes mellitus dapat dikaitkan

dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :

a) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan

akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300

sampai 1200 mg/hari/100 ml.

b) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan

lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun

pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan

aterosklerosis.

c) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi

pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke

dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk

tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225

mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam

urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap,

maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi

180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme

karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh


21

menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam

aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat

meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.(14)

5. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg

% (Plasma vena). Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test

toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan diagnostik DM

menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain

yang perlu diperhatikan pada pasien Diabetes Mellitus:

a) Hb

b) Gas darah arteri

c) Elektrolit darah

d) Urinalisis

e) Ultrasonografi.(14)

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi hiperglikemia adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dan upaya

mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati.

Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :

a) Diet

1) Komposisi makanan :

Karbohidrat = 60 % – 70 %
22

Protein = 10 % – 15 %

Lemak = 20 % – 25 %

2) Jumlah kalori perhari

a) Antara 1100 -2300 kkal

b) Kebutuhan kalori basal :

laki – laki : 30 kkal / kg BB

Perempuan : 25 kkal / kg BB

3) Penilaian status gizi :

a) BB :

BBR = x 100 %TB – 100

Kurus : BBR 110 %

Obesitas bila BBRR > 110 %

Obesitas ringan 120% – 130 %

Obesitas sedang 130% – 140%

Obesitas berat 140% – 200%

Obesitas morbit > 200 %

b) Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita

DM yang bekerja biasa adalah :

Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari

Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari

Gemuk : BB x 20 kalori/hari

Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari

b) Latihan jasmani
23

Manfaat latihan jasmani :

1) Menurunkan kadar glukosa darah mengurangi resitensi

insulin, meningkatkan sensitivitas insulin).

2) Menurunkan berat badan.

3) Mencgah kegemukan.

4) Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi

aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan

darah, hiperkoagulasi darah.

c) Penyuluhan

Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :

1) Umur diatas 45 tahun.

2) Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27

kg/m.

3) Hipertensi > 140 / 90 mmHg.

4) Riwayat keluarga DM.

5) Dislipidemia, HDL 250 mg/dl.

6) Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl),

glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan <

126 mg/dl)

d) Medis (obat hipoglikemi)

1) Obat hipoglikemi oral :


a) Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon,

glimeperide, glipizid.

b) Biguanid ( metformin )
24

2) Insulin

a) Insulin reaksi pendek disebut juga sebagai clear insulin,

adalah jenis obat insulin yang memiliki sifat transparan

dan mulai bekerja dalam tubuh dalam waktu 30 menit

sejak dimasukan kedalam tubuh. Obat insulin ini

bekerja secara maksimal selama 1 sampai 3 jam dalam

aliran darah penderita, dan segera menghilang setelah 6

sampai 8 jam kemudian.

b) Insulin reaksi panjang, merupakan jenis yang mulai

bekerja 1 sampai 2 jam setelah disuntikan kedalam

tubuh seseorang. Tetapi obat ini tidak memiliki reaksi

puncak, sehingga ia bekerja secara stabil dalam waktu

yang lama yaitu 24 sampai 36 jam didalam tubuh

penderita, contohnya lavemir dan lantus.(14)

7. Komplikasi

Komplikasi hiperglikemia ibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a) Komplikasi akut

1) Komplikasi metabolic

a) Ketoasidosis diabetic

b) Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik

c) Hipoglikemia

d) Asidosis lactate

2) Infeksi berat
25

b) Komplikasi kronik

1) Komplikasi vaskuler

Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer

Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

Komplikasi neuropati

2) Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik

gastroporesis, diare diabetik, buli – buli neurogenik,

impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.

3) Campuran vascular neuropati (Ulkus kaki)

4) Komplikasi pada kulit.(12)


26

B. Kerangka Teori

1. Teori Hubungan

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan

proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,

melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna

untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Teori hubungan yaitu

proses menjelaskan integrasi dan hubungan yang satu atau saling

mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku atau sebaliknya.(23)

Faktor yang mempengaruhi Tahapan yang menentukan


Hubungan : hubungan :
- Sugesti - Rasa percaya
- Identifikasi - Sikap suportif
- Simpati - Sikap terbuka

Hubungan

Manfaat hubungan:
- Menemukan diri sendiri
- Memelihara menjadi bermakna
- Mengubah sikap

Hubungan antar manusia atau human relation adalah hubungan

antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu
27

mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau

sebaliknya.(23)

Teori hubungan mengacu pada beberapa hal, antara lain : Faktor

yang mendasari hunbungan. Yang dibedakan menjadi 3 yaitu sugesti

(memberi pengaruh atau meyakinkan seseorang melalui cara pandangan

terhadap orang lain tanpa ada kritik dan saran), identifikasi (tindakan

sosial meniru secara keseluruhan), simpati (merasakan yang dirasakan

orang lain). Yang kedua yaitu Tahapan yang menentukan hubungan, yaitu

rasa percaya (efek komunikasi yang efektif), sikap suportif (saling

mendukung), sikap terbuka (saling menghargai). (16)

Hubungan itu sendiri mempunyai manfaat antara lain :

Menemukan diri sendiri (masukan untuk dapat mengetahui siapa dirinya

dan memperbaiki apa yang menjadi kekurangannya), Memelihara menjadi

bermakna (menjaga komunikasi), serta mengubah sikap (dapat dirubah

dengan adanya masukan dan kritikan). (21)

2. Teori Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.(22) Sehingga

dapat dibuat bagan seperti ini :


Faktor yang
mempengaruhi perilaku :
- Perilaku Pasif
- Perilaku Aktif

Faktor yang
mempengaruhi situasi :
- Waktu
- Keadaan sosial
- Keadaan kerja
28

Perilaku terhadap
kejadian

Faktor pendukung: Gambar 2.1. Kerangka Teori


- Sumber daya
- Komunitas
Pada suatu perilaku, ada beberapa faktor yang jenisnya antara lain
- Kekuatan
: Perilaku Pasif (respons internal) yaitu perilaku yang sifatnya masih

tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara

langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata. Yang

kedua, Perilaku aktif (respons eksternal) yaitu perilaku yang sifatnya

terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung,

berupa tindakan yang nyata.(22)

Tetapi suatu kejadian juga membutuhkan situasi yang bisa

mendukung yaitu waktu yang tepat, keadaan sosial pada suatu kejadian

dan lingkungan kerja yang diharapkan. Serta harus mempunyai sistem

pendukung yang baik, antara lain : sumber daya yang bisa diharapkan,

kelompok komunitas yang mendukung dan mempunyai kekuatan yang

bisa diandalkan. (22)


29

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.(16)

Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Tidur

Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada Pasien Gangguan Pola Tidur”, dapat

digambarkan sebagai berikut :


Variabel
dependen (Y)

Faktor pengaruh pada Hubungan Pola


tidur terhadap Mengalami gangguan tidur:
kejadian :
Kejadian 1. Gangguan tidur lebih
Hiperglikemia 2. Gangguan tidur kurang
Sikap dan Minat Pasien
Gangguan Pola Tidur

Variabel
Konsentrasi Gula independen(X)
Darah
1. Hipoglikemia
2. Normal
3. Hiperglikemia
Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti
30

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Sumber : (Tams Jayakusuma, 2011) Teori tentang Hubungan

(Badadu dan Zain, 2010) Teori tentang Pengaruh Kejadian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian kali ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian

explanatory survey yaitu penelitian yang mencari hubungan antara

variabel yang telah ditetapkan dengan menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.(16) Dengan umur responden yaitu dewasa tengah (30-55

tahun).(17)

Dalam penelitian ini, peneliti menghubungan Gangguan Pola

Tidur Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada Pasien Gangguan Pola Tidur

di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Ruang Lingkup

a) Lingkup materi

Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien

Gangguan Pola Tidur di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA

Soewondo Pati.
31

b) Lingkup keilmuan

Dalam penelitian ini, lingkup keilmuan adalah ilmu kebutuhan dasar

manusia dan ilmu keperawatan keperawatan medikal bedah.

3. Lingkup Masalah
31
Permasalahan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada

Pasien Gangguan Pola Tidur di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA

Soewondo Pati.

4. Lingkup Tempat

Tempat yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah ruang penyakit

dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama penelitian berlangsung.(13) Lokasi penelitian yang diambil peneliti

adalah di Ruang Penyakit Dalam (Ruang Dahlia, Ruang Flamboyan,

Ruang Dahlia, Ruang Mawar) RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan.(13) Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2018.

C. Populasi dan Sampel


32

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya.(17)

Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Gangguan Pola Tidur

di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan yaitu tehnik

accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang

orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.(16)

Dalam penelitian ini kriteria inklusi responden adalah sebagai

berikut :

a) Pasien Gangguan Pola Tidur di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA

Soewondo Pati.
b) Umur dewasa tengah (30-55 tahun).
c) Mampu di ajak komunikasi dengan baik.
d) Pasien yang bersedia diteliti.
Kriteria inklusi yaitu kriteria yang dijadikan karakteristik umum

yaitu subyek penelitian dari suatu populasi yang terjangkau yang akan

diteliti. (17)

Dan menjadi kriteria eklusinya adalah sebagai berikut :

a) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.


b) Pasien yang tidak bersedia mengisi lembar kuesioner.
33

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi karena berbagai sebab. (17)

D. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel dependen

(terikat) dan variabel independen (bebas). Untuk variabel dependen (terikat)

yaitu pola istirahat tidur dan variabel independen (bebas) yaitu kejadian

diabetus milletus.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Variabel Alat Ukur
Definisi
Penelitian dan Cara Hasil Ukur Skala
Operasional
Ukur
Variabel Pola adalah sistem Menggunakan Skor jawaban yang Nominal
Terikat : atau cara kerja pedoman didapat adalah sebagai
Pola Tidur yang dipakai untuk observasi atauberikut :
menghasilkan check list 30 a. Pola istirahat
sesuatu. item tidur lebih, jika
Tidur adalah pertanyaan jawaban dari
perubahan dengan koesioner YA: 16-
kesadaran ketika jawaban : 30
persepsi dan reaksi 1. YA b. Pola istirahat
individu terhadap 2. TIDAK tidur kurang, jika
lingkungan jawaban dari
menurun. koesioner TIDAK :
0-15
Variabel Kadar gula darah Alat Ukur Skor yang diperoleh, Nominal
Bebas : ialah konsentrasi Gula darah : tanda dan gejala :
Kadar glukosa yang 1. Glukometer 1. Gula darah
Gula terdapat di dalam 2. Stik gula Hipoglikemia :
Darah darah dan diukur darah < 100 mg/dl
dengan 3. Lancet 2. Gula darah normal :
menggunakan alat 4. Kapas 100 – 160 mg/dl
glukometer yang 5. Alcohol 3. Gula darah
dilakukan pada 6. Lembar Hiperglikemia :
pagi harinya jam 6 pengukuran > 160 mg/dl
pagi. gula darah
34

F. Instrument Penelitian

Pada penelitian ini alat yang dipakai dalam pengumpulan data dengan

menggunakan pedoman observasi dengan 30 item pertanyaan yang

dipergunakan sebagai instrument penelitian. Gangguan pola tidur

menggunakan pedoman observasi dengan pilihan YA dan TIDAK untuk

menentukan gangguan istirahat tidur pasien. Waktu normal untuk istirahat

tidur sehari berkisar 8 jam. Responden hanya memberikan tanda chek list (√)

sesuai dengan hasil jawaban yang dianggap benar.(17)

Alat ukur kadar gula darah dengan memakai Glukometer yang

umumnya sederhana dan mudah dipakai, ditambah alat pelengkap seperti

kapas alkohol, stik gula darah, lancet. (18) Kemudian hasil pengukuran gula

darah dimasukkan ke dalam lembar observasi pengukuran gula darah.

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument, sebuah instrument

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.(16)

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu di cari alat ukur

korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan

cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir. Oleh karena itu sebelum instrumen

tersebut digunakan hingga dapat mengungkap data yang sesungguhnya


35

maka terlebih dahulu di lakukan uji validitas instrumen, hasilnya dihitung

dengan menggunakan rumus pearson product moment sebagai berikut:

Dimana :

= Indeks korelasi yang dicari y = Skor total

x = Skor tiap item pertanyaan N = jumlah responden

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrument tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrument itu sudah baik.(16)

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran.Kuesioner dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil

relatif sama (ajeg) pada saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek

yang berlainan pada waktu yang berbeda atau memberikan hasil yang

tetap.

Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbach alpha sebagai berikut:

Apabila koefisien Cronbach Alpha (r11) ≥ 0,7 maka dapat dikatakan

instrumen tersebut reliabel.


36

H. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan data primer

(kuesioner) dan sekunder (Data RSUD RAA Soewondo Pati, Literatur dan

Perpustakaan). Adapun prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

1. Mengurus perizinan penelitian kepada institusi pendidikan yaitu Akper

Pragolopati.

2. Selanjutnya meminta izin kepada Kepala Litbang Kabupaten Pati dan

permohonan izin penelitian di RSUD RAA Soewondo Pati.

3. Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk

memberikan penjelasan, diharapkan bersedia menjadi responden dan

bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4. Peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang diberikan kepada

responden dan didampingi peneliti dalam pengisian kuesioner.

5. Mengumpulkan dan menilai hasil yang didapat setelah kuesioner selesai

dan terkumpul.

6. Kuesioner yang berisi hasil penelitiantersebut kemudian dilakukan

langkah pengolahan hasil serta dibahas.

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data

1. Pengolahan Data

Tehnik pengolahan data yang dilakukan dengan melalui tahap-

tahap sebagai berikut :


37

a. Editing

Yaitu berfungsi untuk meneliti kembali apakah isi lembar

observasi sudah lengkap.Editing dilaksanakan di tempat

pengumpulan data sehinggaapabila ada kekurangan dapat segera

dilengkapi.

Peneliti segera mengecek kembali hasil kuesioner yang telah

dimasukan dalam tabel penolong sementara. Kekurangan dari hasil

kuesionerdiulangi, segera dilakukan observasi kembali. Hasil

kuesioner yang telah lengkap kemudian dimasukan lagi kedalam

tabel penolong untuk melengkapi data penelitian yang masih kurang.

b. Scoring

Yaitu memberikan angka pada jawaban pertanyaan untuk

mendapatkan data kuantitatif yang disusun dalam tabel distribusi

frekwensi dan tabel silang untuk dilakukan analisa data.

Scoring nilai didapat dengan melihat nilai ketentuan check

list yang diberikan oleh peneliti.

c. Coding

Yaitu usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban yang ada

menurut macamnya, klasifikasi dilaksanakan dengan jalan menandai

masing-masing dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan

dalam tabel guna mempermudah membacanya (Arikunto, 2011).

Peneliti memasukan kode-kode yang didapatkan dari

kuesioner yang disebarkan.Dilakukan untuk memudahkan


38

pengolahan data yaitumelakukan pengkodean pada lembar observasi

yang telah diisiyaitu setiap keluhan atau jawaban dari responden.

d. Tabulating

Yaitu kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian

kedalam tabel-tabel sesuai kriteria. Peneliti dapat mengetahui apakah

penelitian ini ada hubungan atau tidak dengan melihat hasil tabulasi.

2. Analisis Data

Analisa data yang digunakan adalah analisis bivariat. Dilakukan

terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Data

yang diperoleh dalam bentuk ordinal-Interval dianalisa dengan

menggunakan uji statistik yaitu dengan menggunakan uji paired T-Test

(T-Test) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada Hubungan

Gangguan Pola Tidur Dengan Kejadian Hiperglikemia Pada Pasien

Gangguan Pola Tidur dengan tingkat kepercayaan 95% atau ɑ=5%

(0,05). Dikatakan ada hubungan apabila p value hitung kurang dari 5%

atau 0,05.(16)

J. Etika Penelitian

Seorang peneliti harus menghormati prinsip-prinsip etika penelitian

yang meliputi:

1. Informend Consent

Informend Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan Responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informend Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan


39

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informend Consent adalah agar subjek mengerti maksut dan

tujuan penelitian, megetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan maslah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan oleh hasil

riset.(16)

BAB IV
40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden


di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo
Pati

Umur Frekuensi %
< 30 tahun 1 2,9
30-40 tahun 23 65,7
> 40 tahun 11 31,4
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 35 responden,

responden umur < 30 tahun sebanyak 1 (2,9%), usia 30-40 tahun

sebanyak 23 (65,7%) dan usia >40 tahun sebanyak 11 (31,4%).

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis kelamin


Responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA
Soewondo Pati

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-Laki 18 51,4
Perempuan 17 48,6
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 35 responden,

responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 18

(51,4%) dan responden yang mempunyai jenis kelamin perempuan


41
sebanyak 17 (48,6%).
41

c. Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan


Responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA
Soewondo Pati

Pendidikan Frekuensi %
SD Sederajat 7 20,0
SLTP Sederajat 8 22,9
SLTA Sederajat 20 57,1
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 35 responden,

responden pendidikan SD sederajat sebanyak 7 (20,0%), pendidikan

SLTP sederajat sebanyak 8 (22,9%) dan SLTA sederajat sebanyak

20 (57,1%).

d. Pekerjaan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan


Responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA
Soewondo Pati

Pekerjaan Frekuensi %
Tidak Bekerja 11 31,4
Buruh 12 34,3
Tani 4 11,4
Wiraswasta 8 22,9
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 35 responden,

responden yang tidak bekerja sebanyak 11 (31,4%), bekerja sebagai

buruh sebanyak 12 (34,3%), bekerja sebagai tani sebanyak 4

(11,4%), dan bekerja sebagai wiraswata sebanyak 8 (22,9%).

2. Analisa Univariat

a. Gangguan Pola Tidur Responden


42

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gangguan Pola


Tidur Responden di Ruang Penyakit Dalam RSUD
RAA Soewondo Pati

Gangguan Pola Frekuensi %


Tidur
Pola Istirahat Tidur
16 45,7
Lebih
Pola Istirahat Tidur
19 54,3
Kurang
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 35 responden

gangguan pola tidur, responden dengan gangguan pola tidur lebih

sebanyak 16 (45,7%), responden dengan gangguan pola tidur kurang

sebanyak 19 (54,3%).

b. Kejadian Hiperglikemia Responden

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian


Hiperglikemia Responden di Ruang Penyakit Dalam
RSUD RAA Soewondo Pati

Kejadian Frekuensi %
Hiperglikemia
Hipoglikemia 6 17,1
Normal 25 71,5
Hiperglikemia 4 11,4
Jumlah 35 100

Sesuai Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 35 responden

dengan kejadian Hiperglikemia, responden dengan hipoglikemia

sebanyak 4 (11,4%), responden dengan gula darah normal sebanyak

25 (71,5%) dan responden dengan hiperglikemia sebanyak 4

(11,4%).

3. Analisa Bivariat
43

Tabel 4.7 Hubungan Gangguan Pola Tidur Dengan Kejadian


Hiperglikemia Pada Pasien Gangguan Pola Tidur di
Ruang Penyakit Dalam RSUD RAA Soewondo Pati

Gula Darah Pola Istirahat Pola Istirahat df ρ


Pasien Tidur Lebih Tidur Kurang value
f % f %
Hipoglikemia 0 0,0 6 31,6
Normal 12 75,0 13 68,4 35 0,014
Hiperglikemia 4 25,0 0 0,0
Total 50 100 50 100

Hasil hipotesis dalam pengujian ini menggunakan uji paired T-

Test. Hasil diatas menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai pola

istirahat tidur lebih, lebih berpotensi menyebabkan hiperglikemia dari

pada pasien yang mempunyai pola tidur kurang. Dari hasil perhitungan

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai p value 0,014 (kurang dari

0,05) maka ho ditolak dan ha diterima yang artinya ada pengaruh yang

signifikan antara gangguan pola tidur dengan kejadian hiperglikemia

pada pasien gangguan pola tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA

Soewondo Pati.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Gangguan Pola Tidur Responden

Hasil penelitian responden dengan gangguan pola tidur lebih

sebanyak 16 (45,7%), responden dengan gangguan pola tidur kurang

sebanyak 19 (54,3%). Hasil diatas menunjukkan paling banyak

didominasi pola tidur kurang sebanyak 19 (54,3%). Hasil gangguan


44

pola tidur pasien kurang dikarenakan rata-rata responden mengalami

kesakitan karena penyakitnya.

Hal ini sesuai dengan teori, bahwa Penyakit dapat

menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan

gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang

lebih banyak dari pada biasanya. Siklus bangun-tidur selama sakit

juga dapat mengalami gangguan.(12)

b. Kejadian Hiperglikemia Responden

Hasil penelitian responden dengan hipoglikemia sebanyak 6

(17,1%), responden dengan gula darah normal sebanyak 25 (71,5%)

dan responden dengan hiperglikemia sebanyak 4 (11,4%). Hasil

diatas menunjukkan kejadian hiperglikemia sebanyak 4 (11,4%). Hal

ini membuktikan bahwa hiprglikemia dapat disebabkan karena

gangguan pola tidur yang kurang pada seseorang.

Hal diatas sesuai dengan teorI, bahwa Hiperglikemia adalah

keadaan ketika kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba. Keadaan

ini bisa disebabkan antara lain stres, kurang istirahat tidur, infeksi,

dan konsumsi obat-obatan tertentu.(12)

2. Analisa Bivariat

Hasil hipotesis dalam pengujian ini menggunakan uji paired T-

Test. Hasil diatas menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai pola

istirahat tidur lebih, lebih berpotensi menyebabkan hiperglikemia dari

pada pasien yang mempunyai pola tidur kurang. Dari hasil perhitungan
45

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai p value 0,014 (kurang dari

0,05) maka ho ditolak dan ha diterima yang artinya ada pengaruh yang

signifikan antara gangguan pola tidur dengan kejadian hiperglikemia

pada pasien gangguan pola tidur di ruang penyakit dalam RSUD RAA

Soewondo Pati.

Berdasarkan teori, tidur adalah status perubahan kesadaran ketika

persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur

dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran

yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon

terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu individu

digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa

tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian

beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan

kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-

hari.(11)

Penelitian yang mendukung dilaksanakan oleh Harly Dwi Atmaja

(2016) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dengan

judul “Hubungan tingkat kecemasan dengan gangguan pola istirahat tidur

pada pasien hiperglikemia di ruang perawatan Melati RSUD Tugurejo

Semarang”. Pasien yang mengalami kecemasan sebanyak 68% dan yang

mengalami gangguan pola istirahat tidur sebanyak 72%.Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value 0,000 yang artinya terdapat hubungan tingkat


46

kecemasan dengan gangguan pola istirahat tidur pada pasien

hiperglikemia di ruang perawatan Melati RSUD Tugurejo Semarang.

Penelitian selanjutnya yaitu dilaksanakan oleh Ismawatri (2016)

Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada Yogyakarta dengan judul

penelitian “Faktor-faktor yang berhubungan dengan istirahat dan tidur

pasien pasien hiperglikemia di instalansi rawat inap non bedah RSUD

Bantul”. Faktor yang mempengaruhi istirahat tidur yaitu usia >50 tahun

sebanyak 74%, jenis kelamin wanita sebanyak 68%, tidak sekolah

sebanyak 42%,tidak bekerja sebanyak 77%. Ada hubungan antara stress

psikologis, lingkungan dengan istirahat dan tidur pada pasien

hiperglikemia dengan nilai p value sebesar 0,002 dan 0,000.

C. Keterbatasan Penelitia

1. Peneliti melaksanakan penelitiaan bersamaan dengan praktik PKK III

sehingga peneliti kesulitan dalam menemui responden.

2. Waktu penelitian singkat sehingga hasil masih dianggap kurang

maksimal.

3. Banyak responden kurang kooperatif sehingga banyak tidak bisa

dijadikan obyek penelitian.

BAB V
47

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian dari 35 responden, responden umur < 30 tahun sebanyak

1 (2,9%), usia 30-40 tahun sebanyak 23 (65,7%) dan usia >40 tahun

sebanyak 11 (31,4%).

2. Hasil penelitian dari 35 responden, responden yang mempunyai jenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 (51,4%) dan responden yang mempunyai

jenis kelamin perempuan sebanyak 17 (48,6%).

3. Hasil penelitian dari 35 responden, responden pendidikan SD sederajat

sebanyak 7 (20,0%), pendidikan SLTP sederajat sebanyak 8 (22,9%) dan

SLTA sederajat sebanyak 20 (57,1%).

4. Hasil penelitian dari 35 responden, responden yang tidak bekerja

sebanyak 11 (31,4%), bekerja sebagai buruh sebanyak 12 (34,3%),

bekerja sebagai tani sebanyak 4 (11,4%), dan bekerja sebagai wiraswata

sebanyak 8 (22,9%).

5. Hasil penelitian analisa univariat, dari 35 responden gangguan pola tidur,

responden dengan gangguan pola tidur lebih sebanyak 16 (45,7%),

responden dengan gangguan pola tidur kurang sebanyak 19 (54,3%).

6. Hasil penelitian analisa univariat, dari 35 responden dengan kejadian

Hiperglikemia, responden dengan hipoglikemia sebanyak 6 (17,1%),

responden dengan gula darah normal sebanyak 25 (71,5%) dan

responden dengan hiperglikemia sebanyak 4 (11,4%).

48
48

7. Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai p

value 0,014 (kurang dari 0,05) maka ho ditolak dan ha diterima yang

artinya ada pengaruh yang signifikan antara gangguan pola tidur dengan

kejadian hiperglikemia pada pasien gangguan pola tidur di ruang

penyakit dalam RSUD RAA Soewondo Pati.

B. Saran

1. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pihak RSUD

RAA Soewondo Pati dalam menerapkan pola tidur yang cukup bagi

pasien untuk menghindari hiperglikemia.

2. Bagi Responden

Bagi responden diharapkan dapat menerapkan pola tidur yang

cukup, untuk menghindari kejadian hiperglikemia yang terjadi akibat

gangguan pola tidur yang kurang.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Bagi profesi kesehatan khususnya keperawatan diharapkan dapat

memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pola tidur yang

cukup secara kontinu dan berkelanjutan setelah dilaksanakan penelitian

ini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan

penelitian selanjutnya berhubungan dengan penyebab hiperglikemia yang

bertujuan dalam menghindari terjadinya hiperglikemia.


49

DAFTAR PUSTAKA

1. Sayoga, M. 2016. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan Yang


Paling Sering Menyerang Kita. Buku Biru. Yogyakarta.

2. Hearth Foundation. 2016. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk


Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.

3. Lukito. 2010. Tidur Pasien. Diakses dari http://www.tangerang.


awalbros.com/index.php/id/hak-kewajiban-pasien. Pada tanggal 12 November
2017.

4. Depkes. 2016. Pusat Promosi Kesehatan : Panduan Pelatihan Komunikasi


Perubahan Perilaku. Jakarta. KIBBLA.

5. Dinkes Jateng. 2017. Presentase Penyakit Di Jawa Tengah. Semarang :


Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

6. Profil RSUD RAA Soewondo Pati. 2017. Statistik Pasien Rawat Inap.
Http://rsud.patikab.co.id diakses pada tanggal 12 November 2017.

7. Riskesda. 2016. Pusat Penelitian Kesehatan. Semarang : Riset Kesehatan


Daerah Jawa Tengah.

8. Wahyudi. 2016. Gangguan Istirahat Tidur. Http://


www.kompas.com/kompas-cetak/0402/12/ilpeng/1257306.html. Accesed 26
November 2017.

9. Ismawatri. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Istirahat Dan


Tidur Pasien Hospitalisasi Di Instalansi Rawat Inap Non Bedah RSUP dr.
M. Djamil Padang. http://www.medicastore.com. Accesed 26 November
2017.

10. Carpenito, Lynda Juall. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta.
EGC.

11. Devi, Rukhayati. 2012. Gangguan Pola Tidur Pasca Operasi. Avalilable
from: http://radiussurya.com. Accesed 26 November 2017.

12. Sylvia. Saraswati, .2016. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes
Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : A Plus.

13. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika. Surabaya.
50

14. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

15. Mansjoer, A, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius.

16. Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rineka Cipta. Jakarta.

17. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

18. Perkeni. 2013. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus


Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: Penerbit Perkeni.

19. Tarwoto. W. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

20. Mutmainah. K. 2010. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta. Sirna


Raya Medis.

21. Tams Jayakusuma. 2011. Teori Penerapan Dalam Penelitian. Jakarta : Salemba
Raya.

22. Badadu dan Zain. 2010. Teori Kepemimpinan. Jakarta : Soraya Abadi.

23. Suharsimi. Prof.DR., 2012. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai