Anda di halaman 1dari 19

MOBILISASI DINI ROM (RANGE OF MOTION) PADA

PASIEN DENGAN COMBUSTIO DI RUANG BURN UNIT


RSUP SANGLAH DENPASAR

LITERATUR REVIEW

Oleh
Kelompok 1
Koyyimatus Sholehah NIM 182311101002
Widiyatus Sholehah NIM 182311101003
Ayunda Hardianti NIM 182311101004
M. Fakhrur Rozsy NIM 182311101007
Handita Diani R. NIM 182311101032
Laili Puji Astutik NIM 182311101033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
MARET, 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan literatur review
yang berjudul “Mobilisasi Dini ROM pada Pasien dengan Combustio di Ruang
Burn Unit RSUP Sanglah Denpasar”. Literature review ini disusun guna
memenuhi tugas matakuliah profesi keperawatan gadar dan kritis Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan literature review ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kep selaku dosen pengampu matakuliah
Keperawatan Gadar dan Kritis Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
2. Rekan satu kelompok yang mampu bekerjasama dan berusaha semaksimal
mungkin sehingga literature review ini dapat terselesaikan dengan cukup
baik;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya literature
review ini
Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan literature review ini. Akhirnya penulis berharap, semoga
literature review ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................. 1
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 2
BAB 2. METODOLOGI............................................................................ 4
BAB 3. HASIL............................................................................................ 5
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................ 8
BAB 5. KESIMPULAN............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
Mobilisasi Dini Pada Pasien Combustio di RSUP Sanglah Denpasar:
Literature Review
Koyyimatus Sholehah*
Widiyatus Sholehah*
Ayunda Herdianti*
M. Fakhrur Rozsy*
Handita Diani R. *
Laili Puji Astutik*
*Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Jember
Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mobilisasi dini pada pasien dengan
combustio di RSUP Sanglah Denpasar. Dalam konteks ini perawat memiliki peran
dalam memberikan informasi terhadap pasien dan keluarga dalam memberikan
intervensi keperawatan salah satunya yaitu mobilisasi dini pada pasien combustio
untuk memgurangi kekakuan otot dan komplikasi yang terjadi pada pasien
combustio. Dalam membuat literature review ini kami menggunakan beberapa
jurnal. Jurnal yang menjadi literatur kami dipublikasi mulai dari tahun 2000-2018
yang dimana database yang digunakan adalah ScienceDiret, IJHSR, IJPHY Open,
PubMed, Elsevier, dan Hindawi. Dalam mencari jurnal ini proses pencariannya
melalui database Google Schoolar, EBSCO, ScienceDirect, SAGEpub, PubMed
dan Proquest. Kata kunci dalam mencari jurnal ini adalah ”Burn”, “dietary
mobility in burn”, dan “Range of motion in patient burn”. Kriteria inklusi dalam
menyeleksi jurnal ini adalah dengan menggunakan jurnal asli dan review journal
yang menggunakan bahasa inggris dan beberapa artikel untuk dijadikan literature
review. Jurnal yang kami jadikan literatur sebanyak 4 jurnal asli, 1 jurnal review,
penelitian kesehatan, riset kesehatan dasar dan artikel. Hasil analisis didapatkan
bahwa latihan ROM yang dilakukan secara dini (48 sampai 72 jam setelah
terjadinya luka bakar) dapat membantu pasien untuk memulihkan kemampuan
rentang geraknya, mencegah kontraktur, dan mengurangi teradinya bekas luka.
Latihan ROM yang dilakukan pertama kali mungkin akan menimbulkan rasa
nyeri, penggunaan analgesic mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien.
Kata kunci : Mobilisasi ROM, Pasien Luka Bakar

1
BAB 1. PENDAHULUAN
Combustio atau luka bakar merpakan cedera sebagai akibat kontak langsung
atau terpapar dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia atau radiasi.
(Rahayungsih, 2012). Combustio atau luka bakar merupakan suatu kejadian yang
paling sering terjadi di Indonesia dan Negara lainnya. Luka bakar yang paling
sering terjadi di rumah dan paling banyak ditemukan adalah luka bakar derajat II.
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak dibawah usia 6
tahun, puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja yaitu pada usia 225-35
tahun. (Nurdiana, Hariyanto dan Musrifah, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa terdapat 265.000
kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar (WHO,
2014). Menurut data American Burn Association (2015), di Amerika Serikat
terdapat 486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis, 40.000
diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak 3.240 kematian
terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar. Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada
tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah mengalami penurunan sebesar 1.5%
dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi
adalah Papua (2.0%) dan Bangka Belitung (1.4%), sedangkan prevalensi di Jawa
Timur sebesar 0.7% (Depkes, 2013). Luka bakar merupakan masalah kesehatan
masyarakat global.
Penyebab terbanyak terjadinya luka bakar adalah karena trauma akibat
kecelakaan kebakaran, kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak dengan listrik,
zat kimia, dan benda panas. Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan
subkutan terhadap paparan yang berasal dari sumber panas, listrik, zat kimia, dan
radiasi, hal ini akan menimbulkan gejala berupa nyeri, pembengkakan, dan
terbentuknya lepuhan (Grace dan Borley, 2006). Semua luka bakar (kecuali luka
bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat menimbulkan komplikasi berupa
shock, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, infeksi sekunder, dan lain-lain
(Rismana, et al., 2013). Salah satu permasalahan luka bakar yaitu menyebabkan
kontraktur sendi, jaringan parut, kesulitan dalam melakukan bergerak dan
pemenuhan ADL. Oleh karena itu pentingnya meningkatkan mobilisasi dini pada

2
pasien dengan luka bakar. Mobilisasi dini salah satunya dapat dilakukan dengan
terapi ROM (Range of motion) (Afifi, 2016; Holaavanahalli, 2007).
Menurut penelitian Asadullah (2015) dengan terapi ROM ( Range of motion)
pada pasien dengan luka bakar dapat menjegah terjadinya kontraktur lebih lanjut,
mengurangi bekas luka jaringan parut. dan mempertahankan keelastisan otot.
Hoffman (2000) juga menyimpulkan bahwa terapi ROM dapat menurunkan nyeri
dan dapat mengelola rasa sakit dibandingkan dengan terapi lain. Dari latar
belakang di atas, maka perlu dilakukan kajian data dalam literatur riview untuk
mengetahui mobilisasi dini pada pasien luka bakar di RSUP Sanglah Denpasar
untuk mencegah terjadinya kontraktur, bekas luka jaringan parut, membantu
sirkulasi, mengurangi nyeri dan menjaga keelastisan otot.

3
BAB 2. METODOLOGI

Dalam membuat literature review ini kami menggunakan beberapa jurnal.


Jurnal yang menjadi literatur kami dipublikasi mulai dari tahun 2000-2018 yang
dimana database yang digunakan adalah ScienceDiret, IJHSR, IJPHY Open,
PubMed, Elsevier, dan Hindawi. Dalam mencari jurnal ini proses pencariannya
melalui database Google Schoolar, EBSCO, ScienceDirect, SAGEpub, PubMed
dan Proquest.
Kata kunci dalam mencari jurnal ini adalah ”burn”, “dietary mobility in
burn”, dan “range of motion in patient burn”. Kriteria inklusi dalam menyeleksi
jurnal ini adalah dengan menggunakan jurnal asli dan review journal yang
menggunakan bahasa inggris dan beberapa artikel untuk dijadikan literature
review. Jurnal yang kami jadikan literatur sebanyak 4 jurnal asli, 1 jurnal review,
penelitian kesehatan, riset kesehatan dasar dan artikel.
Penyampaian data dari hasil beberapa jurnal ini disajikan dalam bentuk tabel
dengan beberapa komponen yaitu penulis artikel, negara tempat penelitian, tujuan
penelitian, populasi penelitian, desain penelitian, instrument penelitian, hasil dan
kesimpulan.

4
BAB 3. HASIL

Artikel yang digunakan dalam literature review sesuai dengan kriteria inklusi adalah 5 artikel. Terdiri dari artikel ScienceDirect,
Open Access, PubMed, Elsevier, dan Scielo. Penyajian artikel yang digunakan dalam literature review terdapat pada tabel 1. Artikel
yang di review berasal dari penelitian di berbagai negara yang semua tercantum dalam bahasa inggris, yaitu dari Sri Lanka, India, dan
China.

Tabel 1 Ringkasan artikel yang digunakan dalam literature review

Penulis Artikel Negara Tujuan Penelitian Populasi Penelitian Desain Instrumen Penelitian Hasil Temuan
Tempat Penelitian
Penelitian
Huang Deng, et Institue of Untuk mengkaji Pasien dengan kriteria Retrospective Untuk mengukur cedera Dibandingkan dengan kelompok
al (2016) Burn efek dari latihan inklusi dirawat di cohort study pada sendi menggunakan pelatihan pasif, pasien dalam
Research, of ROM pada pasien BICU pada bulan goniometer serta ADL kelompok pelatihan mobilitas
the dengan luka bakar Januari 2011 sampai menggunakan Barthel Index memiliki lama tinggal di BICU
Shouthwest berat di ruang burn Desember 2013 (BI) dan Functional yang lebih pendek secara signifikan
Hospital of intensive care unit dengan 7 hari pasca Independence Measure (p = 0,002), lama tinggak di rumah
Third (BICU) kejadian/terluka, (FIM) sakit (p = 0,010), waktu
Military berumur 16-65 tahun, istirahat/bedrest yang ketat (p
Medical total luas area terbakar <0,001) dan lama rehabilitasi di
University in ≥50%, berada di BICU (p = 0,026) dengan
Chongqing, runag BICU/tidak peningkatan ROM sendi bahu,
China keluar atau pergelangan tangan, pinggul, lutut,
dipindahkan ke unit dan pergelangan kaki.
lain, sedang dalam

5
program rehabilitasi
di BICU, dan hidup
Shkurta Rrecaj, Departemen Menyajikan 38 anak (21 laki-laki Experimental Total active motion (TAM) Peneliti memiliki peningkatan
et al (2015) bedah plastik
pengalaman peneliti dan 17 perempuan) study untuk sistem skoring
dalam ROM, fungsionalitas,
UCKK- tentang 38 anak dengan luka bakar pengkajian pada pasien koordinasi, kekuatan otot, dan
Pristina, dengan luka bakar pada tangan dalam berdasarkan Americanpengurangan bekas luka keloid.
Kosovo pada tangan yang proses perawatan, dan Society for Surgery of Hand,
Penelitian ini menunjukkan
dalam proses berumur 3-16 tahun alat ukur untuk mengukur pentingnya terapi fisik dan balut,
perawatan di kekuatan cengkeraman mencapai hasil yang baik dalam
Departemen bedah berdasarkan Americanmencegah kontraktur, meingkatnya
plastik UCKK- Society of Hand Therapist, rentang gerak, kekuatan otot, dan
Pristina, Kosovo dan SOP ROM dari peneliti hasil kosmetik yang baik
Perera, Departemen Mengidentifikasi 50 subjek penelitian Descrptive Menggunakan kuesioner
Hasil penelitian menunjukkan luka
Nanayakkarawa Burn Unit pengaruh dari active dengan kriteria inklusi cross sectional yang dikembangkan sendiri bakar karena api merupakan jenis
sam, Katulanda Rumah Sakit range of motion berumur lebih dari 16 study termasuk DASH, pengkajian luka bakar yang paling umum
(2015) Nasional Sri (AROM) pada tahun, luka bakar pada fisik untuk mengukur terjadi dan korban paling sering
Lanka ekstremitas atas, ekstremitas atas rentang sendi bahu dan siku,
pada perempuan. Populasi dalam
fungsi tangan, dan bagian kanan atau kiri dan pengkajian fungsi dari penelitian ini, hampir semua
ADL dengan/tanpa cedera tangan SOFI inovasi AROM pada sendi
pada bagian tubuh lain berpengaruh pada ADL secara
signifikan. Skor SOFI untuk tangan
kanan menunjukkan korelasi
signifikan dengan kegiatan ADL
yang dipilih seperti menulis,
memotong makanan, membuka
toples dll
Perera, Perera, Unit luka Mengevaluasi 100 pasien pada Randomized Pengukuran ROM sendi Usia rerata (SD) pada masing
Karunanayake bakar dan pengaruh dari masing-masing controlled bahu, kuesioner Quick kelompok intervensi dan kontrol
(2017) bedah program latihan kelompok intervensi study DASH, dan abduction ladder adalah 29,76 tahun (9,81) dan
rekonstruktif stretching dini pada dan kelompok kontrol 30,31 (9,45). Rerata luas area luka
Rumah Sakit ROM dari sendi dengan kriteria umur bakar kelompok intervensi dan

6
Nasional Sri bahu dan pemulihan 15-55 tahun dengan kontrol adalah 26,15% dan 24,60%.
Lanka fungsional pada total luar luka bakar Ada perbedaan menguntungkan
pasien dengan luka 10%-45% meliputi yang signifikan (p = 0,0001) dalam
bakar sendi bahu termasuk ROM dan functional recovery
aksila memenuhi antara kelompok intervensi dan
syarat, dan sehat kelompok kontrol
secara dan bersedia
untuk berpartisipasi
aktif dalam program
rehabilitasi
Akhtar dan Tertiary Mengetahui waktu Subjek dengan kasus Case report SOP Rom oleh peneliti dan Pada hari ketiga pasca MRS,
Gupta (2018) Health Care intervensi dan laki-laki berumur 13 visual analogue scale untuk perawatan fisioterapi dimulai
Center at frekuensi sesi tahun yang dibawa ke mengukur nyeri dengan gerakan relaksasi pasif
Hingna sepanjang dengan burn unit dengan luas pada siku dan pergelangan tangan
bantuan balut/bidai area 30% pada wajah, serta gerakan bahu dan leher
untuk mencapai ekstremitas atas dengan aktif. Sesi progresif
kemadirian bilateral, sisi kiri dilakukan setiap jam dengan
fungsional dan perut, dan kedua kaku peningkatan durasi dan waktu
ROM penuh pada bagian dorsal karena tahan dari posisi ROM. Pada hari
pasien dengan 900 tersengat listrik yang keenam pasca MRS, balut dinamis
kontraktur siku dan telah mendapatkan diberikan. Pasien menerima total
30% luka bakar perawatan luka dan 42 sesi fisioterapi selama fase
kemudian dirujuk ke rawat inap dan pasien mencapai
Tertiary Health Care ROM sendi siku bilateral dan
Centre di Hingna. fungsial independen
Penelitian dilakukan
pada subjek dalam
masa perawatan
fisioterapi hari ketiga
post cedera lukabakar.

7
BAB 4. PEMBAHASAN

Luka bakar merupakan cedera dimana terjadi nekrosis pada jaringan tubuh
baik secara dangkal pada kulit atau secara dalam sampai ke pembuluh darah, otot,
atau organ tubuh. Luka bakar umumnya disebabkan oleh panas, listrik, bahan
kima, atau radiasi (Weinstein & Mayhall, 2003). Prioritas pertama dari tenaga
kesehatan adalah untuk menyelamatkan pasien dan yang kedua adalah proses
rehabilitasi pasien (Sevitt, 1979). Penanganan yang umumnya dilakukan pada
pasien luka bakar adalah pengangkatan jaringan mati (debridement), dressing
luka, resusuitasi cairan, pemberian antibiotik, dan skin graft, serta diikuti dengan
program rehabilitasi yang meliputi terapi fisik (Tintinalli et al., 2011). Selain
penyembuhan luka, kualitas hidup pasien luka bakar juga perlu diperhatikan
(Cucuzzo et al., 2001; Van Baar et al., 2006).
Aspek penting dari kualitas hidup pasien dengan luka bakar adalah kebugaran
fisik pasien, yang didefinisikan sebagai keadaan sejahtera, berrisiko rendah
terhadap masalah kesehatan, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik
(Chodzko-Zajko et al., 2009). Caspersen et al. (1985) membagi lima komponen
yang berhubungan dengan kesehatan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari meliputi: kekuatan otot, daya tahan otot , komposisi tubuh,
ketahanan kardio dan respirasi, serta fleksibilitas.
Terapi fisik perlu dilakukan pada pasien dengan luka bakar untuk menjaga
kemapuan dan kekuatan otot (Disseldorp et al., 2011). Fisioterapi yang tidak
adekuat adalah salah satu faktor kunci yang mungkin bertanggung jawab atas
pemulihan yang buruk setelah cedera luka bakar (Williamson et al., 2012).
Manajemen terapi fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan luka bakar
meliputi penentuan posisi anti kontraktur, latihan ROM, stretching, splinting, dan
penggunaan pressure graments untuk mencegah kontraktur, meminimalisir
pembentukan bekas luka dan untuk mempertahankan panjang jaringan lunak.
Terapi fisik dan rehabilitasi dibagi menjadi dua bagian yaitu perawatan akut
(acute care) pada tahap awal dan perawatan lanjut (advance care) setelahnya.
Perawatan akut merupakan tahapan yang penting untuk mencegah terjadina

8
konraktur, meminimalisir pembentukan bekas luka, dan mempertahankan rentang
gerak (Tintinalli et al., 2011).
Asadullah et al. (2013) melakukan penelitian dengan membandingkan dua
terapi fisik pada fase sub-akut pasien dengan luka bakar yaitu anticontracture
positioning dan ROM pasif. Responden dibagi kedalam dua kelompok yaitu
kelompok yang mendapatkan intervensi anticontracture positioning dan ROM
pasif serta kelompok yang mendapatkan intervensi anticontracture positioning
saja. Latihan mulai dilakukan satu minggu setelah pasien mengalami luka bakar
dan dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi latihan satu minggu dua kali.
Alat ukur Vancouver Scars Scale digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan latihan ROM dengan anticontractur positioning lebih efektif dalam
mengurangi pembentukan bekas luka dan mencegah kontraktur (P-value 0,002).
Disseldorp et al. (2011) melakukan penelitian terhadap sembilan penlitian
berbasis controlled trials yang kemudian dibandingkan antara satu sama lain
untuk mengetahui efek laihan fisik terhadap pasien dengan luka bakar. Latihan
fisik yang dilakukan meliputi latihan ROM aktif dan passif serta latihan aerobic.
Seluruh penelitian memiliki durasi 12 minggu dan dilakukan dengan frekuensi
latihan satu minggu tiga kali dengan waktu 20-40 menit setiap latihan. Latihan
dimulai pada enam bulan post kejadian luka bakar. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa selain memiliki efek positif pada komponen kekuatan otot,
daya tahan otot, komposisi tubuh, ketahanan kardio-respirasi, dan fleksibilitas,
terapi fisik secara signifikan dapat mengurangi jumlah pembentukan bekas luka
dan telah terbukti efektif dalam meningkatkan fungsi paru pada anak-anak dengan
luka bakar yang parah.
Perera et al. (2017) melakukan penelitian berbasis randomized controlled
study pada pasien luka bakar berusia 15 hingga 55 tahun dengan total luas
permukaan luka bakar 10% hingga 45% yang melibatkan sendi bahu, termasuk
aksila. Responden dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, kedua kelompok akan mendapatkan intevensi selama 14 hari.
Pada kelompok intervensi diberikan latihan ROM aktif, ROM pasif, dan latihan
peregangan. Sedangkan pada kelompok control hanya dilakukan latihan ROM

9
saja. ROM pada kedua kelompok dilakukan mulai 48 sampai 72 jam setelah
terjadinya luka bakar. Hasil penelitihan menunjukkan bahwa latihan peregangan
berkelanjutan yang dilakukan lebih awal secara signifikan meningkatkan ROM
dan pemulihan fungsional sendi bahu setelah luka bakar parah yang melibatkan
aksila.
Deng et al. (2016) melakukan penelitian pada pasien luka bakar dengan luas
area luka bakar 50% atau lebih. Responden penelitian adalah pasien luka bakar
yang kemudian dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasien
luka bakar yang mendapatkan terapi ROM passif dua kali sehari dengan durasi
10-30 menit. Kelompok kedua adalah pasien luka bakar yang mendapatkan latihan
ROM aktif, latihan progressive head of bed, transfer training, tilt table training,
serta latihan ambulasi progressif. Masing-masing latihan pada kelompok kedua
dilakukan dua kali sehari dengan durasi latihan 10-30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mendapakan trairing
mobilisasi memiliki waktu perawatan di rumah sakit yang lebih singkat
dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan latihan ROM passif saja.
Menurut Deng et al. (2016) pasien dengan waktu bed rest yang lebih sedikit
(pasien yang secara rutin melakukan latihan mobilisasi) memiliki risiko infeksi
yang lebih sdikit karena adanya penurunan waktu terhadap kompresi luka.
Mobilisasi yang tidak segera dilakukan pada pasien luka bakar dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan otot, penurunan fungsi pulmonary
dan cardiac, serta penambahan waktu tinggal di rumah sakit (Grap & McFetridge,
2012).
Rrejac et al. (2015) melakukan pengamatan terhadap pasien luka bakar yang
menjalani latihan rentang gerak aktif / pasif pada persendian yang terkena dalam
kurun waktu 4 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menjalani
latihan rentang gerak mengalami peningkatan fungsionalitas otot, koordinasi,
kekuatan otot, pengurangan bekas luka keloid. Penelitian yang dilakukan oleh
Rrejac et al. (2015) menunjukkan pentingnya terapi fisik untuk mencegah
kontraktur, meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot dan menurunkan
pembentukan bekas luka.

10
Perera et al. (2015) melakukan penelitian descriptive cross sectional pada
pasien luka bakar yang telah keluar dari rumah sakit. Alat ukur yang digunakan
adalah kuesioner DASH dan form pengkajian fisik. Penelitian menujukkan hasil
bahwa terdapat hubungan antara latihan ROM dengan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
Akhtar dan Gupta (2018) membuat case report pada pasien anak 13 tahun
dengan luka bakar akibat listrik dengan luas area 30% pada daerah fasial,
ekstremitas atas bilateral, sisi kiri perut dan aspek dorsum bilateral kaki. Pada hari
ketiga setelah kejadian luka bakar, pasien mendapatkan fisioterapi berupa ROM
pasif pada area siku dan pergelangan tangan serta ROM aktif pada area bahu dan
leher yang dilakukan setiap hari. Setelah dilakukan latihan ROM selama 11 hari
pasien menunjukkan adanya peningkatan kemampuan rentang gerak dan
penurunan rasa nyeri.
Risiko utama pada pasien luka bakar adalah terjadinya kontraktur. Epitelisasi
spontan pada luka bakar dan skin graft yang terlambat dilakukan menyebabkan
deformasi dan kontraktur parut. Kontraktur sekunder melibatkan otot dan tendon,
yang berkembang setelah kontraktur sendi. Hasil akhir dari suatu kontraktur pada
suatu lokasi sendi menyebabkan pengurangan rentang gerak pada sendi yang
dapat membatasi pergerakan ekstremitas (Maslauskas et al., 2005).
Kontraktur ekstremitas atas memiliki efek besar daripada ekstremitas bawah.
Keterlibatan bahu, siku dan tangan memiliki dampak besar pada ADL seperti
mandi, berpakaian dan toileting. Tidak hanya sendi utama tetapi juga keterlibatan
sendi kecil tangan dan pergelangan tangan dapat menyebabkan keterbatasan parah
pada kemandirian fungsional pasien (Maslauskas et al., 2005).
Statewide Burn Injury Service (2017) dalam Clinical Gudeline: Burn
Physiotherapy and Occupational Therapy Guidelines menyebutkan bahwa ROM
yang dilakukan secara awal adalah kunci untuk pemulihan yang optimal. ROM
aktif disarankan dilakukan sesegera mungkin. Peregangan harus dilakukan dengan
pengulangan yang rendah tetapi durasinya panjang untuk melakukan peregangan
yang berkelanjutan.

11
Latihan rentang gerak sangat penting dilakukan dan harus menjadi bagian
dari perawatan pasien sejak awal. Rentang gerakan diperlukan untuk mencegah
kekakuan dan kontraktur sendi pada area yang mengalami luka bakar. Gerakan
aktif, bersama dengan elevasi juga dapat membantu pemulihan edema pada fase
awal pemulihan (McCrady, 2013).
Latihan dapat terasa sangat menyakitkan bagi pasien di awal dan oleh karena
itu pasien membutuhkan dorongan terus menerus agar tetap melakukan latihan
rentang gerak. Ketika pasien terus bergerak dan kulit meregang, rasa sakit akan
perlahan berkurang, tetapi tanpa gerakan, rasa sakit dan mobilitas terbatas akan
bertahan dan menyebabkan kontraktur (McCrady, 2013). Selain dapat mencegah
kontrakur dan mengurangi pembentukan bekas luka, ROM pasif yang dilakukan
lebih awal memiliki peran yang signifikan terhadap manajemen nyeri (Hoffman et
al., 2000).
Kontraktur sendi adalah salah satu aspek yang paling menantang dalam
manajemen luka bakar dan merupakan sumber utama terjadinya kecacatan bagi
pasien luka bakar. Posisi pasien yang tepat, latihan rentang gerak, dan splinting
sangat penting dilakukan dalam proses rehabilitasi pasien. Posisi yang tepat dan
latihan rentang gerakan harus dilakukan secara dini. Edema awal pada pasien
mungkin membuat gerakan menjadi sulit, tetapi pasien harus didorong untuk
melakukan latihan harian.

12
BAB 5. KESIMPULAN

Menurut artikel jurnal yang telah dianalisa oleh penulis dapat disimpulkan
bahwa latihan ROM yang dilakukan secara dini (48 sampai 72 jam setelah
terjadinya luka bakar) sangat diperlukan karena dapat membantu pasien untuk
memulihkan kemampuan rentang geraknya, mencegah kontraktur, dan
mengurangi teradinya bekas luka. Latihan ROM yang dilakukan pertama kali
mungkin akan menimbulkan rasa nyeri, penggunaan analgesic mungkin bisa
dipertimbangkan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Pasien perlu
mendapatkan analgesik dengan tepat dan ketat serta mendapatkan dorongan dari
orang-orang terdekatnya agar tetap melakukan latihan ROM walaupun terasa
sakit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, P.M., & Gupta, A. 2018. Hourly Supervised Physiotherapy Treatment and
Dynamic Splinting of Elbow Contracture in A 30% Mixed Burn - A Case
Report. International Journal of Health Sciences & Research, 8(5).

American Burn Association, 2013, Burn Incidence and Treatment in the United
States: 2013 Fact Sheet, Dalam
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php dikutip tanggal 21 Maret
2019.

Afifi, A. 2016. Active Range of Motion Outcomes After Reconstruction of Burned


Wrist and Hand Deformities

Asadullah, M., Asghar K., Syed S., Khalid, F., Fozia S. 2015. Role of Early
Range of Motion Exercises in Reduction of Scar Formation and Prevention
of Contracture in Sub-Acute Stage of Burn Patients. Ripah College of
Rehabilitation Sciences. 10:10-14.

Burns Injury. Our Last Four Years Experience. Materia Socio Medica, 27(6), 380.
doi:10.5455/msm.2015.27.380-382

Caspersen, C.J., Powell, K.E., Christenson, G.M. 1985. Physical


Activity,Exercise, and Physical Fitness: Definitions and Distinctions For
Health-Related Research. Public Health Rep. 100:126-31

Chodzko-Zajko, W.J., Proctor, D.N., Fiatarone, S.M.A., et al. 2009. Exercise and
Physical Activity for Older Adults. Med Sci Sports Exerc. 41:1510-30.

Cucuzzo, N.A, Ferrando, A., Herndon, D.N. The Effects of Exerciseprogramming


VS Traditional Outpatient Therapy in The Rehabilitation of Severely
Burned Children. 2001. J Burn Care Rehabil. 22:214-20.9.

Deng, H., Chen, J., Li, F., Li-Tsang, C. W., Liu, Q., Ma, X., . . . Wu, J. 2016.
Effects of Mobility Training on Severe Burn Patients in The BICU: A
Retrospective Cohort Study. Burns, 42(7), 1404-1412.
doi:10.1016/j.burns.2016.07.029

Depkes, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

14
Grap, M.J., & McFetridge, B. 2012. Critical Care Rehabilitation and Early
Mobilisation: An Emerging Standard of Care. Intensive Crit Care Nur,
28(2):55–7

Hoffman H.G., Patterson, D., Carrougher G. 2000. Use of Virtual Reality for
Adjunctive Treatment of Adult Burn Pain During Physical Therapy: A
Controlled Study. The clinical Journal of Pain. 16:244-50

Holavanahalli, R. 2007. Outcomes After Deep Full-thinckness Hand Burns. Arch


Phys Med Rehabil. 88:33-35

Maslauskas K., Rimdeika R., Rapoliene J., Ramanauskas T. 2005. Analysis of


burned hand function (early versus delayed treatment). Medicina
(Kaunas), 41(10):846-851.

McCrady, G.L. 2013. Principles of Reconstructive Surgery in Africa. Minnesota:


PAACS Publication.

Perera, A. D., Perera, C., & Karunanayake, A. 2017. Effectiveness of Early


Stretching Exercises for Range of Motion in the Shoulder Joint and
Quality of Functional Recovery in Patients with Burns - A Randomized
Control Trial. International Journal of Physiotherapy, 4(5).
doi:10.15621/ijphy/2017/v4i5/159426.

Perera, M.M.N., Nanayakkarawasam, P.P., Katulanda, P. 2015. Effects Of Burn


On The Mobility Of Upper Limb/s, Functions Of Hand/s & Activities Of
Daily Living. International Journal of Physiotherapy and Research, 3(1),
832-838. doi:10.16965/ijpr.2014.694

Rrecaj, S., Hysenaj, H., Martinaj, M., Murtezani, A., Ibrahimikacuri, D., Haxhiu,
B., & Buja, Z. 2015. Outcome of Physical Therapy and Splinting in Hand

Nurdiana, Hariyanto, dan Musrifah. 2008. Perbedaan Kecepatan Penyembuhan


Luka Bakar Derajat II antara Perawatan Luka Menggunakan Virgin Coconut
Oil (Cocos nucifera) dan Normal Salin

Rismana, E., Idah, R., Prasetyawan Y., Olivia B. 2013. Efektivitas khasiat
Pengobatan Luka Bakarsediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak Pegagan
Berdasarkan Analisis Hidroksiprolin Dan Histopatologi Pada Kulit Kelinci.
Bul. Penelit. Kesehat. 41: 45-60

Sevitt, S. 1979. A Review of The Complications of Burns, Their Origin and


Importance for Illness and Death. The Journal of Trauma and Acute Care
Surgery. 19:359-369.

15
Statewide Burn Injury Service. 2017. Clinical Guideline: Burn Physiotherapy and
Occupational Therapy Guidelines. Chatswood: Agency for Clinical
Innovation
Tintinalli, J.E., Stapczynski, J.S., Ma, O.J., Cline, D., Cydulka, R., & Meckler, G.
2011. Tintinalli’s Emergncy Medicine: A Comprehensive Study Guide
2011. Pennsylvania: McGraw-Hill Medical.

Van Baar, M.E., Essink-Bot, M.L., Oen, I.M.M.H., Dokter, J., Boxma, H., Van
Beeck, E.F. 2006. Functional Outcome After Burns: A Review. Burns.
32:1-9.

Weinstein, R.A., & Mayhall, C.G. 2003. The Epidemiology of Burn Wound
Infections: Then and Now. Clinical Infectious Disease. 37:543-550.

WHO, 2014. Burns. http://www.who.int/mediacentre/fact sheet/fs365 dikutip


tanggal 21 Maret 2019

Williamson MS, Bagley A, Palmieri T. Long-Term Postoperative Outcomes


After Axillary Contracture Release in Children With Burns. Journal
of Burn Care& Research. 2012; 33(2): 228-234.

16

Anda mungkin juga menyukai