3. Jelaskan tentang positive reinforcement dan negative reinforcement dalam proses belajar
Behavioristik! Uraikan dengan disertai contoh.
4. Elaborasi persamaan dan perbedaan antara pandangan para ahli aliran Teori Behavioristik.
6. Analisis video Teori Belajar Behavioristik! Prinsip-prinsip Teori Behavioristik apa saja yang
dapat saudara amati dari video tersebut.
Dalam pelaksanaannya, Teori Behavioristik ini adalah teori belajar yang lebih
menekankan pada tingkah laku manusia dan Memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan (stimulus). Namun,
pada pembelajaran yang menggunakan teori ini akan membuat pembelajaran
siswa hanya berpusat pada guru dan bersifat mekanistis serta hanya berorientasi
pada hasil. Sehingga siswa dipandang pasif, hanya mendengarkan, menghafal
penjelasan guru dan itu membuat guru terkesan sebagai sosok sentral dan
bersifat otoriter.
Teori ini hanya melihat aspek jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental.
Aspek kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
pembelajaran bukan menjadi perhatian utama. Pembelajar dihadapkan pada
aturan-aturan yang jelas yang ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan
(disiplin) menjadi sangat penting. Orientasi kepada “salah/gagal mendapatkan
hukuman” dan “benar/berhasil mendapatkan reward” Kekuatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan. Kontrol belajar dipegang oleh sistem
diluar diri siswa.
Semua ini terjadi secara garis besar dikarenakan teori ini hanya berorientasi
pada hasil, mengabaikan proses.
7. Jika anda Teacher Toni, apa yang anda lakukan dalam menyelesaikan permasalahan dengan
keadaan/situasi siswa di sekolah Anda?
6Dalam pelaksanaannya, Teori Behavioristik ini adalah teori belajar yang lebih
menekankan pada tingkah laku manusia dan Memandang individu sebagai
makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan (stimulus). Namun,
pada pembelajaran yang menggunakan teori ini akan membuat pembelajaran
siswa hanya berpusat pada guru dan bersifat mekanistis serta hanya berorientasi
pada hasil. Sehingga siswa dipandang pasif, hanya mendengarkan, menghafal
penjelasan guru dan itu membuat guru terkesan sebagai sosok sentral dan bersifat
otoriter.
Teori ini hanya melihat aspek jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental.
Aspek kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu pembelajaran
bukan menjadi perhatian utama. Pembelajar dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas yang ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan (disiplin) menjadi sangat
penting. Orientasi kepada “salah/gagal mendapatkan hukuman” dan
“benar/berhasil mendapatkan reward” Kekuatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan. Kontrol belajar dipegang oleh sistem diluar diri siswa.
Semua ini terjadi secara garis besar dikarenakan teori ini hanya berorientasi pada
hasil, mengabaikan proses.