Anggota Kelompok :
1. Asmi’ Munadhiroh
2. Rizalah Karomatul M
3. Siti Mudrikah
Offering B
Perubahan kimia bersifat reversible dan irreversible. Secara singkat, reaksnya dapat ditulis
sebagai berikut :
aA + bB → cC + dD
Dimana
Reaksi reversible terjadi ketika reaksi diatas dapat balik. Reaksinya dituliskan seperti berikut:
aA + bB ⇄ cC + dD
2 tanda panah (⇄) menunjukkan bahwa reaksi tersebut dapat berlangsung secara langsung. Ciri lain dari
tercpainya kesetimbangan kimia pada suatu system ialah ketika energi yang dibebaskan oleh reaktan
totalnya sama dengan energy yang dibutuhkan produk untuk menjadi reaktan. Reaksi tersebut berada
dalam keadaan setimbang karena keseluruhan reaksi terus terjadi tidak berhenti, karena ecepatan
membentuk dan mengurai dari sstem tersebut sama.
Suatu penelitian menemukan bahwa kesetmbangan dapat dilihat dari konsemtrasi awal dari reaktan dan
produk. Suatu system akan mencapai kesetimbangan pada Larutan yang ideal. Apabila konsentrasi molar
dari produk dibagi dengan konsentrasi mlar dari reaktan.
Contoh :
Jawab :
K = [𝐶𝑎2+ ][𝐶𝑂32− ]
Karena CaCO3 adalah padatan, maka fraksi molnya tidak diikutkan dalam rumus kesetimbangan
Jawab :
Kw = 10−14 = [OH − ] [H + ]
HA ⇄ H + + A−
Sebagai contoh :
dimana ax merupakan aktivitas dari partikel yang diubah.. Untuk mengetahui aktivitas bisa
digunakan konsentrasi molar sebagi berikut :
pX = -log [X]
H2O(l) ⇄ H+ + OH −
Kw = [OH − ] [H + ]
Basa konjugasi ialah anion dari asam ketika terdisosiasi berdasarkan reaksi kesetimbangannya
Asam kuat akan menghasilkan basa konjugasi yang lebih lema, dan begitupun sebaliknya.
Pada Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa nilai sangat besar pada pH 6,2 karena ada perubahan
besar pada kemiringan kurva. Pada titik ini sistem memiliki kapasitas besar untuk menerima
penambahan asam tanpa mengalami perubahan pH yang signifikan.
Karena (dCA/dpH) selalu bernilai negatif sedangkan (dCB/dpH) selalu positif, yang pertama
digunakan tanda negatif sehingga didapatkan harga positif di kasus keduanya. Berikut penurunan
keadaan untuk dalam sistem buffer (sederhana) pada konsentrasi total buffer (CT), konstanta
untuk kesetimbangan utama (K), dan [H+]. Larutan penyangga terdiri dari asam lemah (HA) dan
basa konjugatnya (A-).
Pertama
kemudian,
dan
dan kemudian
Jika basa (BOH) ditambahkan pada sistem, (dCB/dpH) bisa dihitung dengan cara berikut. Pertama,
perubahan keadaan setimbang harus dipenuhi:
K
Dengan [B+] = CB, [OH-] = [HW
+ ] dan persamaan 2.29i, didapatkan
Disamping itu untuk menghitung indeks penyanggaan (), kita bisa melakukan
Untuk menghitung keadaan pertama, kita mendapatkan persamaan 2.31 dengan [H+]:
Kemudian,
dan
dan akhirnya,
Oleh karena itu, K2O dianggap sebagai oksida basa, di samping itu, SO3 dianggap sebagai oksida
asam karena jika direaksikan dengan air akan menghasilkan:
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa K2O mendonorkan satu ion O2- (oksida) kepada H2O,
sedangkan SO3 menerima sebuah ion O2- dari air. Lux and Flood menyarankan prinsip umum
bahwa asam adalah reseptor ion oksida sedangkan basa adalah donor ion oksida.
Dengan cara ini, oxysalt dapat dipahami sebagai hasil reaksi antara oksida asam (A) dan
oksida basa (B). Misalnya,
Pada oksida basa, air berperilaku sebagai oksida asam dan hidroksida yang dihasilkan disebut
"oxysalt":
Secara umum, ketika oksida adalah ion dan larut dalam air, akan dihasilkan ion O2- setelah terjadi
penguraian; ion ini sangat tidak stabil dalam air, seperti yang dapat dilihat sebagai berikut,
Secara umum ion OH- menghasilkan larutan bersifat basa. Di sisi lain, jika oksida mempunyai
kovalen tinggi (seperti oksida S, N, Cl), akan terjadi donor OH- ke oksida:
Secara konseptual, proses redoks dapat dipahami dari perspektif apa yang terjadi pada setiap zat
yang terlibat.
Ketika dua reaksi ini ditambahkan, hasilnya adalah CaO (yaitu, jumlah Ca2+ dan O2- ), karena O2
mentrasfer elektron yang diberikan oleh Ca. perhatikan contoh berikut, ketika sepotong kecil
logam natrium dijatuhkan ke dalam air, terjadi reaksi yang sangat eksotermik (yang ternyata sangat
berbahaya!). Sodium mengurangi air untuk menghasilkan gas hidrogen (dan OH- ions), sedangkan
natrium itu sendiri teroksidasi menjadi ion Na+
Di sisi lain, oksidator kuat seperti ion Co3+ dapat mengoksidasi air untuk menghasilkan gas oksigen
(dan ion H+), sedangkan Co3+ menjadi tereduksi menjadi ion Co2+:
Seperti yang telah dicontohkan bahwa, masing-masing reaksi di atas dapat dipecah menjadi reaksi
reduksi dan oksidasi (disebut setengah reaksi) sebagai berikut:
Sel elektrokimia terbentuk jika masing-masing setengah reaksi terjadi pada permukaan elektroda
dalam dua larutan sel yang terpisah, sehingga memungkinkan elektron untuk mengalir melalui
kawat (yaitu, konduktor elektronik) dan ion mengalir melalui elektrolit (yaitu, konduktor ionik).
Setiap larutan dalam kesetimbangan dengan elektroda yang sesuai disebut setengah-sel. Contoh
yang paling umum digunakan adalah elektroda hidrogen, yang mencakup larutan I M H+ dalam
kesetimbangan dengan gas H2 pada elektroda platinum, di mana kesetimbangan berikut dibuat:
Jika pengukuran tersebut dilakukan dengan voltmeter tegangan tinggi yang tidak memungkinkan
aliran arus melewatinya, pada suhu 25 ° C dan tekanan 1 atm dengan konsentrasi 1 M pada pH =
0, perbedaan potensial yang diukur akan sama dengan elektroda potensi setengah sel.
Potensi ini disebut reduksi atau potensial reduksi standar, E0. Semakin tinggi kecenderungan (atau
gaya gerak listrik) suatu spesies untuk mentransfer elektronnya, semakin negatif potensi yang
dihasilkan.
Tabel 2.4 menunjukkan potensi standar
G0 adalah perubahan energi bebas, n adalah jumlah elektron yang dipertukarkan, F adalah
konstanta Faraday (96.496 coulomb / mol) elektron), R adalah konstanta gas ide, dan K adalah
konstanta kesetimbangan.
Dalam beberapa kasus, suatu keadaan secara bersamaan mengalami reduksi dan oksidasi.
Misalnya, ketika gas klor digelembungkan melalui larutan basa, produk yang dihasilkan
mengandung klorin dalam kondisi oksidasi -1 dan +1 (yaitu, Cl- dan ClO-). Fenomena ini disebut
disproporsionasi. Reaksi dapat ditulis sebagai berikut:
Untuk menghitung potensi yang terlibat dalam reaksi ini, stoikiometrinya harus ditemukan
terlebih dahulu. seperti pada contoh sebelumnya untuk menghitung nilai ΔG0 untuk reaksi ini,
dengan menambahkan persamaan O2 H2O2 dan H2O2 H2O, kita dapatkan
Ketika suatu zat mengalami perubahan dalam keadaan oksidasi, ada perubahan yang terjadi
bersamaan dengan pelepasan energi yang sebanding dengan -n EO, seperti yang ditunjukkan
dalam persamaan ini. Untuk oksigen, diberikan contoh di atas berfungsi sebagai dasar untuk
perhitungan energi bebas, ini sebagai berikut
Perhatikan bahwa perubahan energi bebas untuk pembentukan suatu unsur dalam keadaan
standarnya adalah nol, dan dengan asumsi bahwa ini untuk senyawa oksigen
Beberapa gambar dapat digunakan untuk analisis. Pertama, jika seseorang menggambarkan garis
lurus (lihat plot) dari titik pada keadaan oksidasi nol (0, 0) ke titik pada - 2 tingkat oksidasi (-2, -
4,92), dapat diamati bahwa titik pada keadaan oksidasi -1 (-1, -1.36) terletak di atas garis. Hal ini
berarti energi bebas perubahan garis pada keadaan oksidasi -1 kurang negatif daripada jika
perubahan dari 0 menjadi - 2 terjadi secara langsung. Kedua, keadaan oksidasi yang stabil untuk
oksigen dalam larutan air dalam kondisi standar adalah perubahan energi bebas negative yang
besar, mis., -2. Ketiga, transisi dari keadaan oksidasi nol ke -1 miliki kemiringan yang kurang
positif dibandingkan dengan 0 hingga - 2. Ini berarti bahwa oksigen yang diubah menjadi air
adalah pengoksidasi yang lebih kuat daripada oksigen yang diubah menjadi hidrogen peroksida
jika kita mendefinisikan ΔG dengan ΔG0, menggunakan hasil bagi reaksi (bukan kesetimbangan
konstan), dapat dituliskan sebagi berikut
di mana ᴨ reduksi adalah produk dari konsentrasi pada spesies di sisi berkurangnya reaksi,
dan ᴨ oksidasi adalah produk dari konsentrasi spesies di sisi reaksi teroksidasi
ini adalah persamaan Nernst yang terkenal. Untuk sebuah definisi termodinamika yang akurat.
Dengan demikian, kita mendapatkan bentuk persamaan Nemst yang disederhanakan:
pada persamaan diatas jelas bahwa reduksi air sebenarnya adalah reduksi
protonnya,sehingga dapat di tuliskan persamaan reaksi sederhananya dari reduksi proton
dalam sitem redoks air.
Diamana [Ox] = [H+],[reduksi] adalah konsentrasi dari gas H2 dan n=2. karena
konsentrasi gas dalam larutan air paling baik digambarkan oleh tekanan parsial, maka
didapatkan :
Karena
Dan
Sehingga di dapatkan :
Persamaan 1
Dengan persamaan 1 dan persamaan 2 diagram pourbaix dari air dapat dihitung dan
disimpulkan (lihat tabel dan gambar)
garis-garis pada gambar merupakan garis kesetimbangan.jika garis tersebut berada pada
posisi yang lebih tinggi dari pada pada garis o2 / h2o, zat yang paling stabil adalah o2,
sedangkan jika berada di posisi di bawah garis h20 / h2, spesies yang paling stabil adalah
H2.
1. Skala Pe
Nilai di atas mengukur kecenderungan relatif suatu zat untuk menerima proton
(nilai pH rendah berarti kecenderungan rendah untuk menerima proton, sedangkan nilai
pH tinggi berarti sebaliknya). Dengan cara yang sama dapat di ganti dengan variabel
baru.
rumus di atas digunakan untuk mengukur mudah tidaknya suatu zat untuk menerima
proton
Karena persamaan :
Sehingga :
Secara sederhana :
Sehingga
atau