Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dan menjadi bagian
penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2014 “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat”. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan 2014 jumlah rumah sakit umum yang ada di Indonesia pada
tahun 2014 baik rumah sakit umum milik pemerintah, swasta maupun BUMN
terdapat 1,897 (sir.buk.depkes.go.id). Di Indonesia terdapat banyak rumah sakit
memiliki fasilitas yang cukup dan baik namun masih banyak pula rumah sakit
baru yang masih kekurangan dalam fasilitas baik tenaga kesehatan maupun
infrastruktur.
Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan umum rumah sakit harus
mementingkan kebutuhan masyarakat sebagai pasien dikarenakan tingkat
kesehatan masyarakat sangat berpengaruh pada kemajuan negara. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut meliputi: Tenaga medis yang ahli (dokter spesialis, perawat,
bidan dan tenaga medis lain), infrastruktur yang lengkap dan pelayanan yang
efektif, cepat serta terjangkaunya biaya perawatan. Karena itu pemerintah sangat
peduli pada kesehatan, salah satunya dengan jaminan kesehatan nasional.
Dengan di implementasikannya jaminan kesehatan nasional melalui BPJS
Kesehatan pada tahun 2014 maka jumlah masyarakat yang menggunakan jaminan
kesehatan untuk berobat di rumah sakit sangat meningkat, tidak hanya itu sistem
pelayanan sampai sistem pembayaran juga berubah sehingga rumah sakit harus
meningkatkan sumua pelayanan.

1
2

Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan RSUD Tebing Tinggi Kabupaten


Empat Lawang merupakan bagian yang penting dalam pembangunan daerah
sebagai kabupaten baru. Operasional rumah sakit dimulai dari bulan mei 2012,
melayani pasien rawat jalan yaitu dengan beberapa poliklinik seperti: poli
kebidanan, poli penyakit dalam, mata, poli gigi, poli bedah, poli anak, untuk
rawat inap terdapat Vip, kelas I, II dan III. Terdapat pelayanan penunjang seperti
laboratorium dan fisioterapi serta unit gawat darurat, apotik, ruang rekam medik,
dan ruang pembayaran. Pasien dapat dilayani sebagai pasien umum maupun
sebagai pasien jaminan kesehatan. Kelas RSUD Tebing Tinggi Kab Empat
Lawang saat ini masih D, dengan jumlah tenaga kerja PNS dan Non PNS yang
dimiliki sebanyak 285 orang tenaga kerja.
Pada tahun 2014 jumlah kunjungan pasien rawat jalan baik pengunjung baru
maupun pengunjung lama terdapat 14.929 kunjungan, mengalami kenaikan dari
tahun 2013 yang hanya terdapat 11.617 kunjungan. Dengan bertambahnya jumlah
kunjungan setiap tahunnya dan masih terbatasnya jumlah pegawai serta
infrastruktur yang ada di rumah sakit maka dalam proses pelayanan masih dalam
tahap pembenahan, begitu juga dengan sistem administrasinya yang masih
dilakukan secara manual. Adapun permasalahan-permasalahan yang ada yaitu
semua tindakan dari pendaftaran sampai ke pembayaran masih dilakukan pada
media kertas sehingga sering terjadi kesalahan dalam penulisan, penjumlahan
pembayaran dengan resiko terjadinya kesalahan dalam pelaporan penerimaan
keuangan rumah sakit.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 (2009) Pasal 52 yaitu “Setiap
Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit”. Menurut Kaur & Dinesh Grover (2013) Sistem informasi manajemen
rumah sakit secara online dapat menyediakan cara yang mudah atau
mempermudah pekerjaan rumah sakit. Sedangkan menurut Purwono (2006) untuk
mendukung manajemen dalam menjalankan usahanya salah satu karakteristik dari
sistem informasi yaitu efektivitas. Pelaporan penerimaan keuangan sangat penting
dalam administrasi rumah sakit karena berhubungan dengan pendapatan, RSUD
3

Tebing Tinggi kab Empat Lawang sampai pada saat ini belum BLUD sehingga
berapapun pendapatan dari rumah sakit harus dilaporkan ke BPKAD dan di
setorkan melalui kas daerah.
Pendapatan penerimaan keuangan berasal dari pembayaran pasien umum
maupun pendapatan dari klaim jaminan kesehatan seperti Jamsoskes dan BPJS
Kesehatan seperti tabel berikut:

Tabel 1. Total Penerimaan Keuangan


Tahun Penerimaan Keuangan
Pasien Umum Jamsoskes BPJS
2013 123.744.067 291.263.000
2014 241.078.868 317.809.998 980.541.972
2015 702.496.175 417.762.583 1.429.153.108
*Sumber: Laporan tahunan penerimaan RSUD Tebing Tinggi Kab Empat Lawang

Semua pendapatan rumah sakit tersebut diterima oleh bendahara


penerimaan dan untuk pasien umum penerimaan tersebut di setorkan ke Kas
Daerah kemudian akan di tarik jasa pelayanannya dalam beberapa tahap oleh
pihak rumah sakit, sehingga petugas harus membuat laporan rutin beserta
pengarsipan slip setoran dengan baik. Sampai saat ini laporan di buat secara
manual dimana setiap hari pembayaran dari setiap pasien di masukan didalam
buku penerimaan harian kemudian dari buku tersebut petugas menginput semua
data ke dalam excel sehingga didapatkan jumlah pendapatan satu hari sebelumnya
yang akan disetorkan ke kas daerah, bukti setor tersebut kemudian diarsipkan
bersamaan dengan laporan bulanan.
Karena proses input datanya masih manual maka dalam pelaporan petugas
harus berulang kali memasukan dan menuliskan data yang sama untuk setiap
laporan sehingga terjadi ketidakefisienan dan ketidakakuratan dalam pembuatan
laporan. Adapun laporan yang harus dibuat oleh staf bendahara penerimaan yaitu
laporan harian, bulanan serta laporan tahunan yang secara berkala di periksa
langsung oleh direktur rumah sakit, staf Dispenda serta laporan kepada BPK.
Andini & Yusrawati (2015) dalam penelitiannya di SKPD Kab Empat
Lawang menyatakan bahwa yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
4

adalah penerapan sistem akutansi keuangan daerah. Sedangkan menurut


Sabarguna (2008) salah satu komponen kualitas pelayanan rumah sakit adalah
efisiensi. Dengan bertambahnya pendapatan atau penerimaan keuangan rumah
sakit dan mengurangi ketidakefisienan dalam pelaporan keuangan seharusnya
rumah sakit memiliki SIMRS, berdasarkan Kementerian Republik Indonesia
(2013) Peraturan Nomor 82 menyatakan bahwa “Rumah Sakit Wajib
Menyelenggarakan SIMRS” SIMRS juga harus bisa di integrasikan dengan
program pemerintah serta memiliki kemampuan komunikasi data diantaranya:
Sistem manajemen akutansi milik negara, INA-CBG’s serta pelaporan sistem
informasi rumah sakit (SIRS). SIMRS yang ada di RSUD Tebing Tinggi Kab
Empat Lawang masih manual sehingga belum terintegrasi satu dengan yang lain,
dimana pasien BPJS kesehatan, Jamsoskes dan pasien umum masih dilayani
secara sendiri-sendiri begitu pula dengan sistem pembayaran untuk pasien BPJS
Kesehatan dan Jamsoskes pembayarannya telah sesuai dengan kode ICD-9 dan
ICD-10 dengan aplikasi INA-CBG’s sedangkan untuk pasien umum masih
menggunakan tarif sesuai peraturan daerah.
Salah satu solusi dalam peningkatan kinerja yaitu memiliki sistem
administrasi, pelayanan serta sistem pelaporan yang cepat, tepat serta akurat dan
untuk peningkatan efisiensi kinerja pelaporan akan didapat apabila rumah sakit
telah melakukan sistem informasi secara komputerisasi. Dalam mencapai tujuan
organisasi sistem informasi merupakan proses fisik yang mendukung kegiatan
organisasi (Yusof et al. 2008). Sedangkan penelitian dari Irwandy et al (2008),
yang menyatakan bahwa dengan sistem informasi berbasis komputer dapat
mempermudah dan mengurangi kekurangan-kekurungan selama menjalankan
sistem informasi secara manual. Suatu sistem informasi secara komputerisasi
dapat mempercepat pelayanan, perhitungan sampai pelaporan dari petugas, maka
dibutuhkan perancangan sistem informasi pelaporan penerimaan keuangan.
Menurut Fatta (2007) Perancangan adalah pemecahan masalah atau dapat
diartikan sebagai pemecahan dari permasalahan dengan menjelaskan secara rinci
bagian-bagian sistem informasi yang harapanya menjadi sistem yang lengkap.
Salah satu metode perancangan yaitu dengan menggunakan metode prototyping
5

yaitu suatu proses iteratif antara pengguna dengan analis dimana suatu kebutuhan
di ubah menjadi suatu sistem yang bekerja dan sistem tersebut dapat diperbaiki
secara terus menerus, sehingga metode ini cocok untuk rumah sakit yang baru
mengembangakan suatu sistem. Adapun peran sistem teknologi informasi dalam
hal ini memiliki peran untuk meningkatkan, efisiensi, efektivitas, komunikasi,
kolaborasi dan kompetitif (Jogiyanto, 2009).
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa hal yang penting yang dapat
dilakukan oleh rumah sakit baru untuk peningkatan pelayanan serta meningkatkan
kinerja bendahara penerimaan dan staf ruangan pembayaran maka sangat perlu
dibuat suatu sistem informasi pelaporan penerimaan keuangan secara
komputerisasi untuk mempersingkat waktu entry data laporan harian, bulanan dan
laporan tahunan.

B. Perumusan Masalah
Belum adanya sistem informasi untuk mendukung sistem pelaporan
keuangan dari penerimaan pasien secara komputerisasi mengakibatkan tidak
efisien dan kurangnya akurasi laporan penerimaan keuangan. Berdasarkan uraian
di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
rancangan sistem informasi pelaporan penerimaan keuangan untuk meningkatkan
efisiensi dan akurasi kerja di RSUD Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Menganalisis dan Merancang Sistem Informasi Pelaporan Penerimaan
Keuangan di RSUD Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.
2. Tujuan Khusus:
a. Identifikasi permasalahan dan kebutuhan dalam sistem pelaporan
penerimaan keuangan di RSUD Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.
b. Identifikasi komponen-komponen utama dalam pelaporan penerimaan
keuangan.
6

c. Menghasilkan rancangan sistem informasi pelaporan penerimaan sebagai


solusi untuk mendukung sistem pelaporan penerimaan keuangan di RSUD
Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.

D. Manfaat Penelitian
1. Menghasilkan analisis dan rancangan sistem informasi pelaporan penerimaan
keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi pelaporan di RSUD
Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.
2. Meningkatan kemampuan peneliti dalam melakukan analisis dan merancang
sistem informasi pelaporan keuangan.
3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan oleh peneliti selanjutnya dengan topik
yang sama.

E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terkait dengan analisis dan perancangan sistem serta laporan
keuangan sebagai berikut:
1. Penelitian dari Junaidi (2005) tentang analisis dan rancangan sistem informasi
manajemen penagihan pembayaran pasien rawat inap (Billing System) di
RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro. Penelitian ini bertujuan
menganalisis permasalahan, menghasilkan rancangan prototype billing system
pasien rawat inap, mengintegrasikan prototype tersebut dalam suatu sistem
manajemen organisasi, mulai dari input, process dan menjadi suatu output.
penelitian ini dilakukan dengan metode action research.
2. Beest (2009) tentang Quality of Financial Reporting: measuring Qualitative
characteristics. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas pelaporan
keuangan dengan membuat alat ukur berdasarkan karakteristik relevansi,
representasi, serta dapat dimengerti, komparebilitas dan ketepatan waktu.
Hasilnya alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel
dimana alat pengukuran berkontribusi untuk meningkatkan kualitas informasi
pelaporan keuangan serta dapat memenuhi permintaan dari FASB dan IASB
2008.

Anda mungkin juga menyukai