Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irefersible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (M.Rendy, Margareth, 2012) 2.1.2 Kalsifikasi Cronic Kidney Disease Menurut (Haryono,2014), klasiikasi Cronick kidney disease dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal ( faal ginjal antara 40%-75%). Penurunan cadangan ginjal pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik. 2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Insufiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dam kreatinin serum meningkat. 3. Stadium 3 : uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar Blood Urea Nitrogen akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. 2.1.3 Etiologi Chronic Kidney Disease Penyebab Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut: 1. Infeksi saluran kemih (Pielonefritis kronis) adalah kondisi ketika organ yang termasuk kedalam system kemih yaitu, ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. 2. Penyakit peradangan ( Glomerulonefritis) primer dan sekunder, adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul pasca infeksi Streptococcus. 3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis). 4. Gangguan jaringan penyambung (poliarteritis nodusa, systemic lupus erythematosus, sclerosis sistemik). 5. Penyakit konginetal dan herediter ( penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal). 6. Penyakit metabolic ( Diabetes Melitus, gout, hiperparatyroidisme). 7. Nefropati toksik 8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) 2.1.4 Patofisiologi Chronic Kidney Disease Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak ( hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan Glomerulus Filtration Renal/ daya saring. Metide adaptif ini memungkinkan ginjal unruk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban bahan yang harus dilarutkan menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul oliguria disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan binjal telah hilang 80%-90%.