Anda di halaman 1dari 5

FAKTOR-FAKTOR DALAM PERSALINAN

 Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot dinding perut,
kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas
kekuatan mendorong dan lama persalinan.
 Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.
 Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks untuk
membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
 Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan,
dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.

TANDA PERSALINAN
 Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin
baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
 Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
 Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
 Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari
uterus (false labor pains).
 Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (bloody show).

TANDA IN-PARTU
 Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
 Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks.
 Dapat disertai ketuban pecah dini.
 Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan serviks.25

TAHAP PERSALINAN
Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai terjadi
Pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
1. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu
2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase
deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8
jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.
Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin
didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida
dan 0,5 jam pada multipara.
Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15
menit setelah bayi lahir.27
Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya
pendarahan.26

PARTUS TAK MAJU


Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam
2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak
dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas
panggul, tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2
jam terakhir.

PENYEBAB PARTUS TAK MAJU


a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi
yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala
janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi
sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul.
Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak,
presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk
mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,
ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan normal
tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi
disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi,
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan
menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa
juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal
dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi
sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum
usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

b. Presentasi yang abnormal


 Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat
persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan
menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi
kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi
dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

 Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari
satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas
panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah
ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau
lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada
sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang.
Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus
kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

 Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi
muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar.
Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang
menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke
lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor
penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34%
presentasi muka terjadi pada primigravida.

c. Abnormalitas pada janin


Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan
janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

d. Abnormalitas sistem reproduksi


Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital,
perineum kaku dan tumor vagina.10

KOMPLIKASI
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu atas
panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os
internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin
tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks
sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal
atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam
kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu
mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks
berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan persalinan
telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada
kemacetan pada pintu bawah panggul).10

c. Bahaya ruptur uterus


Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak
dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan
angka kematian bayi berkisar 50%.23
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong
ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim
akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian
kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan
kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.
Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama
jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus
menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih,
serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis
mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-
jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari
diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara
kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau
rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala
II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-
negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.10

e. Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat
antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah
persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau
lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan
keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.34
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan
partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat
karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.10
PENGARUH PARTUS TAK MAJU PADA BAYI
a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau
pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen
dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin mengakibatkan
perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat terjadi sefalhematoma atau
penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat
membesar setelah lahir.35

b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan
kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda
umbilikus.
Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan
sehingga dapat mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan
ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.10

TANDA PARTUS TAK MAJU


Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan
mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok dapat
disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.10 2.10. Epidemiologi Partus Tak Maju

Anda mungkin juga menyukai