Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman IPS kelas XII semester 1

STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT


1. Pengertian
Dalam sosiologi berbicara mengenai struktur social maka sesungguhnya kita berbicara mengenai sesuatu yang saling
bergantung dan membentuk suatu pola tertentu yang terdiri atas pola perilaku individu , institusi maupun masyarakat
secara luas
a. George C. Hombas
Menyatakan struktur social dengan perilaku social elementer dalam kehidupan sehari-hari
b. Gerhard Lenshi berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecendrungan panjang yang
menandai sejarah
c. Talcorr Parcons , menyatakan bahwa struktur social adalah keterkaitan antar manusia
d. Korablum , menekankan konsep struktur social pada pol perilaku individu dan kelompok, yaitu pola prilaku
berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat
Dari beberapa pendapat di atas , dapat disampaikan bahwa struktur social adalah cara bagaimana suatu masyarakat
terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diperbaiki melalui pola perilaku berulang-ulang antar individu
dan antar kelompok dalam masyarakat sebagai berikut struktur social melalui 4 elemen dasar yaitu :
a. Status social
Status social merupakan kedudukan atau posisi social seseorang dalam kelompok masyarakat, meliputi keseluruhan
posisi social yang terdapat dalam suatu kelompok besar masyarakat , dari yang paling rendah hingga yang paling
tinggi status social terdiri dari :
A. Ascribed Status , status yang diberikan kepada seseorang oleh masyarakat tanpa memandang bakat dan
karakteristik umur orang tersebut. Di dapat secara Otomatis melalui kelahiran seperti ras, gender dan usia
B. Achieved status , status yang di dapat melalui usaha-usaha sendiri seperti bersekolah , mempelajari
keterampilan, berteman , menciptakan sesuatu
C. Assigned Status , status yang di berikan karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk masyarakat.
b. Peran social
Peran social merupakan komponen penting dalam struktur social. Peran memberikan sumbangan pada stabilitas
masyarakat dengan cara memampukan tindakan-tindakan mereka sendiri.
c. Kelompok
Kelompok merupakan sejumlah orang-orang yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan harapan yang sama , serta
secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok memainkan peran yang sangat penting dalama struktur social
masyarakat karena sebagian besar interaksi social kita berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi norma-norma
dan sanksi yang ada dalam kelompok.
d. Institusi
Institusi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tertentu melalui institusi social, terlihat struktur dalam masyarakat
institusi social seperti keluarga , agama , penyuluh merupakan aspek fundamental dari struktur social.
2. Fungsi struktur social
a. Struktur social sebagi pengawas social , yakni sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
terhadap norma , nilai dan peraturan kelompok atau masyarakat
b. Struktur social sebagai dasar untuk menanamkan suatu displin social kelompok atau masyarakat. Hal ini
disebabkan oleh struktur social memang berasal dari kelompok atau masyarakat itu sendiri.
c. Struktur social sebuah proses pembiasaan
3. Bentuk struktur social
a. Intersected social struktur
Dikatakan intersected apabila keanggotaan dalam kelompok-kelompok social yang da bersifat menyilang. Artinya
keanggotaan dalam kelompok social tersebut memiliki latar belakang ras, suku bangsa , ataupun agama yang
berbeda-beda.
b. Consolidated social struktur
Dikatakan consolidated jika terjadi tumpang tindih parameter dan mengakibatkan penguatan identitas keanggotaan
dalam sebuah kelompok social.
KONFLIK SOSIAL
1. PENGERTIAN KONFLIK
Penegrtian konflik yang paling sederhana adalah “salaing memukul”. Tetapi definisi yang sedrhana itu tentu belum
memadai , karena konflik tidak saja tamapk sebagai pertentangan fisik semata. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses social antara dua rang atau lebih yang erusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
2. Factor-faktor atau akar-akar penyebab suatu konflik social
Jenis konflik cukup banyak, mulai dari perang terbuka , revoluis , pemogokan buruh , kerusuhan rasial , sampai
dengan perkelahian antarinidvidu. Para sosiolog samapi sekarang masih menacari penyebab-penyebab konflik secar
umum, pola-pola eskalasinya, cara penyelasaiannya dan berbagai konsekuensi yang ditimbulkan.
Factor-faktor yang dapat emmicu terjadinya konflik antara lain :
a. Perbedaan individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi factor penyebab konflik social, sebab dalam menjalani hubungan social , seseorang tidak selalu berjalan
dengan kelomoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan
Tentu kamu masih ingat bahwa dalam menjalani hubungan sosialnya , seseoang akan dipengaruhi oleh pola-pola
pemikiran kelompoknya. Orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang diasuh
dengan pola latihan kemandirian yang akn mendorong seseorang menjadi berani dalam mengambil tindakan,
bertanggung jawab , kritis tetapi agak individualis. Ada pula yang diasuh dalam lingkungan kebudayaan yang
menerapkan pola ketergantungan. Dalam hal ini , seseorang akan cenderung bersifat kurang mandiri , menghargai
orang lain , bersahabat dan tidak inidividualis.
c. Perbedaan kepentingan
Manusia memiliki perasaan , pendirian , maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu
dlam waktu yang bersamaan , masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berda-beda. Kadang-
kadang orang dpaat melakukan hal yang sama , tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat
Sebagaimana telah diketahui bahwa perubahan nilai terjadi disetiap masyarakat. Artinya nilai-nilai social , baik nilai
kebenaran , kesopanan , maupun nilai material dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu
yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berkangsung cepat atau bahkan mendadak, akan
menyebabkan konflik social , misalnya pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik social sebab nilai-nilai lama pada masyrakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian cesara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyaraklat industry.
Menurut De Moor, dalam suatu system social hanya dapat dikatakan terdapat konflik jika para penghuni system
tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.
Mengenai pembagian konflik social dalam masyarakat , Dahrendorf membedakan konflik menjadi empat macam ,
yaitu sebagi berikut :
a. Konflik antara atau dalam peran social , misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi
b. Konflik antara kelompok-kelompok social
c. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisisr dan tidak terorganisir
d. Konflik antara satuan nasional , misalnya antara partai politik , antara negar-negara atau antara organisasi-
organisasi internasional
Situasi-situasi oemicu konflik. Konflik yang terjadi di antara individu dalam menjalankan interaksinya banyak
dibahs dalam studi psikolog social. Saalh satunya dikemukakan oleh Ursula Lehr. Menurut ilmuwan ini ,
kemungkinan-kemungkinan situasi yang dapat menimbulkan konflik adalah sebagai berikut :
a. Konflik dengan orang tua sendiri
Konflik ini terjadi sebagai akibat situasi-situasi hidup bersama dengan orang tua. Pengharapan-pengahrapan orang
tua dan kewajiban-kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya sulit sekali dijalankan bersamaan secara
serasi.
b. Konflik dengan anak-anak sendiri
Konflik ini terjadi misalnya setelah orang tua mengetahui tingkah laku anak yang tidak cocok dengan harapannya.
Akibatnya , orang tua memberikan tanggapan yang berlebihan , misalnya menghukum , mengurangi hak-hak mereka
dan lain – lain.
c. Konflik dengan sanak keluarga
Pada masa kanak-kanak dan remaja dapt timbul konflik terutama dengan kakek ,nenek , paman dan bibi yang ikut
dalam proses pendidikan anak . pada masa masa berikutnya , dapat timbul konflik dengan mertua atau keluarga
suami atau istri yang dipandang terlalu ikut campur atau dengan saudara-saudara sendiri misalnya akibat pembagian
warisan yang dianggap tidak adil.
d. Konflik dengan orang lain
Konflik jenis ini timbul dengan hubungan social dengan tetangga-tetangga, teman sekerja dan orang-orang lain.
Konflik social dapat timbul karena perbedaan pendirian atau pendapat mengenai suatu hal,
e. Konflik dengan suami atau istri
Kesukaran-kesukaran dalam perkawinan, pertentangan-pertentangan kecil mengenai persoalan hidup sherai-hari
atau perselisihan yang dalam mengenai persoalan hidup dapat memicu terjadinya konflik antara suami dan istri
f. Konflik di sekolah
Berbagai macam konflik di sekolah antara lain berupa tidak dapat mengikuti pelajaran , tidak lulus ujian , persoalan
hubungan antarguru dengan murid , atau persoalan kedudukan di antara teman-teman sebaya dalam kelas
g. Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Konflik yang timbul dari sifat pekerjaan sendiri , misalnya membosankan atau terlalu berta , atau konflik yang
berhubungan dengan waktu kerja , aspirasi kerja masalah keuangan , dan masalah hubungan dengan teman-teman
sekerja
h. Konflik agama
Berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat dan tujuan hidup , aturan-aturan yang bertentangan
dengan agama , pindah dari suatu agama yang lain, menikah dengan orang yang berbeda agama dan lain lain
i. Konflik pribadi
Misalnya timbul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan , tidak ada kemampuan untuk mengembangkan
diri dan meluaskan hidup
Suatu konflik tidak selalu mendatangkan sisi negatif , tetapi kadang-kadang mendatangkan sesuatu yang positif.
Segi positif dari suatu konflik adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas
b. Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai serta hubungan social dalam
kelompok bersangkutan sesuai kebutuhan individu atau kelompok
c. Merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu atau kelompok
d. Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma yang baru
e. Dapat berfungsi sebagi saran untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat
Hasil atau akibat-akibat dari suatu konflik social adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain
b. Keretakan hubungan antarindividu
c. Perubahan kepribadian individu
d. Kerusakan harta benda dan bahkan hilangnya nyawa manusia
e. Akomodasi, dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian
BENTUK-BENTUK KONFLIK
A. BERDASARKAN SIFATNYA
a. Konflik destruktif , merupakan konflik yang mengakibatkan benturan fisik yang membawa kerugian jiwa dan
harta benda. Konflik ini muncul karena rasa benci satu kelompok terhadap kelompok lain.
Sebagai contoh , konflik antara etnis Dayak dan Melayu dengan etnis Madura di SSampit yang dipicu oleh rasa
kebencian akibat kecemburuan social, juga terjadinya kerusuhan pada bulan Mei 1998 yaitu konflik antara para
demonstran dan aparat keamanan yang berujung pada perusakan dan penjarahan.
b. Konflik fungsional, merupakan konflik yang menghasilkan perubahan atau consensus baru yang bermuara
pada perbaikan. Konflik jenis ini berasal dari perbedaan antara dua kelompok tentang suatu masalah yang sama-
sama mereka hadapi.
B. BERDASARKAN AKAR PERMASALAHANNYA
a. Konflik agama
Salah satu factor utama pemicu konflik di masyarakat adalah masalah agama arau prinsip keagamaan.
b. Konflik ideology
Ideology sebagai sebuah produk pemikiran social dapat digunakan sebagai alat pendorong sekumpulan manusia
untuk mencapai cita-citanya. Namun sering kali istilah ideology ditafsirkan sebagai sesuatu yang negative karena
mengandung unsure kefanatikan buta.
c. Konflik politik
Konflik politik sebagai sesuatu yang menarik untuk dibahas karena permasalahan ini sebagai hal yang paling
komplek di antara jenis-jenis yang lain.
d. Konflik ekonomi
Perubahan-perubahan besar ndalam sejarah peradaban umat manusia, terutama setelah munculnya jaman
renaissance di Eropa, selalu menunjukkan pengaruh factor ekonomi. Karenannya , berbagai peristiwa besar yang
menggerakkkan manusia dalam jumlah besar tidak pernah lepas dari persoalan kepentingan ekonomi. Imperialisme
dan kolonialisme dari bangsa-bangsa eropa factor pendorong utamnya adalah alasan ekonomi.
e. Konflik SARA
Sebagai gejala konflik , konflik akan selalu muncul pada setiap masyarakat karena antagonism atau perbedaan yang
menjadi cirri dan penunjang terbentuknya masyarakat. Perbedaan-perbedaan social tidak mungkin dihindari karena
adanya kelompok lapisan atas disebabkan terdapatnya fakta adanya lapisan bawah.
FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KERUSUHAN SOCIAL YANG DISEBABKAN OLEH SARA ADALAH :
1. Dinamika social ,ekonomi , budaya dan politik suatu daerah mempunyai potensi bagi terjadinya ketegangan
social atau konflik
2. Perimbangan kekuatan-kekuatan social seperti suku , agama , ras dan antargolongan yang hampir sama
merupakan akar utama penyebab terjadinya kerusuhan
3. Daerah dengan perimbangan antara penduduk asli dan pendatang yang timpang dilihat dari penguasaan aset
ekonomi maupun politik, akan berpotensi munculnya konflik SARA
4. Pola pemukiman penduduk yang heterogen dapat menjadi sumber konflik
5. Adanya factor-faktor akselerator terjadinya konflik
f. Konflik Sumber Daya Alam
Dalam beberapa tahhun terakhir ini fenomenna konflik sumber daya alam mencuat ke permukaan secara terbuka.
Konflik itu tidak hanya terjadi dalam kegiatan ekspolitasi sumber daya alam yang tergolong “tidak dapat
diperbaharui” seperti minyak dan mineral , tetapi juga yang tergolong “dapat diperbaharui”. Konflik sumber daya
alam yang selama ini terjadi telah menimbulkan kerusakan fisik , merugikan materi dan menyisakan tuntutab yang
tidak mudah dipenuhi , seperti permintaan agar kawasan eksploitasi sumber daya alam dikembalikan kepada
masyarakat.
g. Konflik lingkungan hidup
Salah satu aset yang lazim ditempatkan sebagai bagian penting daam proses pembangunan adalah modal alam.
Akumulasi aset ini ditambah dengan modal fisik bangunan , modal manusia , dan modal social sangat menentukan
dampak jangka panjang terhadap peningkatan kesejahtraan masyarakat. Upaya melindungi fungsi sumber sangat
diperlukan karena memiliki kntribusi yang berharga bagi kehidupan masyarakat. Kerusakan fungsi sumber tentu saja
akan menjadi malapetaka bagi kehidupan. Lingkungan yang tak terkontrol bukan saja berbahaya bagi kesehatan ,
tetapi juga akan mengganggu berbagai macam aktivitas social.
POLA PENYELESAIAN KONFLIK
Konflik dapat berpengaruh positif atau negative , dan sellalu ada dalam kehidupan. Oleh karena itu konflik
hendaknya tidak serta merta harus di tiadakan. Persoalannya . bagaimana konflik itu bias di
management sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan disentregrasi social.
Cribbin (1985) , mengelaborasi tegadap tiga hal , yaitu mulai yang cara yang tidak efektif , yang efektif , dan yang
paling efektif. Menurutnya , strategi yang di pandang paling tidak efektif , misalnya di tempuh cara :
1. Dengan paksaan strategi ini umumnya tidak disukai oleh kebnyakan orang . dengan paksaan , mungkin
konflik bias di selesaikan dengan cepat , namun bias menimbulkan reaksi kemarahan atau reaksi negative lainnya.
2. Dengan penundaan. Cara ini bisa berakibat penyelesaian konflik sampai belarut-larut .
3. Dengan bujukan . bisa berakibat pisikologis , orang akan kebal dengan bujukan sehingga perselihan akan
semakin tajam
4. Dengan koalisi yaitu suatu bentuk persekutuan untuk mengendalikan konflik . akan tetapi strategi ini bisa
memaksakan orang untuk memihak , yang pada gilirannya bisa menambah kadar konflik-konflik sebuah “perang”
5. Dengan tawar-menawar distribusi. Strategi ini sering tidak menyelesaikan masalah karena masing-masing
pihak saling melepaskan beberapa penting yang menjadi haknya , dan jika terjadi konflik mereka merasa menjadi
korban konflik.
Strategi yang dipandang lebih efektif , dalam pengelolaan konflik meliputi :
1. Koesitensi damai yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan
denga n menetapkan peraturan yang mengacu pada perdamaian serta di tetapkan secara tetap dan konsekuen.
2. Dengan mediasi (perantaraa) . jika penyelesaian konflik menemukan jalan buntu , masing-masing pihak
bisa menunjuk pihak ketiga untuk mnejadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak.
Sedangkan strategi yang dipandang efektif antara lain :
1. Tujuan sekutu besar , yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang terlibat konflik kearah tujuan yang lebih
besar dan konflek. Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap ,
2. Tawar menawar integrative , yaitu dengan mengiring pihak-pihak yang berkonflik , untuk lebih
berkonsentrasi pada kepentingan yang luas dan tidak hanya berkisar pada kepentingan sempit , misalnya
kepentingan individu , kelompok , golongan atau suku bangsa tertentu.
Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi , terwujud melalui lembaga-lembaga
tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan di
antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud diharapkan berfungsi secara efektif , yang
sedikitnya memenuhi empat hal yaitu :
1. Harus mampu mengambil keputusan secara otonom , tanpa campur tangan dari badan-badan lain.
2. Lembaga harus bersifat monopolistis , dalam arti hanya lembaga itulah yang berfungsi demikian.
3. Lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang berkonflik,
4. Lembaga tersebut harus bersifat demokratis
Pola penyelesaian konflik juga bisa dilakukan dengan menggunakan strategi seperti berikut :
1. gunakan persaingan dalam penyelesaian konflik, bila tindakan cepat dan tegas itu pital, mengenai isu
penting dimana tindakan tidak popular perlu dilaksanakan.
2. Gunakan kolaborasi untuk menemukan pemecahan masalah integrative bila kedua perangkat kepentingan
terlalu penting untuk dikompromikan.
3. Gunakan penghindaran bila ada isyu sepele, atau ada isu lebih penting yang mendesak. Bila kita tidak
adanya peluang bagi terpuaskannya kepentingan anda.
4. Gunakan akomodasi bila diketahui kita keliru dan untuk memungkinkan pendirian yang lebih baik didengar
untuk belajar, dan untuk menunjukan kewajaran.
5. Gunakan kompromis bila tujuan penting, tetepi tidak layak mendapatkan upaya pendekatan-pendekatan
yang lebih jelas disertai kemungkinan gangguan.
1. Macam-macam pola pengelolaan konflik
Menurut penelitian Vliert dan Euwema , peneliatian-penelitian mengenai cara-cara penyelesaian konflik
menggunakan klasifikasi yang berbeda.
Berpijak dari perbedaan budaya , nilai maupun adat kebiasaan , Ury , Brett , dan Goldberg mengajukan tiga model
pengelolaan konflik , sebagai berikut :
1. Differing to status power
Individu dengan status yang lebih tinggi memiliki kekuasaan untuk mmebuat dan memaksakan solusi yang di
tawarkan . Status social memegang peranan dalam menentukan aktivitas yang di lakukan .
2. Applying Regulations
Model I ni di tekankan oleh asumsi bahwa interaksi social di atur oleh hokum universal. Peraturan diterapkan
secara merata pada seluruh anggota. Peraturan di bakukan untuk menggambarkan hukuman dan penghargaan yang
di berikan berdasarkan perilaku yang di lakukan , bukan berdasarkan orang ya ng terlibat.
3. Integrating Interest
Model ini menekankan pada perhatian pihak yang terlibat , untuk membuat hasilnya lebih bermanfaat bagi mereka
daripada tidak mendapatkan kesepakatan satupun .
Pola penyelesaian konflik bila di pandang dari sudut menang-kalah pada masing-masing pihak , maka ada empat
bentuk pengelolaan konflik , yaitu :
1. Bentuk kalah-kalah(menghindari konflik )
Bentuk pertama ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalh yang
timbul. Atau bias berarti bahwa kedua blah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau
menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
2. Bentuk menang-kalah (persaingan)
Bentuk kedua ini memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kekuasaan
atau pengaruh digunakan untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai
pemenangnya.
3. Bentuk kalah-menang (mengakomodasi)
Agak berbeda dengan bentuk kedua, bentuk ketiga ini yaitu individu kalah-pihak lain menang ini berarti individu
berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini digunakan untuk menghindari
kesulitan atau masalah yang lebih besar.
4. Bentuk menang-menang (kolaborasi)
Bentuk keempat ini disebut dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi. Tujuannya adalah mengatasi konflik
dengan menciptakan penyelesaian melalui consensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang
bertikai.
Berbeda dengan pendapat di atas Hendricks (2001) mengemukakan lima gaya pengelolaan konflik yang
diorientasikan dalam organisasi maupun perusahaan. Lima gaya yang dimaksud adalah:
1. Integrating (menyatukan,menggabungkan)
Individu yang memilih gaya ini melakukan tukar menukar informasi. Disini ada keinginan untuk mengamati
perbedaan dan mencari solusi yank dapat diterima semua kelompok. Cara ini mendorong berfikr kreatif serta
mengembangkan alternative memecahkan masalah.
2. Obliging (saling membantu)
Disebut juga karena kerelaan membantu . cara ini menempatkan nilai yang tinggi untuk orang lain smentara dirinya
dinilai rendah. Kekuasaan diberikan pada orang lain.
3. Dominating (menguasai)
Tekanan gaya ini adalah pada diri sendiri. Kewajiban bias saja diabaikan demi kepentingan pribadi. Gaya ini
meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya berorientasi pada kekuasaaan dan penyelesaiannya cenderung
dengan menggunakan kekuasaan .
4. Avoiding (menghindar)
Individu yang menggunakan gaya ini tidak mennempatkan nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah gaya
menghindar dari persoalan, termasuk didalamnya menghindar dari tanggung jawab.
5. C ‘o’ mpromising (kompromi)
Perhatian dalam diri sendiri atau orang lain berada dalam tingkat sedang.
Lebih lanjut Johnson & Johnson (1991) mengajukan beberapa gaya atau strategi dasar pengelolaan konflik yaitu :
1. Withdrawing (menarik diri). Individu yang menggunakan stratgi ini percaya bahwa lebih mudah menarik diri
dari konflik dari pada menghadapinya. Mereka cenderung menarik diri untuk menghindari konflik.
2. Forcing (memaksa). Individu berusaha memaksa lawannya menerima solusi konflik yang ditawarkannya.
Tujuan pribadinya dianggap sangat penting. Mereka menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya. Mereka
tidak peduli akan kebutuhan dan minat orang lain, serta apakah orang lain itu menerima solusi mereka atau tidak .
3. Smoothing (melunak). Individu yang menggunakan strategi ini berpendapat bahwa pempertahankan hubungan
dengan orang lain jauh lebih penting dibandingkan dengan pencapaian tujuan pribadi. Mereka ingin diterima dan
dicintai. Mereka merasa bahwa konflik harus dihindari demi keharmonisan dan bahwa orang tidak akan dapat
membicarakan konflik tanpa mengakibatkan rusaknya hubungan.
4. Compromising (kompromi). Strategi ini digunakan individu yang menaruh perhatian baik terhapat pribadinya
sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Mereka berusaha berkompromi, mengorbankan tujuannya sendiri dan
mempengaruhi pihak lain untuk mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5. Confronting (konfrontasi). Individu dengan tipe ini menaruh perhatian sangat tinggi terhadap tujuan pribadi
maupun kelangsungan hubungan dengan orang lain. Mereka memandang konflik sebagai masalah yang harus
dipecahkan dan solusi terhadap konflik haruslah mencapai tujuan pribadinya sendiri maupun tujuan orang lain.
2. Factor-faktor yang mempengaruhi pola penyelesaian konflik
Johnson & Johnson (1991) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan bilamana seseorang terlibat dalam
suatu konflik dan akibatnya menentukan bagaimana seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut :
1. Tercapainya persetujuan yang dapat memuaskan kebutuhan serta tujuannya. Tiap orang memiliki tujuan
pribadi yani ingin dicapai. Konflik bias terjadi karena tujuan dan kepentingan individu menghalangi tujuan dan
kepentingan individu lain.
2. Seberapa penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi social, yang didalamnya
terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup bersama dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena
itu diperlukan interaksi yang efektif selama beberapa waktu.
Factor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti berikut ini :
1. Kepribadian individu yang terlibat konflik
Stenberg dan Soriono berpendapat bahwa gaya pengelolaan konflik seorang individu dapat diprediksi dari
karakteristik intelektual dan kepribadiannya. Mereka menemukan bahwa subjek dengan skor itelektual yang rendah
cenderung menggunakan aksi fisik dalam mengatasi konflik. Dari karakteristik kepribadian dapat diprediksi bahwa
sujek dengan skor tinggi pda need for deference ( kebutuhan untuk mengikuti dan mendukung seseorang), need for
abasement (kebutuhan untuk menyerah atau tunduk) dan need for order (kebutuha untuk membuat teratur)
cenderung untuk memilih gaya-gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak. Sebaliknya subjek dengan
skor tinggi pada need for autotomi (kebutuhan un tuk bebas dan lepas dari tekanan ) dan need for change
(kebutuhan untuk membuat perubahan) memiliki kecenderungan untuk memilih paling tidak satu gaya pengelolaan
konflik yang membuat konflik semakin intensif.
2. Situasional
Aspek situasi yang penting antara lain adalah perbedaan struktur kekuasaan, riwayat hubungan, lingkungan social,
dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki kekuasaan lebih besar terhadap situasi konflik, maka besar
kemungkinana akan diselesaikan dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat posisinya. Riwayat hubungan
menunjuk pada pengalaman sebelumnya dengan pihak lain, skap dan kenyakinan terhadap pihak lain tersebut.
Termasuk dalam aspek lingkingan social adalah norma-norma social dalam menghadapi konflik dan iklim social
yang mendukung melunaknya konflik atau justru mempertajam konflik.
3. Interaksi
Digunakannya pendekatan disposisional saja dalam mencari pemahaman akan perilaku social dianggap
mempunyai manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih dominan dalam menerangkan perilaku social adalah
interaksi dan saling mempengaruhinya determinan situasional dan disposisional.
4. Isu konflik
Tipe isu tertentu kurang mendukung rsolusi konflik yang konstruksif dibandingkan dengan isu yang lain. Tipe isu
seperti ini meng
Rahkan partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu yang berhubungan
dengan kekuasaan,status, kemenangan , dan kekalahan , pemilikan akan sesuatu tidak tersedia substitusinya, adalah
termasuk tipe-tipe isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil mennag kalah.
DAMPAK KONFLIK SOSIAL
DAMPAK POSITIF
1. Merperjelas batas-batas diri
Setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat , memiliki tanggung jawab atas hak dan kewajiban yang mereka
miliki. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang. Misalnya hak-hak mereka memperoleh pekerjaan yang
layak bagi ke manusia, hak untuk hidup , hak untuk berserikat dan berkumpul dan juga hak untuk mencintai dan
dicintai.
Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai warga masyarakat.
Sopan berlalu lintas adalah wujud kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain berlalu lintas. Dapat dikatakan
secara sederhana jangan orang lain mengerem karena tindakan kita. Jika dalam berlalu lintas orang lain mengerem
karena kendaraan kita berarti kita telah melanggar kebebasan orang lain dan itu berarti kita mengambil hak orang
lain untuk kebebasan kita , tindakan demikian tidaklah benar.
2. Menguatnya solidaritas kelompok
Salah satu upaya menguatkan solidaritas dalam kelompok adalah membuat musuh bersama bagi kelompoknya.
Misalnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, pemimpin bangsa ini menjadikan penjajah
Belanda sebagai musuh bangsa Indonesia.
3. Hikmah di balik konflik
Kata yang sering kita dengar “ambillah hikmah dibalik peristiwa yang terjadi” . adalah ungkapan yang sangat tepat
untuk menjelaskan adanya hikmah dibalik konflik yang terjadi. Misalnya konflik Suku dayak dan Madura di Sampit
akan memberikan hikmah bagi kedua belah pihak untuk lebih berjati-hati dalam hubungan social dalam kehidupan
bermasyarakat.
EKSES KONFLIK ( DAMPAK NEGATIF)
Ekses konflik akibat negative yang terjadi dengan adanya konflik. Ekses ini dapat di kategorikan menjadi beberapa
hal berikut ini :
1. Perpecahan
Akibat negative dari konflik adalah terjadinya perpecahan dalam banyak hal dan peristiwa.
2. Permusuhan
Konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dapat berakses bagi terjadinya permusuhan. Dendam selama ini ada
akan tetap tersimpaan dan tdendam tersebut sebagai biang keladi bagi terjadinya permusuhan. Ungkapan hutang
darah dibayar darah , hutang nyawa dibayar nyawa , adalah ungkapan permusuhan yang ditimbulkan oleh konflik
yang tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik dapat terjadi antar individu dengan individu ; individu dengan kelompok maupun kelompok dengan
kelompok, demikian juga halnya permusuhan tersebut dapat terjadi antar individu yang lain , misalnya berebut gadis
antara kedua remaja laki-laki, dapat berakhir dengan perkelahian dan bahkan sampai terjadi pembunuhan diantara
mereka yang berebut seorang gadis.
3. Balas dendam
Dendam merupakan gejala yang banyak kita dpaatkan dari konflik yang terjadi , mereka berharap suatu saat dapat
membalas kekalahan yang dia alami. Balas dendam biasanya menungggu kesempatan dimana lawan konflik dalam
keadaan lengah atau tidak berdaya . Di beberapa masyarakat balas dendam sering merupakan kewajiban bagi
keturunan dan bahkan di anggap sebagai keharusan dalam menghormati orang tua atau leluhurnya ,
manakalakeluarga atau kelompoknya pernah dipermaluka. Siriik misalnya di suatu masyarakat adalah suatu
kewajiban balas dendam yang harus dilakukan sebagai kewajiban manakala keluarga ada anggota yang di bunuh
atau dipermalukan di depan umum.
4. Kekerasan
Kekerasan merupakan tindakan fisik dan non fisik yang ditujukan kepada orang lain yang lebih lemah
keberadaannya. Mereka yang lebih kuat lebih berkuasa melakukan tindakan kekerasan pada pihak lain yang lebih
lemah atau berada di bawah kekuasaannya. Kekerasan dapat terjadi di lingkungan mana saja seperti kekerasan
rumah tangga atau keluarga, kekerasan dalam tempat kerja maupun di lembaga pendidikan smei militer dan militer.
5. Perubahan kepribadian
Perubahan dimungkinkan terjadi akibat konflik yang ada , hal ini terkait dengan keseimbangan psikologis dan
sisiologis dari yang bersangkutan. Secara psikologis apakah terdapat kekecewaan, tekanan bathin dan stress
maupun perasaan bersalah yang berkepanjangan. Secara sisiologis apakah hubungan social diantara mereka
terganggu atau tidak.
Misalnya perceraian orang tua akan berdampak buruk kepada anak-anaknya, figure orang tua sanagt penting kepada
anak-anak.
6. Jatuhnya korban
Korban berjatuhan dapat dimungkinkan sebagai akibat dari konflik yang ada. Anak-anak menjadi kkorban
perceraian ayah dan ibu . konflik antar suku banyak yang meninggal dun ia karena terkena senjata tajam pada waktu
konflik terbuka terjadi.
Jatuhnya korban tidak selamanya berupa nyawa, akan tetapi juga bisa berupa barang, kekayaan harta benda dan
berbagai sarana prasarana yang ada yang menjadi sasaran tindak pengrusakan yang terjadi pada waktu konflik
tersebut terbuka.
7. Dominasi yang kuat atas yang lemah
Hasil dari konflik yang ada adalah kemenangan atau kekalaha n bagi salah satu pihak yang berkonflik. Kenyataan
demikian membuat mereka yang menang akan menguasai kelompok yang kalah dan kelompok yang kalah akan
berada di bawah kekuasaan yang menang.
KEGIATAN BELAJAR 2 : MOBILITAS SOSIAL
MOBILITAS SOSIAL adalah perubahan , pergeseran , peningkatan, ataupun penurunan status dan peran
anggotanya. Menurut Horton , mobilitas social adalah suatu gerak perpin dahan dari satu kelas social ke kelas social
yang lainnya atau gerak pindah dari strata yang lainnya. Semenatra menurut Kimball Young dan Raymond W.Mack
, mobilitas social adalah suatu gerak dalam struktur social yaitu pola-pola tertentu yang mnegatur organisasi suatu
kelompok social. Struktur social mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
1. Cara untuk melakukan mobilitas social
Secara umum , cara orang untuk melakukan mobilitas social ke atas adalah sangat beragam, diantaranya adalah
sebagi berikut :
a. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan suatu standar hidup
yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.
b. Perkawinan
Perkawinan pada umumnya bertujuan untuk memnuj=hi kebutuhan seksual dan melanjutkan keturunan. Namun
secara sosiologis pada umunya perkawinan juga bertujuan untuk meningkatkan status social yang lebih tinggi dari
mannusia yang bersangkutan, namun demikian tidak smeua individu memiliki pandangan tersebut.
c. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status social, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggal nya yang lama menjadi lebih megah ,
indah dan mewah.
d. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status social yang tinggi , orang berusaha menaikkan status sosialnya dan
mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kleas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelas. Bukan hanya
tingkah laku , tetpai juga pakaian, ucapan , minat , dan sebagainya.
e. Perubahan nama
Dalam suatu masyrakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi social tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan
dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi social yang lebih tinggi.
2. Factor penghambat mobilitas social
Ada beberapa factor penting yang justru menghambat mobilitas social . Factor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
a. Perbedaan kelas rasial
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit uputih berkuasa dan tidak member
kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai
penguasa. System ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam terpilih
menjadi presiden Afrika Selatan.
b. Agama
Seperti yang terjadi di india yang mneggunakan system kasta, menjadikan agama sebagai penghambat
terjadinya mobilitas social. Hal ini dikarenakan tidak diperkenankannya terjadi interaksi antara manusia yang
berbeda kasta.
c. Diskriminasi kelas
Diskriminasi dalam system kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas, hal ini terbukti dengan adanay
pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang
mampu mendapatkannya.
d. Kemiskinan
Kemiskinan bilamana keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pkok warga Negara dalam jumlah sukuo dan
memadai , dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu social tertentu.
e. Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin dalam masyrakat juga berpengaruh terhadap prestasi , kekuasaan , status social, dan
kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
3. Beberapa bentuk mobilitas social
a. Mobilitas social horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari suatu kelompok social ke
kelompok social lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam
mobilitas sosialnya.
b. Mobilitas social vertical
Mobilitas social vertical adalah perpindahan individu atau obyek-obyek social dari suatu kedudukan social ke
kedudukan social lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas social vertical dapat dibagi
menjadi dua, mobilitas vertical ke atas dan mobilitas social vertical ke bawah
A, Mobilitas vertical ke atas ( Sosial Climbing)
Mobilitas vertical ke atas mempunyai dua bentuk yang utama, yaitu (1) Masuk ke dalam kedudukan
yang lebih tinggi , yaitu masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah kedalam kedudukan
yang lebih tinggi, dimana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya. (2) Membentuk kelompok baru yaitu
pembentukan suatu kelompok baru yang memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya , misalnya
dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
B, Mobilitas vertical ke bawah ( Sosial Sinking)
Mobilitas vertical ke bawah mempunyai dua bentuk utama yaitu turunnya kedudukan dan turunnya derajat
kelompok. Turunnya kedudukan bilamana kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.
c. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antar generasi umunya berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu,generasi
anak,generasi cucu dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup,baik naik maupun turun
dalam suatu generasi. Penekannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan
status social suatu generasi ke generasi lainnya.
d. Mobilitas intra generasi
Mobilitas intra generasi adalah mobilitas yang terjadi didalam satu kelompok generasi yang sama. Contoh : pak
Amin adalah seotang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak . KEmudian istrinya
melahirkan anak yang kedua yang diberi nama Riki yang awalnya menjadi tukang becak juga. Tetapi Riki lebih
beruntung sehingga bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha becak , sementara Endra tetap menjadi
tukang becak . perbedaan status social antara ENdra dengan adiknya disebut mobilitas intragenerasi.
e. Gerak social geografis
Gerak social ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah yang lain seperti
transmigrasi , urbanisasi,dan migrasi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas social
Mobilitas social dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Perubahan kondisi social
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar
masyarakat . Misalnya kemajuan teknolohi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan
ideology dapat menimbulkan stratifikasi baru
b. Ekspansi territorial dan gerak populasi
Ekspansi territorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirri fleksibilitas struktur stratifikasi dan
mobilitas social , misalnya perkembangan kota , transmigrasi , bertambahnya dan berkurangnya penduduk.
c. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang menbatasi komunikasi antar strata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas diantara
strata yang ada dalam pertukaran pengertahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan menghalangi mobilitas
social. Sebaliknya , pendidikan dan komunikasi yang bebas serta efektif akan memudarkan semua batas garis dari
strata social yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
d. Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat
pembagian kerja tinggi dan sangat dispesialisasikan , maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang
bergerak dari satu strata ke strata yang lain kare spesialisasi pekerjaan menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dpaat menempati staus social.
5. Saluran-saluran mobilitas social
a. Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata apapun namanya di suatu Negara merupakan salah satu saluran mobilitas social. Angkatan
bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertical ke atas mellaui tahapan yang
disebut kenaikan pangkat.
b. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat staus social seseorang, misalnya yang berjasa dalam
perkembangan Agama seperti Kyai, Santri , Uztad , Biksu , Pendeta dan lain sebagainya
c. Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkrit dari mobilitas vertical ke atas,
bahkan dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk
menempati jabatan yang lebih tinggi , sehingga status sosialnya meningkat.
e. Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi dapat meningkatkan tingkat pendapatan sseorang. Semakin besar prestasinya , maka semakin
besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah
akibatnya kekayaannya bertambah pula. Dan karena kekayaannya bertambah , status sosialnya di masyarakat
meningkat.
f. Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih
tinggi daripada pengguna biasa. Keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok organisasi profesi atau keahlian
mendorong yang bersangkutan mengalami perubahan social.
g. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seseorang yang menikah dengan orang yang memiliki status
terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya. Demikian halnya bila sebaliknya. Oleh karena itu ,
banyak ditemukan dlama masyarakat perkawinan yang tidak didasarkan rasa cinta kedua belah pihak tetapi
didasakan upaya peningktan status social masing-masing pihak.
6. Dampak mobilitas social
Gejala naik turunnya status social tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur social
masyrakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini data berbentuk
konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas :
a. Konflik antar kelas
Dalam masyarakat , terdapat lapisan-lapisan social karena ukuran-ukuran seperti kekayaan,kekuasaan dan
pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas social, apabila terjadi perbedaan kepentingan antar
kelas-kelas social yang ada di masyarakat dalam mobilitas social maka akan muncul konflik antarkelas. Contohnya
demostrasi buruh yang menuntut kenaikan upah, menggambarkan konflik antar kelas buruh dengan pengusaha
b. Konflik antarkelompok social
Di dlaam masyarakat terdapat pula kelompok social yang beraneka ragam. Diantaranya kelompok social
berdasarkan ideology, profesi , agama , suku , dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai
kelompok lain , maka akan timbul konflik. Contohnya tawuran pelajar, perang antar kampong , perang antar suku ,
perang antar geng dan lainnya.
c. Konflik antar generasi
Konflik antargenerasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi muda yang
ingin mengadakan perubahan. Contoh : Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia
sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
d. Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila
menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akn timbul penyelesaian kembali yang
didasari oleh adanya rasa toleransi kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam ini disebut akomodasi.
e. Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk
pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata
atas. Contohnya seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat, agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
f. Mobilitas social akan lebih mempercepat tingkat perubahan social masyarakat kearah yang lebih baik.Moilitas
social yang terjadi pada masyarakat bisa mengakibatkan munculnya perubahan menuju yang lebih baik pada
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai