Rhinitis PDF
Rhinitis PDF
170
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
171
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
172
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
menyatakan reaksi abnormal yang fase cepat dimana timbul pada saat
timbul setelah mengkonsumsi kontak dengan antigen sampai
sesuatu makanan ialah reaksi dengan 1 jam sesudahnya. Fase
simpang makanan (adverse food kedua adalah reaksi alergi fase
reaction). Reaksi ini dapat lambat. Reaksi ini mulai berlangsung
disebabkan oleh reaksi simpang dari 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
fisiologik (food intolerance) dan dan dapat berlangsung sampai 24-48
reaksi simpang imunologik (food jam.8
hypersensitivity) yaitu suatu alergi Pada fase cepat akan
makanan. 8 dilepaskan mediator-mediator karena
Food intolerance (reaksi degranulasi dari sel mast atau
non alergik) adalah reaksi simpang basofil. Mediator tersebut ada yang
akibat mekanisme karakteristik unik telah terbentuk seperti histamin dan
dari pejamu. Reaksi ini terjadi pada beberapa enzim serta yang baru
beberapa kondisi seperti gangguan dibentuk seperti prostaglandin D2,
dalam metabolisme (defisiensi enzim leukotrien D4, leukotrien C4,
lactase), kontaminasi toksin histamin bradikinin dan platelet activating
yang dihasilkan ikan, toksin dari factor (PAF). Mediator-mediator ini
salmonella atau shigella. Reaksi menimbulkan efek lokal seperti
farmakologik terhadap kafein dalam diare, kolik pada saluran cerna serta
kopi, tiramin dalam keju, dan reaksi meningkatkan absorbsi dari antigen
idiosinkrasi akibat gangguan psikis. makanan sejenis atau antigen lain.
4,8
Keadaan ini juga akan menimbulkan
Pada food hypersensitivity efek sistemik seperti vasokonstriksi
dibagi menjadi dua : adanya dari bronkus dan pengendapan dari
keterlibatan IgE dan non IgE. Pada kompleks imun yang menyebabkan
reaksi ini terdapat penetrasi dari urtikaria.8
molekul antigen ke dalam tubuh dan Reaksi tipe I pada RA
merangsang reaksi imunologis. ternyata tidak berhenti begitu saja
Reaksi ini tidak timbul pada saat setelah terjadi proses degranulasi sel-
kontak pertama dengan alergen, sel mastosit/basofil, tetapi diikuti
namun gejala akan timbul pada reaksi alergi fase lambat. Jika pada
paparan yang kedua kalinya dengan reaksi akut yang berperan adalah
alergen yang sama. Gell & Coombs mediator primer maka pada fase
mengklasifikasikan reaksi lambat yang berperan adalah
imunologis kedalam 4 kelas, yaitu : 8 mediator sekunder. Reaksi lambat ini
3.1 Reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi kurang lebih pada 50%
Pada keadaan anafilaksis penderita. Respon yang terjadi lain
terhadap makanan, telah lama dan dihubungkan dengan infiltrasi
diketahui bahwa alergi makanan seluler antara eosinofil, basofil dan
yang berikatan dengan IgE spesifik mononuklear. 6
untuk yang kedua kalinya akan Adanya infiltrasi seluler
memicu degranulasi dari sel mast pada fase lambat ini menyebabkan
dan dilepaskannya mediator- patogenesis RA menjadi lebih
mediator kimia. Pada reaksi tipe I kompleks. Eosinofil akan melepas
terdiri dari 2 fase, yaitu reaksi alergi “Major Basic Protein” (MBP) yang
173
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
174
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
175
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
176
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
177
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
178
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
179
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
no
Controlled program
allergy testing stop
Basis registration
symptoms No symptoms
of symptoms
No effect consider
Elimination diet stop
other diet
DBPCFC adalah
pemeriksaan baku emas (gold
180
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
181
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
TH2 cell
IL-4
IL-
13 IL-5
B cell Eosinophi
IgE
182
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
183
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
alergi makanan yang lain seperti untuk mencari penyebab secara pasti
asma, eksim, oral allergy syndroms, alergi makanan.
urtikaria, dan gejala saluran cerna. Terapi utama terhadap
Diagnosis alergi makanan alergi makanan adalah diet eliminasi
pada RA ditegakkan berdasarkan dan rotary diversified diet. Untuk
anamnesis, pemeriksaan fisik dan memastikan diet dengan nutrisi yang
pemeriksaan penunjang. Secara cukup diperlukan bantuan dari ahli
umum alergi makanan dapat gizi. Upaya pencegahan terhadap
diidentifikasi melalui diet eliminasi alergi makanan harus sudah dimulai
dan tes provokasi. DBPCFC adalah sedini mungkin.
metode baku emas (gold standard)
184
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187
DAFTAR PUSTAKA
185
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)
186