Anda di halaman 1dari 17

Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

PERAN DIET ELIMINASI ALERGI MAKANAN


PADA DIAGNOSIS DAN TERAPI RINITIS ALERGI

Suryantoko, Dwi Reno Pawarti

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN Alergi makanan terjadi pada


Rinitis alergi (RA) sesuai 1-2 % pasien dewasa dan kurang
definisi menurut World Health lebih 8 % pada pasien anak-anak
Organization - Allergic Rhinitis and berusia kurang dari 6 tahun. Reaksi
its Impact on Asthma (WHO ARIA) imunologis akibat alergi makanan
tahun 2001 adalah kelainan pada bisa menyebabkan berbagai gejala
hidung dengan gejala bersin, rinore, yang timbul pada kulit, saluran
rasa gatal dan tersumbat setelah gastrointestinal dan saluran nafas
terpapar alergen yang diperantarai diantaranya adalah RA.4
oleh IgE.1 Diagnosis pasti alergi
Penyakit alergi di bidang terhadap makanan hanya bisa
Telinga, Hidung dan Tenggorok - dipastikan dengan Double Blind
Bedah Kepala Leher (THT-KL) Placebo Control Food Challenge (
banyak dijumpai pada praktek DBPCFC) atau dengan eliminasi
sehari-hari. Meskipun penyakit alergi provokasi makanan. Penanganan
di bidang THT-KL ini tidak terbaik pada penderita alergi
mengancam jiwa, namun relatif makanan adalah dengan menghindari
mengganggu kehidupan sehari-hari makanan penyebabnya (diet
karena menurunkan kualitas hidup eliminasi).5 Reaksi alergi ini
penderita, biaya pengobatan relatif disebabkan berbagai macam faktor
tinggi dan upaya penyembuhan yang dan tergantung interaksi berbagai
lama serta hasilnya sering kurang faktor tersebut yang dipengaruhi
memuaskan. Penyakit alergi di secara genetik dan bisa berubah terus
bidang THT-KL, khususnya RA dari waktu ke waktu. Diagnosis dan
tidak jarang berjalan kronis, penanganan RA akibat alergi
progresif serta menimbulkan makanan sering kurang memuaskan
komplikasi pada organ sekitarnya.2 karena masih banyak faktor
Berdasarkan cara masuknya penyebab yang belum terungkap.2
alergen dibagi atas : alergen inhalan, Tujuan dalam penulisan
alergen ingestan, alergen injektan tinjauan pustaka ini adalah untuk
serta alergen kontaktan.1 Pada mengkaji mengenai peranan diet
umumnya alergen penyebab RA eliminasi alergi makanan pada
pada anak adalah alergen ingestan diagnosis dan terapi RA.
dan paling banyak diderita oleh anak
yang berusia kurang dari 1 tahun.3

170
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

1. Epidemiologi tergantung dari tipe alergen, 90 %


Rinitis alergi merupakan dari penderita terjadi toleransi pada
penyakit yang sering ditemukan usia sebelum 3 tahun. Menurut
dalam praktek sehari-hari. Penyakit laporan Sampson seperti dikutip
ini menyerang pada 10% dari Jensen, tumbuhnya toleransi terjadi
populasi penduduk dan dapat terjadi pada 19-50 % penderita.7
pada semua usia terutama usia anak- Di negara Portugis
anak, remaja, usia tumbuh kembang prevalensi alergi makanan pada
dan usia produktif.6 Survey di dewasa 4,8 %, kebanyakan
Amerika membuktikan kurang lebih mengalami alergi pada satu jenis
10% anak-anak dan lebih dari 20% makanan (67,6%). Di USA dari hasil
dewasa muda menderita RA.3 Dari survey keamanan makanan oleh
beberapa penelitian prevalensi RA FDA’s 2001, prevalensi alergi
yang positif dengan DBPCFC makanan adalah 9,1% dari semua
berkisar 1-80%. Rinitis akibat alergi responden. Jenis alergen terbanyak
makanan jarang muncul sebagai (2,7%) ada 8 jenis yaitu kacang
gejala tunggal, kecuali gustatory tanah, tree nuts, telur, susu, gandum,
rhinitis (rinore yang timbul akibat soya, ikan dan crustacean shellfish.9
makanan pedas). 7 Di poliklinik alergi RSUD Dr
Rinitis alergi pada anak Soetomo alergen ingestan yang
biasanya terjadi antara umur 5 - 10 tersering didapatkan adalah daging
tahun dengan puncaknya pada umur ayam, kambing, sapi, udang dan
10 tahun. Pada umumnya alergen coklat, yang lebih jarang yaitu telur
penyebab RA pada anak adalah ayam dan bebek, susu sapi, ikan
alergen ingestan. Alergi terhadap pindang, tongkol, kacang tanah,
makanan lebih banyak terjadi pada tempe, ragi dan pisang.2
bayi dan anak dibanding orang
dewasa.3 Alergi makanan lebih 2. Etiologi
sering terjadi pada anak dibawah Terdapat 3 faktor yang
umur 3 tahun. Hal tersebut mempengaruhi terjadinya alergi
disebabkan karena belum matangnya makanan, yaitu faktor genetik
sistem imunitas pada mukosa saluran (atopi), imaturitas usus dan pajanan
cerna.8 alergen yang kadang memerlukan
Jumlah penderita alergi faktor pencetus. Timbulnya gejala
makanan pada anak di berbagai alergi bukan saja dipengaruhi oleh
negara bervariasi antara 6-8 %. Dari penyebab alergi (alergen) tetapi juga
jumlah tersebut terbanyak ialah dipengaruhi oleh pencetus alergi.
alergi terhadap susu sapi sebesar Beberapa hal/keadaan yang bisa
2,5% diikuti alergi terhadap telur menyulut atau mencetuskan
sebesar 1,5% serta alergi terhadap timbulnya alergi disebut faktor
kacang sebesar 0,5%. Sedikitnya pencetus. Faktor pencetus tersebut
2,5% bayi yang dilahirkan alergi dapat berupa faktor fisik, psikis
terhadap susu sapi hingga berumur 1 maupun hormonal. Faktor fisik
tahun dan sebanyak 25% akan seperti dingin, panas atau hujan,
menetap sampai dewasa.8 Durasi kelelahan, aktifitas berlebihan, atau
penyakit secara klinis bervariasi olahraga. Faktor psikis berupa

171
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

kecemasan, sedih, stress atau terhadap susu sapi diperkirakan


ketakutan.5 terjadi pada 1-2% dari anak-anak.3
Alergen makanan paling Rute sensitisasi secara
banyak berupa glikoprotein dengan normal adalah melalui saluran
BM 14-40 kDa. Biasanya penyebab gastrointestinal, dimana reaksi pada
alergi makanan pada seseorang pasien yang tersensitisasi bisa datang
hanya terbatas pada sejumlah dari mulut (oral allergy
makanan tertentu, jarang terjadi syndrome/OAS), lambung atau usus.
alergi makanan yang multipel.10 Pada occupational food
Prevalensi jenis alergi makanan hypersensitivity (misal Baker’s
bervariasi tergantung pada diet dan asthma and rhinitis) sensititasi pada
paparan alergen makanan. Keadaan pasien lewat inhalan. Pada alergi
geografis dilaporkan juga makanan dimana terdapat reaktifitas
berpengaruh terhadap jenis alergi silang terhadap serbuk sari,
makanan. Sebagai contoh alergi sensitisasi pada pasien terhadap
terhadap ikan lebih sering terjadi di serbuk sari lewat saluran nafas,
Spanyol, di Amerika lebih sering diikuti oleh gejala yang muncul dari
alergi terhadap kacang tanah. reaksi silang pada epitop umum dari
Penyebab alergi makanan terbanyak serbuk sari dan buah atau sayuran,
pada bayi dan anak adalah susu sapi, terutama pada mulut dan tenggorok.7
telur, kacang tanah, tree nuts, soya
dan gandum. Kacang tanah dan tree Table 1. Foods most commonly
nuts, juga ikan dan kerang adalah associated with allergies 11
penyebab alergi makanan tersering
Dairy products Citrus fruits
pada remaja dan dewasa.9 Di
Wheat Pork
Jepang, nasi adalah alergen yang Eggs Rye
utama pada anak. Di Skandinavia Corn Beef
alergi buah lebih tinggi angka Chocolate Tomato
kejadiannya.8 Tea Peanuts
Coffee Tree nuts
Insiden dan usia permulaan
Yeast Barley
timbulnya gejala alergi makanan Soy Seafood
pada anak dipengaruhi oleh faktor
keturunan, jumlah paparan terhadap
alergen dan kondisi kesehatan secara
umum. Karakteristik alergen 3. Patofisiologi
ingestan berbeda dengan alergen Istilah alergi makanan
inhalan, karena alergenisitasnya sering digunakan secara tidak tepat
dapat berubah dengan sehingga setiap reaksi tak diinginkan
memprosesnya. Pada dasarnya yang timbul setelah mengkonsumsi
semua makanan dapat menjadi makanan selalu dianggap sebagai
alergen. Menurut penelitian Partana alergi terhadap makanan tersebut.
dkk seperti dikutip Ahadiah dan The American of Alergy and
Sumantri3, disebutkan bahwa alergen Imunology and the National Institute
utama pada anak-anak yaitu kacang, of Allergy and Infection Disease
ikan, telur, ayam dan buah. Alergi menetapkan beberapa istilah. Istilah
umum yang dipakai untuk

172
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

menyatakan reaksi abnormal yang fase cepat dimana timbul pada saat
timbul setelah mengkonsumsi kontak dengan antigen sampai
sesuatu makanan ialah reaksi dengan 1 jam sesudahnya. Fase
simpang makanan (adverse food kedua adalah reaksi alergi fase
reaction). Reaksi ini dapat lambat. Reaksi ini mulai berlangsung
disebabkan oleh reaksi simpang dari 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
fisiologik (food intolerance) dan dan dapat berlangsung sampai 24-48
reaksi simpang imunologik (food jam.8
hypersensitivity) yaitu suatu alergi Pada fase cepat akan
makanan. 8 dilepaskan mediator-mediator karena
Food intolerance (reaksi degranulasi dari sel mast atau
non alergik) adalah reaksi simpang basofil. Mediator tersebut ada yang
akibat mekanisme karakteristik unik telah terbentuk seperti histamin dan
dari pejamu. Reaksi ini terjadi pada beberapa enzim serta yang baru
beberapa kondisi seperti gangguan dibentuk seperti prostaglandin D2,
dalam metabolisme (defisiensi enzim leukotrien D4, leukotrien C4,
lactase), kontaminasi toksin histamin bradikinin dan platelet activating
yang dihasilkan ikan, toksin dari factor (PAF). Mediator-mediator ini
salmonella atau shigella. Reaksi menimbulkan efek lokal seperti
farmakologik terhadap kafein dalam diare, kolik pada saluran cerna serta
kopi, tiramin dalam keju, dan reaksi meningkatkan absorbsi dari antigen
idiosinkrasi akibat gangguan psikis. makanan sejenis atau antigen lain.
4,8
Keadaan ini juga akan menimbulkan
Pada food hypersensitivity efek sistemik seperti vasokonstriksi
dibagi menjadi dua : adanya dari bronkus dan pengendapan dari
keterlibatan IgE dan non IgE. Pada kompleks imun yang menyebabkan
reaksi ini terdapat penetrasi dari urtikaria.8
molekul antigen ke dalam tubuh dan Reaksi tipe I pada RA
merangsang reaksi imunologis. ternyata tidak berhenti begitu saja
Reaksi ini tidak timbul pada saat setelah terjadi proses degranulasi sel-
kontak pertama dengan alergen, sel mastosit/basofil, tetapi diikuti
namun gejala akan timbul pada reaksi alergi fase lambat. Jika pada
paparan yang kedua kalinya dengan reaksi akut yang berperan adalah
alergen yang sama. Gell & Coombs mediator primer maka pada fase
mengklasifikasikan reaksi lambat yang berperan adalah
imunologis kedalam 4 kelas, yaitu : 8 mediator sekunder. Reaksi lambat ini
3.1 Reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi kurang lebih pada 50%
Pada keadaan anafilaksis penderita. Respon yang terjadi lain
terhadap makanan, telah lama dan dihubungkan dengan infiltrasi
diketahui bahwa alergi makanan seluler antara eosinofil, basofil dan
yang berikatan dengan IgE spesifik mononuklear. 6
untuk yang kedua kalinya akan Adanya infiltrasi seluler
memicu degranulasi dari sel mast pada fase lambat ini menyebabkan
dan dilepaskannya mediator- patogenesis RA menjadi lebih
mediator kimia. Pada reaksi tipe I kompleks. Eosinofil akan melepas
terdiri dari 2 fase, yaitu reaksi alergi “Major Basic Protein” (MBP) yang

173
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

akan merusak epitel dan komplemen untuk kemudian


mengganggu pergerakan silia merangsang sel mast dan basofil. Zat
hidung. Selain itu sel limfosit B dan vasoaktif yang dilepaskan akan
T, neutrofil dan makrofag merupakan menimbulkan vasodilatasi,
kelompok sel yang menghasilkan peningkatan permeabilitas vaskuler
“Histamine Releasing Factors” dan reaksi inflamasi. Kompleks imun
(HRFs) yang dapat merangsang sel ini akan memberikan gejala sesuai
basofil untuk mengeluarkan histamin dengan lokasi pengendapannya. Jika
sehingga dengan demikian akan target organnya intestinal maka bisa
terjadi lingkaran setan (circulus terjadi diare atau kolik abdominal.
vitiosus) yang sulit untuk diatasi.6,8 Apabila mengendap di hidung, maka
3.2 Reaksi hipersensitivitas tipe II akan timbul gejala kongesti hidung
Reaksi hipersensitivitas tipe atau rinore.8
II disebut juga reaksi sitotoksik atau 3.4 Reaksi hipersensitivitas tipe IV
sitolitik yang terjadi karena Reaksi ini juga dikenal
dibentuknya antibodi jenis IgG atau sebagai reaksi imun seluler, dimana
IgM terhadap antigen yang terdapat peran antibodi. Antigen
merupakan bagian dari sel yang masuk dari luar akan
8,12
pejamu. Antibodi tersebut dapat dipresentasikan oleh sel APC ke sel
mengaktifkan sel yang memiliki Th1 yang MHC II dependent. Sel
reseptor Fc-R. Ikatan antigen- Th1 yang diaktifkan akan melepas
antibodi dapat pula mengaktifkan berbagai sitokin antara lain
komplemen yang melalui reseptor macrophage inhibition factor (MIF),
C3b memudahkan fagositosis atau macrophage activating factor (MAF)
menimbulkan lisis. Contoh reaksi dan IFN yang mengaktifkan
tipe II ini pada keadaan makrofag dan yang merupakan sel
trombositopenia yang berhubungan efektor yang menimbulkan
dengan alergi susu sapi.8 kerusakan pada jaringan. Respon
3.3 Reaksi hipersensitivitas tipe III yang timbul pada reaksi tipe IV ini
Reaksi hipersensitivitas tipe berkisar antara 24-48 jam setelah
III disebut juga reaksi kompleks paparan. Beberapa kasus alergi
imun, yang terjadi apabila ditemukan terhadap susu sapi telah dibuktikan
ikatan antigen-antibodi dalam secara laboratoris termasuk reaksi
sirkulasi darah atau jaringan dan tipe IV ini.8
mengaktifkan komplemen. Dalam Diperkirakan sebagian besar
keadaan normal ikatan antigen- alergi makanan dasarnya adalah
antibodi ini secara cepat akan reaksi hipersensitivitas tipe I dan tipe
dimusnahkan oleh sistem III, atau kombinasi keduanya.
retikuloendotelial tanpa timbul Selanjutnya secara klinis alergi
kondisi patologis. Namun bila makanan dapat dibedakan menjadi
terdapat konsentrasi yang tinggi dari dua jenis yaitu jenis tetap (fixed type)
kompleks imun serta ukurannya yang dan jenis siklik (cyclic type).8
kecil maka akan sulit dimusnahkan. 3.5.1 Tipe tetap (fixed type) atau
Selanjutnya kompleks ini akan immediate type
mengendap pada kapiler atau Jenis ini melibatkan respon
jaringan dan akan mengaktifasi IgE yang memberikan gejala dalam

174
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

waktu detik sampai beberapa jam dibedakan dengan tipe tetap


setelah kontak dengan alergen. berdasarkan ketergantungannya
Beberapa penderita mengeluh gejala terhadap jumlah makanan yang
urtikaria yang timbul lambat sampai dikonsumsi dan seberapa seringnya
24 jam setelah paparan. Sensitivitas konsumsi tersebut. Pada beberapa
terhadap makanan selalu menetap kasus, reaksi akan timbul apabila
bertahun-tahun dan bahkan dalam penderita mengkonsumsi makanan
waktu yang tidak terbatas. Reaksi dalam jumlah yang banyak atau
yang timbul cepat, jelas dan dalam frekuensi yang sering. Hal ini
seringkali berat. Apabila telah terjadi disebabkan reaksi akan timbul hanya
reaksi sensitisasi maka gejala akan dengan jumlah yang besar yang
selalu timbul jika individu tersebut dapat membentuk kompeks imun.8
terpapar kembali oleh alergen yang Meskipun alergen makanan
sama. Gejala yang timbul tidak diabsorbsi dari mulut dan saluran
ditentukan oleh kuantitas makanan cerna, namun jumlah alergen yang
yang dimakan, bahkan jumlah menyebabkan respon imun terutama
allergen minimalpun dapat tergantung dari permeabilitas
menimbulkan gejala. Jenis tetap ini mukosa saluran cerna. Pada bayi
dapat memberikan gejala klinis baru lahir dan anak-anak terdapat
bermacam-macam seperti flushing, peningkatan permeabilitas mukosa
dermatitis atopi atau eksema, asma, saluran cerna secara bermakna. Hal
RA, konjungtivitis alergi, urtikaria, ini dapat menerangkan tingginya
angioudema, oral allergic syndrome, kasus alergi makanan pada bayi dan
gangguan gastrointestinal serta reaksi anak. Setiap kondisi yang berakibat
anafilaksis yang fatal.8 peningkatan permeabilitas saluran
3.5.2 Tipe siklik (cyclic type) atau cerna akan memudahkan reaksi
delayed type alergi yang lain untuk timbul. Faktor
Tipe ini dikemukakan oleh lain yang turut berperan adalah
Rinkel seperti dikutip Irawati dan reaksi silang antara makanan dan
Abdilah8, berdasar observasi klinis alergen inhalan dimana alergen
dari hasil pengaturan diet makanan tersering adalah tepungsari yang
penderita alergi. Pada jenis ini gejala memberikan reaksi silang pada
dapat timbul dalam beberapa jam molekul makanan yang homolog,
sampai beberapa hari setelah seperti profilin.8
mengkonsumsi makanan. Jenis ini
tidak melibatkan reaksi IgE dan 4. Manifestasi Klinis Alergi
merupakan 60-80 % dari alergi Makanan Dengan Rinitis
makanan yang ditemukan dalam Alergi
klinis. Menurut Boyles seperti Manifestasi alergi makanan
dikutip Irawati dan Abdilah8, bahwa yang diperantarai IgE dapat
95 % alergi makanan adalah bentuk bermacam-macam, tergantung dari
siklik dan sisanya adalah bentuk tempat dan luas degranulasi sel mast
tetap. Reaksi alergi jenis siklik atau basofil, mulai dari urtikaria akut
diduga diperantarai IgG dan sampai reaksi anafilaksis yang fatal.5
merupakan reaksi komplek imun Target organ yang sering terkena
(reaksi tipe III). Tipe siklik ini dapat adalah kulit, saluran pernafasan atas

175
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

dan bawah, saluran cerna serta reaksi Gastrointestinal Allergic


sistemis.8,9 Gejala yang dialami "anaphylaxis" eosinophilic
Allergic gastroenteritis
akibat makanan tertentu bisa timbul eosinophilic Enteropathy
dalam menit, jam atau hari dari gastroenteritis syndrome
masuknya makanan.9 Celiac disease
Gejala pada saluran nafas Respiratory tract Asthma Heiner syndrome
akibat alergi makanan digolongkan Allergic rhinitis
sebagai gejala akut atau kronik.
Multisystem Food-induced
Reaksi akut umumnya dimediasi anaphylaxis
oleh IgE sedangkan reaksi kronik Food-
dimediasi oleh campuran antara IgE associated,
exercise-
dan mekanisme seluler. Tidak mudah induced
untuk mengidentifikasi terjadinya anaphylaxis
RA yang terinduksi oleh makanan,
karena sering muncul bersamaan
dengan gejala-gejala alergi makanan 5. Diagnosis Alergi Makanan
yang lain seperti asma, eksim, oral Penyebab Rinitis Alergi
allergy syndroms, urtikaria, dan Ada beberapa macam cara
gejala saluran cerna.4 dan tahap dalam menegakkan
Gejala rinitis yang sering diagnosis alergi makanan pada RA.
ditemukan berupa keluhan hidung Pada dasarnya diagnosis RA selalu
tersumbat, sekret yang jernih dan berpatokan pada anamnesis,
encer, hidung terasa gatal, bersin- pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
bersin serta menurunnya ketajaman penunjang.3,8
penciuman. Tidak jarang dijumpai 5.1 Anamnesis
allergic salute, rasa penuh pada Seperti umumnya penyakit
muka dan sakit kepala akibat alergi, maka anamnesis akan sangat
sinusitis, dan dapat juga banyak memberikan kontribusi untuk
berhubungan dengan polip nasi, menegakkan diagnosis. Selain itu
sinusitis jamur atau infeksi sinus anamnesis juga sangat berguna untuk
yang berulang.8 mencari alergen penyebabnya.
Anamnesis selalu dimulai dengan
waktu dan kronologi penyakitnya
Table 2. Food Allergy: Target Organs yang meliputi bagaimana terjadinya
and Disorders 13 keluhan, adakah hubungannya
dengan kontak terhadap alergen, baik
Non IgE-
inhalan maupun ingestan. Untuk
IgE-mediated mediated mencari hubungan dengan alergen
Target organ disorder disorder ingestan ternyata lebih sulit,
sehingga kadang-kadang
Skin Urticaria and Atopic dermatitis memerlukan catatan diit harian.
angioedema Dermatitis Selanjutnya pertanyaan harus lebih
Atopic herpetiformis
dermatitis terperinci terutama mengenai umur
permulaan terjadinya gejala, jenis
Gastrointestinal Oral allergy Proctocolitis
tract syndrome Enterocolitis
dan banyaknya takaran makanan,
frekuensi konsumsi makanan

176
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

tertentu, sembuh dengan atau tanpa yang murah untuk


obat. Selain itu anamnesis harus mendokumentasikan frekuensi dari
meliputi adanya manifestasi alergi gejala yang timbul berkaitan dengan
pada organ lain, terutama saluran ingesti makanan.14
cerna, organ THT yang lain yaitu 5.3.2 Diet eliminasi
telinga dan tenggorok, juga pada Sebagai sarana diagnosis,
kulit, riwayat keluarga dan keadaan diet eliminasi dilakukan dengan
lingkungan. 3 menghindari secara lengkap semua
5.2 Pemeriksaan fisik makanan atau grup makanan yang
Pemeriksaan terutama untuk dicurigai selama waktu tertentu (
mencari tanda-tanda atopi seperti : umumnya 7-14 hari) sambil
likenifikasi, kulit kering dan bersisik dimonitor berkurangnya gejala.8
yang sering tampak pada penderita 5.3.3 Tes kulit
dermatitis atopi. Kulit kemerahan Tes kulit ini meliputi tes
dan bersisik pada daun telinga, otitis gores, tes cukit kulit (prick test) dan
eksterna kronis disertai rasa gatal tes kulit intradermal untuk
tanpa adanya infeksi. Pada mendeteksi alergi makanan terkait
pemeriksaan hidung bisa ditemukan dengan reaksi alergi tipe cepat
allergic shiners, allergic salute.8 (immediate). Kelemahan dari tes ini
Sedangkan untuk pemeriksaan lokal yaitu tidak dapat mendeteksi reaksi
kadang kurang memberi ciri khas tipe lambat (delayed).8 Uji kulit
dan sangat bervariasi dari mukosa untuk alergi makanan yang lebih
yang hiperemi sampai livide dan sering dilakukan pada akhir-akhir ini
sekresi yang serus sampai mukoid.3 adalah Intrakutaneus Provocative
Pada pemeriksaan mulut dan Dilutional Food Test (IPDFT).1
tenggorok dapat dijumpai hipertrofi 5.3.4 Tes laborat
ginggiva, geographic tongue, Dilakukan pemeriksaan
hipertrofi tonsil, arkus palatum yang serum IgE spesifik terhadap alergen
tinggi, penebalan dinding lateral makanan secara in vitro misalnya
faring, udem daerah epiglotis dan dengan metode radioallergosorbent
pita suara. Pada pemeriksaan paru testing ( RAST) atau enzyme linked
dapat ditemukan gejala asma.3 immune sorbent assay test
1,14
5.3 Pemeriksaan penunjang (ELISA). Ditemukannya
Pemeriksaan ini meliputi tes peningkatan jumlah basofil (> 5
khusus untuk mencari alergen sel/lap) menunjukkan kemungkinan
ingestan, tes kulit dan tes laborat. besar adanya alergi makanan.1
Tes khusus untuk mencari alergen 5.3.5 Tes provokasi makanan (food
ingestan ada beberapa macam cara, challenge)
antara lain dengan catatan harian Tes ini merupakan
diet, tes diet eliminasi, dan tes perlakuan lanjutan setelah diet
provokasi. 3 eliminasi melalui provokasi peroral
5.3.1 Catatan harian diet (diet dengan dengan bahan makanan yang
diary) diduga penyebab alergi berdasar
Catatan secara kronologis anamnesis, hasil test kulit atau hasil
atas semua makanan yang dimakan pemeriksaan in vitro. Tes ini
dengan timbulnya gejala alergi. Cara meliputi open food challenge, single

177
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

blinded food challenge, dan double disebabkan tidak adanya


blind placebo controlled food pemeriksaan yang dapat secara
challenge (DBPCFC).14 akurat memprediksi reaksi klinis
yang timbul bila pasien terpapar oleh
6. Peranan Diet Eliminasi Alergi makanan tersebut. Provokasi
Makanan Dalam Diagnosis makanan dapat dilakukan secara
Rinitis Alergi terbuka, single blinded (penderita
Diagnosis dari alergi tidak mengetahui makanan yang
makanan tidak mudah dibuat karena diberikan). Keuntungan pada double
bahan alergen tertentu yang bisa blinded dapat mengurangi angka
dipakai dan reagen tes tidak positif palsu. 50% uji provokasi
terstandarisasi dan stabilitasnya juga terbuka yang memberikan hasil
sulit ditentukan. Munculnya IgE positif dengan cara DBPCFC akan
spesifik terhadap makanan dalam memberikan hasil negatif.
serum atau tes kulit yang positif Sebaliknya jika hasil uji provokasi
terhadap makanan tidak selalu terbuka negatif akan memastikan
berkorelasi dengan gejala alergi bahwa alergi terhadap makanan
makanan karena kebanyakan tersebut dapat disingkirkan.8
penderita, alergi mereka lebih Bock dan Simpson seperti
berkembang seiring dengan usia. dikutip Irawati dan Abdilah8,
Dan tidak semua penderita dengan melaporkan bahwa pada uji
IgE spesifik terhadap makanan DBPCFC terdapat 1,8-4,6% hasil
memiliki sensitivitas secara klinis. negatif palsu disebabkan dosis yang
Singkatnya, diagnosis harus kurang dan terdapat gejala kontak
dikonfirmasi dengan double blind dermatitis. Sedangkan hasil positif
food challenge yang harus dilakukan palsu sangat kecil 0,5-0,9%. Tes ini
dalam kondisi khusus yang tepat dan dilakukan di rumah sakit di bawah
staf terlatih yang punya kompetensi pengawasan ketat oleh dokter ahli
untuk mengatasi reaksi anafilaktik dan harus tersedia sarana untuk
bila terjadi.15 penanganan reaksi yang timbul
Pada umumnya alergi (anafilaktik). Sebelum dilakukan tes
makanan dapat diidentifikasi melalui pasien harus bebas dari pengaruh
diet eliminasi, yang dilanjutkan obat-obatan antara lain antihistamin,
dengan provokasi makanan secara kortikosteroid, teophilin dan beta
individual. Meskipun double blind, agonis. Ives seperti dikutip Irawati
provokasi dengan placebo-controlled dan Abdilah8 dalam penelitiannya
merupakan tes terpilih, tetapi tes menyatakan, pasien yang akan
tersebut tidak mungkin diterapkan menjalani tes harus bebas dari
pada pasien rawat jalan. Untungnya, makanan yang akan diuji selama 7-
provokasi secara terbuka (open 14 hari serta selama 12 minggu pada
challenges) umumnya dapat kasus gangguan gastrointestinal.8
11
diandalkan. Sementara itu Trevino
Tes Provokasi Makanan ( seperti dikutip Irawati dan Abdilah8
DBPCFC ) merupakan pemeriksaan membagi uji provokasi makanan
baku emas untuk menegakkan menjadi 3 tahap yaitu :
diagnosis alergi makanan. Hal ini 6.1 Tahap eliminasi

178
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

Sebelum dilakukan Tekanan darah dan nadi diawasi


eliminasi, penderita harus secara kontinyu, gejala alergi yang
mengkonsumsi makanan yang akan timbul pada saluran nafas, gejala
diuji setiap hari selama 2 minggu, pada kulit, dan gejala saluran cerna
setelah itu pasien harus menghindari diobservasi dan dicatat minimal pada
konsumsi makanan yang akan diuji 2 jam pertama dari provokasi. Gejala
selama 4 hari. Pada kasus tertentu alergi yang timbul pada saluran nafas
yang melibatkan saluran cerna dapat dinilai secara obyektif dengan
seperti pada gastroesofagitis menggunakan alat spirometri.8
eosinofilik atau pada celiac disease, Gejala yang muncul pada
diperlukan waktu eliminasi yang tes provokasi makanan ini umumnya
lebih lama 6 minggu sampai 3 bulan. bervariasi. Gejala dapat timbul dalam
Waktu ini diperlukan untuk proses waktu singkat seperti pada kasus
penyembuhan mukosa saluran cerna. yang diperantarai oleh IgE atau dapat
Selanjutnya pada hari ke-5 dilakukan pula timbul lambat seperti pada
tes provokasi dalam keadaan kasus non IgE sehingga diperlukan
lambung kosong. pemberian makanan secara kontinyu
6.2 Tahap provokasi selama 1-3 hari untuk menimbulkan
Pasien diberi makanan yang gejala. Pada pasien anak gejala yang
diduga menimbulkan reaksi alergi. mungkin timbul ialah rasa gatal pada
Makanan yang diberikan harus palatum, sesak nafas, rasa gatal dan
dalam keadaan murni. Pada alergi merah pada kulit, menarik-narik
tipe tetap, dosis makanan yang telinga karena gatal atau terjadi
diberikan 8-10 gr dalam bentuk diare. Apabila gejala klinis timbul
kering dan 100 ml untuk makanan maka tes provokasi ini dihentikan
dalam bentuk cair (jumlah tersebut dan pasien diberikan pengobatan
dilipatgandakan untuk daging/ ikan). darurat yang sesuai. Namun apabila
Untuk kasus yang diduga non IgE, reaksi yang timbul minimal
dosis makanan yang diuji sebesar (meragukan) tes dapat diulang pada
0,3-0,6 g/kg BB, diberikan secara hari berikutnya.8
dosis tunggal atau dapat pula 6.3 Tahap Rechallenge (Provokasi
diberikan dalam dua dosis. Sicherer ulang)
seperti dikutip Irawati dan Abdilah8 Setelah makanan penyebab
dalam penelitiannya meletakkan alergi dapat diidentifikasi, maka
ekstrak makanan di mukosa mulut langkah selanjutnya adalah
(lipatan mukosa bibir bawah) selama rechallenge yaitu memasukkan
2 menit untuk skrining. Observasi makanan tersebut dalam diet pasien,
dilakukan terhadap gejala yang namun tidak sampai menimbulkan
timbul baik lokal maupun sistemik. gejala. Hal ini dapat terjadi karena
Bercak eritema yang timbul di pada alergi jenis siklik, penghindaran
daerah pipi dan dagu, udem pada alergen selama 2 bulan atau lebih
bibir disertai dengan konjungtivitis akan menghilangkan gejala. Jika
atau rinitis menandakan tes positif.8 rechallenge yang pertama positif,
Selama dilakukan tes maka makanan tersebut harus
provokasi, pasien diobservasi secara dihindari selama beberapa bulan
ketat terhadap timbulnya gejala. kedepan sebelum melakukan

179
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

rechallenge kedua. Rechallenge Tabel 3. Algoritma program


harus dilakukan secara periodik terkontrol pada diagnosis alergi
sehingga pasien benar-benar bebas makanan 7
dari gejala ketika mengkonsumsi
makanan tersebut. Namun apabila
gejala alergi masih timbul dalam
waktu 2 tahun, maka makanan
tersebut harus dihindari untuk
seterusnya.8
Case history Is there another yes Other diagnosis
Objective findings explanation to patient’s established
Indications ? complaints?

no
Controlled program
allergy testing stop

Basis registration
symptoms No symptoms
of symptoms

No effect consider
Elimination diet stop
other diet

effect New diet

Open provocations Negative stop

Positive DBPCFC Negative

Positive Food hypersensitivity


not verified

Food intolerance SPT, RAST, Food allergy


negative positive

DBPCFC adalah
pemeriksaan baku emas (gold

180
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

standard) untuk mencari penyebab inhalan dapat dihindari sepenuhnya.


secara pasti alergi makanan. Jadi bila diagnosis sudah pasti dan
Mengingat cara tes ini sangat rumit benar akan adanya alergi makanan,
serta membutuhkan biaya dan waktu maka terapi menghindari makanan
yang tidak sedikit, beberapa pusat penyebab akan memberikan hasil
layanan alergi anak melakukan yang tinggi.3
modifikasi terhadap metode Cara yang dipakai pada
pemeriksaan tersebut. Children alergi makanan adalah dengan diet
family clinic rumah sakit Bunda eliminasi dan rotary diversified diet,
Jakarta melakukan modifikasi yaitu cara diet berdasarkan
dengan melakukan “ eliminasi klasifikasi biologis dari makanan
provokasi makanan terbuka yang bebas dari kontaminasi dan
sederhana “. Dalam diet sehari-hari tumbuh secara alami. Rotary
dilakukan eliminasi atau dihindari diversified diet adalah pengaturan
beberapa makanan penyebab alergi konsumsi makanan dengan cara jenis
selama 2-3 minggu. Setelah 3 makanan tertentu hanya boleh
minggu bila keluhan alergi dan dikonsumsi kembali setelah 4-5 hari.
gangguan perilaku menghilang, Sedangkan makanan yang sama
maka dilanjutkan dengan provokasi dalam 1 famili baru boleh
makanan yang sebelumnya dicurigai. dikonsumsi pada 2-3 hari lagi.
Dilakukan diet provokasi 1 bahan Rotary diversified diet adalah cara
makanan dalam 1 minggu, bila diagnosis, pencegahan sekaligus
timbul gejala dicatat. Disebut sebagai pengobatan.3
penyebab alergi bila dalam 3 kali Diet eliminasi terhadap
provokasi menimbulkan gejala.16 protein makanan bukanlah hal yang
mudah. Dalam diet eliminasi susu
7. Peranan Diet Eliminasi Alergi sapi misalnya, maka pasien tidak
Makanan Dalam Terapi Rinitis hanya dianjurkan untuk menghindari
Alergi semua produk susu saja, tetapi juga
Berdasarkan patogenesisnya harus menghindari semua produk
maka RA dapat diterapi dengan cara makanan yang mengandung bahan
menghindari alergen penyebab, yang menunjukkan adanya protein
farmakoterapi, meningkatkan daya susu sapi, meliputi casein, whey,
tahan tubuh serta imunoterapi.6 lactalbumin, caramel color dan
Terapi khusus terhadap nougat. Apabila dalam label
hipersensitif makanan yang sudah makanan tercantum istilah misal
pasti adalah menghindari “high protein flavor” atau “ natural
penyebabnya (diet eliminasi).7 Secara flavorings”, maka perlu ditanyakan
teoritis alergi makanan lebih mudah kepada perusahaan pembuatnya agar
dihindari dari pada alergi inhalan, jelas apa jenis kandungan protein
karena di era modern seperti saat ini yang dimaksud.13
hampir tidak mungkin alergen

181
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

TH2 cell

IL-4
IL-
13 IL-5

B cell Eosinophi

IgE

Gambar 1. Cascade alergi17


Penghindaran dari makanan timbul di rumah, sekolah,
penyebab alergi hanya berdasarkan tempat kerja, kegiatan sosial atau
pada tes kulit alergi sebaiknya tidak selama perjalanan. Kontaminasi
boleh dilakukan. Hal tersebut karena dengan bahan makanan lain selama
diagnosis pasti alergi makanan tidak proses manufacturing (misal kacang
dapat ditegakkan hanya dengan tes tanah dalam sebuah cokelat atau
alergi baik tes kulit, RAST, IgG atau representasi keliru terhadap item
pemeriksaan alergi lainnya.16 makanan pada label) merupakan
Pemeriksaan alergi dengan tes kulit penyebab umum terjadinya paparan
dan RAST meskipun sensitif dan secara tanpa diduga terhadap alergen
terbukti secara ilmiah, tetapi sangat makanan. Bantuan dari ahli gizi
terbatas sebagai alat diagnosis pada diperlukan untuk memastikan diit
alergi makanan.5 dengan nutrisi yang cukup.10
Penghindaran secara ketat
terhadap makanan yang terbukti 8. Pencegahan Alergi Makanan
menyebabkan sensitisasi merupakan Pada Rinitis Alergi
manajemen utama. Ketatnya diet Upaya pencegahan terhadap
eliminasi tergantung dari berat alergi makanan harus sudah dimulai
ringannya manifestasi klinis. Paparan sedini mungkin, bahkan sejak bayi
terhadap makanan penyebab bisa masih dalam kandungan. Seperti

182
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

diketahui bahwa 80% dari kasus RA diversified diet.3 Beberapa penelitian


terdapat riwayat atopi, sehingga ibu menunjukkan bahwa penundaan
hamil yang potensial melahirkan pemberian makanan padat, termasuk
bayi dengan penyakit alergi sangat telur, ikan, kacang tanah dan gandum
dianjurkan untuk mengkonsumsi bisa menurunkan angka kejadian
makanan dan minuman yang non alergi makanan pada balita. Apabila
alergenik selama hamil. Hal tersebut diperlukan susu formula atau bayi
dimaksudkan untuk mengurangi tidak mendapatkan ASI sama sekali,
sensitisasi intra uterin. Konsumsi dianjurkan untuk memilih formula
makanan seperti telur, kacang, ikan Hydrolyzed daripada formula soya. 10
dan susu sapi hendaknya sesedikit
mungkin dan sebaiknya dimasak RINGKASAN
lebih dulu.3 Berdasarkan cara masuknya
Setelah bayi lahir, sangat alergen penyebab RA dibagi atas :
dianjurkan konsumsi pertamanya alergen inhalan, alergen ingestan,
adalah air susu ibu (ASI)3. alergen injektan, alergen kontaktan.
Pemberian ASI merupakan salah satu Pada umumnya alergen penyebab
metode intervensi lini pertama dalam RA pada anak adalah alergen
pencegahan alergi makanan. Banyak ingestan dan diderita oleh anak
alasan yang mendasari pemberian berusia kurang dari 1 tahun.
ASI pada bayi untuk mengurangi Alergen makanan paling
terjadinya alergi. Diantaranya adalah banyak berupa glikoprotein dengan
mengurangi paparan terhadap protein BM 14-40 kDa. Faktor yang
asing, pematangan lebih awal dari mempengaruhi terjadinya alergi
barier usus, dan munculnya antibody makanan adalah faktor genetik,
antiidiotypic yang akan menginduksi imaturitas usus dan pajanan alergen
terjadinya toleransi bukan sensitisasi. yang kadang memerlukan faktor
Manfaat pemberian ASI akan pencetus yang dapat berupa faktor
meningkat apabila ibu juga fisik, psikis maupun hormonal.
melakukan diet menghindari Reaksi simpang makanan
makanan penyebab alergi.10 (adverse food reaction) dibagi
The American Academy of menjadi reaksi simpang fisiologik
Pediatrics Committee on Nutrition (food intolerance) dan reaksi
and Allergic Disease (AAPCNAD) simpang imunologik (food
dalam rangka mendukung upaya hypersensitivity). Sebagian besar
pencegahan alergi menganjurkan alergi makanan dasarnya adalah
pemberian ASI secara eksklusif pada reaksi hipersensitivitas tipe I dan tipe
bayi dari keluarga dengan riwayat III, atau kombinasi keduanya. Secara
alergi selama sedikitnya 6 bulan.10 klinis alergi makanan dapat
Setelah bayi mulai mendapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
makanan tambahan sebaiknya tidak jenis tetap (fixed type) dan jenis
diberikan makanan yang umumnya siklik (cyclic type).
sering menimbulkan gejala alergi. Gejala rinitis akibat alergi
Seandainya tetap diberikan, makanan sering tidak mudah untuk
sebaiknya disajikan secara diidentifikasi karena sering muncul
bergantian seperti cara rotary bersamaan dengan gejala-gejala

183
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

alergi makanan yang lain seperti untuk mencari penyebab secara pasti
asma, eksim, oral allergy syndroms, alergi makanan.
urtikaria, dan gejala saluran cerna. Terapi utama terhadap
Diagnosis alergi makanan alergi makanan adalah diet eliminasi
pada RA ditegakkan berdasarkan dan rotary diversified diet. Untuk
anamnesis, pemeriksaan fisik dan memastikan diet dengan nutrisi yang
pemeriksaan penunjang. Secara cukup diperlukan bantuan dari ahli
umum alergi makanan dapat gizi. Upaya pencegahan terhadap
diidentifikasi melalui diet eliminasi alergi makanan harus sudah dimulai
dan tes provokasi. DBPCFC adalah sedini mungkin.
metode baku emas (gold standard)

184
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 170 - 187

DAFTAR PUSTAKA

1. Irawati N, Kasakeyan E, 8. Irawati N, Abdilah F.


Rusmono N. Rinitis alergi. Patofisiologi dan diagnosis
Dalam : Soepardi EA, Iskandar alergi makanan.
N, Bashirudin J, Restuti RD, ed. Otorhinolaryngologica
Buku ajar telinga hidung Indonesiana 2005; 35 : 26-39
tenggorok. Edisi 6. Jakarta : 9. Venter C. Classification and
Balai penerbit FK UI; 2007: prevalence of food
128-34 hypersensitivity. In : Skypala I,
2. Indradjajati DR, Sumantri RD. Venter C. eds. Food
Beberapa faktor penyebab hypersensitivity diagnosing and
rhinitis alergi. Media perhati managing food allegies and
1997; 3 : 33-44 intolerance. Hongkong : Utopia
3. Ahadiah TH, Sumantri RD. Press Pte Ltd; 2009: 3-17
Rinitis alergi pada anak. Media 10. Chandra RK. Food
perhati 2000; 6 : 14-21 hypersensitivity and allergic
4. Chingi C, Demirbas Duygu, diseases. J. Am. Clin. Nutr. 1997
Songu M. Allergic rhinitis ; 66 : 526S-9S. Posted : April
caused by food allergies. Eur 22, 2001. Available from :
arch Otorhinolaryngol (2010) http//www.naturecom/ejn.
267 : 1327-35. Published online Accessed September 05, 2011
: 20 May 2010. Available from : 11. Gaby AR. The role of hidden
http://www.webmd.com/allergie food allergy/intolerance in
s-rinitis/food-allergies. Accessed chronic disease. Alternative
September 05, 2011 medicine review 1998; 3 : 90-
5. Judarwanto W. Alergi debu, 100
dingin atau alergi makanan. 12. Baratawidjaya KG, Rengganis I.
Posted : 14 Juni 2011. Available Reaksi Hipersensitivitas. Dalam
from : : Baratawidjaya KG, Rengganis
http://kesehatan.kompasiana.co I, ed. Edisi 9. Jakarta: Balai
m/medis/2011/02/25/alergi- Penerbit FKUI; 2010: 369-397
debu-dingin-atau-alergi- 13. Sicherer SH. Manifestations of
makanan. Accessed October 14, food allergy : evaluation and
2011 management, 1999. Updated :
6. Rahayu RA, Sumantri RD, May 11, 2010. Available from :
Soebroto SR. Kortikosteroid http://health-co-
topikal pada pengobatan rinitis familyphysicians.com
alergi. Media perhati 1996; 2 : /2011/02/25/food-allergy-
33-8 evaluation-management.html.
7. Jensen CB. Food allergy and Accessed September 10, 2011
intolerance. In : Mygind N, 14. Gelfand JL. Food allergy
Naclerio RM, eds. Allergic and treatments. Updated : February
non allergic rhinitis clinical 05 2009. Available from:
aspects. Copenhagen : http://www.webmd.com/allergie
Muunkgaard; 1993: 46-50

185
Peran Diet…(Suryantoko, Dwi RP)

s/guide/food-allergy-treatments. Januari 2010. Available from :


Accessed September 02, 2011 http://www.putrakembara-
15. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz careMed.com. Accessed October
AA, Denburg J, Fokkens WJ, 14, 2011
Togias A et al. Allergic rhinitis 17. Douglas JA, O’Hehir RE.
and its impact on asthma Diagnosis, treatment and
(ARIA) 2008 update ( in prevention of allergic disease :
collaboration with the WHO, the basics. MJA 2006; 185 (4):
GA2LEN and AllerGen). J 228-233. Posted : June 29, 2006.
allergy 2008 ; 63 (supl.86) : 8- Available from :
160 http://www.mja.com.au/public/is
16. Judarwanto W. Alergi makanan, sues/185_04_210806/dou10258
diet dan autism. Dipresentasikan _fm.html . Accessed September
pada seminar di hotel Novotel 9 22, 2011
September 2005. Posted : 10

186

Anda mungkin juga menyukai