Anda di halaman 1dari 6

p- ISSN : 2407 – 1846

STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416


Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

KAJIAN ANALISA TEORI PENGARUH BALLAST TERHADAP


GERAKAN PITCH PADA KAPAL SELAM MINI 22M

Luhut Tumpal Parulian Sinaga


Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim-BPPT, Surabaya
Jl. Hidrodinamika, BPPT, Sukolilo (Kompleks ITS), 60112
E-mail : luhuttps@yahoo.com

ABSTRAK
Sistem ballast merupakan salah satu sistem yang sangat penting dalam kapal selam. Pada kapal
konvensional penggunaan ballast memberikan fungsi untuk menjaga stabilitas kapal, sedangkan pada
kapal selam sistem ballast memegang peranan penting selain menjaga stabilitas dalam proses olah gerak
kapal juga berperan sangat vital dalam proses menyelam maupun mengapung. Studi ini menggunakan
model teori analiti dimana kapal selam yang dianggap merupakan benda pejal dan model bergerak
secara bebas kemudian dilakukan analisa gerak pitching akibat ketika melakukan penyelaman. Floating
Body Mechanism merupakan pengembagan gaya dasar berdasarkan teori dasar gaya. Pada kasus ini,
kapal selam akan diberikan ballas sebesar 30% pada tangki balast. Makalah ini menjelaskan sebuah
studi tentang teoritis dan pemodelan Analitik dalam CFD (Computational Fluid Dynamics).Gerakan
Response Amplitude Operator (RAO) pitch adalah sebesar 7,3˚/m. Secara umum, kedua metode (model
analitik dan model CFD) menunjukkan adanya tren yang sama, terutama dalam tren RAO yang
konsisten.

Kata kunci: sloshing, floating body mechanism, kapal selam, RAO, pitch

ABSTRACT
The ballast system is one of the most important systems in the submarine. In conventional vessels
ballast use provides a function to maintain the stability of the ship, while the submarine ballast system
useful to maintaining stability in the process of ship motion also helpful a vital role in the process of
diving and floating. This study considers the analytic theoretical model. The Submarine was
considered to be rigid body are free sailing model with various angle of attack to be quick dive as
pitching motion. By using Floating Body Mechanism supported by analytic model to describe the
theoretical model analisys test. For the case of fluid level on 30% of the front balast tank and various
angle of pitch. The paper describes a study on Analytic theoretical and modeling in CFD
(Computational Fluid Dynamics). For Analyzing at special care of sloshing on free surce ballast tank
after peak and fore peak were taken into consideration. Optional Response Amplitude Operator (RAO)
of pitch is 7.30/m of In general, both methods (analytic model and CFD model) demonstrated such a
good agreement, particularly in the consistent trend of RAO.

Keywords: sloshing, floating body mechanism, submarine, RAO, pitch.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 – 1846
STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

1. PENDAHULUAN mengesampingkan kemungkinan ancaman yang


dihadapi serta tahap mempertimbangkan
Sistem Ballast adalah salah satu system kecenderungan perkembangan lingkungan
untuk menjaga keseimbangan posisi kapal. strategik. Pelaksanaannya diarahkan kepada
Sistem ini ditujukan untuk menyesuaikan tercapainya kekuatan pokok minimum
derajat kemiringan dan draft kapal, sebagai (Minimum Essential Force), yakni tingkat
akibat dari perubahan muatan kapal sehingga kekuatan yang mampu menjamin kepentingan
stabilitas kapal dapat dipertahankan. Pipa pipa strategis pertahanan yang mendesak, Pengadaan
balas ini dipasang di tangki ceruk depan dan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dan
tangki ceruk belakang (after and fore peak peralatan lain diprioritaskan untuk menambah
tank). kekuatan pokok minimal dan/atau mengganti
Alutsista/alat peralatan yang sudah tidak layak
pakai”
Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua
armada tempur yaitu armada barat dan timur
dengan alutsista utama 154 KRI, 209 KAL, dan
Gambar 1. Lay out Kapal Selam dua divisi Marinir. Salah satu kekuatan yang
disiapkan adalah armada kapal selam.
Pada Gambar 1 diperlihatkan lay out Pembahuruan Peralatan Alutsista yang
kapal selam. Ballas yang ditempatkan di after tidak diiringi dengan transfer tekonologi akan
feak tank and fore peak tank ini untuk menjaga menimbulkan ketergantungan terhadap pihak
kondisi trim kapal yang dikehendaki. Tangki lain, sehingga perlu adanya transfer teknologi
ballast diisi dan dikosongkan dengan saluran dari pihak produsen untuk keberlangsungan
pipa yang sama, jika stop valve dipasang pada operasioanal dan perawatan kapal. Selain itu,
system ini. Jumlah berat ballast yang perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam
dibutuhkan untuk kapal rata-rata 10% sampai dan komprehensif untuk memperoleh
20% dari displacement kapal. kemandirian teknologi bidang militer
Keperluan sistem ballast dari kapal (Pertahanan dan Keamanan).
selam mini 22 m adalah dengan sistem pipa Kajian dan analisa sistem ballast
untuk memindahkan air dari cek haluan ke disesuaikan dengan kebutuhan kapal selam mini
ceruk belakang atau sebaliknya. Sistem pipa 22 m untuk TNI. Salah satu hal yang menjadi
ballas harus bisa memenuhi sarat untuk fokus kajian sistem ballat adalah adanya efek
menyediakan pengisian air ballas. Hubungan permukaan bebas pada tangki ballast. Efek
antara ceruk dan saluran pipa ballas harus permukaan bebas sangat berpengaruh terhadap
dengan katup tolak balik (non return valve). pola gerakan kapal sehingga efektifitas kinerja
Indonesia merupakan negara kelautan crew kapal selam juga akan terpengaruh. Selain
yang dikelilingi pulau - pulau sejumlah 17. 504 itu pengaturan balast bergantung pada
buah, terdiri dari pulau - pulau besar dan pulau - displacement kapal dan kecepatan penyelaman
pulau kecil yang merupakan gugusan kepulauan kapal yang diinginkan.
dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Journee (1997) melakukan penelitian
Republik Indonesia (NKRI). Pada tahun 2008 tentang pengaruh permukaan bebas pada
pemerintah kembali menegaskan komitmennya muatan cair terhadap gerakan kapal. Apabila
untuk membangun kekuatan pertahanan Negara tangki muat berisi muatan fluida yang terjadi
dengan memasukan istilah kekuatan pokok adalah akan menimbulkan gaya permukaan
minimum (Minimum Essential Forces) dalam bebas yang akan berakibat pada gerakan osilasi
Peraturan Presiden Republik Indonesia heave dan pitch resonansi dan frekuensi akan
No.7/2008 tentang Kebijakan Umum terjadi saat amplitudo gelombang yang tinggi
Pertahanan Negara. pada sarat air yang rendah.
Point 9 dalam Perpres tersebut yang Fenomena ini sesuai dengan teori yang
membahas mengenai kebijakan pembangunan dikemukakan oleh Verhagen and van
pertahanan nasional menyebutkan bahwa : Wijngaarden (1965) pada “shock wave in a gas
“Pembangunan Komponen Utama didasarkan flow” yang diadopsi dan digunakan pada
pada konsep Pertahanan Berbasis Kemampuan persamaan gerakan kapal pada frekuensi tinggi
(Capability-based defence) tanpa dan frekuensi rendah. Pada penelitian ini

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 – 1846
STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

diamati hubungan ketinggian permukaan fluida Hasil didapatkan akan dipublikasikan


dalam tangki dengan gerakan kapal terutama sebagai database penelitian untuk dilakukan
gerakan roling dan divalidasi dengan dasar penelitian selanjutny. Selain itu, hasil
perhitungan numerik 2D perhitungan potensial. kajian dapat dijadikan dasar atau pedoman
Fujino dkk (2005), Reed dkk (1998) melakukan dalam pengoperasian kapal selam.
penelitian dan pengujian numerik pengamatan
non linier sloshing flow pada kapal dan kopel
efek terhadap gerakan kapal.
Dari kebutuhan ballast yang ada akan
direncanakan pembagian kapasitas dari setiap
tangki serta sistem pengisian dan
pengosongannya. Untuk pengisian tangki
dilakukan dengan sistem port, sedangkan untuk Gambar 2. Alur Penelitian Kapal Selam
pengosongan tangki dilakukan dengan sistem Mini 22 m
udara tekanan tinggi. Pompa hanya digunakan
untuk pengisian tangki trim sistem. Kapasitas Model Kapal Selam diproduksi sesuai
port dan udara tekanan tinggi akan menentukan dengan skala 1 sampai 31.43. Model Kapal
kecepatan pengisian maupun pengosongan Selam terbuat dari fiber. Model harus seimbang
tangki yang akan mempengaruhi kecepatan secara statis dan dinamis untuk menyesuaikan
kapal saat proses menyelam maupun posisi pusat gravitasi dan radius putaran. Model
mengapung. ukuran utama kapal selam dengan skala 1
Untuk menentukan pola kocakan air sampai 31.43 ditunjukkan pada Tabel 1 dan
permukaan bebas pada main ballast dan pola Gambar 3.Selanjutnya Pengujian kapal selam
gerakan kapal akibat couple motion dilakukan dengan kondisi arah gelombang 5 0 ,
pitchdilakukan dengan pengujian di 100 dan 150 pada ketinggian gelombang seastate
Laboratorium. Melalui Pengujian akan dapat 3.
diketahui dengan cukup akurat gerakan kapal Tabel 1. Ukuran Utama Kapal Selam Mini 22m
selam akibat kocakan air di tangki ballas. Dimension SHIP (m) MODEL (mm)
Kemudian hasil pengujian akan dilakukan LOA 22.00 700.00
running software untuk menguatkan data B Total 4.29 136.30
pengujian. Pada running software CFD akan D Total 5.13 163.30
dapat dengan jelas diketahui bentuk pola aliran T 2.60 82.70
dan tekanan kapal selam serta kocakan air yang dim. Press 3.00 95.50
terjadi pada permukaan bebas di tanki Hull
balas.Melalui kajian ini diperoleh sudut selam
optimal untuk mendukung kinerja awak kapal
secara efektif dalam menjalankan tugas
kemiliteran. Dan pada akhirnya tugas-tugas
kemiliteran dapat berjalan secara efektif dan
efisien dalam rangka menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

2. METODOLOGI

Metode optimasi untukanalisa gerakan


kapal selam maka akan didapatkan Gambar 3.Kapal Selam Mini 22 m
pengoperasian yang optimal baik ketika
melakukan penyelaman (dive) maupan muncul Komponen gerakan Kapal Selam
kepermukaan (rise). Hal ini dilakukan penelitian berupa heave dan picth dapat di ketahui dengan
yang komprehensif dengan menggunakan program analitik (MATLAB), khususnya untuk
pengujian di Laboratorium. Hal ini dimaksudkan
model tabung (Kareem ahsan, 1990), yang
untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam ditunjukkan oleh floating body mechanism
penelitian ini. Alur penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.
pada Gambar 2.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 – 1846
STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

tumpuan kedua bergerak tertarik ke


atas ( negative) dengan sudut sebesar ∅ maka
gaya yang spiral yang dialami adalah:

𝑘2𝑥𝑙2𝑥∅ = 𝐹2mempunyai arah negatif (


tertarik ) (3.2)

Untuk massa yang bergerak dalam


ballast akan menimbulkan gaya yang arahnya
Gambar 4. Model matematis gerakan heaving vertical dan horizontal di sebut F3 dan F4
dan pitching dengan sudut θ.

Pada sistim model heaving dan pitching Adapun besarnya adalah:


menggunakan 2 derajat kebebasan yaitu massa
balok atau kapal selam di ibaratkan sebagai Horizontal:(𝑥3 − 𝑥𝑠 − 𝑥) × 𝑐𝑜𝑠∅ = 𝐹3(3.3)
massa (𝑀) kapal dan massa fluida dalam tangki Vertical : ( 𝑥3 − 𝑥𝑠 − 𝑥) × 𝑠𝑖𝑛∅ = 𝐹4 (3.4)
ballast diibaratkan sebagai (𝑚) dan 2 (dua)
spring of stiffness berupa 𝑘1 dan 𝑘2 untuk Sehingga persamaan gerakan ( motion
gerakan heaving dan pitching. Massa fluida di ) balok dan Moment yang ditimbulkan karena
dalam tangki ballast ruang muat di ibaratkan mendapat gaya dari luar sebesar (𝐹𝑦) sebagai
massa (𝑚) dalam kereta tanpa hambatan yang berikut.
bergerak translasi dan 1(satu) spring of stiffness
𝑘3 hal ini juga menyebabkan gerakan kopel Untuk Gerakan balok adalah:
terhadap model. Apabila model tersebut diatas
mendapat beban (𝐹𝑦) karena pengaruh energy MŸ = k1 × (y − l1 . ∅) − k 2 × (y + l2 . ∅) −
gelombang yang diterima model maka model k 3 × (x3 − xs − x). sin∅ (3.5)
akan melakukan gerakan (fibrasi) vertical dan ̈
MY = −y(k1 + k 2 + 1 . l1 − k 2 . l2 ). ∅ −
) (k
translasi. k 3 (x3 − xs − x). sin∅ (3.6)
Dengan adanya gaya dari luar sehingga
kordinat Spring 𝑘1 terhadap titik keseimbangan Sehingga persamaan tersebut dalam persamaan
(titik berat) di indikasikan 𝑙1 dan untuk spring free motion undamped Sbb:
𝑘2 terhadap titik berat di indikasikan 𝑙2.
Dengan persamaan: ∑ 𝐹 = 𝑚 × 𝑎. dan gaya Gaya reaksi dari kapal selam dan fluida dalam
kopel dapat disimpulkan sebagai berikut: adalah tangki

𝑘1 × 𝑙1 − 𝑘2 × 𝑙2 = 0 MŸ + y(k1 + k 2 ) + (k1 . l1 − k 2 . l2 ). ∅ −


k 3 (x3 − xs − x) × sin∅ = 0 (3.7)
Maka :𝑘1 × 𝑙1 = 𝑘2 × 𝑙2
𝑚Ÿ + y(k1 + k 2 ) + (k1 . l1 − k 2 . l2 ). ∅ −
Untuk gerakan fluida dalam tangki k 3 (x3 − xs − x) × cos∅ = 0 (3.8)
dimodel sebagai bandul diatas kereta tanpa
hambatan mempunyai besar stiffness yang Dimana ;
diakibatkan oleh massa yang bergerak traslansi M adalah displasment kapal
𝑘3 adalah sebesar (𝑥3 − 𝑥𝑠 − 𝑥)𝑠𝑖𝑛∅ = (𝑥3 − m adalah massa air dalam tangki fluida
𝑥𝑠 − 𝑥)𝑐𝑜𝑠∅ M𝑌̈adalah Fy adalah gaya eksternal akibat
Gerakan traslasi dari massa fluida (m) energigelombang
akan juga berpengaruh pada gerakan kopel
m𝑌̈ adalah gaya akibat sloshing∅ adalah sudut
heaving dan pitching. Besarnya gaya vertical
kemiringan arah gelombang datang
yang diterima oleh spiral pada sudut ∅ adalah;

𝑘1𝑥𝑙1𝑥∅ = 𝐹1 mempunyai arah positif (


tertekan ) (3.1)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 – 1846
STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

3. ANALISA HASIL DAN Gambar 6 gerakan Pitch dengan Variasi pada


PEMBAHASAN CFD
Perhitungan dengan berdasarkan teori Gerakan pitch yang efektif adalah tidak
ditunjukkan pada gambar 5. terjadi gerakan lebih dari 40. Artinya kapal akan memperoleh
pitch yang cukup besar pada kapal selam pada gerakan yang efektif jika pitch kurang dari 4 0.
wave frekuesi sebesar 0,47 yaitu sebesar 3,4 0 Dalam perhitungan CFD, gerakan pitch efektif
pada sudut selam sebesar 120, dimana gerakan
pitch adalah sebesar 3.80

Gambar 5 Gerakan pitch dengan Teori

Selanjutnya dilakukan perhitungan Gambar 7. Perbandingan Gerakan Pitch


dengan metode CFD (Computational Fluid pada sudut 100
Dynamics) dimana metode ini mengunakan
persamaan Navier-Stokes yang digabungkan Selanjutnya pada perbandingan
dan metode six-degree-of-freedom.Perhitungan perhitungan secara teori maupun CFD
numerik dapat memprediksi secara akurat menunjukkan tren yang sama yang ditunjukkan
terkait aliran dan kondisi sloshing di dalam pada gambar 7.
tangki ballasr Pendekatan yang dilakukan
Perhitungan CFD yang dilakuan berdasarakan teori menunjukkan hasil yang
terhadapa kapal selam berupa free running, lebih kecil daripada CFD hal ini dikeranakan
dimana kapal selam dijalan pada kecapatan adanya beberapa nilai yang sifatnya asumsi.
dinas sebesar 8 knots dan diberikan
pembebanan gelombang dengan sudut selam 6- 4. KESIMPULAN
13 derajat. Hasil perhitungan CFD ditunjukkan
pada gambar 6. 1. Gerakan dominan Kapal Selam Mini 22 m
Pada gambar 6, menunjukkan adanya untuk arah gelombang depan (head sea)
peningkatan gerakan akibat adanya perubahan Pitch.
sudut uji. Hal ini menjukkan adanya pengaruh 2. Untuk gerakan Kapal Selam Mini 22 m
sloshing akibat adanya permukaan bebas pada yang lain seperti: Sway, Roll, dan Yaw
tangki ballast kapal selam. Pengaruh yang memiliki gerakan yang relatif kecil Hal
cukup besar dapat menggangu operasional tersebut dimungkinkan karena arah
kapal selam. gelombang (head sea).
3. Perhitungan secara teori maupun CFD
memiliki tren yang sama. Perbedaan yang
terjadi dikarenakan adanya add mass dan
gaya spring yang memiliki nilai yang
berbeda. Oleh kerena perlu kajian lebih
lanjut terhadap perbedaan yang terjadi.

4. Pada sudut selam 120 kapal selam memiliki


gerakan pitch efeksi yaitu sebesar
3,80sedangan pada sudut lebih besar 12 0
kapal selam meliki gerakan yang tidak
efektif. Hal ini disebabkan pada kondisi

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 – 1846
STR - 010 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

gerakan pitch lebih dari 40akan Society of Naval Architects andMarine


mengganggu operasional kapal selam. Engineers (SNAME), Jersey City
[8] JP Feldman. 1975. State-of-the-art for
DAFTAR PUSTAKA predicting the hydrodynamic
[1] R.K.Burcher and L.J Rydill. 1995. characteristics of submarines. In
Concepts in submarine design. Proceedings of the Symposium on
CambridgeUniversity Press, 1995 Control Theory and Naval Applications,
[2] Conte G. & Serrani A. 1996. Modelling pages 87-127, 1975
and simulation of underwater vehicles. [9] E.D. Hoyt and F.H. Imlay, 1948.‘The
Proceedingsof the 1996 IEEE Influence of Metacentric Stability on the
International Symposium on Computer- Dynamic Longitudinal Stability of a
Aided Control System Design,pp. 62-67, Submarine’, David W. Taylor Model
Dearborn, Michigan, September 1996. Basin Report C-158, October 1948
[3] Rognebakke, O.F, Faltinsen, O.M. 2003. [10] A.B. Phillips, S.R. Turnock, M. Furlong,
Coupling of sloshing and ship motions. 2010.‘Influence of Turbulence Closure
Jour Ship Research 47, 208-221. Models on the Vortical Flow Field
[4] Journée, J., M., J. 1997. “Liquid Cargo Around a Submarine Body Undergoing
and Its Effect on Ship Motion”. STAB’97 Steady Drift’, Journal of Marine Science
(Six Internationall Conference on and Technology, 15 (3) (2010), pp. 201–
Stability of Ships and Ocean Structures) 217.
page 137-150. Varna-Bulgaria, [11] Hermanski, G., 2007 “Victoria Class
September 22-27, 1997 Submarine: 2D Investigation of Free
[5] Xiong Xianwei,Wei Zhuobin,Xiang Flow Phenomenon”. National Research
Chengan. Practical Stability of Council of Canada – Institute of
Submarine Motion under Sloshing OceanTechnology Report TR-2007-12,
Impacts[J]. Journal of Chongqing April 2007.
Jiaotong University(Natural Science), [12] S.L. Toxopeus, P. Atsavapranee, E.
2012, 31(3): 493-496. Wolf, S. Daum, R. Pattenden, R. Widjaja,
[6] Faltinsen O M,Rognebakke O F,Timokha J.T. Zhang, and A.G. Gerber,
A N. 2005. Resonant threedimensional 2012.‘Collaborative CFD Exercise for a
nonlinear sloshing in a square-base Submarine in a Steady Turn’, In ASME
basin.Part 2: Effect of higher 31st International Conference on Ocean,
modes[J].Journal of Fluid Offshore and Artic Engineering, number
Mechanics,2005,23 (5):199-218 OMAE2012-83573, Rio de Janeiro,
[7] Lewis E.V (ed.), 1988 “Principles of Brazil, July2012
Naval Architecture”,Second Revision.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2017 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

Anda mungkin juga menyukai