Anda di halaman 1dari 9

B.

KAJIAN TEORI

1. Hukum: Hubungan Sebab Akibat

Soekanto (2007:103) hubungan sebab akibat adalah hubungan antar peristiwa

yang satu menjadi sebab dari peristiwa lainnya, yang satu menjadi akibat dan yang

lainnya menjadi sebab. Ilmu pengetahuan sesungguhnya mengkaji atau meneliti

hubungan sebab akibat Antara berbagai peristiwa dalam alam dan dalam hidup

manusia. Hubungan tersebut disebut sebagai hukum. Hukum ilmiah mempunyai

kedudukan yang unik, yaitu:

a. Sebagai bahan atau objek material yang hendak dikaji oleh ilmu, dimana hukum

atau hubungan sebab akibat itu menjadi sorotan dan kajian dalam ilmu.

b. Hukum ilmiah juga menjadi tujuan atau hasil akhir dari ilmu.

Sesungguhnya hukum atau hubungan sebab akibat tersebut sudah ada dan ilmu

pengetahuan bertugas untuk menyingkapkan hukum yang sudah ada didalam alam ini

kemudian dipakai sebagai agenda perubahan dimana berguna menjadi problem

solving.

2. Sifat-sifat Hukum Ilmiah

Macam-macam sifat hukum ilmiah dalam Dimyati (2004:45) , yaitu:

a. Lebih pasti. Dibandingkan dengan hipotesis, hukum ilmiah bersifat lebih pasti,

dimana dugaan dalam hipotesis sudah terbukti benar dengan didukung oleh fakta

dan data yang tak terbantahkan dan terdapat hubungan langsung tanpa terkecuali

Antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya.


b. Berlaku umum atau universal. Karena hukum lebih pasti sifatnya maka dengan

sendirinya akan lebih umum atau universal juga keberlakuannya. Hukum bersifat

umum karena, hukum mengungkapkan hubungan yang bersifat universal Antara

dua peristiwa dengan demikian, sejauh merupakan hukum ilmiah, siapapun akan

sepakat dan menyetuji bahwa memang benar ada hubungan sebab akibat Antara

peristiwa sejenis yang satu dengan peristiwa sejenis yang lainnya.

c. Punya daya terang yang lebih luas. Hal yang paling membedakan hukum dengan

hipotesis adalah bahwa hukum memiliki daya terang yang lebih luas. Dengan

hukum, peristiwa dialam ini yang tadinya terlihat hanya berdiri sendiri menjadi

semakin jelas bahwa memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Berkat adanya

hukum, manusia secara bebas dapat meramalkan berbagai peristiwa tertentu yang

belum terjadi dan dapat merencanakan hidupnya secara lebih pasti dan teratur.

3. Hukum, Kebetulan dan Kontinuitas Alam

Marzuki (2005:156) hukum berkembang dari kebetulan, dengan pengertian

bahwa variasi kebetulan secara bertahap tunduk pada hukum kemudian menjadi

mantap dalam pola-pola yang regular lalu selanjutnya dapat dipahami. Hal ini terjadi

secara kontinu. Pada penemuan dan perumusan hipotesis tidak dapat bicara tentang

hukum yang tetap, melainkan tentang tendensi atau kebetulan-kebetulan. Terdapat

dua alasan, yaitu:

a. Karena alam selalu berkembang. Perkembangan ini bertahap dari kosmos kepada

regularitas, merupakan suatu pertumbuhan kepada reasonableness in nature.

b. Alam mengalami diversitas. Variasi menunjukkan bahwa benda-benda tidak ada

yang sama. Hal ini berarti alam mengandung kebetulan atau irregularitas.
Selain kebetulan, pemunculan regularitas atau hukum alam dapat pula dipahami

dalam konteks kontinuitas. Kontinuitas merupakan kenyataan dasar dari setiap benda.

Kontinuitas sudah ada sejak permulaan, atau ketika benda-benda belum terbentuk

tetapi masih sebagai permulaan yang mengandung segala kemungkinan (arkhe).

Kontinuitas merupakan unsur yang penting dalam perkembangan alam atau benda-

benda tertentu, yakni kontinuitas dari chaos kepada formation of habits, dari

kebetulan kepada hukum.

4. Evolusi dan Kontinuitas Pengetahuan

Evolusi dan kontinuitas tidak hanya merupakan kenyataan alam, melainkan

kenyataan pengetahuan itu sendiri disebabkan karena pikiran manusia selalu

mengalami perkembangan. Selain itu metode ilmu pengetahuan juga mengalami

perkembangan dari zaman ke zaman. Maka dari itu, ilmuan melihat ilmu pengetahuan

sebagai proses, suatu penelitian yang hidup tanpa henti. Banyak hal yang belum

diketahui yang mengundang perhatian. Karena itu ilmuwan tidak akan pernah

berhenti dan terus berusaha meneliti alam.

5. Aktivitas Pikiran dan Alam

Subana (2011: 124) kesuksesan ilmu pengetahuan adalah afinitas Antara budi

manusia dengan alam, karena pikiran manusia dengan alam selalu berhubungan satu

sama lain. keberhasilan ilmu pengetahuan dalam memilih hipotesis juga merupakan

akibat dari fakta bahwa pikiran manusia berjalan bersamaan dengan alam. Ilmuan

yang baik adalah ilmuan yang selalu mengecek hipotesisnya dengan melakukan

observasi yang sungguh-sungguh pada fakta, serta berani mengungkapkan secara jujur

kekeliruannya.
6. Dari Hukum Menuju Teori

Sumardjono (2012: 98) fungsi dari teori adalah untuk menjelaskan hukum ilmiah.

Oleh karena itu Antara hukum dan teori saling berkaitan dengan erat. Perbedaan

diantara hukum dan teori, yaitu: hukum lebih bersifat empiris dan harus diperiksa dan

ditolak berdasarkan fakta empiris. Teori lebih merupakan pandangan umum yang sulit

diperiksa langsung secara empiris. Ada beberapa fungsi teori, yaitu:

a. Teori merupakan upaya tentative untuk membangun hubungan yang cukup luas

Antara sejumlah hukum ilmiah.

b. Teori berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang mempunyai hubungan satu sama

lain sehingga hukum-hukum tersebut dapat dipahami dan masuk akal.

Arti dari teori menjelaskan hukum adalah:

a. Jika kita menerima teori tersebut sebagai suatu hal yang benar, maka kita dapat

membuktikan bahwa hukum yang harus dijelaskan juga benar dengan sendirinya.

b. Teori menjelaskan hukum dengan memberi pernyataan yang jauh lebih dikenal

umum atau diterima.

Bill Newton-Smith telah mengidentifikasi 8 ciri teori ilmiah yang mampu digunakan

untuk memberikan penjelasan dengan baik, yang digunakan acuan dalam memilih

suatu teori dalam Soekanto (2007: 46), yaitu:

a. Observational nesting. Suatu teori seharus mempunyai paling tidak konsekuensi

observasi yang sama dengan teori–teori sebelumnya.

b. Fertility. Suatu teori seharusnya terbuka untuk diuji dan dikembangkan.

c. Track-record. Suatu teori hendaknya memiliki keberhasilan pada waktu-

waktu sebelumnya.
d. Inter-theory support. Suatu teori seharus terintegrasi dan memberikan dukungan

pada teori–teori lainnya.

e. Smootness. Jika suatu teori tidak sesuai dengan fenomena yang dijelaskan

hendaknya terbuka untuk dilakukan perbaikan.

f. Internal consistency. Suatu teori memiliki konsistensi internal.

g. Compaibility with well-grounded metaphysical beliefs. Suatu teori konsisten

dengan asumsiasumsi umum atau metafisis thenrtang dunia.

h. Simplicity. Teori yang simpel lebih baik dari pada teori yang rumit.

7. Pembahasan

Ilmu pengetahuan sesungguhnya bertujuan untuk mengkaji hubungan khusus

antara peristiwa tertentu dengan peristiwa lainnya. Satu peristiwa terjadi, peristiwa

yang lain pasti terjadi atau menyusul atau peristiwa yang satu terjadi, peristiwa yang

lain sudah terjadi mendahuluinya. Hubungan diantara kedua peristiwa kemudian

ditemukan sebagai hubungan sebab akibat, yaitu bahwa ternyata peristiwa yang satu

menjadi sebab dari peristiwa yang lain atau bahwa yang satu menjadi akibat dan yang

lain menjadi sebabnya. Ilmu pengetahuan mengkaji atau meneliti hubungan sebab

akibat antara berbagai peristiwa dalam alam dan dalam hidup manusia. Hubungan ini

dianggap sebagai suatu hubungan yang bersifat pasti karena satu peristiwa terjadi

yang lain dengan sendirinya akan menyusul atau pasti telah terjadi sebelumnya.

Hukum ilmiah merupakan perkembangan lebih lanjut dari hipotesis yang

mengungkapkan hubungan sebab akibat antara peristiwa yang satu dengan peristiwa

yang lain, lanjutan dari hipotesis yang telah mendapat status yang lebih pasti sifatnya
karena telah terbukti benar dengan didukung oleh fakta dan data yang tidak

terbantahkan. Setiap hukum ilmiah tetap mengandung unsur hipotesis walaupun

bersifat lebih pasti, kebenarannya bersifat sementara atau tidak definitif selalu ada

kemungkinan. Semakin pasti hipotesis, hipotesis itu akan berubah menjadi

sebuah hukum ilmiah. Terbukti benar bahwa ada hubungan langsung tanpa terkecuali

antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Dengan kata lain, dalam bentuk

hipotesis masih merupakan sebuah dugaan bahwa ada hubungan sebab akibat antara

A dan B, dalam bentuknya sebagai hukumhubungan sebab akibat itu terbukti benar.

Jika A terjadi maka B pun pasti terjadi dan terbukti ada hubungan sebab akibat antara

keduanya. Sebaliknya, jika A terjadi dan B hanya kadang-kadang saja itu berarti

hubungan A dan B bukan merupakan hubungan hukum ilmiah.

Hukum mengungkapkan hubungan yang bersifat universal antara dua peristiwa.

Hubungan ini merupakan sebuah hukum ilmiah tidak hanya terjadi pada kasus

partikular, yaitu antara dua peristiwa khusus dalam kurun waktu dan tempat tertentu.

Melainkan, berlaku untuk semua peristiwa sejenis lainnya kapan dan dimana saja.

Hubungan sebab akibat diungkapkan, hukum ilmiah dengan sendirinya akan terjadi.

Hukum ilmiah siapapun akan sepakat dan menyetujui bahwa memang benar ada

hubungan sebab akibat antara peristiwa sejenis yang satu dengan yang lainnya. Kedua

sifat diatas, belum cukup untuk menentukan dengan jelas batas antara hipotesis

dengan hukum, yang paling membedakan antara hukum dan hipotesis adalah

bahwa hukum mempunyai daya terang yang jauh lebih jelas. Dengan hukum ilmiah,

ilmuan ingin mendapatkan penjelasan ilmiah (socientific explanation) yang

memperlihatkan secara gamblang hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa

yang lainnya. Hukum yang memberi penjelasan mengenai hubungan antara peristiwa

yang dikaji agar bisa dimengerti dan masuk akal. Hubungan sebab akibat yang
bersifat pasti dan deterministik bukannya meniadakan kebebasan manusia. Dengan

kata lain penjelasan yang diberikan hukum ilmiah jauh lebih memuaskan karena

dengan penjelasan itu manusia tahu bahwa ada hubungan terkait yang erat antara satu

peristiwa dengan peristiwa yang lain.

Ilmuan alam tunduk pada hukum (regularitas dan uniformitas), dan karena itu alam

dapat dimengerti karena hanya hukum yang terbuka bagi pikiran

manusia. Hukum berkembang dari kebetulan, dalam pengertian bahwa variasi

kebetulan secara bertahap tunduk pada hukum dan pada giliranya akan menjadi

mantap dari pola-pola yang reguler dan karena itu dapat dipahami. Hal ini terjadi

secara kontinue, kontinuitas membuat peristiwa dan benda semakin lama semakin

mencapai status hukum. Penjelasan tentang hukum dapat diperlihatkan dengan

menunjukkan bagaimana hukumberkembang dari kebetulan.

Alam semesta berkembang dari kebetulan-kebetulan dan akan terus berkembang

sehingga terbentuklah regularitas dan hukum. Dari kebetulan-kebetulan dimasa

lampau dunia berkembang dan tumbuh ke arah hukum, ketetapan dan regularitas.

Selain kebetulan, kemunculan regularitas atau hukum alam dapat pula dipahami

dalam konteks kontinuitas, kontinuitas merupakan kenyataan dasar dari setiap benda.

Dengan unsur kebetulan potensialitas itu menampakan diri dalam bentuk-bentuk yang

lebih spesifik maka kontinuitas sudah ada sejak permulaan, atau ketika benda-benda

belum terbentuk tetapi masih sebagai permulaan yang nengandung segala

kemungkinan (arkhe). Benda-benda pun semakin lama semakin membentuk diri

dengan kebiasan tertentu. Maka ada kontinuitas dari situasi baru, spontanitas, dan

orisinalitas arkhe kepada kebiasaan. Tahap ini disebut dengan apa yang disebut oleh

peirce dengan the formation of habit pad benda-benda. Maka kontinuitas merupakan
unsur yang penting dalam perkembangan alam atau benda-benda tetentu yakni

kontinuitas chaos kepada formation of habit, dari kebetulan kepada hukum.

Evolusi dan kontinuitas tidak hanya merupakan kenyataan alam, melainkan

kenyataan pengetahun itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pemikiran menusia selalu

mengalami perkembangan, perkembangan itu terjadi baik dalam fikiran seorang

ilmuan atau pun dalam fikiran komunitas ilmuan. Metode ilmu pengetahuan juga

mengalami perkembangn dari zaman ke zaman. Metode ilmu pengetahuan yang

ditemukan sekarang merupakan hasil dari usaha yang panjang dari ilmu pengetahuan.

Ilmuan melihat ilmu pengetahuan sebagai proses, suatu penelitian hidup tanpa henti.

Proposisi-proposisi ilmiah yang diterima pada suatu waktu tertentu tidak lebih dari

suatu kebenaran. Temuan-temuan ilmiah yang dicapai hanya merupakan suatu

prestasi.

Dasar dari kesuksesan ilmu pengetahuan adalah afinitas antara diri manusia

dan alam. Keberhasilan ilmu pengetahuan dalam memilih hepotesis juga merupakan

akibat dari fakta bahwa fikiran manusia bekerja bersamaan dengan alam. Pengetahuan

manusia terjadi karena kategori-kategori tertentu dalam akal budi manusia yang

memungkinkannya untuk menangkap alam sebagai objek pengetahuan. Keberhasilan

ilmu pengetahuan berangkat dari kepercayaan dasar bahwa budi menusia memiliki

kemampuan natural yang mengenal realitas alam dengan kepercayaan ilmu

pengetahuan berkembang karena insting budi atau intuisi budi yang langsung

menyentuk kebenaran dn keindahan alam. Kepercayaan ilmu pengetahuan

menugaskan diri untuk memilih atau menentukan hipotesis untuk diuji.

Hukum dan teori ada kaitan yang sangat erat, namun demikian ada perbedaan

yang besar diantara keduanya, hukum lebih bersifat empiris dan harus diperiksa dan
ditolak berdasarkan fakta empiris. Sebaliknya, teori lebih merupakan pandangan

umum yang sulit diperiksa langsung secara empiris. Teori terutama di maksudkan

sebagai huimpunan pengetahuan yang meliputi banyak kenyataan dan hukum yang

sudah diketahui dan diperiksa berdasarkan kenyataan empiris jadi teori mencakup

pula hukum. Fungsi teori upaya relatif untuk membangun hubungan yang cukup luas

antara sejumlah hukum ilmiah, menjelaskan hukum–hukum yang mempunyai

hubungan satu sama lain, sehingga hukum–hukum tersebut dapat dipahami dan masuk

akal. Jika kita menerima teori tersebut sebagai benar maka kita dapat membuktikan

bahwa hukum yang harus dijelaskannya juga benar dengan sendirinya. Dalam hal

ini hukum dideduksikan dari teori yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai