Anda di halaman 1dari 15

SISTEM REM ABS (ANTI-LOCK BRAKE SYSTEM)

Di era sekarang ini sudah banyak pesawat-pesawat atau teknologi ciptaan manusia
yang dibuat untuk membantu atau menunjang aspek kehidupan manusia. Khususnya
pada industri transportasi, yang menunjang mobilisasi kehidupan manusia untuk
mendapatkan waktu yang se-efisien mungkin dalam kehidupannya. Banyak sudah
teknologi-teknologi yang tercipta untuk membantu kehidupan umat manusia pada
kendaraan ringan. Mulai dari teknologi penghemat bahan bakar, sistem kemudi
otomatis, sistem pengaturan pengendaraan dinamik dan masih banyak yang lainnya
lagi. Seperti teknologi pencegah terkuncinya sistem pengereman pada kendaraan atau
biasa disebut Anti-lock Brake System.

Teknologi Anti-lock Brake System dirancang untuk mencegah terjadinya


penguncian roda pada saat pengereman yang cukup kuat dalam kondisi jalan yang
berbeda-beda antara permukaan roda satu dengan yang lainnya. Permukaan jalan yang
tidak rata saat dilakukan pengereman, roda yang selip cendrung akan terkunci akibat
sistem pengereman yang berbeda dalam memberikan gaya pengereman, sehingga
akan mengakibatkan kendaraan berputar atau tidak stabil dan hal ini cukup berbahaya
bagi keselamatan penumpangnya. Pada Pembahasan kali ini tidak akan menjabarkan
secara terperinci dan jelas, lebihnya pemahaman dan pengayaan sistem-sistem
pengetahuan dasar pada kendaraan minimal harus diketahui terlebih dahulu.

Sistem kontrol ABS (Anti-lock Brake System) merupakan sistem pengontrolan


tekanan fluida rem yang berasal dari master silinder untuk diteruskan ke silinder roda
/ caliper rem agar tidak terjadi penguncian gesekan antara cakeram dan pad yang
ditekan oleh silinder roda / caliper rem selama pengereman sedang difungsikan,
sehingga kendaraan pun dapat dikontrol dengan baik dan cepat / dapat terhenti.
Dengan input masukan sinyal wheel sensor yang ada pada roda kendaraan sehingga
komputer dapat memproses perbedaan putaran antara masing-masing roda untuk
memberikan tekanan yang sesuai agar tidak terjadi penguncian roda kendaraan saat
dilakukan pengereman.

Sejarah singkat mengenai ABS

1. 1952 ABS untuk kapal terbang oleh Dunlop


2. 1969 Rear-wheel-only ABS oleh Ford & Kelsey Hayes
3. 1971 Four-wheel ABS oleh Chrysler & Bendix
4. 1978 Produksi massal Bosch ABS Systems dengan Mercedes Benz
5. 1984 Sistem terpadu ABS oleh ITT-Teves
6. Sejak awal tahun 1990 ABS mulai ditawarkan ke mobil ukuran kecil dan
menengah karena biaya sudah murah dan untuk menambah efisiensi
Kekurangan sistem rem biasa

1. Jika roda depan terkunci mobil tidak mungkin bias dikendalikan.


2. Jika roda belakang yang terkunci mobil akan tidak stabil dan dapat tergelincir
kesatu sisi.

Tujuan sistem ABS


1. Menghindari penguncian atau blokir roda pada saat dilakukan pengereman
mendadak
2. Menghindari penguncian atau blokir roda pada saat dilakukan pengereman
mendadak
3. Menjamin kestabilan dan pengendalian kendaraan pada kondisi jalan betapapun
kejadiannya
4. Memanfaatkan secara luar biasa kemampuan pengereman pada roda-roda dan
jalan, demi kestabilan dan pengemudian pada jarak pengereman yang relatif
dekat
5. Beradaptasi secara cepat untuk mengubah pengereman terhadap kondisi jalan,
seperti jalan kering maupun es yang licin.
6. Tetap Stabil dan terkendali sewaktu kendaraan menikung

Keuntungan sistem ABS


Anti-lock Brake Systems dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda
(wheel lockup) saat pengeman mendadak di segala medan jalan.
Hasil saat pengeraman adalah:
1. Mobil tetap stabil (Vehicle Stability)
2. Arah kemudi stabil (Steerability)
3. Mengerem lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah,
bersalju)
4. Penguasaan kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan)

Kekurangan sistem ABS


1) Harga lebih mahal
2) Konstruksi rumit
3) Lebih cepat rusak
4) Perbaikan mahal
5) Tidak bias digunakan untuk slalom

Sudut pandang pengereman

Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda-roda yang mengalami selip
akan mudah terkunci dan mobil akan berputar putar . namun dengan sistem ABS
mobil akan tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti .

Tipe Anti-lock Brake System

Anti-lock Brake System memiliki beberapa tipe, diantaranya:

1. Rem ABS dengan 4 Sensor 4 dan Channel ( Independent Control )


Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving) yang
memakai X-brake lines. Jenis ABS ini mempunyai empat wheel sensor dan 4
hydraulic controlchannel dan masing-masing mengontrol secara tersendiri. Sistem
ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian yang lebih pendek di
berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya licin, besar
gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan terjadi
gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan.
Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS
memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di
berbagai macam kondisi jalan.

2. Rem ABS dengan 4 Sensor dan 3 Channel ( Roda depan : Independent,


Roda belakang : Select low )

Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FR (Front engine Rear driving) yang
memakai H-brake lines. Kebanyakan berat kendaraan terpusat di roda depan dan
berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%,
gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga
pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka
diperlukan pengaturan tersendiri ( independent control) pada roda depan. Namun
demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga sangat
penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman. Karena
itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin,
maka independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman
roda-roda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing. Untuk
menhindari gerakan yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat
ABS bekerja di berbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur
berdasarkan kecenderungan roda mana yang mengalami Lock-Up. Konsep
pengaturan ini dikenal dengan ‘Select-low control’.
3. Rem ABS dengan 3 Sensor dan 3 Channel ( Roda depan: Independent,
Roda belakang : Select Control )

Mobil yang dilengkapi dengan H-brake line sistem mempunyai sistem


kontrol ABS jenis ini. 2 channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda
belakang. Roda belakang dikontrol bersama dengan select low control logic.
Untuk X-brake line sistem, diperlukan 2 channels (2 brake port di dalam unit
ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing roda belakang
mempunyai jalur rem yang berbeda.

4. Rem ABS dengan 1 Sensor dan 1 Channel ( Roda belakang : Select Low
Control )

Dipakai untuk mobil yang dilengkapi dengan H-brake line sistem, hanya
untuk mengontrol tekanan roda belakang. Pada rear differential dipasang satu
wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecepatan roda. Cara
kerjanya adalah saat dilakukan pengereman mendadak roda depan akan terkunci,
sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada permukaan
jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan bertambah jauh. Sistem
ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.

Konstruksi ABS
Komponen sistem control ABS:

1. Master selinder

Master selinder berfungsi :


a. Membangun tekanan hidraulis sesuai dengan gaya tekan pengemudi.
b. Tekanan hidraulis ini mengalir ke unit tekanan.

2. Unit control tekanan hidraulis (aktuator)

Disebut juga modulator hidraulis berfungsi untuk mengubah perintah unit


control electronic (ECU). Kebebasan pengemudi menggunakanya untuk
mengontrol tekanan pada rem roda melalui katup dan selenoid. Modulator
Hidraulis ini sebagai penghubung hidraulis antara silinder master dan silinder
roda. Karena tempatnya ada dibagian motor sehingga penghubung hidraulis
kesilinder master dan silinder roda dapat tetap pendek.
Unit control hidraulis mempunyai komponen utama, yaitu:
a. Reservoir Fluida
Fluida pada reservoar juga digunakan untuk sistem rem secara
keseluruhan. Selain itu untuk unit control hidraulis dan pompa yang
dipergunakan untuk mengatur tekanan fluida pada sistem rem.
b. Motor Listrik dan Pompa Pengembali
Motor dan pompa bekerja secara bersama-sama menyediakan tekanan
hidraulis tinggi untuk accumulator dan mengembalikan fluida ke reservoar.
Bekerjanya pompa pengendali ini berdasarkan besarnya arus yang
dibangkitkan oleh sensor kecepatan. Pompa bekerja pada sensor kecepatan
kecepatan roda ke unit control electronik sebesar 5A.
c. Accumulator
Berfungsi untuk menyimpan tekanan hidraulis pada sistem ABS untuk
menghindari bila terjadi pengurangan tekanan.
d. Selenoid dan Katup
Dioperasikan oleh unit control electronik yang berfungsi untuk
mengontrol tekanan hidraulis pada rem roda
e. Katup Penutup dan Piston Control serta kelengkapan
Katup Penutup dan Piston Control serta kelengkapan, berfungsi untuk
mengontrol tekanan hidraulis dari silinder master ke silinder roda.

3. ABS control module

ABS control module berfungsi :


a. Mendapat informasi dari sensor putaran.
b. Menghitung tekanan ideal pada roda.
c. Mengirimkan perintah pengatur ke unit control tekanan rem
d. ABS control module selalu memeriksa fungsi diri secara otomatis
e. Bila fungsinya salah, ABS control module akan member tahu aliran dengan
lampu control pengemudi.

4. Wheel Speed Sensor


Berfungsi mendeteksi kecepatan putaran masing-masing roda melalui sensor
dan roda gigi (rotor) yang terpasang ada roda sebagai sumber input sistem.
Sehingga didapat masukan putaran masing-masing roda jika terdapat slip atau
perbedaan putaran antara masing-masing roda, dari inputan ini ECU akan
memberikan sinyal masukan untuk control modul hidrolik yang selanjutnya akan
dikirimkan tekanan fluida (tinggi-rendahnya tekanan) pada masing-masing jalur
sistem pengereman untuk mencegah terjadinya slip.

5. Wheel Cylinder

Selinder roda berfungsi untuk menggerakkan atau menekan sepatu rem. Selinder
roda dihubungkan dengan Unit Control Hidraulis ( Hidrolic Unit).

6. Lampu control
Lampu control berfungsi sebagai indicator ABS, bila terjadi kerusakan pada
sisitem rem ABS. lampu indicator akan menyala.

7. Sensor putran aksel belakang

Sensor putran aksel belakang berfungsi menghitung putran roda secara induktif
dan mengirim signal ke ABS control module.

Diagram Sistem Kerja ABS


Beberapa fungsi komponen hidrolik:

1. Solenoid Valve, mengatur tekanan minyak rem di caliper dengan mengatur


posisi anchor.
2. Pompa, menurunkan tekanan minyak rem caliper dengan mengalirkan minyak
rem ke accumulator.
3. Accumulator, mensuplai minyak rem tekanan tinggi ke caliper bila diperlukan.
4. Resevoir Tank, tempat penyimpanan minyak rem sementara untuk
menurunkan minyak rem dalam caliper secara perlahan.
5. Feeling Valve, mencegah tekanan accumulator berbalik ke master silinder
sehingga rem tidak menyentak.
6. By Pass Check Valve, sebagai jalur kembali minyak rem dari caliper ke
master silinder saat rem dilepas.
7. Relief Valve, sebagai pecegah kelebihan tekanan dari accumulator yang dapat
menyebabkan rem menyentak.

Sistem Kerja

1. Rem Bekerja Normal (ABS Tidak Berfungsi)

Karena sistem masukan yang berupa putaran rotor dan sensor tidak membaca
terjadinya slip antara putaran masing-masing roda, sehingga control otomatis
ABS tidak bekerja. Sistem pengereman pada proses kerja ini hanya berkerja
seperti kendaraan yang tidak menggunakan ABS. Tekanan dari Master silinder
diteruskan langsung menuju caliper rem.
2. Rem Bekerja (Tekanan Tetap / Roda Mulai Slip)

Sistem rem sudah mulai mengalami slip pada masing-masing roda, akan
tetapi perbedaan putaran antara masing-masing roda tidak memberikan masukan
yang cukup besar. Pengaturan fluida rem ini terjadi oleh pengaturan solenoid
karena tekanan yang tetap pada keempat roda akibat penurunan tekanan oleh roda
yang mulai selip tidak cukup besar. Aliran fluida rem dapat dilihat gambar diatas.
3. ABS Bekerja (Tekanan Menurun / Roda Slip Secara Cepat)

Putaran-putaran roda yang terjadi saat pengereman ini berbeda-beda,


sehingga mengakibatkan roda-roda mengalami selip. Karena terjadinya putaran
slip ini mengakibatkan tekanan yang dari master silinder akan membalik tidak
dapat menuju caliper dan kembali ke by-pass check valve. Putaran yang berbeda
tersebut dibaca oleh wheel speed sensor dan memberikan masukan ke modul
ECU untuk memproses pemberian tekanan akibat perbedaan putaran. ECU yang
telah menerima respon dari wheel speed sensor akan mengaktifkan motor dan
pompa, sehingga tekanan akan disuplai kembali kedalam sistem rem. Akan tetapi
pemberian tekanan ini tidak sepenuhnya tinggi tetapi putaran pompa diatur oleh
ecu unuk berkerja secara fluktuatif agar roda-roda kendaraan tidak terjadi
penguncian. Aliran fluida data dilihat pada gambar.

4. ABS Bekerja (Tekanan Meningkat / Roda Slip Sesaat)


ABS bekerja tekanan meningkat dan roda selip sesaat. Proses kerja ini
terusan dari proses kerja ABS Tekanan Menurun dan Roda Slip Secara Cepat.
Setelah perbedaan putaran dibaca oleh wheel speed sensor mendekati
keseimbangan sensor memberikan input ke ECU dan selanjutnya ECU
memberhentikan atau memutus aliran listrik ke motor dan pompa sehingga
tekanan tinggi hanya disuplai oleh accumulator tanpa pompa dari ABS. Aliran
dapat dilihat gambar diatas.

5. Rem Dilepas
Setelah wheel sensor membaca tidak ada lagi perbedaan putaran antara
masing-masing roda, maka selanjutnya sistem ABS tidak berfungsi. Saat pedal
rem dilepas, tekanan fluida rem dari caliper rem akan kembali lagi menuju master
rem / reservoir tank. Aliran dapat dilihat pada gambar.

Anda mungkin juga menyukai