Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kami


Tim Akreditasi pencegahan dan pengendalian infeksi telah
menyelesaikan Panduan PPI di Rumah Sakit Umum Permata
Medical Center Indramayu.
Dalam penyusunan Panduan PPI ini tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sejawat yang telah
membantu dan mengkritisi panduan ini
Penyusunan Panduan PPI ini masih jauh dari sempurna, maka
untuk itu kami sangat mengharap dari yang membaca panduan ini
dapat memberikan masukan dan kritikan untuk menuju ke arah
yang lebih baik dan sempurna.

Indramayu, 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………..………….....1


DAFTAR ISI ……………………………………...………………….....2
BAB I PENDAHULUAN ….......…………………..…………….........4
BAB II KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN ….…….. 8
BAB III CARA PELAKSANAAN KEGIATAN ………………………11
BAB IV SASARAN...........……….......….…………………………..25
BAB V JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN.........................35
BAB VI EVALUASI ...............................................................38
BAB VIIPENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
............................................................................................39
BAB VIII PENUTUP...............................................................41

2
BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian


integral dari pembangunan nasional. Pada era globalisasi dimana
kemajuan tehnologi yang sedemikian pesat, pelayanan kesehatan
yang bertanggung jawab menjadi tuntutan yang sangat wajar seiring
dengan kesadaran pasien akan hak-haknya.
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul
karena pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan
maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan
fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber
daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun
administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu,
rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan
mutu pelayanan keperawatan perlu ada suatu program yang
terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelayanan
keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak
lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang
diharapkan. Salah satu program yang dibuat adalah Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

A. LATAR BELAKANG
Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau
timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di
rumah sakit hal ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi
penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Beberapa
kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak menyebabkan kematian
pasien akan tetapi dapat menjadi penyebab penting pasien dirawat
lebih lama dirumah sakit. Penyebabnya oleh kuman yang berada di
lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh
pasien sendiri, yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat

3
disimpulkan bahwa kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang
secara potensial dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih
sangat rendah, berdampak pada rendahnya mutu pelayanan rumah
sakit maupun bertambahnya beban yang harus ditanggung oleh
penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien akan
mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat
mungkin menyebabkan terjadinya kematian ataupun kecacatan,
perpanjangan waktu perawatan yang juga berdampak pada
perpanjangan waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan
biaya pengobatan yang ditanggung oleh pasien maupun rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin
hari semakin penting untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas
yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan. Perlu disadari bahwa
rendahnya kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah
sakit memerlukan dukungan berbagai pihak khususnya para klinisi
serta komitmen pimpinan rumah sakit untuk secara terus menerus
menggerakkan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi. Untuk itu, rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat
khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Memperhatikan kompleksnya permasalahan tetapi di satu sisi
banyaknya manfaat yang dihasilkan apabila kita melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dengan baik,
maka kegiatan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit ini seharusnya dapat dilaksanakan dalam suatu
struktur organisasi yang kuat dan rapi, yang mampu menyusun dan
menjabarkan program secara komprehensif, rinci dan jelas, sehingga
dapat dilaksanakan oleh semua petugas rumah sakit secara benar
dan bertanggung jawab. Dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pembinaan sebagai upaya menekan kejadian
infeksi di RSU Indramayu.

4
Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi
rumah sakit seperti dikemukakan di atas, maka perlu disusun suatu
program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSU PMC
Indramayu dengan baik dan terarah sehingga rumah sakit dapat
meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanannya kepada
masyarakat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan keselamatan pasien, petugas dan
keluarga/pengunjung melalui setiap aktivitas yang berpotensi
atau berisiko penyebaran infeksi diantara pasien oleh petugas
kesehatan, fasilitas dan lingkungan rumah sakit untuk
mencapai kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi
persayaratan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
serta membantu proses pengobatan dan penyembuhan
penderita sehingga rumah sakit dapat meningkatkan mutu,
cakupan dan efisiensi pelayanan.

2. Tujuan Khusus
a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit
(HAIs) di RSU PMC Indramayu melalui kegiatan surveilans,
investigasi outbreak/KLB, audit kepatuhan PPI dan edukasi
tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan
dan atau SOP tentang PPI melaui kegiatan monitoring di
semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung
pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI RSU
PMC Indramayu.

5
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah


kegiatan yang harus dilakukan sehingga tercapainya program PPI.
Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah
sakit (HAIs) khususnya insiden infeksi pneumonia karena
pemakaian ventilator/Ventilator Associeted Pneumonia (VAP) serta
mengendalikan angka insiden infeksi lainnya seperti infeksi
daerah operasi (IDO), infeksi pneumonia akibat tirah baring
(HAP), infeksi akibat pemakaian kateter vena sentral (IADP) dan
infeksi saluran kemih (ISK). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Survelance data Infeksi Rumah Sakit (HAIs)
2. Investigasi Outbreak/wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
4. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi Rumah Sakit
5. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di Rumah Sakit
6. Monitoring pelaksanaan manajemen Loundry dan Linen
Rumah Sakit
7. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa,
single-use yang menjadi re-use.
8. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh, dan
darah.

6
9. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
10. Pelayanan makanan dan permesinan
11. Monitoring pembongkaran, pembangunan, dan renovasi
12. Monitoring pelaksanaan isolasai pasien
13. Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan
staf/petugas.
14. Monitoring penggunaan alat pelindung diri.
B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP
tentang PPI di semua unit pelayanan dengan kegiatan:
1. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
2. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah
3. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang
dispensing obat dan kadaluarsa obat.
4. Monitoring di Ruangan Intensif
5. Monitoring di kamar operasi
6. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/dekontaminasi
ambulan
C. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP
tentang PPI di semua area pengunjung dengan kegiatan :
1. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit
2. Monitoring pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu
D. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI
di unit/unit pelayanan melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana
pendukung penerapan PPI di unit pelayanan seperti pengadaan
APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan
desinfektan/antiseptik, tisu, handrub)
2. Melakukan koordinasi dengan bagian Logistik terkait
pengadaan sarana pendukung penerapan PPI

E. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI yang


meliputi:
1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN

7
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training)
tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan non
medis)
4. Membuat pelatihan PPI bagi petugas kesehatan di luar RSU
PMC Indramayu
5. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik
nasional maupun internasional

BAB III

8
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Menurunkan dan Mengendalikan Angka HAIs


1. Surveilans HAIs
Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu
indikator klinik rumah sakit sehingga surveilans harus
dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat
yang menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang
akurat akan membantu mengidentifikasi permasalahan yang
perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan pasien yang
optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang
telah ditetapkan dan telah diinformasikan kepada unit yang
terkait.
Ruang lingkup pelaksanaan surveilans IRS di RSU PMC
Indramayu adalah di semua unit pelayanan
perawatan/kesehatan langsung kepada pasien dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi data yang terkait dengan
risiko infeksi pada:
a. Saluran pernafasan seperti prosedur dan peralatan terkait
intubasi, dukungan ventilasi mekanis, trakeostomi.
b. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan
terkait dengan indwelling urinary catheter, sistim drainase
urine.
c. Peralatan intravaskuler invasif seperti insersi dan pelayanan
kateter vena sentral.
d. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka
dan prosedur aseptik.

Metode surveilans yang digunakan oleh Tim PPI RSU


Indramayu adalah:
a. Surveilans IADP, menggunakan metode surveilans target
(targeted surveillance) yang terfokus pada pasien di ruang
rawat intensif (ICU).
IADP adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur
darah semi kuantitaif/kuantitatif disertai tanda klinis yang
jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi di tempat
lain dan atau dokter yang merawat telah menyatakan
infeksi.

9
IADP yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan
kateter intra vaskuler setelah 48 jam pemakaian alat. Alat
yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RSU
Indramayu, dalam hal ini yang bisa dipantau oleh Tim PPI
adalah alat kateter vena sentral (CVC).

IADP = Jumlah kasus IADP x 1000


b. Surveilans Jumlah lama hari pemakaian
ISK, menggunakan alat surveilans target
metode
meliputi ruang intensif dan ruang rawat Inap.
ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih
murni (uretra dan permukaan saluran kemih) atau
melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ
pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga
perinefrik).
ISK yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan
kateter urine menetap setelah 48 jam pemakaian alat. Alat
yang digunakan pasien adalah alat yang dipasang di RSU
PMC Indramayu.

ISK = Jumlah kasus ISK x 1000


Jumlah lama hari pemakaian alat
c. Surveilans HAP, menggunakan metode surveilans target
meliputi ruang intensif dan ruang rawat inap.
HAP yaitu infeksi saluran nafas bawah yang mengenai
parenkim paru yang terjadi setelah pasien dirawat lebih dari
48 jam akibat tirah baring tanpa dilakukan intubasi dan
sebelumnya tidak menderita infeksi saluran nafas bawah.

HAP = Jumlah kasus HAP x 1000


Jumlah lama hari perawatan tirah baring
d. Surveilans VAP, menggunakan metode surveilans target
yang terfokus pada pasien di ruang rawat intensif (ICU).
VAP yaitu infeksi saluran nafas bawah yang mengenai
parenkim paru yang terjadi akibat pemakaian /pemasangan
ventilasi mekanik (ventilator) lebih dari 48 jam dan
sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran
nafas. Alat yang digunakan pasien adalah alat yang
dipasang di RSU PMC Indramayu.

VAP = Jumlah kasus VAP x 1000


Jumlah lama hari pemakaian alat

10
e. Surveilans IDO, menggunakan metode Surveilans
komprehensif (wide hospital surveillance) yaitu dilakukan di
semua ruang perawatan rawat inap serta surveilans paska
rawat (post discharge surveillance) yaitu dilakukan setelah
pasien keluar dari RS yaitu di poliklinik Bedah dan
poliklinik Kebidanan.
IDO adalah infeksi pada semua kategori luka operasi
bersih dan bersih terkontaminasi yang terjadi dalam kurun
waktu 30 hari setelah operasi tanpa implant dan 90 hari
setelah operasi dengan implant.

IDO = Jumlah kasus IDO x 1000


Jumlah seluruh tindakan operasi
Pencatatan dilakukan oleh perawat yang ditunjuk (IPCN)
dibantu oleh IPCLN yang ada di setiap unit perawatan dengan
menggunakan format harian rumah sakit yang mencakup
semua variabel (satuan) yang ada dalam formula dari seluruh
jenis infeksi rumah sakit yang ada. Pencatatan dilakukan bila
ditemukan kelainan sesuai jenis infeksi rumah sakit yang ada
maka petugas ruangan atau IPCLN yang pertama kali
menemukan pasien terinfeksi harus langsung mencatat dan
melaporkannya kepada IPCN.
Indikasi adanya infeksi rumah sakit juga dapat dengan
melakukan telaah/kajian laboratorium untuk mengetahui
apakah ada hasil kultur atau isolasi positif pada waktu
tersebut di ruang perawatan dimana dilakukan kegiatan
surveilans.
Data infeksi yang ditemukan terlebih dahulu dikonfirmasi
dengan dokter yang merawat untuk menegakkan apakah hal
tersebut dapat diindikasikan sebagai data infeksi rumah sakit.
2. Investigasi outbreak/wabah/KLB
Surveilans atau investigasi outbreak/KLB dilaksanakan
terhadap temuan adanya kasus infeksi yang muncul dan
pemunculan ulang (emerging atau reemerging) serta kuman
multi resisten lain yang dipantau melalui pemantauan hasil
laboratorium mikrobiologi seperti ESBL (Extended Spectrum

11
Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistant Organism), MRSA
(Meticllin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin
Resistant Enterococcus).
Suatu kejadian disebut outbreak/KLB adalah
meningkatnya suatu kejadian, kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok pasien
dalam kurun waktu tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:
a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang
sebelumnya tidak ada.
b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah yang terjadi pada kurun waktu yang
sama pada periode/tahun sebelumnya.
3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Monitoring kesehatan karyawan/petugas dilakukan dengan
berkoordinasi dengan Tim K3RS, yang meliputi beberapa
kegiatan antara lain :
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung
pada:
 Risiko ekspos petugas
 Kontak petugas dengan pasien
 Karakteristik pasien Rumah Sakit
 Dana Rumah Sakit
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk
jarum)
d. Pengobatan dan atau Konseling

4. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi.


Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan
: identifikasi resiko, analisa resiko dan evaluasi resiko.
a. Identifikasi resiko dilakukan oleh Tim PPI dengan
melibatkan bidang pelayanan medis, bidang pelayanan
keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient
safety. Identifikasi resiko ini didasarkan pada issue
infeksi.
b. Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi
dilakukan grading dengan memberikan skor pada
probabilitas , dampak dan kesiapan system di RS.
Analisa resiko ini dilakukan oleh Tim PPI dengan

12
melibatkan bidang pelayanan, bidang keperawatan, unit
penjaminan mutu dan tim patient safety.
c. Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana
yang paling tinggi nilainya dengan cara mengalikan
skoring risiko probabilitas dengan dampak dengan
kesiapan system yang ddilakukan oleh Komite PPI
dengan melibatkan bidang pelayanan, bidang
keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient
safety..
5. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.
Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali
tiap bulan meliputi prosedur penerimaan alat kotor,
pembersihan alat, pengeringan, sterilisasi/dekontaminasi,
pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat, penyimpanan
dan pendistribusian alat. Monitoring juga dilakukan terhadap
kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, pencatatan suhu,
tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring akan
dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)
6. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen
rumah sakit.
Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring
pada prosedur penerimaan linen kotor, pemilahan linen
infeksius dan non infeksius, perendaman, pencucian,
pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta
alur linen kotor dan bersih. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan. (Blanko monitoring terlampir)
7. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa,
single use yang menjadi re-use.
Monitoring manajemen peralatan kadaluarsa khususnya
peralatan single use menjadi re-use dilaksanakan terhadap
prosedur yang digunakan, daftar dan jumlah alat single use
yang bisa dilakukan re-use, prosedur ujikimia/biologi,
pelabelan steril alat, penyimpanan dan pendistribusian alat.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

13
8. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh,
dan darah
Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah
infeksius dan cairan tubuh mulai dari sumbernya (ruang
perawatan, laboratorium) termasuk kantong sampah yang
digunakan, sampai dikelola di incenerator/limbah. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan.
9. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.
Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk
penanganan dan pengeloaan benda tajam yang dilakukan
setiap hari bersamaan dengan kunjungan ruangan, meliputi
prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan
prosedur yang benar tentang penggunaan benda tajam/jarum.
Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
10. Monitoring pelayanan makanan dan permesinan
Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring
pada penyediaan bahan makanan mentah,
penataan/penyususunan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyajian makanan dan pendistribusian makanan
ke ruang perawatan. Monitoring juga dilakukan terhadap
kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, kepatuhan
petugas dalam kebersihan tangan, prosedur pencucian dan
penyimpanan alat-alat makan, pencatatan suhu dan
kelembaban ruangan serta pemeliharaan mesin/alat yang
digunakan. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap
bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
11. Monitoring pembongkaran, pembangunan, dan renovasi
Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan, dan
renovasi bangunan di RSU PMC Indramayu dilakukan bila ada
kegiatan seperti pembongkaran gedung (demolution), perbaikan
gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau
pembangunan gedung baru. Monitoring dilakukan sebelum,
selama dan setelah dilakukan renovasi/rekontruksi bangunan.
Hasil monitoring yang dilakukan IPCN Tim PPI akan

14
dituangkan dan disusun dalam Laporan ICRA (Infections
Control Risk Assessment) renovasi/rekontruksi yang akan
dilaporkan kepada Direktur.
12. Monitoring pelaksanaan isolasi pasien.
Monitoring penggunaan ruang isolasi dilakukan dengan
melakukan kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi
formulir pemantauan yang meliputi ketersediaan /kelengkapan
sarana /prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan
suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.
13. Monitoring hand hygiene pada pasien, penunggu dan
petugas/staf
a. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan
memberikan informasi kepada pasien tentang kapan harus
cuci tangan dan bagaimana cara melakukan kebersihan
tangan, juga diberikan informasi kapan harus melakukan
hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan dengan hand
rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan kebersihan
tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan
memberikan informasi kepada penunggu tentang kapan
harus cuci tangan dan bagaimana cara melakukan
kebersihan tangan, juga diberikan informasi kapan harus
melakukan hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan
dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan
kebersihan tangan pada area pasien juga dimonitor
ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas/ staf dilakukan
dengan Audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan
yang dilakukan setiap hari dan analisanya dibuat setiap 3
(tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap petugas yang terlibat
langsung dalam pelayanan pasien meliputi unit rawat jalan,
kamar operasi dan rawat inap.
14. Monitoring penggunaan alat pelindung diri (APD)

15
Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari
terhadap petugas di unit perawatan terutama di ruangan
isolasi, dilakukan bersamaan dengan kunjungan ruangan.
Hasil monitoring dilaporkan tiap 3 bulan.
15. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring
kebersihan lingkungan rumah sakit, lingkungan masing-
masing unit pelayanan, prosedur penatalaksanaan
pengendalian lingkungan seperti mengepel lantai,
membersihkan dinding dan dekontaminasi permukaan
termasuk prosedur pembuatan/pencampuran larutan
desinfektan. Kegiatan monitoring dilaksanakan tiap hari dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
16. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah.
Monitoring penerapan PPI di kamar jenasah meliputi kegiatan
monitoring pada penatalaksanaan jenasah pasien dengan
kasus infeksius, penggunaan APD, kebersihan lingkungan
serta ketersediaan sarana cuci tangan dan kepatuhan petugas
dalam melakukan kebersihan tangan. Kegiatan monitoring
dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.
17. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang
dispensing obat dan kadaluarsa obat.
Monitoring pola pelayanan farmasi meliputi prosedur yang
terkait dengan dispensing obat, kebersihan peralatan yang
digunakan, kebersihan lingkungan sekitar, penataan obat-
obatan, dan penatalaksanaan obat kadaluarsa. Kegiatan
monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan.
18. Monitoring ruang intensif
Monitoring penggunaan di ruang intensif dilakukan dengan
melakukan kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi
formulir pemantauan yang meliputi ketersediaan /kelengkapan
sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan

16
suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.
19. Monitoring kamar operasi
Monitoring penggunaan di kamar operasi dilakukan dengan
melakukan kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi
formulir pemantauan yang meliputi ketersediaan/kelengkapan
sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan
suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan.
20. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/ dekontaminasi
ambulan.
Monitoring penatalaksanaan ambulan dilakukan dengan
melakukan kunjungan lapangan ke unit ambulan oleh IPCN
terkait ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana yang
mendukung penerapan PPI, prosedur dekontaminasi dan
kebersihan serta kepastian ambulan bisa dipergunakan
kembali ditinjau dari PPI. Hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan.
21. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah
sakit.
Monitoring penerapan PPI di kantin/kafetaria meliputi kegiatan
monitoring pada penyediaan bahan makanan mentah,
penataan/penyusunan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyajian makanan, kepatuhan petugas menggunakan APD,
pencucian dan penyimpanan alat-alat makan, kebersihan
makanan dan lingkungan serta ketersediaan/kelengkapan
sarana cuci tangan dan kepatuhan petugas/karyawan dalam
melakukan kebersihan tangan. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap
bulan.
22. Monitoring pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu
Monitoring pelaksanaan PPI di ruang tunggu pasien baik di
ruang rawat inap maupun di rawat jalan meliputi pembuangan
sampah, kebersihan lingkungan, etika batuk, pemakaian APD,
dll. Kegiatan dilakukan setiap hari bersamaan dengan
kunjungan harian IPCN.

17
Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana
pendukung penerapan PPI di unit pelayanan seperti pengadaan
APD, sarana kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan
desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), pengadaan bedpan
washer, diswasher, dll. Rekomendasi PPI dalam pengadaan
sarana pendukung PPI akan dibuat dalam RKA untuk diajukan
kepada Direktur yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam
RKA rumah sakit.
23. Melakukan koordinasi dengan bagian peencanaan terkait
pengadaan sarana pendukung penerapan PPI
RKA PPI akan ditindak lanjuti Tim PPI ke bagian Perencanaan.
24. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan
pelatihan bagi IPCN yang berkesinambungan dan ter-up date
sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini. Komite PPI
membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk diajukan ke
Direktur.
25. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke
unit/ruangan lain menyebabkan upaya untuk mencarikan
pengganti yang tentu belum tersentuh lebih jauh tentang
pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI membuat daftar
kebutuhan pelatihan untuk IPCLN agar bisa diajukan ke
Direktur.
26. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training)
tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan
non medis).
Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan
Bagian Diklit yang dilaksanakan rutin dan berkesinambungan.
Setiap petugas yang sudah mengikuti kegiatan in house
training akan mendapatkan sertifikat sebagai bukti
keikutsertaannya dan masa berlaku sertifikat adalah satu
tahun. Komite PPI juga melakukan in house training ke
Insatalasi-Instalasi yang bertujuan semua staf yang ada di
setiap Instalasi dapat terpapar program in house training PPI.

18
27. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI
baik nasional maupun internasional.
Agar lebih cepat mendapatkan up date tentang PPI, Komite PPI
membuat usulan supaya Tim PPI sebagai pelaksanaan
kegiatan operasional Program PPI bisa mengikuti
seminar/simposium/work shop yang berhubungan dengan
PPI, baik Nasional maupun internasional. Usulan ditujukan
kepada Direktur.

BAB IV
SASARAN

A. Sasaran program dengan melibatkan:


1. Seluruh staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam
memberikan pelayanan kepada pasien baik secara langsung
maupun tidak langsung di unitnya masing masing.
2. Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan
harapan ikut serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi. Edukasi diberikan secara langsung (face to face)
ataupun dikumpulkan dalam suatu pertemuan dalam bentuk
penyuluhan yang berkaitan dengan PPI.
3. Pengunjung
Pengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi
tentang PPI dengan harapan ikut pula dalam upaya

19
pencegahan dan pengendalian infeksi di RS terutama tentang
aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika mengunjungi
pasien-pasien dengan penyakit menular,
immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang
berhubungan dengan PPI.

B. Menurunkan Angka HAIs


Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi di RSU PMC Indramayu tahun 2018 untuk
menurunkan angka insiden IRS adalah:
1. Surveilans HAIs
a. Angka insiden IADP <10 kasus per-1000 hari pemakaian
kateter vena sentral (<10‰) dalam satu periode tertentu (1
bulan) yang terfokus pada pasien di ruang rawat intensif
(ICU).
b. Angka insiden ISK <10 kasus per-1000 hari pemakaian
kateter urine menetap (<10‰) dalam satu periode tertentu
(1 bulan) meliputi ruang intensif (ICU), ruang rawat inap
c. Angka insiden HAP <10 kasus per-1000 hari perawatan
dengan tirah baring (<10‰) dalam satu periode tertentu (1
bulan) meliputi ruang intensif (ICU), ruang rawat inap.
d. Angka insiden VAP <10 kasus per-1000 hari pemakaian
ventilator (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan)
yang terfokus pada pasien yang di ruang rawat intensif
(ICU).
f. Angka insiden IDO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi
(<2%), meliputi semua pasien paska operasi di RSU
Indramayu yang sedang dirawat dan setelah pasien keluar
dari RS yaitu di Poliklinik Bedah dan Kebidanan.

2. Investigasi outbreak/KLB
Sasaran surveilans kuman multiresisten aalah menurunnya
angka insiden seperti ESBL (Extended Spectrum Beta
Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistent Organism), MRSA
(Methicyllin Resistant Staphylococcus aureus), yaitu pada pasien
yang sudah dinyatakan infeksi dan atau dicurigai infeksi yang

20
sedang dirawat di semua ruang perawatan, dengan
pemeriksaan kultur mikrobiologi. Sasaran pencapaiannya
adalah tidak ditemukan kuman multiresisten (0%) dalam 6
bulan.

3. Audit Kepatuhan
a. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan
adalah semua petugas baik medis dan non medis seperti
dokter, perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium,
petugas fisioterapi, petugas kebersihan , dan peserta didik
yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien meliputi di
unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap. Sasaran
pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >70%
dalam jangka waktu 3 bulan.
b. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit
perawatan khususnya di ruangan isolasi, intensif dan
kamar operasi dilakukan bersamaan dengan kunjungan
ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah 70% dalam 3
bulan.
c. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap
minggu/setiap waktu tertentu bersamaan dengan
kunjungan lapangan ke unit-unit pelayanan/perawatan
untuk melihat apakah sarana dan prasarana pendukung di
semua unit tersedia, tidak lengkap atau salah/tidak
digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >70% dalam
waktu 3 bulan.

4. Edukasi
Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam
pelaksanaan program edukasi dibagi dalam kategori yaitu staf
baru dan staf lama (medis dan non medis), pasien, keluarga
pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non petugas RSU
Indramayu yang tidak melayani pasien langsung tetapi berada
di lingkungan RSU Indramayu seperti pegawai Bank, petugas
parkir dan petugas kantin/kafetaria.

21
a. Staf Baru :
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain
diberikan edukasi PPI saat mereka memulai bekerja atau
mulai menjadi karyawan di RSU PMC Indramayu. Kegiatan
ini bekerja sama dengan Bagian Diklat. Sasaran
pencapaian adalah semua staf baru yang akan bekerja di
RSU Indramayu sudah teredukasi PPI (100%).
b. Staf Lama :
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian
infeksi akan dilakukan inventarisasi staf medis dan non
medis yang telah menjalani edukasi sebelumnya, sehingga
dapat diketahui siapa yang belum menjalani kegiatan
edukasi. Peningkatan pengetahuan untuk seluruh staf
dalam bentuk in house training PPI sehingga mempunyai
persepsi dan pemahaman yang sama untuk pengendalian
infeksi. Staf yang telah teredukasi sebelumnya, dalam
kurun waktu 1 tahun harus meng-update sertifikat
pelatihannya. Sasaran pencapaian adalah >80% staf sudah
teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.
Khusus untuk staf di ruang perawatan isolasi, secara
berkesinambungan setiap 3 bulan diberikan edukasi PPI
dengan lebih memberikan perhatian khusus pada materi
penggunaan APD, penempatan pasien
infeksius/immunocompromissed, dan implementasi
perawatan pasien infeksius/ immunocompromissed.
Diharapkan semua staf yang bertugas di ruang isolasi
(100%) dapat teredukasi PPI yang spesifik tentang
kewaspadaan berbasis transmisi dalam jangka waktu 3
bulan.
c. Peserta didik
Pelaksanaan program edukasi bagi peserta didik (dokter
magang, dokter muda, mahasiswa keperawatan dan non
keperawatan), diberikan saat pertama kali kegiatan
orientasi dan praktek klinik di RSU PMC Indramayu.
Sasaran pencapaian adalah semua peserta didik sudah

22
teredukasi PPI sebelum praktik klinik di RSUP MC
Indramayu (100%) dalam 1 tahun.
d. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan
melalui leaflet oleh IPCLN, petugas ruangan atau IPCN saat
kunjungan langsung ke unit pelayanan perawatan tentang
kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit
infeksi di rumah sakit, dan pengelolaan penyakit infeksi di
rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada pasien
adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat
teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan.
e. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan
berkoordinasi dengan Tim PKRS dan petugas ruang
perawatan. Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat
jalan dan ruang perawatan, meliputi kebersihan tangan,
pencegahan penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit,
kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti
penyakit menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran
pencapaiannya adalah >80% pengunjung dapat teredukasi
dalam waktu 3 bulan.
f. Kantin
Edukasi pada karyawan kantin yang berada di lingkungan
RSU PMC Indramayu diberikan di kelas oleh IPCN atau
langsung saat kunjungan ke kantin yang melayani pasien,
pengunjung/keluarga pasien dan petugas rumah sakit.
Sasaran pencapaian edukasi pegawai kantin adalah >80%
sudah teredukasi PPI dalam waktu 6 bulan.
g. Petugas lainnya (Bank, Parkir,dll)
Sasaran pencapainnya adalah >80% petugas Bank dan
Parkir teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.

C. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan,


Pedoman Dan atau SOP Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan
1. Area Pelayanan
a. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.

23
Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan rumah
sakit yaitu semua lingkungan di unit-unit
pelayanan/perawatan dan lingkungan di sekitar rumah
sakit.
b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Sterilisasi Sentral
(CSSD) yang meliputi petugas, alat-alat, mesin dan
lingkungan CSSD.
c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen rumah sakit.
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Laundry yang
meliputi petugas, linen, alat-alat/mesin dan lingkungan.
d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi.
Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi
petugas, bahan makanan mentah, makanan jadi, alat-
alat/mesin dan lingkungan.
e. Monitoring pelaksanaan PPI di kamar jenasah.
Sasaran yang dicapai adalah di kamar jenazah meliputi
petugas, pemulasaran jenazah, pengkafanan, serta alat-
alat/mesin dan lingkungan.
f. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan
kadaluarsa khususnya tentang peralatan single use yang
menjadi re-use.
Sasaran yang dicapai adalah di CSSD dan HD meliputi
peralatan single use yang bisa dilakukan re-use seperti pipa
urogated, endotracheal tube, dialyzer, dll sesuai daftar alat.
g. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang
dispensing obat dan kadaluarsa obat.
Sasaran yang dicapai adalah Instalasi Farmasi RSU PMC
Indramayu meliputi petugas, alat-alat dan lingkungan
sekitar Farmasi.
h. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan cairan
tubuh.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan
dan laboratorium.
i. Monitoring penanganan pembuangan darah dan
komponen darah.

24
Sasaran yang dicapai adalah di laboratorium dan Bank
Darah. meliputi petugas, darah dan komponen darah serta
lingkungan di sekitarnya.

j. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.


Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan,
laboratorium dan incenerator meliputi petugas, tempat
sampah benda tajam/safety box dan lingkungan.
k. Monitoring penggunaan ruang isolasi.
Sasaran yang dicapai adalah di Ruang Isolasi khususnya di
ruangan untuk pasien dengan kasus airborne diseases dan
untuk pasien-pasien immunocompromissed.
l. Monitoring ruang intensif
Sasaran yang dicapai adalah petugas dan pengelolaan
pasien di ruang intensif.
m. Monitoring kamar operasi
Sasaran yang ingin dicapai adalah pada petugas dan
pengelolaan pasien di kamar operasi terutama tentang
pengelolaan pasien dengan kasus penyakit menular.
n. Monitoring pelaksanaan renovasi/rekontruksi bangunan
di RSU PMC Indramayu.
Sasaran yang dicapai adalah bila ada kegiatan
renovasi/rekontruksi seperti pembongkaran gedung
(demolution), perbaikan gedung, penambahan bagian dari
gedung utama dan atau pembangunan gedung baru.
o. Monitoring penatalaksanaan kebersihan/ dekontaminasi
ambulan.
Sasaran yang dicapai adalah di Unit Ambulan khususnya
ambulan transport pasien dari dan keluar Rumah Sakit
Umum PMC Indramayu.
2. Area Staf
a. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, HD,
laboratorium dan radiologi meliputi hasil dokumentasi
pencatatan dan pelaporan insiden sehingga semua insiden
dapat terlaporkan (100%).

25
b. Monitoring kesehatan karyawan.
Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan
meliputi semua petugas RSU PMC Indramayu terutama di
unit pelayanan yang berisiko tinggi seperti OK, HD, intensif,
CSSD, dan Laundry

3. Area Pengunjung
a. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah
sakit
Sasaran yang dicapai adalah di kantin/kafetaria meliputi
karyawan kantin, bahan makanan mentah, makanan jadi,
alat-alat dan lingkungan kantin.
b. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung
Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung
yang datang ke RS.

D. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI


1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Sasaran yang dicapai adalah 40% dari semua petugas IPCN
(2 orang) dapat mengikuti pelatihan lanjutan dalam 1
tahun.
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.
Sasaran yang dicapai adalah >90% dari petugas IPCLN
dapat mengikuti dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI
Dasar dalam 1 tahun.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house
training) tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit
(medis dan non medis).
Sasaran yang dicapai adalah >80% petugas di RSU
Indramayu dapat mengikuti kegiatan in house training dan
kegiatan dapat terlaksana minimal 1 kali dalam setahun.
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI
baik nasional maupun internasional.
Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas Tim
PPI (2 orang) dapat mengikuti seminar/simposium/work
shop dalam 1 tahun.

26
27
BAB V
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No Kegiatan Bulan Ket
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Surveilans data HAIs
2 Audit kepatuhan kebersihan
tangan
3 Audit kepatuhan penggunaan
APD
4 Audit kelengkapan
prasarana/sarana PPI
5 Edukasi petugas baru Sesuai
kebutuhan/rekrutmen
6 Edukasi petugas lama Setiap Instalasi 1 kali
setahun
7 Edukasi peserta didik Sesuai waktu
orientasi/praktek
klinik
8 Edukasi pasien Koordinasi PKRS
9 Edukasi pengunjung Koordinasi PKRS
10 Monitoring pengendalian ling
RS
11 Monitoring CSSD

28
12 Monitoring Laundry
13 Monitoring Gizi
14 Monitoring kantin/kafetaria
15 Monitoring Kamar Jenasah
16 Monitoring peralatan single use
yg direuse
17 Monitoring Farmasi
18 Monitoring sampah infeksius
dan cairan tubuh
19 Monitoring pembuangan darah
dan komponen darh
20 Monitoring pembuangan benda
tajam
21 Monitoring pencatatan
pelaporan
22 Momitoring penggunaan Ruang
isolasi
No Kegiatan Ket

23 Monitoring Kesehatan
karyawan
24 Monitoring pelaksanaan
renovasi/rekontruksi
bangunan

29
25 Monitoring ruang intensif
26 Monitoring kamar operasi

27 Monitoring penatalaksanaan
kebersihan/dekontaminasi
ambulan
28 Rapat Komite PPI
29 Rapat Tim PPI
30 Peninjauan, perbaikan dan
pengembangan kebijakan/SOP
31 Usulan pelatihan lanjutan PPI 1 kali setahun
32 Usulan pelatihan Dasar PPI 1 kali setahun
33 In house training PPI
34 Seminar/simposium/work 1 kali setahun
shop

30
BAB VI
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam)


bulan sekali atau 2 (dua) kali setahun yang dilakukan oleh IPCN
(perawat pengendali infeksi) dibawah koordinasi Tim PPI. Laporan
evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai pelaksanaan evaluasi
kegiatan ditujukan kepada Komite PPI, menyangkut jadwal
pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang sudah/belum/tidak
dapat dilaksanakan agar dapat dilakukan perbaikan bila mana perlu.

31
BAB VII
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan
1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-
unit pelayanan (surveilans) dengan formulir harian dari Tim
PPI, mendokumentasikan hasil audit kepatuhan kebersihan
tangan, kepatuhan APD, kepatuhan penerapan
SOP/kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di
semua unit pelayanan.
2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan
anggota Tim PPI dan Komite PPI.

B. Pelaporan
1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan
dibuatkan laporan oleh Tim PPI untuk didiskusikan dengan
Komite PPI dan selanjutnya laporan dikirim ke Direktur
RSU PMC Indramayu ditembuskan ke Bidang Keperawatan,
Bidang Pelayanan dan Unit PMKP.
2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama
periode 3 bulan, dianalisa dan didiskusikan dengan Tim PPI
dan Komite PPI, selanjutnya dibuatkan laporan yang dikirim
ke Direktur RSU PMC Indramayu ditembuskan ke Bidang
Keperawatan, Bidang Pelayanan dan Unit Penjamin Mutu.
3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite
PPI dibuatkan Laporan Tahunan yang akan dikirim kepada
Direktur.

C. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.
b. Formulir terisi sesuai surveilans dan audit PPI.
2. Evaluasi Hasil
a. Hasil kegiatan program PPI tiap bulan akan dilakukan
feed back oleh Direktur dalam hal ini Bidang Pelayanan
dan Keperawatan untuk dilakukan tindak lanjut oleh
Komite PPI.

32
b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu
tahun akan dilakukan feedback oleh Direktur RSU PMC
Indramayu.

BAB VIII
PENUTUP

33
Program PPI di RSU PMC Indramayu yang disusun untuk
tahun 2016 meliputi kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk
pengendalian infeksi dan kegiatan yang baru diterapkan atau bersifat
pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan yang berkaitan
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Program PPI tahun 2018 ini berisi tentang rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan Tim PPI RSU PMC Indramayu.
Rencana kegiatan tersebut meliputi:
1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (HAIs) meliputi:
a. Surveilans data HAIs.
b. Investigasi outbreak/kejadian luar biasa (KLB).
c. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan
audit pemakaian alat pelindung diri (APD) di semua unit
perawatan.
d. Edukasi PPI bagi masyarakat rumah sakit (petugas, peserta
didik, pasien, pengunjung/keluarga pasien dan petugas
fasilitas pendukung seperti kantin/kafetaria, bank ataupun
petugas parkir.
2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SPO
tentang PPI di semua unit pelayanan melalui kegiatan monitoring.
3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI
di unit-unit pelayanan.

4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui


pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN, pelatihan dasar PPI bagi

34
tenaga IPCLN, in house training tentang PPI, mengikuti
seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional
maupun internasional.

Indramayu, 2018

Rumah Sakit Umum PMC Indramayu


Ketua Tim PPIRS

dr. Resti Ayu Nur Azizah

35

Anda mungkin juga menyukai