Anda di halaman 1dari 6

PENILAIAN STATUS KOGNITIF PADA LANJUT USIA

A. Latar Belakang
Lansia merupakan kelompok berisko tinggi yang merupakan bagian atau
indikator strategi pembangunan kesehatan tahun 2015 – 2019, indikator
meningkatnya derajat kesehatan yaitu dengan meningkatnya angka harapan
hidup, artinya dengan meningkatnya lansia di Indonesia maka status angka
harapan hidup meningkat. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia yang
dikeluarkan Kemenkes pada tahun 2016 jumlah penduduk lansia di indonesia
mencapai 22,5 juta jiwa. Tetapi kendala yang dihadapi angka harapan hidup
meningkat tidak disertai dengan status kesehatan yang meningkat, ini terbukti
dari hasil Riskesdas 2018 angka kejadian penyakit meningkat.

Katagori lansia di Indonesia yaitu usia 60 tahun. Secara fisiologis lansia


mengalami perubahan perubahan, seperti pada perubahan fisik, kognitif,
psikologis dan spiritual. Dari perubahan perubahan tersebut akan berdampak
masalah - masalah yang harus dihadapi lansia. Sehingga untuk memfokuskan
masalah – masalah ini diperlukan perawatan khusus, yang diantaranya yaitu
keperawatan geriatrik. Geriatri adalah cabang ilmu kesehatan yang berfokus
pada diagnosis, penangan serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan
tertentu akibat penuaan.

Untuk membantu para lansia menjaga kesehatannya sebagai langkah


mencegah Penyakit dan membantu masalah kesehatan yang timbul, maka tim
kesehatan menyediakan tenaga - tenaga ahli yang menangani masalah geriatri.
Salah satu diantaranya yaitu perawat geriatri yang dibekali dengan ilmu
keperawatan gerontik sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan gerontik
dapat dilakukan dengan benar dan dipertanggungjawabkan.
WHO melaporkan prevalensi penurunan fungsi kognitif meningkat
sejalan bertambahnya usia. Perubahan Kognitif pada lansia memiliki tiga
tingkatan diantaranya mudah lupa Forgetfulness, mild Cognitif Impairment
(MCI), dan Dimensia. Dengan angka kejadian menurut Legowo 2015 bahwa
usia 50 – 60 tahun 39 % mengalami Forgetfulness, 50 -80 % lansia yang
mengalami mild Cognitif Impairment MCI. Setelah 5- 7 tahun akan mengalami
Dimensia. Penilaian status kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan
(termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui
pengalaman sendiri atau hasil pemerolehan pengetahuan. Gangguan kognitif
pada penderita dewasa dihubungkan dengan penurunan fungsi aktifitas sehari-
hari, peningkatan risiko cedera sendiri, adanya kebutuhan terhadap orang yang
merawat, dan meningkatkan risiko mortalitas (Weisskopf,2004).
Sebagai pengguna utama layanan kesehatan primer, para lanjut usia harus
dinilai aspek kognitifnya terutama terkait dengan kemampuan menjalankan
tugas sehari-hari. Penilaian kognitif merupakan kemampuan klinis dan dapat
untuk mendiagnosis kelainan berpikir, yang membuat estimasi kelainan
fungsional lebih akurat. Penilaian kognisi dapat memprediksi mortalitas selama
perawatan di rumah sakit. Penilaian kognitif digunakan untuk skrining kelainan
kognitif, diagnosis banding faktor penyebab, dan derajat beratnya kelainan, atau
monitoring laju penyakit (Brown,2003).
Faal kognitif yang paling sering terganggu pada pasien geriatri yang
dirawat inap antara lain memori segera dan jangka pendek, persepsi, proses pikir
dan fungsi eksekutif. Gangguan tersebut dapat menyulitkan dalam pengambilan
data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya
gangguan tetntu akan mempengaruhi kepatuhan dan kemampuan pasien untuk
melaksanakan program yang telah direncakan.
Gangguan faal kognitif bisa timbul mulai derajat yang ringan sampai yang
berat. Hal tersebut memerlukan pendekatan diagnosis dan terapi tersendiri.
Berbagai instrumen untuk mendiagnosis telah dikembangkan dengan variasi
yang luas.
Mental Test (AMT) yang memuat sepuluh pertanyaan dan dapat
digunakan sebagai penapis. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci dapat
digunakan Mini Mental State Examination (MMSE). Evaluasi depresi mengacu
kepada Diagnostic and Statistical Manual, third edition, Revised (DSM-III-R),
untuk penapisan dapat digunakan Back Depression Inventory (BDI)
(Supartondo,2001).
Makalah ini berisi teknik yang digunakan untuk mengevaluasi kognisi,
terutama menggunakan Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ),
Mini Mental State Examination (MMSE), dan Inventaris Depresi Beck (IDB)
yang biasa digunakan dalam penilaian fungsi kognisi pada pengkajian paripurna
pasien lanjut usia.

B. Instrumen
1. Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ) merupakan salah
satu pengujian sederhana yang telah dipergunakan secara luas untuk mengkaji
status mental. Pengujian ini terdiri dari 10 pertanyaan yang berkenaan dengan
orientasi, riwayat pribadi, ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang dan
penghitungan.
Pada umumnya setelah seseorang memasuki masa lansia, maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemehaman, pengertian, perhatian dan lain-lain. Hal ini
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat.
Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan
lajunya proses penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar 50%
dari seluruh populasi lansia menunjukkan penurunan kognitif sedangkan
sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti usia muda.
Penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu yang mengalami
penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif tersebut,
namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu,
proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga
terjadi gangguan kognitif atau demensia (Pramanta dkk., 2002).
2. Mini Mental State Examination (MMSE)
a. Definisi
Mini Menta State Exam (MMSE) merupakan alat pengkajian status
mentallansia untuk mengetahui keadaan umum tingkat lansia yang
menandakan lansiadalam keadaan sadar penuh terhadap kondisi dan
keadaan lansia terkait dengan proses penuaan yang dialaminya.
Mini Mental Stage Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang
dilakukan petugas medis untuk menilai status mental pasien. MMSE mer
upakan penilaianyang sederhana dan sangat banyak digunakan untuk
menilai status mental pasien.
MMSE dilakukan untuk menilai bagaimana orientasi waktu dan te
mpat,!engujian Memori jangka pendek dan jangka panjang, berhitung,
Kemampuan bahasa, dan Kemampuan Konstruksional. MMSE sering
digunakan untuk menilai penurunan status mental pada lansia seiring
bertambahnya umur pasien tersebut.
Mini Mental State Examination(MMSE) adalah salah satu
alat yang palingumum untuk pemeriksaan penurunan kognitif pada
dewasa tua dan lanjut usia.
MMSE dikembangkan untuk membedakan antara lanjut usia
dengan
atautanpa gangguan neuropsikiatri awal dalam proses penyakit. Dengan
mengetahui lebih awal gangguan neuropsikiatri orang tersebut maka dapa
tmeningkatkan waktu pengobatan farmakologis dan non farmakologis
untuk menunda terjadinya gangguan neuropsikiatri tersebut terutama
gangguan kognitif. Hal ini juga digunakan selama masa tindakan pada
pasien yang menderita gangguan kognitif untuk menilai perkembangan
penyakit.
MMSE mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menilai lima
bidang fungsi kognitif (orientasi, memori langsung, perhatian, konsentrasi,
daya ingat dan bahasa) dan beberapa komponen ini telah diteliti ulang dan
menunjukan bahwa pada demensia memang terdapat beberapa gangguan
tersebut.
b. Tujuan
1) Mengidentifikasi status mental lansia
2) Merumuskan permasalahan mental yang dialami lansia
3) Menentukan tindakan selanjutnya pada lansia
c. Indikasi
1) Gangguan kognitif akibat penyakit neurodegenerative
2) Demensia
3) alzeimer
d. Manfaat
1) Klinis
Memberikan informasi pada kalangan medis tentang hubungan usia
dengan skor MMSE pada lansia
2) Akademis
Sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan hubungan usia dengan skor MMSE pada lansia
3) Masyarakat
Tentang fungsi informasi pada masyarakat mengenai pentingnya
mengenal tentang fungsi kognitif dengan faktor resiko hipertensi dan
bagaimana cara deteksi dini, sehingga tidak jatuh dalam kondisi
demensia.
e. Hal yang harus diperhatikan
1) Penilaian disesuaikan dengan penilaian fungsi intelektual pada
pengkajian status kognitif dengan SPMQ (Short Portable Mental Stetus
Questinnaire)
2) Penilaian penhkajian status mental dengan pendekatan MMSE dapat
digunakan untuk mengidentifikasi fungsi kognitif dan mental lansia.

3. Inventaris Depresi Beck


Inventaris Depresi Beck (IDB) berisikan pertanyaan berkenan dengan
21 karakteristik depresi meliputi : alam perasaan, pesimisme, rasa kegagalan,
kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhadap seseorang,
kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri,
keinginan untuk menangis, mudah tersinggung, menarik diri dari kehidupan
sosial, ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh, fungsi dalam
pekerjaan, gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan
berat badan, pelepasan jabatan sehubungan dengan pekerjaan, dan hilangnya
libido.
Skala Depresi Beck berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala
dan sikap yang berhubungan dengan depresi. Setiap hal direntang dengan
menggunakan skala 4 poin untuk membedakan intensitas gejala. Alat dengan
mudah dinilai dan dapat dilakukan sendiri atau diberikan oleh perawat dalam
waktu kira-kira 5 menit. Penilaian nilai- nilai dengan cepat membantu dalam
memperkirakan beratnya depresi. Penilaian Inventaris Depresi Beck ini
berdasarkan : 0-4 (depresi tidak ada atau minimal), 5-7 (depresi ringan), 8-15
(depresi sedang), lebih atau sama dengan 15 termasuk depresi berat.

Anda mungkin juga menyukai